Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

ASUMSI-ASUMSI SOSIOLOGIS DAN


ANTROPOLOGIS PENDIDIKAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Landasan Pendidikan
Dosen Pengampu : Gilang Mas Ramadhan, M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 5

Amelia Rahmatillah (60403070122005)


Defi Fitriyani (60403070122011)
Merdiana Nursyamsiah (60403070122024)
Naelil Bahiyyah Fadllatunnisa AL (60403070122027)
Rohmah Sri Ayu (60403070122038)

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


BINA MUTIARA SUKABUMI
PROGRAM STUDY PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
KAMPUS SUKARAJA
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan pertolongannya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dengan
judul “Asumsi-Asumsi Sosiologis Dan Antropologis Pendidikan”. Dengan adanya
makalah ini penulis berharap kita semua agar lebih memperdalam pengetahuan
mengenai makna sosiologi dan antropologi dalam pendidikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan kata atau kalimat dan tata
letak dalam makalah ini tentunya banyak sekali kekurangan dan kekhilafan, baik
kata atau kalimat dan tata letak.
Untuk kebaikan dan sempurnanya makalah ini, penulis berharap adanya
kritik dan saran yang membangun sangat agar menjadi acuan untuk penulisan
makalah dengan lebih baik lagi. Dan akhirnya makalah ini semoga dapat
bermanfaat bagi pembaca, penyusun dan mahasiswa.

Sukabumi, Desember 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4

A. Definisi Ilmu Sosiologi dan Antropologi Pendidikan...................................4

1. Definisi Ilmu Sosiologi.............................................................................4

2. Definisi Ilmu Antropologi.........................................................................7

B. Perbedaan Antropologi Dengan Sosiologi..................................................10

C. Tujuan Mempelajari Sosiologi Pendidikan.................................................12

D. Implikasi landasan sosiologi dalam Pendidikan Indonesia.........................14

E. Implikasi Pendidikan yang berlandaskan Antropologi di Indonesia..........17

BAB III PENUTUP..............................................................................................21

A. Kesimpulan.................................................................................................21

A. Saran............................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan di era globalisasi menghadapi berbagai tantangan yang


semakin berat. Cepatnya perubahan yang terjadi dalam berbagai bidang kehidupan
di masyarakat, di satu sisi dapat membawa kemajuan, namun juga sekaligus
melahirkan kegelisahan pada masyarakat. Salah satu hal yang dapat
menggelisahkan msayarakat adalah persoalan moral. Orang sepertnya tidak lagi
memiliki pegangan akan norma-norma kebaikan. Dalam situasi ini, terutama
dalam pendidikan, dibutuhkan sikap yang jelas arahnya yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Pendidikan merupakan proses pemanusiaan manusia berbudaya Indonesia
yang inetraktif berkesinambungan dan konsentris. Maksudnya bahwa manusia
Indonesia berakar pada budaya bangsa dalam membawa manusia dan masyarakat
Indonesia ke dalam suatu masyarakat madani Indonesia memasuki pergaulan
bangsa-bangsa di dunia yang terbuka. Proses pemanusiaan berimplikasi bahwa
proses pendidikan terjadi dalam interaksi antar manusia dalam masyarakat
Indonesia yang majemuk. Proses pemanusiaan itu merupakan suatu proses
interkultural yang meliputi budaya lokal, nasional, dan internasional (global)
menuju kepada terciptanya suatu masyarakat madani global.
Pendidikan tidak hanya dituntut mengikuti dan menyesuaikan dengan
perubahan sosial yang ada, namun lebih dari itu, pendidikan juga dituntut untuk
mampu mengantisispasi perubahan dalam menyiapkan generasi muda untuk
mengurangi ketidaksesuaian di masa yang akan datang, maka dari itu dalam
pendidikan akan dipelajari sosiologi dan antropologo budaya.
Sosiologi dan Antropologi Pendidikan memandang fenomena tersebut
secara utuh dan komprehensif untuk memahami pendidikan nasional Indonesia
secara keseluruhan. Kajian sosiologik dan antropologik memberikan sumbangan
dan kontribusi dalam perumusan kebijakan, strategi, program, dan intervensi

1
pendidikan bagi orang tua, pendidik, dan para pemimpin pendidikan sesuai
dengan posisi dan peranan mereka. Dalam kajiannya, Suyata (2000)
mengemukakan bahwa setiap Sosiologi adalah pengetahuan atau ilmu tentang
sifat masyarakat, perilaku masyarakat, dan perkembangan masyarakat. Sosiologi
merupakan cabang Ilmu Sosial yang mempelajari masyarakat dan pengaruhnya
terhadap kehidupan manusia dan studi sosiologi ini lebih menitik beratkan pada
masyarakat dan kehidupan sosialnya. Antropologi adalah suatu studi yang
mempelajari tentang kehidupan manusia baik dari segi fisik, sosial dan
budayanya.
Pendidikan tidak hanya bertujuan menghasilkan pribadi yang cerdas dan
terampil, tetapi juga menghasilkan pribadi yyang memilki nurani dan budi pekerti.
Tanpa adanya integritas pribadi, kecerdasan dan keterampilan bisa saja
disalahgunakan untuk hal-hal yang merugikan. Untuk itu, disadari pentingnya
pengembangan budi pekerti di pusat-pusat pendidikan, termasuk di sekolah.
Dalam kaitannya dengan upaya kualitas sekolah misalnya, sekurangnya
ada tiga aspek pokok yang perlu diperhatikan, yaitu :
1) proses belajar mengajar,
2) kepemimpinan dan manajemen sekolah, dan
3) kultur sekolah. Kultur sekolah belum banyak diangkat sebagai salah satu
faktor yang menentukan, termasuk dalam upaya pengembangan moral
siswa.

B. Rumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang masalah di atas dapat kita rumuskan maslah


sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan sosiologi dan antropologi pendidikan?


2. Apa saja tujuan mempelajari sosiologi dan antropologi pendidikan?
3. Bagaimana implikasi sosiologi dan antropologi dalam pendidikan?

C. Tujuan

Tujuan dari  penulisan makalah ini dapat di uraikan sebagai berikut :

2
1. Untuk mengetahui definisi sosiologi dan antropologi pendidikan.
2. Untuk mengetahui tujuan mempelajari sosiologi dan antropologi
pendidikan.
3. Untuk mengetahui implikasi sosiologi dan antropologi dalam pendidikan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Ilmu Sosiologi dan Antropologi Pendidikan

1. Definisi Ilmu Sosiologi

Untuk mengetahui definisi Sosiologi, penulis mengutip pernyataan


Iphofen dan Poland (1998), “Sociology is about understanding the individual's
place in the world: where they are, what they do and what their views are. It is
about how they come to be in that place and think the things that they think”.
Sehingga menurut definisi ini, sosiologi mempelajari lokasi/tempat manusia
berada, kegiatan manusia di lokasi tersebut, dan berbagai pandangan manusia.
Sosiologi juga mempelajari bagaimana manusia (sekelompok manusia) bisa
berada di lokasi tersebut dan memikirkan hal-hal yang mereka pikirkan.
Definisi lainnya dinyatakan (Kuipers & Sell, 2008) dalam International
Encyclopedia of the Social Sciences volume 2, yaitu:
“Commonly accepted definitions of sociology agree that it is the
scientific or systematic study of human society. The focus is on understanding
and explaining, and ranges from the individual in social interaction to groups
to societies and global social processes. Unique to sociology is its emphasis
upon the reciprocal relationship between individuals and societies as they
influence and shape each other”.
Sementara menurut Soekanto (2013), sosiologi adalah ilmu sosial
dengan obyek yang dipelajari adalah masyarakat, serta memenuhi unsur-unsur
sebagai ilmu pengetahuan, yaitu:

 Bersifat empiris, artinya didasarkan pada observasi terhadap kenyataan


dan akal sehat serta hasilnya tidak bersifat spekulatif
 Bersifat teoritis, artinya selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil-
hasil observasi. Abstraksi berbentuk kerangka unsur-unsur yang

4
tersusun secara logis dan bertujuan menjelaskan hubungan-hubungan
sebab akibat sehingga dihasilkan teori
 Bersifat kumulatif, artinya dibentuk atas dasar teori-teori yang sudah
ada dengan memperbaiki, memperluas, dan memperhalus teori-teori
yang lama
 Bersifat nonetis, artinya tidak mempersoalkan baik-buruknya fakta
tertentu melainkan menjelaskan fakta tersebut secara analisis.

Dari pernyataan di atas dapat kami simpulkan bahwa sosiologi adalah ilmu
pengetahuan yang secara sistematik mempelajari masyarakat. Tujuan ilmu ini
adalah memahami, menjelaskan dan membagi-bagi proses interaksi sosial
manusia/individu ke dalam kelompok, masyarakat hingga global. Denga demikian
ilmu sosiologi secara mendalam mempelajari hubungan yang saling
mempengaruhi antara individu dengan masyarakat.

a. Cabang Ilmu Sosiologi

(Kuipers & Sell, 2008) membagi ilmu sosiologi ke dalam dua


kelompok besar yaitu Sosiologi Mikro (Microsociology) dan Sosiologi Makro
(Macrosociology). Sosiologi Mikro mempelajari dinamika dan interaksi yang
terjadi dalam kelompok, sedangkan Makro Sosiologi mempelajari sistem
sosial dan pengaturan lembaga sosial dalam skala yang lebih luas.
Konsep-konsep yang dipelajari dalam microsociology antara lain
konsep diri dan identitas (self and identity), status dan kekuasaan (status and
power), kerjasama dan kompetisi (coorperation and competition), pertukaran
(exhange), legitimasi (legitimation) dan keadilan (justice). Sedangkan konsep
utama yang dipelajari pada macrosociology adalah pola interaksi sosial secara
umum yang membentuk masyarakat dan pengaruhnya terhadap masyarakat,
serta lembaga sosial yang terdiri dari lima unsur utama yaitu keluarga,
lembaga pendidikan, lembaga keagamaan, lembaga ekonomi, dan lembaga
politik.
Menurut area yang dianalisis, ilmu sosiologi dapat dibedakan atas 1)
organisasi sosial; 2) psikologi sosial; 3) perubahan sosial; 4) ekologi manusia;
5) populasi dan demografi; 6) teori dan metodologi sosiologi; dan 7) sosiologi

5
terapan. Ilmu sosiologi terapan dapat dibedakan menurut obyek studinya,
antara lain:

 Socio-economics. Cabang ilmu ini mempelajari hubungan antara


aktivitas ekonomi dengan kehidupan sosial.
 Sosiologi Kesehatan. Mempelajari perilaku masyarakat yang
berhubungan dengan kesehatan dan penyakit.
 Sosiologi Pendidikan. Cabang ilmu ini mempelajari peranan dan
fungsi sistem pendidikan pada masyarakat.
 Sosiologi Keluarga. Mempelajari dasar-dasar dalam hubungan
keluarga sebagai sebuah lembaga sosial serta hubungannya dengan
lingkungan.
 Kriminologi. Mempelajari dasar-dasar dan penyebab perilaku kriminal
dan tidak normal, aktivitas kriminal, dan sistem peradilan kriminal.
 Sosiologi Agama. Mempelajari peran praktik-praktik agama dalam
masyarakat seperti spititual, komunitas, dan keagamaan pada
masyarakat multikultural.
 Sosiologi Industri. Mempelajari isu-isu teoritis dan praktis, latar
belakang sejarah, serta tema-tema universal yang berkembang di dunia
kerja.
 Sosiologi Politik. Mempelajari hubungan antara ilmu politik dengan
masyarakat.
 Sosiologi lingkungan. Mempelajari perilaku sosial seseorang terhadap
lingkungan fisik dan organisasi sosial.
 Sosiologi Pedesaan (Rural Sociology). Mempelajari gaya hidup
masyarakat pedesaan seperti perilaku, kepercayaan, kebudayaan,
norma, tradisi dan sebagainya.
 Sosiologi Perkotaan (Urban Sociology). Mempelajari gaya hidup
masyarakat perkotaan.

6
2. Definisi Ilmu Antropologi

Dalam kata pengantar buku Encyclopedia of Anthropology, Galdikas


(2005) menyatakan bahwa “anthropology is the scientific study of human
kind’s origin, biology, and culture”. Secara bebas, definisi tersebut dapat
diartikan sebagai berikut: Antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
asal usul, biologis, dan kebudayaan manusia. Bidang ilmu ini sangat luas
terutama disebabkan adanya jarak (gap) yang luas antara para ilmuwan yang
memperdalam kebudayaan dengan asal mula manusia.
Definisi yang agak berbeda disampaikan oleh (Birx, 2015) dalam buku
yang sama. Ia mengatakan “anthropology is the study of humankind in terms
of scientific inquiry dan logical presentation (antropologi adalah ilmu tentang
manusia yang disajikan/disampaikan dengan metode ilmiah dan pemikiran
yang logis, terjemahan bebas). Seorang ahli antropologi memandang makhluk
hidup merupakan produk yang dinamis dan kompleks, sebagai hasil dari
informasi genetik bawaan dan perilaku sosial yang dialami. Dengan demikian,
antropologi merupakan “jembatan” antara ilmu pengetahuan alam dengan
sosial yang berhubungan dengan manusia.
Sementara (Miller, 2008) menyatakan: “anthropology is the study,
analysis, dan description of humanity’s past and present”. Secara eksplisit
Miller menyatakan antropologi mempelajari manusia pada dua sisi waktu
yang berbeda yaitu masa lampau (past) dan saat ini (present). Pendekatan-
pendekatan yang digunakan dalam ilmu ini memungkinkan antropologis
menganalisis dan mendeskripsikan manusia baik pada masa pra sejarah
maupun modern saat ini.
Pengertian ilmu Antropologi yang komprehensif diberikan oleh
Koentjaraningrat (2015) dalam buku Pengantar Ilmu Antropologi sebagai
berikut:
“Karena ilmu antropologi masih tergolong muda yakni baru berumur
kira-kira satu abad saja, menyebabkan tujuan dan ruang lingkupnya masih
merupakan suatu kompleks masalah yang sampai sekarang masih menjadi

7
pokok perbedaan paham antara berbagai aliran yang ada dalam kalangannya
sendiri. Secara kasar aliranaliran dalam antropologi dapat digolongkan
berdasarkan atas berbagai universitas di beberapa negara tempat ilmu
antropologi berkembang yaitu terutama di Amerika Serikat, Inggris, Eropa
Tengah, Eropa Utara, Uni Sovyet5 , dan negara-negara yang sedang
berkembang”.
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan ilmu Antropologi mempelajari
manusia dari sudut pandang berbeda, antara lain aspek asal usul, biologis,
kebudayaan pada masa pra sejarah dan masa modern saat ini yang disajikan
secara ilmiah dan logis.

a. Cabang Ilmu Antropologi

Menurut (Berg, 2015) antropologi merupakan cabang ilmu yang


membandingkan peradaban dan kebudayaan manusia di seluruh dunia dan
sepanjang waktu. Dengan demikian ilmu ini menghasilkan pendekatan yang
menyeluruh untuk mempelajari manusia. Hal ini disebabkan antropologi
terdiri dari berbagai cabang ilmu yang memiliki pendekatan yang berbeda
tentang manusia. Disamping itu menurut (Birx, 2015) antropologi
memusatkan fokus perhatian pada gen, fosil, artefak, monumen/tugu, bahasa,
komunitas dan kebudayaan.
(Berg, 2015) membagi antropologi ke dalam empat divisi yaitu:
Antropologi budaya (cultural anthropology), Arkeologi (Archaeology),
Antropologi fisik/biology (physical/biological anthropology), dan Antropologi
linguistik (linguistical anthropology). Sementara menurut Birx (2015) ilmu
antropologi terdiri dari 5 bagian utama yang saling berhubungan, yaitu:
antrologi fisik/biologi, arkeologi, antropologi budaya/sosial, lingusitik, dan
antropologi terapan (Birx, 2015).

1) Antropologi Budaya

Antropologi budaya atau antropologi sosial mempelajari asal mula,


sejarah, dan perkembangan kebudayaan manusia. Ilmu ini lebih cenderung
mempelajari “kelompok-kelompok” yang memiliki perbedaan tujuan,

8
nilai, pandangan terhadap realitas, dan penyesuaian lingkungan dengan
kelompok lainnya.
Hasil studi antropologi budaya yang cukup terkenal adalah
etnografi yaitu metode penggambaran kebudayaan manusia secara
menyeluruh, berdasarkan pengamatan lapangan yang intensif terhadap
pengetahuan, adat istiadat, dan institusi pada kelompok budaya tertentu.
Sehingga ahli antropologi budaya sering disebut dengan ethnographers.

2) Arkeologi

Arkeologi mempelajari dan menginterpreasikan peradaban dan


kebudayaan yang berasal dari kehidupan masa lampau. Untuk mempelajari
perilaku budaya masa lampau, seorang arkeologis mengumpulkan dan
mempelajari “materi budaya” peninggalan manusia di masa lampau.
Dasar pemikiran cabang ilmu arkeologi adalah bahwa setiap
kebudayaan memiliki simbolsimbol yang digunakan untuk mengingatkan
mereka pada saat itu. Arkeologi berupaya mempelajari simbol-simbol
tersebut untuk mempelajari perilaku mereka. Dengan demikian penemuan-
penemuan arkeologi sangat penting bagi perkembangan budaya dan
manusia.

3) Antropologi Fisik/Biologi

Atropologi fisik/biologi mempelajari aspek-aspek biologis (secara


natural dan evolusi) pada manusia, baik pada masa lampau maupun saat
ini. Sehingga pada dasarnya ilmu ini adalah ilmu biologi, sehingga
terdapat beberapa pihak yang menganggap biologi ]adalah cabang dari
antropologi.
Kajian tentang Primata misalnya, memberikan pemahaman bagi
kita tentang perkembangan perilaku manusia. Sementara kajian tentang
fosil hominids memberi pehamaman bahwa manusia adalah makhluk yang
berbeda

4) Antropologi linguistic

9
Antropologi linguistik (sering hanya disebut ilmu Linguistik)
merupakan ilmu pengetahuan tentang bahasa. Namun ada kecenderungan
di beberapa perguran tinggi besar dan terkenal, ilmu bahasa merupakan
ilmu tersendiri terpisah dari antropologi. Tugas seorang ahli liguistik
adalah memahami struktur dan ketentuan dari suatu bahasa.

B. Perbedaan Antropologi Dengan Sosiologi

Dalam mempelajari ilmu Antropologi dan Sosiologi bersifat bebas nilai


dan menjelaskan. Artinya dengan mempelajari dan memahami situasi dan kondisi
pada kelompok manusia bukan berarti seseorang simpatik, setuju, atau menyukai
dengan hal tersebut. Ilmu ini menitikberatkan pada “penjelasan” tentang situasi
kelompok masyarakat. Misalnya studi tentang pekerja seksual, bukan berarti
mereka yang mempelajari kelompok ini setuju atau tidak setuju, namun ilmu
sosiologi berupaya menjelaskan tentang kondisi mereka. Dengan demikian, antara
Antropologi dan Sosiologi terdapat kesamaan yaitu keduanya mempelajari
manusia sebagai subyek studi. Hal ini dapat dipahami karena keduanya
merupakan bagian dari ilmu sosial (Social sciences).

1. Perbedaan dari Aspek Fokus Perhatian

Namun demikian, Antropologi memfokuskan perhatiannya pada


manusia sebagai makhluk hidup, sedangkan Sosiologi memusatkan studi pada
manusia sebagai makhluk sosial. Tabel 1 berikut menyajikan perbedaan
perhatian Antropologi dan Sosiologi.

Tabel 1. Perbedaan Perhatian Antropologi dan Sosiologi


Antropologi Sosiologi
Menganalisis aspek biologis & Menganalisis hubungan dalam
perkembangan manusia kelompok
Behubungan dengan masyarakat Berhubungan dengan
sederhana, primitif dan kurang masyarakat modern, beradab,
beradab dan kompleks
Mempelajari masyarakat kecil Mempelajari masyarakat yang

10
dan komunitas lebih luas
Menggunakan teknik partisipatif Menggunakan angket,
dan analisis kualitatif kuesioner, wawancara &
investigasi, serta analisis
kuantitatif

2. Perbedaan Paradigma

Paradigma merupakan cara seseorang atau kelompok orang melihat


dan memandang sesuatu masalah di dunia ini. Setiap ilmu pengetahuan yang
dikembangkan oleh para ahli dan pakar dibidangnya memiliki sudut pandang
tersendiri terhadap masalah atau fenomena yang ada di muka bumi ini.
Dengan demikian paradigma sebuah ilmu pengetahuan merupakan akumulasi
cara pandang yang dilahirkan oleh para pakar dan penemu di bidang ilmu
tersebut. Demikian halnya dengan ilmu Antropologi dan Sosiologi.
(Barnard, 2004) membagi cara pandang ilmu antropologi dalam
mempelajari manusia ke dalam 3 paradigma yaitu Diakronik (diachronic),
Sinkronik (synchronic), dan Interaksi (interactive). Paradigma Diakronik
melihat hubungan terjadi sepanjang waktu atau berdasarkan sejarah,
sedangkan Sinkronik melihat hubungan terjadi pada waktu tertentu. Sementara
paradigma Interaksi merupakan gabungan antara Diakronik dan Sinkronik.
Dalam ilmu sosiologi terdapat empat pandangan/pemikiran utama
yang melandasi studi tentang kelompok manusia (Iphofen & Poland, 1998),
yaitu:
a. Fungsionalis (functionalism). Menurut para pengikut fungsionalis,
setiap komunitas memiliki fungsinya masing-masing yang akan
mereka tunjukkan kepada masyarakat.
b. Teori konflik dari Marxist (Marxist conflict theory). Menurut marxist,
penyebab setiap orang membentuk kelompok adalah adanya
distribusi/alokasi sumberdaya yang terbatas dan tidak adil.
c. Interaksionis (interactionist). Menurut pada interacionist, dalam setiap
kelompok manusia terdapat interaksi antar manusia menggunakan
bahasa, tanda-tanda dan simbol-simbol yang mereka buat.

11
d. Pasca modernisasi atau fenomenologi (postmodernism atau
phenomenology). Menurut pandangan postmodernism, fenomena yang
terjadi di masyarakat tidak bisa dipandang secara kaku dan penuh
dengan asumsi-asumsi. Masyarakat mengalami evolusi atau
perkembangan dan dapat mengalami kepunahan secara natural.

C. Tujuan Mempelajari Sosiologi Pendidikan

Ada beberapa konsep tentang pentingnya mempelajari sosiologi


pendidikan, di antaranya, menurut Zainuddin Maliki :
1) Menganalisis proses sosialisasi.
2) Menganalisis kedudukan pendidikan dalam masyarakat
3) Menganalisis interaksi sosial di sekolah dan antara sekolah dengan
masyarakat.
4) Membantu memecahkan masalah-masalah sosial pendidikan.
5) Menganalisis tujuan pendidikan secara obyektif.
6) Menpelajari kelakukan sosial serta prinsip-prinsip untuk mengontrolnya.

Sementara menurut Nasution, ada beberapa konsep tentang tujuan


Sosiologi Pendidikan, antara lain sebagai berikut:

1) Analisis proses sosiologi.


2) Analisis kedudukan pendidikan dalam masyarakat,
3) Analisis intraksi social di sekolah dan antara sekolah dengan masyarakat,
4) Alat kemajuan dan perkembangan social,
5) Dasar untuk menentukan tujuan pendidikan,
6) Sosiologi terapan, dan
7) Latihan bagi petugas pendidikan.

Sedangkan menurut Ary Gunawan, tujuan sosiologi pendidikan sebagai


berikut:

1) Menganalisis proses sosialisasi anak, baik dalam keluarga, sekolah


maupun masyarakat. Pengaruh lingkungan dan kebudayaan masyarakat
terhadap perkembangan pribadi anak perlu diperhatikan.

12
2) Menganalisis perkembangan dan kemajuan sosial. Banyak pakar atau
orangyang beranggapan bahwa pendidikan memberikan peran yang
sangatbesarbagi kemajuan masyarakat. Sebab, dengan memiliki ijazah
yang tinggi, seseorang akan lebih mampu menduduki jabatan yang lebih
tinggi serta penghasilan yang lebih banyak.
3) Menganalisis status pendidikan di dalam masyarakat. Berdirinya suatu
lembaga pendidikan dalam masyarakat sering disesuaikan dengan
tingkatan daerah tempat lembaga pendidikan berada.Misalnya, perguruan
tinggi bisa didirikan di tingkatprovinsi atau minimal kabupaten yang
cukup baik animo mahasiswanya.
4) Menganalisis partisipasi orang-orang terdidik dalam kegiatan sosial. Peran
atau aktivitas warga yang berpendidikan sering menjadi ukuran tingkat
kemajuan suatu masyarakat. Orang-orang berpendidikan mudah untuk
berperan dalam masyarakat.
5) Menentukan tujuan pendidikan. Sejumlah pakar berpendapat bahwa tujuan
pendidikan nasional harus bertolak dan dipulangkan pada filsafat hidup
bangsa tersebut.
6) Memberikan latihan-latihan yang efektif dalam bidang sosiologi kepada
guru atau orang yang terlibat dalam pendidikan sehingga memberikan
kontribusi yang tepat terhadap proses pendidikan.

Konsep tentang tujuan sosiologi pendidikan di atas menunjukkan bahwa


aktivitas masyarakat dalam pendidikan merupakan sebuah proses sehingga
pendidikan dapat dijadikan instrument oleh individu untuk dapat berintraksi
secara tepat di komunitas dan masyarakatnya. Pada sisi yang lain,
sosiologipendidikan akan memberikan penjelasan yang relevan dengan kondisi
kekinian masyarakat, sehingga setiap individu sebagai anggota masyarakat dapat
menyesuaikan diri dengan pertumbuhan dan perkembangan berbagai fenomena
yang muncul dalam masyarakatnya. Namun demikian, pertumbuhan dan
perkembangan masyarakat merupakan bentuk lain dari pola budaya yang
dibentukoleh suatu masyarakat.
Keselarasan Tujuan Antropologi Dan Sosiologi Pendidikan Objek kajian
sosiologi adalah masyarakat.Masyarakat selalu berkebudayaan.Masyarakat dan

13
kebudayaan tidak sama, tetapi berhubungan sangat erat. Masyarakat menjadi
kajian pokok antropologi. Jika diibaratkan sosiologi merupakan tanah untul
tumbuhanya kebidayaan. Kebidayaan selalu bercorak sesuai dengan masyarakat.
Masyarakat berhubungan dengan susunan serta proses hubungan antara manusia
dan golongan. Adapun kebudayaan berhubungan dengan isi/coral dari hubungan
antara manusia dan golongan. Oleh karena itu baik masyarakat atau kebudayaan
sangat penting bagi sosiologi dan antropologi. Hanya saja, penekanan keduanya
berbeda.
Dari masing-masing tujuan pembelajaran sosiologi pendidikan dan
antropologi pendidikan, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari sosiologi-
antropologi pendidikan antara lain adalah agar kita :

1. Dapat melihat dengan jelas siapa diri kita, baik sebagai pribadi maupun
anggota kelompok atau masyarakat.
2. Mampu mengkaji tempat kita dalam masyarakat dan dqpat melihat dunia
atau budaya lain yang belum kita ketahui sebelumnya.
3. Semakin memahami norma, tradisi, kayakinan dan nilai-nilai yang dianut
oleh masyarakat lain.
4. Lebih tanggap, kritis dan nasional menghadapi gejala sosial masyarakat
yang semakin kompleks.

D. Implikasi landasan sosiologi dalam Pendidikan Indonesia

Sebuah Analisis Individu maupun masyarakat sebagai suatu kesatuan


individu-individu mempunyai berbagai kebutuhan. Untuk memenuhi berbagai
kebutuhan tersebut masyarakat membangun atau mempunyai pranata sosial. Salah
satu diantaranya adalah pranata pendidikan. Pendidikan merupakan pranata sosial
yang berfungsi melaksanakan sosialisasi. Terdapat hubungan antara pendidikan
dengan masyarakat.
Berbagai pandangan atau teori sosiologi yang menggambarkan fungsi atau
peranan pendidikan dalam hubungannya dengan masyarakat. Sosialisasi adalah
suatu proses dimana anak belajar menjadi seorang anggotayang berpartisipasi
dalam masyarakat. Yang dipelajari individu melalui sosialisasi ini adalah peranan-

14
peranan. Dalam proses sosialisasi individu belajar untuk mengetahui peranan yang
harus dijalankannya serta peranan-peranan yang harus dijalankan orang lain.
Melalui penguasaan peranan-peranan yang ada dalam masyarakat ini individu
akan dapat berinteraksi dengan orang lain. Seseorang dikatakan melaksanakan
peranannya jika ia melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan statusnya.
Dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhan atau untuk mencapai tujuan-
tujuannya, setiap individu maupun kelompok melakukan interaksi sosial. Dalam
interaksi sosial tersebut mereka melakukan berbagai tindakan sosial. Tindakan
sosial yang dilakukan individu hendaknya sesuai dengan status dan peranannya.
Implikasi terhadap konsep pendidikan menurut Pidarta (2009:191) adalah sebagai
berikut:

1. keberadaan sekolah tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat sekitarnya,


keduanya saling menunjang. Sekolah seharusnya menjadi agen
pembangunan masyarakat
2. perlu dibentuk badan kerja sama antara sekolah dengan tokoh-tokoh
masyarakat, termasuk wakil-wakil orang tua siswa, untuk ikut memajukan
pendidikan,
3. proses sosialisasi anak perlu ditingkatkan
4. dinamika kelompok dimnfaatkan untuk belajar.

Dari penjelasan diatas menurut penulis implikasi dari landasan sosiologi


terhadap pendidikan adalah:

a. Pengembangan teori Pendidikan

Implikasi sosilogi dalam pengembangan teori pendidikan: mendorong


lahir dan berkembangnya sosiologi pendidikan, mendorong lahir dan
berkembangnya ilmu pendidikan kependudukan dan mendorong lahir dan
berkembangnya aliran sosiologisme pendidikan.

b. Tujuan Pendidikan

Pendidikan dapat djadikan ajang pembelajaran bagi siswa untuk


mempersiapkan diri mereka sebelum terjun di masyarakat. Sekolah sebagai

15
pengubah sosial, yaitu untuk menyeleksi nilai-nilai, menghasilkan warga
negara yang baik, dan menciptakan ilmu serta teknologi baru untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional maka sekolah seharusnya menjadi agen
pembangunan masyarakat. Agar tujuan dari pendidikan nasional bisa tercapai
perlu dibentuk badan kerja sama antara sekolah dengantokoh-tokoh
masyarakat, termasuk wakilwakil orang tua siswa, untuk ikut memajukan
pendidikan

c. Kurikulum Pendidikan

Kurikulum pendidikan harus disusun berdasarkan kondisi social


masyarakat. Kurikulum disusun bukan hanya harus berdasarkan nilai, adat
istiadat, cita-cita dari masyarakat, karena kondisi social senantiasa berubah
dan berkembang sejalan dengan perubahan masyarakat. Maka kurikulum
harus disusun dengan memperhatikan unsur fleksibilitas dan bersifat dinamis,
sehingga kurikulum tersebut senantiasa relevan dengan masyarakat.
Konsekuensi logisnya, pada waktunya perlu diadakan perubahan dan revisi
kurikulum, sesuai dengan perkembangan dan perubahan sosial yang ada pada
saat itu. Program kurikulum harus disusun dan mengandung materi sosial.

d. Proses Pendidikan.

Sekolah merupakan bagian dari kelompok sosial yang ada di


masyarakat, maka dari itu dalam sekolah harus melaksanakan nilai-nilai yang
dibuat dan disepakati oleh masyarakat yang bersumber dari norma,
pemerintah, agama, dan pengetahuan. Sekolah sebagai kontrol sosial, yaitu
untuk memperbaiki kebiasaan-kebiasaan jelek kala dirumah maupun di
masyarakat.
Proses sosialisasi anak perlu ditingkatkan melalui pelaksanaan strategi
dan metode pembelajaran yang sesuai dengan siswa agar siswa mudah
bersosialisasi dengan siswa lain, dan mampu berkomunikasi dengan baik.
Implikasi sosiologi sangat berkaitan erat dengan pendidikan, hal itu disebut
sebagai istilah sosiologi pendidikan, yaitu ilmu yang berusaha untuk

16
mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan guna
mengembangkan kepribadian individu agar lebih membaik.

Pandangan sosiologi pendidikan menurut Nasution, merupakan proses


analisis social dan pola-pola sosial yang terdapat dalam sistim pendidikan.
Menurutnya sosiologi ini merupakan ilmu pengetahuan yang otonom
mempunyai sifat diantaranya:

1. Sifat umum, yang membahas prinsip hubungan antar manusia pada


umumnya dan bukanlah orang perorangan atau daerah perdaerah.
2. Sifat kategoris, bahwa sosiologi menyatakan apa adanya hubungan antar
manusia didalam masyarakat dan bukan bersifat normatif.

Dalam hal ini jika kita mengakaji bahwa sosiologi ini mengkaji prilaku
manusia dan hubungannya dengan personal lainya. Pada umumnya, seluruh
prilaku manusia dipelajarinya melalui hubungannya dengan manusia lain-nya baik
dirumah, sekolah tempat permainan, pekerjaan dan sebagainya

E. Implikasi Pendidikan yang berlandaskan Antropologi di Indonesia

Indonesia merupakan negara yang memiliki batas wilayah sangat luas


terdiri dari 12 ribu pulau. Diluar pulau Jawa khususnya, masih banyak pulau-
pulau yang tertutup atau dikelilingi hutan belantara. Hal ini menyebabkan
terkendalanya komunikasi dan tranportasi baik yang dilakukan antar daerah
maupun antar masyarakat.
Keanekaragaman suku-suku bangsa berkembang sesuai dengan daerah
geografis ketika masyarakat tersebut pertama kali berada di Indonesia semisal
suku Jawa, suku Sunda, suku Madura, suku Dayak, Suku Miang dan lain
sebagainya. Seiring dengan berjalannya waktu, dengan adanya lingkungan
geografis yang berbeda-beda, menyebabkan perubahan pula pada adat-istiadat,
bahasa, kebiasaan-kebiasaan perilaku masyarakat serta sistem nilai-nilai atau
norma-norma yang di anut oleh setiap suku bangsa.
Oleh karena itu, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki suatu adat-
istiadat, bahasa bahkan sistem nilai dan norma yang berbeda. Pendidikan yang

17
dari dulu merupakan suatu proses transmisi dan transportasi kebudayaan yang
dilakukan oleh masyarakat, akan terjadi perbedaan di setiap masing-masing suku
bangsa dalam hal pelaksanaan pendidikan. Uno & Lamatenggo (2016)
menyatakan sebelum Indonesia di jajah Indonesia telah mempunyai landasan
antropologi yang kuat dalam proses pendidikannya.
Kemudian, sistem pendidikan melalui kurikulum yang telah diatur dan
disusun dengan rapi yang dibawa oleh bangsa Eropa setelah tiba di daerah
masyarakat Indonesia, membuat masyarakat tersebut memiliki cara pandang yang
berpedoman pada penerapan sistem pendidikan tersebut.
Perkembangan dan kemajuan masyarakat di setiap masing-masing suku
bangsa memiliki pengalaman yang berbeda-beda. Tingkat perkembangan dan
kemajuan masyarakat di setiap masingmasing suku bangsa di Indonesia
dipengaruhi oleh pengetahuan dan pemahaman tentang wawasan
kebangsaansetelah penjajahan yang berlangsung cukup lama.
Kemudian tentang tingkat kebutuhan, pola pikir, serta cara bertahan hidup
masyarakat juga dipengaruhi terhadap perbedaan perkembangan dan kemajuan
masyarakat di setiap masingmasing daerah. Misalnya tentang pendidikan antara
daerah masyarakat perkotaan dengan daerah masyarakat pedesaan.
Di daerah masyarakat perkotaan seperti halnya untuk kelas menengah ke
atas merupakan hal yang biasa menyekolahkan anaknya mulai dari tingkat dasar
sampai dengan tingkat perguruan tinggi, sedangkan pendidikan pada masyarakat
pedesaan untuk kelas menengah ke bawah merupakan hal yang sulit untuk
melanjutkan pendidikan sampai ke jenjang perguruan tinggi. Selain karena faktor
pembiayaan, dalam masyarakat pedesaan anak dituntut juga menjadi pencari
nafkah dalam memenuhi kebutuhan keluarga.

I. Identifikasi Kebutuhan Belajar Masyarakat Intisari dalam pendidikan


yang berlandaskan antropologi adalah pendidikan itu harus mengetahui
apa yang menjadi kebutuhan pada masyarakat sekitar, baik secara
sosiokultural maupun kebutuhan pengembangan. Oleh karenanya
dibutuhkan tentang identifikasi kebutuhan belajar masyarakat.
Memperhatikan masyarakat sebagai sumber informasi merupakan hal
penting dalam indentifikasi kebutuhan belajar masyrakat. Chambers

18
menyatakan bahwa biasanya hanya aspirasi golongan masyarakat
menengah ke atas yang menjadi tokoh-tokoh masyarakat dan jarang
ditemui masyarakat lapisan bawah dilibatkan dalam upaya menjaring data
dan informasi (Uno & Lamatenggo, 2016). Oleh karena itu, pengumpulan
data tidak akan akurat, karena data yang di ambil tidak mewakili kejadian
yang sebenarnya. Maka, dalam melakukan indentifikasi harus melibatkan
seluruh lapisan masyarakat baik masyarakat pedesaan maupun masyarakat
perkotaan agar menjadi pertimbangan untuk memperoleh data dan
informasi yang benar dan akurat.

II. Pelibatan Partisipasi Masyarakat Setempat keterlibatan masyarakat dalam


tahap identifikasi sangatlah diperlukan dan seharusnya tidak terhenti hanya
pada tahap identifikasi saja, namun keterlibatan masyarakat harus sampai
pada tahap awal perencanaan hingga ke tahap evaluasi dari serangkaian
hasil pelaksanaan kegiatan. Dalam tahap pelaksanaan menggunakan
metode partisipator. Dengan maksud, warga masyarakat wajib terlibat dan
menjadi sasaran didik dalam semua kegiatan pendidikan. Dimulai dari
menyusun dan merancang kurikulum, menyediakan sarana dan prasarana
yang memadai, menentukan dan menunjuk narasumber yang akan menjadi
pemateri dalam proses belajar, serta juga terlibat dalam penilaian hasil
belajar. Pada hakikatnya, didalam masyarakat akan sangat merasa
senangjika dilibatkan dalam kegiatan pendidikan dan dengan suka rela
akan menyumbang atau membantu menyediakan sarana dan prasarana
yang diperlukan Salah satu studi kasus yang terjadi di SD di salah satu
desa di Jawa Timur, dimana gedungnya masih belum berdiri sendiri atau
numpang dengan rumah warga. Namun ada suasana mengharukan
sekaligus mengherankan bahwasannya masih adanya partisipasi
masyarakat yang sangat besar terhadap berkembangnya sekolah tersebut.
Kursi dan meja belajar yang digunakan oleh sekolah tersebut merupakan
buah hasil karya masyarakat yang dikerjakan dengan gotong royong dan
ikhlas meskipun masih tampak kasar hasilnya. Pemilik rumah yang
menjadikan gedung tersebut sebagai gedung sekolah dengan suka rela dan
ridho untuk berdiam diri dibagian belakang, meskipun pada hakikatnya

19
rumah tersebut tidak layak dijadikan sebagai tempat belajar. Suatu hal
yang menarik yang dilakukan masyarakat setempat, yaitu dengan
menyediakan makan setiap harinya untuk disajikan kepada guru yang
mengajar disekolah tersebut. Jika dibandingkan dengan gedung sekolah
yang megah dengan menggunakan pagar yang tinggi, memperlihatkan
suasana gedung sekolah yang seram sehingga masyarakat setempat enggan
dan segan untuk berpartisipasi didalam lingkungan tersebut.Dengan
adanya lingkungan mempengaruhi terhadap perbedaan geografis dan
sosiokultural dalam masyarakat seperti halnya letak daerah yaitu: daerah
pantai, daerah pegunungan, daerah tropis, derah subtropis, daerah subur,
daerah tandus, dan lain sebagainya juga memengaruhi terhadap perbedaan
pemahaman kebudayaan masyarakat tersebut baik dalam ide-ide atau pola
perilaku masyarakatnya. Kemudian perbedaan tersebut juga memengaruhi
sistem nilai dalam masyarakat yang juga akan memengaruhi proses
pendidikan. Pada umumnya, sistem nilai dari kebudayaan suatu
masyarakat bersifat abstrak sehingga upaya pendidikan yang berfungsi
mewariskan dan melestarikan sistem nilai oleh suatu masyarakat/bangsa
tidaklah dapat di lepaskan dari sistem nilai yang dianut oleh latar
masyarakat.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang secara sistematik mempelajari


masyarakat. Dan Antropologi adalah ilmu yang mengkaji manusia dari sudut
pandang berbeda, antara lain aspek asal usul, biologis, kebudayaan pada masa pra
sejarah dan masa modern saat ini yang disajikan secara ilmiah dan logis.
Dari masing-masing tujuan pembelajaran sosiologi pendidikan dan
antropologi pendidikan, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari sosiologi-
antropologi pendidikan antara lain adalah agar kita lihat dengan jelas siapa diri
kita, baik sebagai pribadi maupun anggota kelompok atau masyarakat, mampu
mengkaji tempat kita dalam masyarakat dan dqpat melihat dunia atau budaya lain
yang belum kita ketahui sebelumnya, semakin memahami norma, tradisi,
kayakinan dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat lain dan lebih tanggap,
kritis dan nasional menghadapi gejala sosial masyarakat yang semakin kompleks.
Implikasi sosiologi dalam pendidikan yaitu : Pengembangan teori
Pendidikan, Tujuan Pendidikan, Kurikulum Pendidikan, dan Proses Pendidikan.
Sedangkan implikasi Antropologi terhadap pendidikan yaitu : Model
pembelajaran berbasis budaya lokal. Model pembelajaran ini diterapkan melalui
muatan lokal. Materi disesuaikan dengan potensi lokal masing-masing daerah di
lingkungan sekolah.

A. Saran

Sosiologi dan Antropologi Pendidikan mempunyai banyak manfaat


dikehidupan social dan ruang lingkup sekolah, alangkah baiknya kita
mempelajarinya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Heryana, A. ( 2022). Sosiologi & Antropologi Kesehatan : Sebuah Pengantar.


Prodi Kesehatan Masyarakat, Universitas Esa Unggul.

Laksono, P. (2015). Antropologi Pendidikan. Yogyakarta: Kepel Press.

RACHMAT SATRIA, d. (2020). Landasan Antropologi Pendidikan dan


Implementasinya Dalam Pembangunan Indonesia. Indonesian Journal of
Social Science Education (IJSSE) : Universitas Negeri Malang.

Suyata. (2000). Sosio-Antropologi Pendidikan. Modul Perkuliahan.

Syatriadin. (2017). Landasan Sosiologis Dalam Pendidikan. Jurnal Ilmu Sosial


dan Ilmu Pendidikan.

Tilaar, H. ( 1999). Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

W. Septiarti, M. d. (2017). Sosiologi Dan Antropologi Pendidikan. Yogyakarta :


UNY Press, viii + 291 hlm; 15.5 x 23 cm.

22

Anda mungkin juga menyukai