Anda di halaman 1dari 23

LAHIRNYA SOSIOLOGI PENDIDIKAN, SEJARAH DAN PELOPOR

PENDIDIKAN

Makalah

Di susun oleh :

1. Audrey Talitha Putri Karim (210141601315)


2. Denita Eka Sefiana (210141601213)
3. Nur Hamid Abdissalam (210141601291)
4. Yeny Dwi Ariana (210141601322)
5. Zunun Nur Widya Rahma Dewi (210141601263)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan atas berkat kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami dapat meyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Adapun judul yang kami ambil adalah “Lahirnya sosiologi pendidikan, sejarah dan
pelopor pendidikan”.

Makalah ini berisi materi mengenai lahirmya sosiologi pendidikan, sejarah dan
pelopor pendidikan. Dalam makalah ini materi disampaikan oleh penulis dengan singkat dan
jelas.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Sosiologi dan Antopologi
Pendidikan. Selanjutnya kami ucapan banyak terima kasih kepada Bapak Dr. Zulkarnain,
M.Pd, M.Si selaku dosen mata kuliah Sosiologi dan Antopologi Pendidikan yang telah
memberikan bekal wawasan dengan pengarahan yang jelas sehingga mempermudah kami
menyelesaikan makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman teman yang
membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam


makalah ini. Untuk itu kami menerima kritik dan saran dari pembaca agar makalah ini lebih
baik kedepannya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Malang, 29 September 2021

Kelompok 3

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 1
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 2
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
1.4 Manfaat 2
BAB II 4
PEMBAHASAN 4
2.1 Pengertian Sosiologi Pendidikan 2
2.2 Lahirnya Sosiologi Pendidikan 2
2.3 Sejarah Sosiologi Pendidikan 2
2.4 Pelopor Sosiologi Pendidikan 2
2.5 Tujuan Sosiologi Pendidikan 2
BAB III 4
PENUTUP 4
3.1 Kesimpulan 2
3.2 Saran2
DAFTAR PUSTAKA 4

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sosiologi merupakan ilmu yang objek utamanya adalah masyarakat. Sosiologi dapat
disebut sebagai ilmu yang berdiri sendiri karena telah memenuhi unsur ilmu pengetahuan
seperti sosiologi bersifat logis, terstruktur, objektif, empiris, teoritis, non-etis, akumulatif.
Sosiologis memiliki sifat yang masuk akal atau logis dalam penyusunannya, tidak
bertentangan dengan logika logika yang digunakan sebagai pola pikir dalam menarik
kesimpulan. Sedangkan pendidikan adalah sebagai proses belajar untuk memperoleh
suatu pengetahuan yang sudah maupun belum diketahui. Sosiologi dan ilmu pendidikan
merupakan kajian yang sangat berbeda. Tetapi dengan perkembangannya keduanya
menjadi subdisiplin yang saling bersinergi. Sehingga sosiologi pendidikan berarti
subdisiplin yang menghubungkan antara sosiologi dan ilmu pendidikan.
Sosiologi pendidikan pada hakikatnya adalah suatu ilmu pengetahuan yang
mempelajari mengenai suatu hal yang berhubungan dengan masyarakat. Kajian sosiologi
pendidikan memberatkan pada implikasi dan akibat sosial yang ditimbulkan dari sudut
totalitas lingkup kebudyaan, ekonomis, politiknya mengenai masalah masalah pendidikan
yang berguna bagi masyarakat. Gejala pendidikan di pandang sebagai bagian dari struktur
sosial masyarakat menurut sosiologi pendidikan. Agar dapat memahami mengenai
sosiologi pendidikan, kita harus memahami dahulu mengenai sejarah sosiologi
pendidikan maka perlunya suatu kajian yang lebih mendalam mengenai sejarah sosiologi
pendidikan. Dengan itu kami membuat makalah ini agar mempermudah pembaca
mengetahui dan memahami mengenai sejarah sosiologi pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan sosiologi pendidikan ?
b. Bagimana sejarah sosiologi pendidikan berkembang ?
c. Siapa pelopor terbentuknya sosiologi pendidikan ?
d. Apa tujuan didirikan sosiologi pendidikan ?
e. Apa peran dari sosiologi pendidikan?

3
1.3 Tujuan
a. Untuk dapat mengetahui apa yang dimasksud dengan sosiologi pendidikan
b. Untuk dapat mengetahui dan memahami bagaimana sejarah munculnya sosiologi
pendidikan
c. Untuk dapat mengetahui siapa saja pelopor munculnya sosiologi pendidikan
d. Untuk mengetahui tujuan didirikannya sosiologi pendidikan

1.4 Manfaat
Diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan informasi mengenai sosiologi pendidikan
terutama mengenai sejarah sosiologi pendidikan

4
BAB II

PEMBAHASAN

2. 1 Pengertian Sosiologi Pendidikan

Secara terminologis, beberapa ahli mendefinisikan sosiologi secara agak berbeda.


Marx Weber memandang sosiologi sebagai studi tentang tindakan sosial antar hubungan
sosial. Sebagai ilmu yang berusaha untuk menafsirkan dan memahami (interpretative
understanding) tindakan sosial serta hubungan sosial untuk sampai pada penjelasan kausal.
Pitirim A. Sorokin mengatakan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari: (a)
Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka ragam gejala-gejala sosial (misal: antara
gejala ekonomi dengan agama; keluarga dengan moral; hukum dengan ekonomi; dan gerakan
masyarakat dengan politik); (b) Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala-gejala
sosial dengan gejala-gejala non sosial (misal: gejala geografis dan biologis).

Dari berbagai definisi yang dikemukan oleh para ahli dapatlah disimpulkan bahwa
sosiologi adalah ilmu tentang masyarakat atau cabang ilmu sosial yang mempelajari secara
sistematik kehidupan bersama manusia yang ditinjau dan diamati dengan menggunakan
metode empiris yang di dalamnya terkandung studi tentang kelompokkelompok manusia,
tatanan sosial, perubahan sosial, sebab-sebab sosial, dan segala fenomena sosial yang
mempengaruhi perilaku manusia. Jadi sosiologi dapat dipahami sebagai ilmu yang
mempelajari bagaimana manusia itu berhubungan satu dengan yang lain dalam kelompoknya
dan bagaimana susunan unit-unit masyarakat atau sosial di suatu wilayah serta kaitannya satu
dengan yang lain.

Sementara istilah pendidikan, secara etimologis mempunyai padanan kata education


dalam bahasa Inggris, dan al-tarbiyah, alta’lîm, al-ta’dîb, dan al-riyādah, dalam bahasa Arab.
Walau setiap term tersebut mempunyai makna yang berbeda, karena perbedaan teks dan
konteks kalimatnya, namun dalam beberapa hal, term-term tersebut mempunyai kesamaan
makna. Dalam definisi ini buku ini diambil sisi kesamaannya. Pengertian ‘pendidikan’, secara
sederhana, adalah proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok dalam
usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan.

Secara terminologis, pendidikan dapat didefinisikan sebagai upaya mempersiapkan


individu untuk kehidupan yang lebih sempurna, kebahagiaan hidup, cinta tanah air, kekuatan
raga, kesempurnaan etika, sistematik dalam berpikir tajam, berperasaan, giat dalam berkreasi,

5
toleransi pada yang lain, berkompetensi dalam mengungkapkan bahasa tulis dan bahasa lisan
dan terampil berkreativitas. Sementara itu ada pendapat lain yang menganggap pendidikan
sebagai suatu proses penyiapan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi
tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien.

Pengertian lain, pendidikan dipahami sebagai usaha manusia optimistik mendasar


yang dikenali dari aspirasi untuk kemajuan dan kesejahteraan. Pendidikan dianggap sebagai
tempat anak-anak bisa berkembang sesuai kebutuhan dan potensi unik mereka. Selain itu juga
sebagai salah satu arti terbaik dalam mencapai kesetaraan sosial yang lebih tinggi. Banyak
orang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah mengembangkan setiap orang hingga
potensi tertinggi mereka dan memberi kesempatan untuk mencapai segalanya dalam
kehidupan sesuai kemampuan alami mereka.

Dari penjelasan tentang kata sosiologi pendidikan di atas, dapat dijelaskan secara
singkat, yang menjadi masalah sentral sosiologi pendidikan adalah aspek-aspek sosiologi
dalam pendidikan. Sosiologi pendidikan adalah sosiologi yang digunakan untuk memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi oleh pendidikan yang sangat fundamental.

Secara terminologis , menurut Zainuddin Maliki, sosiologi pendidikan adalah kajian


bagaimana institusi dan kekuatan sosial mempengaruhi proses dan outcome pendidikan dan
begitu pula sebaliknya. Menurut definisi ini terdapat hubungan timbal-balik antara
pendidikan dan perkembangan sosial. Pendidikan akan melahirkan perubahan sosial, begitu
juga perubahan sosial mempengaruhi arah pendidikan, sehingga antara pendidikan dan
perubahan sosial terdapat hubungan simbiosis-mutualisme.

Menurut S. Nasution, sosiologi pendidikan adalah ilmu yang berusaha untuk


mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian
individu agar lebih baik. Definisi ini menginginkan pendidikan sebagai aktivitas sosial agar
dapat mencetak generasi yang memiliki kepribadian, karakter, dan moral yang baik.

Damsar mendefinisikan sosiologi pendidikan ke dalam dua pengertian. Pertama,


sosiologi pendidikan adalah suatu kajian yang mempelajari hubungan antara masyarakat,
yang di dalamnya terjadi interaksi sosial, dengan pendidikan. Dalam hubungan ini dapat
dilihat bagaimana masyarakat mempengaruhi pendidikan. Juga sebaliknya, bagaimana
pendidikan mempengaruhi masyarakat. Kedua, sosiologi pendidikan diartikan sebagai
pendekatan sosiologis yang diterapkan pada fenomena pendidikan. Pendekatan sosiologis
terdiri dari konsep, variabel, teori, dan metode yang digunakan dalam sosiologi untuk

6
memahami kenyataan sosial, termasuk di dalamnya kompleksitas aktivitas yang berkaitan
dengan pendidikan.

Masih banyak lagi definisi yang dibuat oleh para ahli tentang sosiologi pendidikan.
Dari beberapa definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa sosiologi pendidikan adalah
sosiologi yang membahas dan diterapkan dalam memecahkan segala problematika yang ada
dalam pendidikan, terutama dalam interaksi sosial antara peserta didik dengan lingkungan,
guru, dan sesamanya, begitu juga dalam melihat gejala-gejala sosial yang berkembang dalam
sistem pendidikan, sehingga aspek-aspek sosiologi yang ada dapat dijadikan pijakan dalam
merumuskan segala suatu yang berhubungan dengan pendidikan, guna tercapainya kemajuan
dalam bidang pendidikan.

Kajian sosiologi pendidikan menekankan implikasi dan akibat sosial dari pendidikan
dan memandang masalah-masalah pendidikan dari sudut totalitas lingkup sosial kebudayaan,
politik dan ekonomisnya bagi masyarakat. Apabila psikologi pendidikan memandang gejala
pendidikan dari konteks perilaku dan perkembangan pribadi, maka sosiologi pendidikan
memandang gejala pendidikan sebagai bagian dari struktur sosial masyarakat.

2. 2 Lahirnya Sosiologi Pendidikan

Sosiologi sejak awal perkembangannya, merupakan ontologi dari cabang filsafat,


yang membicarakan mengenai berbagai kenyataan (riil) yang ada di masyarakat. Pada saat itu
sosiologi kurang begitu diketahui di kalangan masyarakat, karena biasanya masyarakat hanya
tertarik pada masalah-masalah yang umum dikenal kala itu, seperti golongan yang berkuasa,
kejahatan, kekuasaan, perang, keagamaan.

Terjadinya perubahan-perubahan dikalangan masyarakat Eropa pada abad


pertengahan sampai abad ke 18 yang membuat sosiologi baru dikenal di kalangan masyarakat
. Laeyendecker (Sunartyo, 2006;1) mengidentifikasi perubahan yang bergitu panjang
meliputi:

1) Pada akhir abad ke pertengahan (abad 15) terjadi pertumbuhan kapitalisme.


2) Terjadi perubahan di berbagai kawasan di Eropa mengenai bidang sosial dan politik.
3) Terjadi perubahan mengenai pandangan keagamaan (revormasi) yang dipelopori oleh
Martin Luther.
4) Individualism menjadi meningkatkan.

7
5) Lahirnya berbagai ilmu pengetahuan modern.
6) Kepercayaan pada diri sendiri mulai berkembang.

Dengan adanya ancaman terhadap tatanan sosial, sosiologi mulai berkembang yang
selama ini sudah dianggap seharusnya demikian benar dan nyata sehingga menjadi ilmu yang
berdiri sendiri. Ancaman tersebut diidentifikasi oleh Laeyndeker maliputi :

1) Timbulah 2 revolusi yaitu revolusi industri dan revolusi perancis.


2) Pada akhir abad ke-15 kapitalisme mulai tumbuhnya.
3) Adanya perubahan pada bidang sosial dan politik.
4) Perubahan yang terjadi akibat gerangan reformasi yang dicetuskan Marthin Luther.
5) Meningkatnya individualism

Hilangnya norma atau pegangan bagi masyarakat dalam bertindak merupakan


penyebab konflik-konflik tersebut terjadi Menurut pendapat Comte. Yang terjadi dalam
masyarakat Perancis ketika itu (abad ke-19) menjadi cerminan Comte. Setelah pecahnya
revolusi Perancis, terjaid konflik antar kelas pada masyarakat Perancis. Comte melihat hal itu
terjadi karena masyarakat tidak lagi tahu bagaimana mengatasi perubahan akibat revolusi dan
hukum-hukum apa saja yang dapat diapkai untuk mengatur tatanan sosial masyarakat.

Soekanto (2001;3) menyatakan pendapatnya bahwa ada beberapa faktor yang


mendorong sosiologi menjadi ilmu yang berdiri sendiri, perubahan -perubahan yang terjadi di
dalam masyarakat itu sendiri dan meningkatnya perhatian terhadap kesejahteraan masyarakat.
Di Amerika, sosiologi dikaitkan dengan usaha -usaha untuk meningkatkan keadaan-keadaan
sosial manusia dan sebagai suatu pendorong yang berfungsi menyelesaikan persoalan yang
ditimbulkan oleh pelanggaran, kejahatan, pelacuran, kemiskinan, konflik, pengangguran,
peperangan dan masalah-masalah sosial lainnya.

Pada awal perkembangannya sosiologi dikenal dengan nama filsafat sosial (social
philosophies). Pada fase ini, sosiologi hanya dilihat dari satu segi saja, menurut pendapat
Plato (429-374 SM) sosiologi merupakan bentuk segi tatanan Negara dalam suatu
masyarakat, dalam pendapatnya tersebut beliau menyatakan bahwa masyarakat sebenarnya
merupakan refleksi dari individu manusia itu sendiri. Kegoncangan dalam diri individu
manusia dapat terjadi karena disebabkan oleh gangguan keseimbangan jiwa.

Dalam pendapat yang dikemukakannya, Plato menjelaskan jika jiwa manusia


sebenarnya terdiri dari tiga unsur yakni nafsu, semangat dan intelegensia; sedangkan,

8
menurut Ariestoteles (384-322 SM) unsur-unsur sosiologi memiliki keterkaitan dengan
dengan etika sosial, keterkaitan yang dimaksudkan yakni bagaimana seharusnya manusia
bertingkah laku dengan manusia lainnya ataupun dalam tatanan kehidupan sosial lainnya,
dalam bukunya yang berjudul Politics Plato menjelaskan hubungan sifat sifat biologis
manusia dengan tatanan sosial di Di dalam teori sosiologi, sosiologi sendiri dibedakan
menjadi 2 macam yakni sosiologi umum dan sosiologi khusus. Sosiologi umum memiliki
peran untuk menyelidiki gejala-gejala sosio-kultural secara umum. Sedangkan sosiologi
khusus, memiliki perbedaan dengan sosiologi umum dimana dalam sosiologi khusus ini lebih
berfokus kepada penyelidikan aspek-aspek kehidupan sosio kultural secara mendalam.
Seperti contohnya sosiologi pendidikan, sosiologi hukum, sosiologi agama, sosiolog
keluarga, dan sebagainya.

Dalam pemaparan tersebut dapat diketahui bahwa sosiologi pendidikan dapat


dikategorikan sebagai salah satu bagian dari sosiologi khusus. Pada tahap-tahap awal
keberadaan manusia di dunia, pendidikan berlangsung secara informal dalam keluarga dan
lingkungan sekitar. Murdock (1949) seorang ahli antropologi mengemukakan hasil studinya
bahwa yang dibentuk melalui pernikahan, secara universal memiliki 4 fungssi utama yaitu:
seksual, reproduksi, edukasi, dan ekonomi. Selanjutnya, kehidupan berkembang terus,
semakin kompleks dan semakin banyak tantangan yang harus dihadapi oleh setiap warga
masyarakat. Orang tua yang tidak mampu lagi melaksanakan funsi pendidikan dengan baik
karena keterbatasan penguasaan substansi (bahan ajar) atau keterbatasan waktu. Hal ini lah
yang menyebabkan lahirnya institusi soaial baru melalui proses yang dinamakan diferensiasi
struktural, yaitu pembentukan institusi baru dalam masyarakat untuk melaksanakan fungsi
khusus, dalam hal pendidikan. Dalam uraian diatas diketahui bahwa praktis pendidikan telah
berlangsung sejak sekitar sejuta tahun yang lalu, sejak manusia pertama lahir di muka bumi.

Meskipun demikian gambaran tentang pelaksanaan praksis pendidikan itu lebih-lebih


kajiannya secara teoritik-akademik dalam sebuah ilmu terstruktur yang bernama sosiologi
pendidikan, baru dimulai pada pertengahan kedua abad ke-19. namun perlu sekiranya
ditegaskan bahwa sosiologi pendidikan lahir di kalangan sosiolog generasi pertama. Kajian
mengenai praktis pendidikan itu dimulai di kubu-kubu sosiologi eropa dan amerika serikat,
khususnya prancis, jerman, inggris, dan amerika serikat, satun hal yang menarik perhatian
adalah munculnya perbedaan-perbedaan sudut pandang yang cukup signifikan antara kubu-
kubu sosiologi tersebut, seperti yang dikemukakan pada bagian berikut:

9
1. Kelahiran Sosiologi Pendidikan Di Prancis Dan Jerman
Ballantine (1983) menerangkan bahwa elahiran sosiologi pendidikan di Eropa,
khususnya di Perancis, berlangsung tidak lama setelah kelahiran sosiologi sebagai
ilmu empirik pada tahun 1840, ketika Auguste Comte (1798-1857) memperkenalkan
istilah ‘sosiologi’. Emile Durkheim (1858-1917) melanjutkan perjuangan Comte agar
sosiologi memperoleh pengakuan sebagai ilmu yang mandiri.
Berkenaan dengan kelahiran sosiologi pendidikan, Durkheim-lah yang mula-
mula mengemukakan bahwa pendidikan harus dikaji dengan menggunakan kacamata
dan pendekatam sosiologi karena pendidikan merupakan fakta sosial yang saling
berpengaruh dengan perkembangan masyarakat (ballantine, 1983).
Emile Durkheim pernah menjabat guru besar dalam sosiologi dan pedagogi di
universita sorbonne, prancis. Dalam kuliah-kuliahnya, di samping sosiologi ia
mengajarkan teori-teori dan praksis pendidikan. Perhatian amat luas, mulai dari
permasalahan pada tahap makro seperti fungsi-fungsi pendidikan dan hubungan
pendidikan dengan perubahan sosial sampai kepada pengamat di tingkat messo dan
mikromikro mengenai kehidupan sosial di sekolah dan proses pembelajaran di dalam
kelas.
Selain Emile Durkheim di prancis, pemuka-pemuka sosiologi yang lain seperti
Max Weber di Jerman dan herbert spencer di inggris juga memberikan kontribusinya
yang penting bagikelahiran dan perkembangan sosiologi pendidikan. Max Weber
(1864-1920) dibandingkan dengan durheim, kurang langsung berkontribusi kepada
perkembangan sosiologi pendidikan (ballantine 1983:10), tetapi ia menaruh perhatian
kepada masalah pendidikan dengan memperkenalkan komponen baru. Ia
mememukakan asas teori konflik dalam dunia pendidikan.
Menurut Max Weber, hubungan kekuasaan dan perhatian konflik
antarindividu dan antarkelompok berpengaruh terhadap sistem pendidikan. Selain itu
Max Weber juga mengemukakan hasil studi komparatifnya yang menggambarkan
bahwa ada perbedaan peran pendidikan pada masyarakat praindustri dan pada
masyarakat industri. Pada masyarakat praindustri, pendidikan menyiapkan orang
untuk ditempatkan pada posisi-posisi tertentu, sedangkan pada masyarakat industri
(modern) pendidikan merupakan sarana untuk mobilitas sosial vertikal.Peran institusi
pendidikan dalam mempersiapkan orang untuk bisa memainkan peran baru dalam
masyarakat pada era modern ini semakin penting.
2. Kelahiran Sosiologi Pendidikan di Amerika Serikat

10
Kelahiran sosiologi pendidikan di Amerika Serikat senantiasa dikaitkan
dengan nama Lester Frank Ward yang pada tahun 1883, mengemukakan bahwa
pendidikan adalah sumber utama kemajuan umat manusia. Pada waktu itu di Amerika
Serikat terdapat perbedaan kelas sosial yang berdampak pada perbedaan kesejahteraan
yang mencolok dan tersebarnya berbagai masalah sosial akibat kemiskinan.
Perbedaan yang kelas terjadi dalam masyarakat itu bersumber pada perbedaan
pemilikan kesempatan, khususnya kesempatan dalam memperoleh pendidikan. Orang
yang berpendidikan lebih tinggi mendapat upah lebih besar di lapangan sehingga bisa
menabung dan membentuk kapital dari kelebihan pendapatannya,sementara itu yang
tidak berpendidikan hanya mendapat upah yang kecil,sekedar cukup untukhidup
sehari hari, tidak bisa menabung dan membentuk kapital
Dengan berasumsi bahwa pada dasarnya manusia memiliki kapasitas belajar
yang sama, maka untuk menghilangkan perbedaan tersebut,Lester Frank Ward
mendesak pemerintah Amerika Serikat untuk menyelenggarakan wajib belajar yang
kemudian mendapat sambutan positif dari pemerintahnya berupa pembukaan program
wajib belajar di negara itu.
Menurut ukuran sekarang, prinsip yang diperjuangkannya itu tampak seperti
hal yang biasa saja.Setiap negara menyusun program wajib belajar masing
masing.Namun pada zamannya perjuangan Lester Frank ward dinilai amat berani dan
mengandung risiko besar karenadi negara tersebut sedang berkuasa pandangan dan
pola pikir Darwinisme sosial yang beranggapan bahwa dalam masyarakat berlangsung
seleksi alam yang tak henti hentinya.
Dalam seleksi alam itu berlaku prinsip bahwa yang kuat mampu bertahan,
sedangkan yang lemah akan tersingkir dengan sendirinya.Pendapat seperti itulah yang
ditentang oleh Lester Frank Ward.Pada awal abad 20 muncul semangat kuat di
kalangan para sosiolog untuk memberikan sebuah cabanng baru dalam sosiologi yang
dinamakan Educational Sosiology yang menegaskan bahwa Lester Frank Ward adalah
pelopor berdirinya Educational Sociology di Amerika Serikat.
Demikianlah, di America Serikat waktu itu Educational Sociology
memusatkan perhatian pada penggunaan pendidikan sebagai alat untuk pemecahan
masalah masalah sosial,sementara itu perkuliahan yang diseelenggarakan di berbagai
perguruan tinggi tersebut biasanya bermuatan campuran materi sosiologi dan ahli
pendidikan yang diajarkan oleh para ahli kepada mahasiswa calon guru dan orang
orang yang berminat akan sosiologi dan ilmu pendidikan.Jadi Educational Sociology

11
merupakan kajian teoris dan normatif yang dilakukan dalam rangka mengatasi
permasalahan sosial dengan menggunakan pendidikan, dan mengatasi kelemahan
umum yang terdapat dalam dunia pendidikan itu sendiri.
Pada tahun 1928, Robert Angell memperkenalkan nama baru yaitu Sociology
of Education. Menurut pendapatnya yang harus menjadi pusat perhatian Sociology of
Education adalah melakukan pengkajian dan penelitian tentang kebijakan dan praksis
pendidikan serta mempublikasikan hasilnya dalam berbagai media, sehingga sosiologi
pendidikan menjadi sumber data ilmiah bukan lagi terbatas pada diskusi mengenai
cara dan kemungkinan mengatasi permasalahan sosial melalui penggunaan
pendidikan.
Perubahan tema diatas yang disertai dengan dukungan data penelitian yang
memadai merupakan angin baru yang lebih segar dan lebih menarik bagi para
sosiolog untuk melakukan penelitian dalam bidang pendidikan, dengan tekanan pada
aspek aspek sosial dari pendidikan.Bersamaan dengan perubahan tema tersebut terjadi
dua hal berikut yaitu perubahan nama jurnal yang dikembangkan,perubahan nama
seksi pendidikan dalam American Sociological Society dari seksi Educational
Sociology menjadi Sociology of Educational yang berlaku sampai sekarang.
3. Kelahiran Sosiologi Pendidikan Di Inggris
Di Inggris perhatian sosiologi akan pendidikan pada awalnya kurang
berkembang karena tokoh sosiologinya, yaitu Herbert Spencer, justru tokoh utama
Darwinisme Sosial, yang di Amerika Serikat ditentang oleh Lester Frank Ward.
Namun belakangan, (1961), di Inggris muncul aliran sosiologi yang memfokuskan
perhatian akan analisis pendidikan pada level mikro, yaitu mengenai interaksi sosial
yang terjadi dalam ruang belajar. Bernstein adalah salah seorang pelopornya.
Sosiologi pendidikan level mikro menyajikan lukisan tentang kenyataan dan
permasalahan yang terdapat dalam sistem persekolahan, seperti jumlah siswa per
kelas yang terlalu besar, cara mengajar yang otoriter dan teacher centered, sarana dan
prasarana belajar yang kurang baik, dan lain-lain.
Pendekatan Bernstein ini oleh Karabel dikategorikan sebagai ‘atheoretical,
pragmathic, descriptive, and policy focused’ (Balantine, 1985: 129) karena dimulai di
masyarakat, diluar dunia akademik pergururan tinggi. Baru sesudah tahun1977 di
Inggris dimulai perkuliahan sosiologi pendidikan di perguruan tinggi (Robinson,
1985: 35). di Inggris, sosiologi pendidikan memusatkan perhatian pada perbaikan
praksis pendidikan itu sendiri. Dewasa ini kajian sosiologi pendidikan meliputi semua

12
kepentingan tersebut, yaitu (1) pengembangan ilmu, (2) penanganan masalah sosial
dengan menggunakan jasa pendidikan, (3) peningkatan mutu pelaksanaan pendidikan.

2.3 Sejarah Sosiologi Pendidikan

Lahirnya sosiologi tidak jauh dari Sosiolog August Comte (1798-1857). Sosiologi
pertama kali dikenalkan oleh August Comte sehingga August Comte dijuluki sebagai bapak
sosiologi. Dalam bukunya yang berjudul The Course of Positive Philosopy yang terbit pada
1838, Comte menuliskan istilah sosiologi. Buku karya Comte menggambarkan komitemen
yang juat pada metode ilmiah. Comte dengan kreatif merancang buku ini dengan dari
berbagai filsafat pemikiran lalu Comte mendirikan ilmu yang mempelajari tentang
masyarakat yang didasarkan pada kuatnya aliran empiris. Awalnya Comte memberi nama
ilmu masyarakat sebagai “social physics”, lantas “Social phycis” dirubah menjadi
“sociology”.

Comte dalam bukunya menerangkan mengenai tiga tahap utama perkembangan


manusia. Tiga tahap utama ini ditentukan oleh dasar pemikiran yang dominan. Tiga tahap
tersebut yaitu : (1) tahap teologi, dengan adanya zat adikodrati atau zat yang tidak bisa
dijelaskan oleh hukum yag berasal daru Tuha Yang Maha Esa. (2) tahap metafisik, ditandani
dengan kekuatan pikiran dan ide ide adikodrati. (3) tahap positif, kemajuan kemajuan ilmu
positivistik dengan tujuan untuk keseimbangan hidup manusia.

Asal kata sosiologi dari kata “socious” dan “logos”. Dalam bahasa latin socious
berarti teman, sedangkan dalam bahasa Yunani berarti berbicara/kata. Jadi sosiologi dapat
didefinisikan ilmu yang berbicara tentang masyarakat. Comte sendiri mendefinisikan
sosioligi sebagai ilmu yang berkaitan dengan masyarakat yang didalamnya mempelajari
hidup bersama dalam bermasayarakat, dam masih meneliti ikatan ikatan yang menguasai
kehidupan.

Istilah sosiologi mulai populer pada setengah abad kemudian, atas buku yang berjudul
Principles of Sociology (1876) karya Herbert Spencer (1820-1830). Di dalam bukunya
Herbert Spencer menjelaskan bahwa kunci untuk memahami gejala sosial atau gejala alamiah
adalah hukum universal. Gejala fisik, biologis, dan sosial semuanya didasarkan pada hukum
universal. Prinsip prinsip evolusi dapat diperluas dari biologi ke sosiologis sehingga muncul
semboyan survival of the fittest dalam Darwinisme Sosial yang berasal dari tokoh sosiologis
yang bernama Spencer. Spencer berhasil mengembangkan teori organik pada

13
masyarakatmanusia dan mengembangkan teori mengenai evolusi sosial dan baru beberapa
tahun kemudian diterima oleh masyarakat.

Kelahiran sosiologi dilatarbelakangi oleh beberapa kejadian perubahan krisis yang


terjadi di Eropa Barat. Di Eropa Barat pada abad 15 telah terjadi renaissance (kebangkitan
kembali) yang ditandai dengan munculnya beberapa faktor misalnya kapitalisme,banyak
perubahan yang terjadi misalnya dalam bidang sosial-politik dan perubahan yang berkaitan
dengan reformasi Martin Luther, terciptanya individualisme, lahirnya pengetahuan modern,
berkembangnya kemampuan percaya diri, dan terjadinya revolusi industri pada abad ke-18
dan terjadi revolusi Perancis.

Lester F. Ward yang merupakan orang Amerika menerbitkan bukunya yang berjudul
“Dynamic Sociology” pada tahun1883, melaung kemajuan sosial dengan aksi aksi yang
cerdas dengan diarahkan oleh para sosiolog. Emil Durekheim yang merupakan seorang
perancis menunjukkan betapa pentingnya ilmu metedologi dalam sosiologi. Berkat Emile
Durheim perkembangan sosiologi menjadi semakin pesat melaui bukunya yang berjudul
Rules of Sociological yang diterbitkan pada tahun 1985. Emile Durheim menerangkan dalam
bukunya mengenai metedologi ilmiah yang ada dalam ilmu sosiologi yang berguna untuk
meneliti sosial. Emile Durjeim mendapat julukan sebagai “Bapak Metedologi Sosial”.

Sosiologi pendidikan diartikan sebagai cabang ilmu pengetahuan yang baru, muncul
pada abad ke -20. dalam bukunya Sanafiyah Faisal mengemukakan bahwa, Jhon Dewey
(1859-1952) yang melihat bahwa esensialnya ikatan antar masyarakat dengan lembaga
pendidikan. Baginya, nampak nyata terdapat pergantian struktur masyarakat. Dalam arus
pergantian yang begitu rupa tersebut, Dewey memandang betapa kecil, serta bahkan tidak ada
sama sekali peranan penyiapan anak didik yang dilakukan oleh lembaga perndidikan agar
partisipan bisa menyadari pertumbuhan masyarakat yang ada disekitarnya.

Berdasarkan hal itu, Dewey berkeinginan untuk memperbaiki dengan sekolah


percobaanya di Chicago. Melalui sekolah itu Dewey berupaya mengembangkan pengalaman
belajar dalam bentuk kehidupan yang dapat menumbuhkan rasa sosial. Dalam hal tersebut
juga dilakukan oleh Emile Durkheim (1858-1917), pada kala itu ia menjadi seorang Direktur
Ilmu Pendidikan dan Sosiologi. Sebagai orang yang mendapat atensi mengenai sosiologi
pendidikan, Durkheim melihat selaku sesuatu social thing, kalau warga secara totalitas
beserta tiap- tiap area sosial di dalamnya, ialah penentu cita- cita yang dilaksanakan lembaga
pembelajaran. Sesuatu warga dapat bertahan hidup, cuma jika terdapat homogenitas yang

14
mencukupi digolongan para warganya. kesamaan yang esensial yang dituntut dalam
kehidupan bersama tersebut, oleh upaya pembelajaran diperkenalkan serta diperkuat
penanamannya semenjak dini di golongan anak didik. Sebalik itu kerjasama apapun tentulah
tidak bisa jadi terdapat tanpa terdapatnya keanekaragaman. Keanekaragaman yang berarti itu,
oleh upaya pembelajaran dijaminnya dengan jalan pengadaan pembelajaran yang berbagai
macam, baik jenjang maupun spesialisasinya.

Penjelasan diatas tidak bermaksud merinci pokok pemikiran Durkheim, namun hanya
buat menekankan kalau betapa berartinya pengembangan sosiologis terhadap pemikiran
pembelajaran.Pelopor sosiologi pembelajaran dalam artian resmi, merupakan Jhon Dewey
dengan bukunya yang bertajuk School and Society yang terbit pada tahun 1899, dalam mana
dia menekankan pendapatnya.

Pada tahun1920 kuliah sosiologi pendidikan pertam kali diperkenalkanan oleh Henry
Suzallo di Teacher College, University Columbia. Namun pada tahun 1917 Walter R. Smith
menerbitkan buku sosiologi yang berjudul Introduction to Educactional Sociology. Jurusan
pendidikan pada tahun 1917 di Universitas New York. Di indonesia mata kuliah sosiologi
pendidikan muncul pada tahun 1967. Mata kuliah dicantumkan peda kurikulum, Fakultas
Ilmu Pendidikan Yogyakarta.

2.4 PELOPOR SOSIOLOGI PENDIDIKAN


1. Lester FrankWord (1841-1913)
Lester Frankword dianggap sebagai tokoh pencetus “Sosiologi Pendidikan” yang
berasal dari Amerika Serikat dan dituliskan dalam bukunya yang berjudul Applied Sociology
atau sosiologi terapan. Evolusi sosial merupakan pemikiran Word yang sangat penting dan
berpengaruh dalam sosiologi pendidikan. Evolusi sosial merupakan suatu perubahan yang
terjadi pada kehidupan sehari-hari. Menurutnya, pendidikan adalah alat penting yang dapat
mendorong seseorang untuk mencapai tujuan yang diharapkannya.
2. John Dewey (1859-1952)
Gagasan yang disampaikan oleh Lester Frank Word mengenai sosiologi pendidikan
kini dikembangkan oleh John Dewey, yang merupakan seorang tokoh paragmatisme, ahli
pendidikan dan juga pelopor sosiologi pendidikan. Pada tahun 1899 John Dewey menerbitkan
karyanya yang berjudul School and Society, dimana pada karyanya ini menekankan apabila
sekolah berperan sebagai institusi sosial. Pendidikan menurut pandangan beliau merupakan
wahana sentral yang bisa digunakan sebagai bentuk usaha untuk menjamin kelangsungan

15
hidup di masa yang akan datang. Beliau juga menuliskan dalam bukunya Democracy and
Education (1916) bahwa anak harus dibekali pendidikan sesuai dengan kebutuhan yang ada
pada lingkungan sosialnya. Untuk mewujudkan konsepnya tersebut, Dewey menciptakan dua
metode pendekatan pengajaran yakni :

 Problem Solving Method

Dengan menggunakan metode pengajaran ini anak diharapkan bisa menghadapi serta
memcahkan masalah sesuai dengan kemampuannya. Dalam metode belajar yang ditawarkan
oleh Dewey ini, guru bukan satu-satunya sumber belajar bagi peserta didik. Dengan metode
ini, pola belajar lama yang mengandalkan guru sebagai sumber satu-satunya (paedagogy)
digantikan oleh andragogy yang lebih menghargai perbedaan individu peserta didik.

 Learning by Doing

Konsep ini digunakan untuk menjembatani kesenjangan antara pendidikan dengan kebutuhan
yang ada di dalam masyarakat. Agar peserta didik ketika selesai masa studinya bisa exist
dalam masyarakat sesuai dengan kebutuhan masyarakat sosialnya.

3. Emile Durkheim(1858-1917)

Emile Durkheim merupakan salah satu tokoh dalam sosiologi pendidikan yang
menyatakan bahwa pendidikan berperan sebagai suatu social thing (ikhtiar pendidikan).
Dengan dasar ini beliau berpendapat bahwa “Pendidikan tidak hanya terdiri dari satu bentuk,
baik dalam artian ideal maupun actual, melainkan pendidikan terdiri dari bermacam-macam.
Dalam konteks ini keragaman bentuk yang dimaksud oleh Durkheim sebenarnya yakni
mengikuti banyaknya perbedaan-perbedaan yang ada lingkungan di masyarakat. Teori dan
pemikiran Durkheim ini terangkum dalam konsep “Solidaritas Sosial”. Solidaritas sosial
sendiri terbagi menjadi dua yakni :
 Solidaritas mekanik
Teori ini terbentuk karena adanya kesamaan, teori ini biasanya juga berkembang di
tengah-tengah masyarakat homogen. Teori ini terbentuk karena adanya sebuah
aktivitas serta tanggung jawab yang sama diantara masyarakat
 Solidaritas Organik

Solidaritas organik terbentuk karena adanya suatu perbedaan yang ada dalam kehidupan
masyarakat. Teori ini biasanya berkembang pada masyarakat heterogeny perkotaan.

16
Ikatan utamanya adalah hubungan saling ketergantungan diantara komponen masyarakat
yang berbeda.

Pandangan Durkheim tentang pendidikan ini menekankan bahwa pendidikan


bukanlah hanya satu model tetapi bermacam-macam. Dengan demikian, masyarakat secara
keseluruhan dan lingkungan sosialnya dapat menentukan tipe-tipe pendidikannya. Pendidikan
mermegang peranan yang sangat penting bagi kebutuhan psikologis manusia. Pendidikan
merupakan alat untuk mengembangkan kesadaran diri sendiri dan kesadaran sosial, menjadi
satu paduan yang stabil, disiplin, dan utuh secara bermakna.

4. Karl Mannheim (1893-1947)

Karl Mannheim merupakan tokoh sosiologi yang mendalami dunia pendidikan,


memandang bahwa pendidikan merupakan suatu dinamis dalam sosiologi. Dalam
statementnya beliau menyebutkan bahwa
“ahli sosiologi tidak memandang pendidikan semata-mata sebagai alat merealisasikan cita-
cita abstrak suatu kebudayaan atau sebagai alat transfer keahlian teknis, akan tetapi sebagai
suatu bagian dalam proses mempengaruhi manusia”. Pemikiran Manheim tentang sosiologi
pendidikan ini dikenal dengan nama sosiologi pengetahuan. Menurutnya, pendekatan
sosiologis pada dunia pendidikan tidak saja membawa nillai positif di dalam perumusan
tujuan pendidikan, akan tetapi juga dapat membantu pengembangan konten dan metodologi.
Pemikiran-pemikarannya ini terangkum dalam artikel yang berjudul “An Introduction the
Sociology of Education”. Dalam artikel ini, beliau menyebutkan tiga hal penting kurikulum
yang perlu diperhatikan oleh guru yakni :
a. Sosiologi untuk guru yang meliputi sifat manusia dan tata sosial, dampak kelompok
sosial terhadap individu, struktur sosial.
b. Sosiologi pendidikan meliputi, sekolah dan masyarakat, sosiologi pendidikan dan
aspek sejarahnya, sekolah dan tata sosial.
c. Sosiologi mengajar yang mencakup, interpretasi sosiologi terhadap kehidupan
sekolah, hubungan guru dan murid, masalah-masalah organisasi sekolah.
5. George Payne

Menurut George Payne, yang kerap disebut sebagai bapak sosiologi pendidikan,
menegaskan bahwa di dalam lembaga-lembaga, kelompok-kelompok sosial, proses sosial,
terdapat apa yang dinamakan hubungan-hubungan sosial, dimana dengan interaksi sosial itu
individu memperoleh dan mengorganisir pengalaman-pengalamannya. Hal inilah yang

17
merupakan bagian dari aspek-aspek atau prinsip prinsip sosiologisnya. Payne mengemukakan
studi komprehensif merupakan aspek pendidikan dari segi ilmu yang diterapkan. Bagi Payne
sosiologi pendidikan tidak hanya meliputi segala sesuatu dalam bidang sosiologi yang dapat
dikenakan analisis sosiologis. Tujuannya ialah memberikan guru-guru, para peneliti dan
orang lain yang menaruh perhatian akan pendidikan latihan yang serasi dan efektif dalam
sosiologi yang dapat memberikan sumbangannya kepada pemahaman yang lebih mendalam
tentang pendidikan.

2. 4 Tujuan Sosiologi Pendidikan

Tujuan sosiologi pendidikan pada dasarnya untuk mempercepat dan meningkatkan


pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan. Karena itu, sosiologi pendidikan tidak
akan keluar dari upaya-upaya agar pencapaian tujuan dan fungsi pendidikan tercapai menurut
pendidikan itu sendiri.

Tujuan sosiologi pendidikan menurut para ahli :

1. Menurut E.G. Payne, mengemukakan sosiologi pendidikan bertujuan memberikan


kepada guru-guru (termasuk kepada peneliti dan siapapun yang terkait dalam
pendidikan) latihan yang efektif dalam bidang sosiologi sehingga dapat memberikan
sumbangannya secara cepat dan tepat mengenai masalah pendidikan.
2. Menurut Nasution ada beberapa konsep mengenai tujuan Sosiologi Pendidikan, yaitu
sebagai berikut: (1) analisis proses sosiologi (2) analisis kedudukan pendidikan
dalam masyarakat, (3) analisis intraksi social di sekolah dan antara sekolah dengan
masyarakat, (4) alat kemajuan dan perkembangan social, (5) dasar untuk menentukan
tujuan pendidikan, (6) sosiologi terapan, dan (7) latihan bagi petugas pendidikan.
3. Menurut George S. Herrington menyatakan bahwa ada lima tujuan sosiologi
pendidikan, yaitu untuk :
 Memahami peraturan tentang penelitian dalam masyarakat dan sekolah sebagai
instrumen dan faktor sosial atau kemajuan sosial yang mempengaruhi sekolah,
 Memahami ideologi yang demokratis pada kultur kita dan kecenderungan sosial
dan ekonomi dalam hubungan dengan kedua agen pendidikan baik formal maupun
informal.
 Memahami kekuatan sosial yang memiliki efek mereka pada individu.
 Kurikulum masyarakat

18
 Menggunakan teknik penelitian dan pemikiran kritis dalam rangka menggapai
tujuan.

5 .Menurut S. Nasution dalam buku Sosiologi Pendidikan (Cetakan II, Jakarta : Bumi
Aksara,1999) mengatakan bahwa ada 7 tujuan sosiologi pendidikan yaitu sebagai :

 Analisis Proses Sosialisasi dalam hal ini,dapat dipahami bahwa sosiologi


pendidikan memperhatikan pengaruh keseluruhan lingkungan budaya sebagai
tempat dan cara individu memperoleh dan mengorganisasikan pengalamannya
(Francis Brown).
 Analisis Kedudukan Pendidikan Dalam Masyarakat; bertujuan untuk
mempertegas L.A. Cook yang dalam ulasannya mengutamakan fungsi lembaga
pendidikan di masyarakat serta menganalisis hubungan sosial antara sekolah
dengan berbagai aspek masyarakat.
 Analisis Sosial Disekolah Dan Antara Sekolah Dengan Masyarakat ,hal ini
mengupayakan menganalisis pola-pola interaksi sosial dan peranan sosial dalam
masyarakat sekolah dan hubungan orang-orang didalam sekolah dengan kelompok
terkait diluar sekolah.
 Alat Kemajuan Dan Perkembangan Sosial; sekolah dalam hal ini dapat dijadikan
alat kontrol sosial yang membawa kebudayaan ke puncak yang setinggi-tingginya.
 Dasar Menentukan Tujuan Pendidikan merupakan sosiologi pendidikan yang
dipandang oleh sejumlah ahli sebagai alat menganalisis tujuan pendidikan secara
objektif dimana mencoba mencapai suatu filsafat pendidikan berdasarkan analisis
masyarakat dan kebutuhan manusia.
 Sosiologi Terapan selalu menerapkan prinsip-prinsip sosiologi dalam disiplin ilmu
lain sehingga lahir sosiologi ekonomi, sosiologi politik, dan lain-lain.
 Latihan Bagi Petugas Pendidikan,Sosiologi pendidikan bertujuan sebagai latihan
bagi petugas pendidikan sehingga tidak hanya mempelajari masalah-masalah
sosial dalam pendidikan melainkan juga tujuan pendidikan, bahan kurikulum,
pokok-pokok praktis, etis dan lain-lain.

Tujuan dari sosiologi pendidikan di Indonesia ialah :

19
 Berusaha untuk memahami peranan sosiologi daripada kegiatan sekolah terhadap
masyarakat, terutama apabila sekolah ditinjau dari segi kegiatan intelektual.
 Untuk memahami seberapa jauhkah guru dapat membina kegiatan sosial anak
didiknya untuk mengembangkan kepribadian anak tersebut .
 Untuk mengetahui pembinaan ideologi Pancasila dan Kebudayaan nasional
Indonesia dilingkungan pendidikan dan pegajaran.
 Untuk mengadakan integrasi kurikulum pendidikan dengan masyarakat sekitarnya
agar pendidikan mempunyai kegunaan praktis dalam masyarakat, dan Negara
seluruhnya.
 Untuk menyelidiki faktor kekuatan masyarakat, yang bisa menstimulir pertumbuhan
dan perkkembangan kepribadian anak.
 Memberi sumumbangan yang positif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.
 Memberi pegangan terhadap penggunaan sebagai prinsip sosiologi untuk
mengadakan sosiologi sikap dan kepribadian anak didik.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sosiologi pendidikan adalah sosiologi yang digunakan untuk memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi oleh pendidikan yang sangat fundamental, terutama
dalam interaksi sosial antara peserta didik dengan lingkungan, guru, dan sesamanya,
begitu juga dalam melihat gejala-gejala sosial yang berkembang dalam sistem
Pendidikan. Sejarah sosiologi di mulai ketika Sejak tahun 1800-an ketika August
Comte pertama kali menggunakan kata sosiologi dalam bukunya yang berjudul;
positive Philosophy pada tahun 1842. Kemudian pada tahun 1876, Herbert Spencer
(Inggris) menerbitkan teks sosiologi pertama. Pada tahun 1883 di Amerika, Lesther F
Ward menerbitkan buku yang berjudul “Dynamic Sociology”. Disusul sosiologi lain
seperti Max Weber, Emile Durkheim, serta John Dewy. Pada tahun1920 kuliah
sosiologi pendidikan pertama kali diperkenalkanan oleh Henry Suzallo di Teacher
College, University Columbia. Sosiologi pendidikan di pelopori oleh Lester Frank
Word, Emile Durkheim, George Payne, John Dewey serta Karl Manheim.
Tujuan sosiologi pendidikan pada dasarnya untuk mempercepat dan
meningkatkan pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan. Karena itu, sosiologi
pendidikan tidak akan keluar dari upaya-upaya agar pencapaian tujuan dan fungsi
pendidikan tercapai menurut pendidikan itu sendiri.
3.2 Saran
Bahwasannya kami menyadari bahwa makalah kelompok kami jauh dari kata
sempurna dan masih banyak kekurangan. Sehingga kami akan berusaha untuk
memperbaiki dengan sebaik mungkin. Kami mengharap kritik dan saran para
pembaca dalam pembahasan makalah kelompok kami.

21
DAFTAR PUSTAKA

S. Nasution (2016) ‘Sosiologi Pendidikan’, Sosiologi Pendidikan, p. 10.

Soekidjo, N. and Kesehatan, P. D. P. (2005) Teori dan Aplikasinya, PT Rineka Cipta.


Jakarta.

ahmat, A. (2010) ‘Bab I Bab II Hakikat Sekolah dalam Sosiologi Pendidikan’.

Abdul, Rahmat. (2016). Sosiologi Pendidikan. Gorontalo

Wuradji. 2008. Sosiologi Pendidikan Sebuah Pendekatan Sosio-Antropologi. Jakarta:


Depdikbud.

Setianto, A. Y., Chamidah, D., Kato, I., Siregar, R. T., Purba, P. B., Khalik, M. F., ... &
Purba, S. (2021). Sosiologi Pendidikan. Yayasan Kita Menulis.

22

Anda mungkin juga menyukai