0LEH:
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..........................................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan Makalah..................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perubahan sosial budaya masyarakat..................................................................3
B. Landasan sosial budaya dalam pendidikan..........................................................3
1. Sosiologi dan pendidikan................................................................................3
2. Kebudayaan dan pendidikan...........................................................................7
3. Pendidikan dan pengembangan pendidikan....................................................7
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan............................................................................................................12
Daftar Pustaka........................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
dimensi kebudayaan sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku
individu.
B. Rumusan Masalah
Dari rumusan masalah diatas yang bersifat umum, dapat dijabarkan
beberapa pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana perubahan sosial budaya masyarakat?
2. Bagaimana landasan sosial budaya dalam pendidikan?
3. Apa sosiologi dan pendidikan?
4. Bagaimana hubungan kebudayaan dan pendidikan?
2
BAB II
PEMBAHASA
N
3
yang dapat dipandang sebagai sosiologi khusus adalah sosiologi
pendidikan.
Wuradji (1988) menulis bahwa sosiologi pendidikan meliputi :
1. Interaksi guru-siswa.
2. Dinamika kelompok di kelas dan di organisasi intra sekolah.
3. Struktur dan fungsi sistem pendidikan.
4. Sistem masyarakat dan pengaruhnya terhadap pendidikan.
1. Imitasi
Imitasi atau peniruan bisa bersifat positif dan bisa pula bersifat negatif
2. Sugesti
Sugesti akan terjadi kalau seorang anak menerima atau tertarik pada
pandanganatau sikap orang lain yang berwibawa atau berwewenang
atau mayoritas.
3. Identifikasi
Seorang anak dapat juga mensosialisasikan diri lewat identifikasi yang
mencobamenyamakan dirinya dengan orang lain, baik secara sadar
maupun di bawah sadar.
4. Simpati
Simpati akan terjadi manakala seseorang merasa tertarik kepada orang
lain.
4
1. Empiris : bersumber dan diciptakan dari kenyataan yang terjadi di
lapangan.
2. Teoretis : merupakan peningkatan fase penciptaan, bisa disimpan
dalam waktu lama, dan dapat diwariskan kepada generasi muda.
3. Kumulatif : berkomulasi mengarah kepada teori yang lebih baik.
4. Nonetis : menceritakan apa adanya, tidak menilai apakah hal itu
baik atau buruk.
Untuk memudahkan terjadi sosialisasi dalam pendidikan, maka guru perlu
menciptakan situasi, terutama pada dirinya, agar faktor-faktor yang mendasari
sosialisasi itu muncul pada diri anak-anak.
Interaksi sosial akan terjadi apabila memenuhi dua syarat berikut :
1. Kontak sosial
Kontak sosial bisa menghasilkan interaksi positif atau interaksi negatif.
Kontak sosial berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu:
a. Kontak antar individu
b. Kontak antara individu dengan kelompok atau sebalikya.
c. Kontak antar kelompok
2. Komunikasi
Adalah proses penyampaian pikiran dan perasaan seseorang kepada
orang lain atau sekelompok orang. Ada sejumlah alat yang dapat dipakai
mengadakan komunikasi. Alat-alat yang dimaksud adalah:
Langsung : Lisan dan isyarat
Tidak Langsung: tulisan dan alat-alat bantu
Ada sejumlah bentuk interaksi sosial, yaitu sebagai berikut :
Kerjasama : belajar kelompok
Akomodasi : meredakan pertentangan
Asimilasi atau akulturasi : penyatuan pikiran
Persaingan : kompetisi
Pertikaian : pertentangan/konflik
5
Diketahui bersama bahwa manusia selain sebagai makhluk individu juga
merupakan mahluk sosial. Oleh karena itu dalam melakukan interaksi sosial
manusia terkadang membentuk kelompok sosial. Kelompok sosial berarti
himpunan sejumlah orang, paling sedikit dua orang, yang hidup bersama, karena
cita-cita yang sama.
Ada beberapa persyaratan untuk terjadinya kelompok sosial, yaitu :
Setiap anggota memiliki kesadaran sebagai anggota kelompok
Ada interaksi timbal balik antar anggota
Mempunyai tujuan yang sama
Membentuk norma yang mengatur ikatan kelompok
Ada struktur dalam kelompok yang membentuk peranan dan status sebagai
dasar ikatan \kegiatan kelompok
6
2. Kebudayaan dan Pendidikan
Kebudayaan menurut Taylor adalah totalitas yang kompleks yang
mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat, dan kemampuan-
kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota
masyarakat (Imran Manan, 1989). Kebudayaan produk perseorangan ini tidak
disetujui Hasan (1983) dengan mengemukakan kebudayaan adalah keseluruhan
dari hasil manusia hidup bermasyarakat berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama
manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan kepandaian, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain-lain kepandaian.
Sedangkan Kneller mengatakan kebudayaan adalah cara hidup yang telah
dikembangkan oleh anggota-anggota masyarakat.
Dari ketiga devinisi kebudayaan diatas, tampaknya devinisi terakhir yang
paling tepat, sebab mencakup semua cara hidup ditambah dengan kehidupan
manusia yang diciptakan oleh manuasia itu sendiri sebagai warga
masyarakat (Made Pidarta, 1997 : 157). Bisa dikatakan bahwa, kebudayaan
adalah hasil cipta dan karya manusia berupa norma-norma, nilai-nilai,
kepercayaan, tigkah laku, dan teknologi yang dipelajari dan dimiliki oleh semua
anggota masyarakat.
Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang sangat erat dalam arti
keduanya berkenaan dengan suatu hal yang sama yaitu nilai-nilai. Pendidikan
membuat orang berbudaya, pendidikan dan budaya bersama dan memajukan.
7
segi sasarannya, lingkungan pendidikan, jenjang pendidikan, dan sektor
kehidupan. Secara khusus sumbangan pendidikan terhadap pembangunan adalah
pembagunan/pengembangan atas penyempurnaan sistem pendidikan itu sendiri.
8
merupakan basic education, yang memberikan bekal dasar bagi
jenjang pendidikan diatasnya.
4. Segi Pembidangan Kerja/ Sektor Kehidupan. Bidang ekonomi,
hukum, sosial politik, keuangan, perhubungan, komunikasi,
pertanian, pertambangan, pertahanan, dll.
Pembangunan Sistem Pendidikan Nasional.
Pertanyaaan yang muncul adalah:
1. Mengapa sistem pendidikan harus dibangun.
Setiap pendidikan selalu berurusan dengan manusia, karena hanya
manusia yang dapat dididik dan harus selalu dididik. Bayi hanya
akan menjadi manusia jika melalui pendidikan. Sedangkan
manusia adalah satu-satunya mahkluk yang dikaruniai potensi
untuk selalu menyempurnakan diri. Padahal kesempurnaan itu
sendiri adalah suatu kondisi yang tidak akan kunjung dpat dicapai
oleh manusia. Disamping itu pengalaman manusia juga
berkembang. Itulah sebabnya mengapa sistem pendidikan sebagai
sarana yang menghantar manusia untuk menemukan jawaban atas
teka-teki mengenai dirinya juga selalu disempurnakan. Selanjutnya
masalah pendidikan juga dapat dilihat sebagai persoalan nasional
karena pendidikan berhubungan dengan masa depan bangsa. Jika
rencana pembangunan masyarakat Indonesia akan berubah dari
masyarakat agraris menjadi industri, makan pola pikir dan perilaku
yang dilandasi oleh situasi dan kondisi agraris harus berubah
kearah situasi dan kondisi dimana manusia disibukkan dengan
kegiatan industri. Kriteria “kualitas manusia” tentu berubah sesuai
dengan tuntutan masyarakat yang berkembang. Sistem pendidikan
harus banyak berubah untuk dapat menyongsong suasana hidup
yang diperlukan, jangan sampai pendidikan sebagai an agent of
social change (agen perubahan sosial).
2. Wujud pembangunan sistem pendidikan.
9
Secara makro, sistem pendidikan meliputi banyak aspek yang satu
sama lain bertalian erat, yaitu:
a. Hubungan antar aspek-aspek, dimana aspek filosofis,
keilmuan dan yuridis menjadi landasan bagi butir-butir
yang lain, karena memberikan arah serta mewadai butir-
butir. Dengan demikian struktur pendidikan, kurikulum,
dan lain-lain harus mengacu pada aspek filosofis, aspek
keilmuan, dan aspek yuridis. Oelh karena itu perubahan
apapun yang terjadi pada struktur pendidikan, kurikulum,
dan lain-lain tersebut harus tetap berada didalam wadah
filosofis dan yuridis.
b. Aspek filosofis dan keilmuan. Aspek filosofif berupa
penggarapan tujuan nasional pendidikan. Rumusan tujuan
nasional yang tentunya memberikan peluang bagi
pengembangan sifat hakikat manusia yang bersifat kodrati
yang berarti pula bersifat wajar. Sifat kodrati paralel dengan
jiwa pancasila. Filsafat pancasila ini menggantikan secara
total falsafah pendidikan jaman penjajah. Sedang aspek
keilmuan memberikan sumbangan penting terhadap sistem
pendidikan. Dalam usaha mencapai tujuan yang telah
dirumuskan oleh filsafat itu, sistem pendidikan memerlukan
tunjangan dari teori keilmuan.
c. Aspek yuridis atau perundang-undangan. Undang-undang
dasar 1945 sebagai landasan hukum pendidikan sifatnya
relatif tetap. Hal ini dimungkinkan oleh karena UUD 1945
isinya ringkas sehingga sifatnya lugas. Beberapa pasal
melandasi pendidikan baik yang bersifat eksplisit, maupun
implisit. Pasal-pasal tersebut yang sifatnya masih sangat
global dijabarkan lebih rinci kedalam bentuk UU
pendidikan. Berdasarkan UU pendidikan inilah sistem
pendidikan disusun dan dilaksanakan.
10
d. Aspek struktur. Aspek struktur pembangunan sistem
pendidikan berperan pada upaya pembenahan struktur
pendidikan yang mencakup jenjang dan jenis pendidikan,
lama waktu belajar dari jenjang yang satu ke jenjang yang
lain, sebagai akibat dari perkembangan sosial budaya dan
politik.
e. Kurikulum yang meliputi materi, metodologi, pendekatan,
orientasi. Aspek filosofis, keilmuan, dan yuridis menjadi
landasan bagi butir-butir yang lain karena memberikan arah
serta mewadahi butir-butir yang lain. Artinya struktur
pendidikan, kurikulum dan lain-lain harus mengacu pada
aspek filosofis, keilmuan, dan aspek yuridis. Meskipun
sebagai landasan, tetapi tidak berarti setiap kali ada
perubahan filosofis dan yuridis harus didikuti dengan
perubahan aspek-aspek yang lain secara total. Contoh:
Undang-undang pendidikan no.12 tahun 1954 diubah
menjadi undang-undang no.2 tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, tetapi struktur pendidikan tetap saja
seperti yang dulu: pendidikan dasar, pendidikan menengah,
dan pendidikan tinggi.
11
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa pendidikan adalah bagian dari
kebudayaan. Bila kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa berubah dan
bila pendidikan berubah akan dapat mengubah kebudayaan. Pendidikan adalah
suatu proses membuat orang kemasukan budaya, membuat orang berprilaku
mengikuti budaya yang memasuki dirinya. Sekolah sebagai salah satu dari tempat
enkulturasi suatu budaya sesungguhnya merupakan bahan masukan bagi anak
dalam mengembangkan dirinya. Dapat dituliskan bahwa hubungan antara
kebudayaan dan pendidikan adalah :
1. Pendidikan membentuk atau menciptakan kebudayaan
2. Pendidikan melestarikan kebudayaan
3. Pendidikan menggunakan dan berdasarkan kebudayaan
Ada Implikasi Konsep Kebudayaan pada Pendidikan, yaitu :
1. Materi pelajaran banyak dikaitkan dengan keadaan dan msalah masyarakat
setempat (melalui MULOK)
2. Metode belajar ditekankan pada kegiatan siswa baik individual maupun
kelompok.
12
LANDASAN SOSIAL BUDAYA PADA PENDIDIKAN
1. Fira khairunnisa (2021206005) PGSD
Apa yang menjadi landasan sosial budaya bagi pendidikan diindonesia?
Sosial budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling dekat dengan
kehidupan sehari-hari. Sebab, sebagian besar aktivitas manusia dilakukan
secara kelompok. Sedangkan jika dikaitkan dengan pendidikan, maka terlebih
dahulu mengerti apa yang menjadi tujuan pendidikan itu sendiri. Berbicara
tentang landasan sosial budaya dalam pendidikan, maka ada beberapa hal
yang harus dibahas yaitu: (1) sosiologi dan pendidikan. (2) kebudayaan dan
pendidikan.
2. Puspa Jamila (2021206016) PGSD
Apa pengaruh pendidikan terhadap sosial budaya?
Adanya pendidikan dapat mempengaruhi perubahan sosial, yang mana
perubahan sosial nantiknya akan mempunyai fungsi: (1) melalukan reproduksi
budaya, (2) difusi budaya, (3) mengembangkan analisis kultural terhadap
kelembagaan-kelembagaan tradisional,(4) melakukan perubahan-perubahan
atau modifikasi tingkat ekonomi sosial.
3. Ulfia Raisabila (2021203002) BAHASA INGGRIS
Mengapa peran budaya sangat penting?
Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan
masyarakat. Identitas ini terbentuk oleh berbagai faktor seperti sejarah,
kondisi dan posisi geografis, sistem sosial, politik dan ekonomi, dan
perubahan nilai-nilai didalam masyarakat.
13
DAFTAR PUSTAKA
14
15