Disusun Oleh:
1. Akhmad Rifqi
2. Imaroh
3. Laeni Royyani
2023
KATA PENGANTAR
Terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ································································· i
DAFTAR ISI ············································································ ii
BAB I PENDAHULUAN ···························································· 1
1.1 Latar Belakang····························································· 1
1.2 Rumusan Masalah ························································· 2
1.3 Tujuan Penulisan ·························································· 2
BAB II PEMBAHASAN ······························································ 3
2.1 Proses Pendidikan Sebagai Proses Sosial ····························· 3
2.2 Proses Pendidikan Sebagai Proses Budaya ··························· 4
2.3 Hubungan Antara Pendidikan Dengan Sosial Budaya ··············· 5
BAB III PENUTUP ···································································· 7
3.1 Kesimpulan ································································· 7
3.2 Saran ······································································· 7
DAFTAR PUSTAKA ·································································· 9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2.Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana proses pendidikan sebagai proses sosial?
2. Bagaimana proses pendidikan sebagai proses budaya?
3. Bagaimana hubungan antara pendidikan dengan sosial budaya?
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun untuk tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui proses pendidikan sebagai proses sosial.
2. Untuk mengetahui proses pendidikan sebagai proses budaya.
3. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dengan sosial budaya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
guru dapat memahami kepribadian masing-masing guru. Di dalam proses
belajar mengajar seyogianya interaksi yang terjadi wajar, siswa dapat
menerima kekuasaan guru dan rela mematuhi serta menghormati mereka.
Dengan demikian, lulusan yang dihasilkan memang benar-benar berkompeten
sesuai dengan tujuan.
Sedangkan komunikasi dapat diartikan seseorang memberikan tafsiran
pada perilaku orang lain (berwujud pembicaraan, gerak-gerik atau sikap),
perasaan-persaan yang ingin disampaikan pada orang tersebut. Orang yang
bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang
disampaikan orang lain terhadapnya. Dengan komunikasi, maka sikap-sikap
dan perasaan-perasaan seseorang atau kelompok dapat diketahui orang lain
atau kelompok lainnya.
2.2. Pendidikan Sebagai Proses Budaya
Pendidikan adalah bagian dari kebudayaan itu sendiri dan mempunyai
pengaruh timbal-balik. Bila kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa
berubah dan bila pendidikan berubah akan dapat mengubah kebudayaan.
Tampak bahwa pendidikan berperan dalam mengembangkan kebudayaan.
Pendidikan adalah medan manusia dibina, ditumbuhkan, dan dikembangkan
potensi-potensinya. Semakin potensi seseorang dikembangkan semakin ia
mampu menciptakan atau mengembangkan kebudayaan. Sebab pelaku (aktor)
kebudayaan adalah manusia.
Pembentukan dan pewarisan kebudayaan dari satu generasi ke generasi
berikutnya merupakan suatu proses transformasi, secara utuh proses
transformasi tersebut terjadi dalam dunia pendidikan. Salah satu fungsi yang
mendasar dari pendidikan adalah untuk pengembangan kebudayaan. Fortes
mengemukakan tiga variabel utama dalam transformasi kebudayaan, yaitu:
a. Unsur-unsur yang ditransformasikan
b. Proses tranformasi
c. Cara transformasi.
Unsur-unsur transformasi kebudayaan adalah nilai-nilai budaya, adat-
istiadat masyarakat, pandangan mengenai hidup serta berbagai konsep hidup
4
lainnya yang ada di dalam masyarakat; berbagai kebiasaan sosial yang
digunakan dalam interaksi atau pergaulan para anggota masyarakat tersebut;
berbagai sikap dan peranan yang diperlukan di dalam dunia pergaulan dan
akhirnya berbagai tingkah-laku lainnya termasuk proses fisiologi, refleks dan
gerak atau reaksi-reaksi tertentu dan penyesuaian fisik termasuk gizi dan tata
makanan untuk dapat bertahan hidup.
Unsur-unsur itulah yang merupakan ikhtiar kebudayaan yang
memungkinkan berkembangnya peradaban manusia. Dalam konteks ini,
maka pendidikan tidak hanya merupakan pengalihan pengetahuan dan
keterampilan (transfer of knowledge and skliss), tetapi juga meliputi
pengalihan nilai-nilai budaya dan norma-norma sosial (transmission of
cultural values and social norms). Kiranya dapat dikatakan bahwa tiap
masyarakat sebagai pengemban budaya (culture bearer) berkepentingan
untuk memelihara keterjalinan antara pelbagai upaya pendidikan dengan
usaha pengembangan kebudayaan. Kesinambungan hidup bermasyarakat
turut dipengaruhi oleh berlangsungnya pengalihan nilai budaya dan norma
sosial dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kesinambungan ini
dimungkinkan oleh orientasi pada nilai budaya yang sama serta konformisme
perilaku berdasarkan sosial yang berlaku. Demikianlah pendidikan bermakna
sebagai proses pembudayaan dan seiring bersama itu berkembanglah sejarah
peradaban manusia.
2.3. Hubungan Antara Pendidikan Dengan Sosial Budaya
Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha
manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam
masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian, bagaimanapun sederhananya
peradaban suatu masyarakat di dalamnya terjadi atau berlangsung suatu proses
pendidikan. Karena itulah sering dinyatakan pendidikan telah ada sepanjang
peradaban umat manusia. Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha
manusia melestarikan hidupnya.
Pendidikan mencerminkan kehidupan dan kondisi suatu masyarakat,
program pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kekuatan- kekuatan sosial-
5
budaya, sejarah, dan filosofi yang semuanya akan memberikan arah kepada
pendidikan. Karena itu kajian tentang keadaan sosial budaya sangat penting.
Studi tentang keadaan sosial budaya dan kaitannya dengan pendidikan
melahirkan bermacam mata kuliah, tergantung dari disiplin ilmu yang dipakai
seseorang, seperti: dasar-dasar sosial pendidikan, dasar-dasar sosiologi
pendidikan, sekolah dan masyarakat, antropologi pendidikan, dan dasar-dasar
sosial budaya pendidikan.
Selain diajarkan pada tingkat pendidikan tinggi, kajian tentang sosial-
budaya juga diajarkan pada tingkat sekolah. Sebagai suatu lembaga sosial,
sekolah tidak dapat menghindari diri dari pengaruh latar belakang sosial
budaya masyarakatnya. Sekolah didirikan dengan tugas:
a. Menyampaikan warisan kebudayaan
b. Menyampaikan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai
c. Mengembangkan potensi-potensi baik individual maupun
masyarakatnya
d. Mengembangkan warga negara yang setia dan percaya akan
negerinya.
Untuk mengimplementasi tugas sekolah tersebut diperlukan kerjasama
antarwarga sekolah maupun dengan pihak lain yang berkaitan dengan
kepentingan sekolah dan peserta didik, seperti guru, teman sebaya, orang tua,
tenaga kependidikan, atau warga sekolah lainnya.
6
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Proses pendidikan adalah proses sosial dimana terjadi interaksi melalui
kontak sosial dan komunikasi antar individu yang ada di sekolah. Bila
interaksi tersebut berjalan baik dan maksimal maka outcome yang dihasilkan
sekolah tersebut juga akan baik dan maksimal. Melalui proses interaksi di
sekolah, potensi-potensi peserta didik berkembang.
2. Pendidikan adalah bagian dari kebudayaan itu sendiri dan mempunyai
pengaruh timbal-balik. Bila kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa
berubah dan bila pendidikan berubah akan dapat mengubah kebudayaan.
Tampak bahwa pendidikan berperan dalam mengembangkan kebudayaan.
Pendidikan adalah medan manusia dibina, ditumbuhkan, dan dikembangkan
potensi-potensinya. Semakin potensi seseorang dikembangkan semakin ia
mampu menciptakan atau mengembangkan kebudayaan. Sebab pelaku (aktor)
kebudayaan adalah manusia.
3. Pendidikan mencerminkan kehidupan dan kondisi suatu masyarakat, program
pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kekuatan- kekuatan sosial-budaya,
sejarah, dan filosofi yang semuanya akan memberikan arah kepada
pendidikan. Karena itu kajian tentang keadaan sosial budaya sangat penting.
Studi tentang keadaan sosial budaya dan kaitannya dengan pendidikan
melahirkan bermacam mata kuliah, tergantung dari disiplin ilmu yang dipakai
seseorang, seperti: dasar-dasar sosial pendidikan, dasar-dasar sosiologi
pendidikan, sekolah dan masyarakat, antropologi pendidikan, dan dasar-dasar
sosial budaya pendidikan.
3.2. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas
dengan sumber – sumber yang lebih banyak dan tentunya dapat
7
dipertanggung jawabkan. Oleh karena itu, segala kritik, saran, atau masukan
dari pembaca sangat diharapkan untuk menunjang perbaikan makalah yang
lebih baik lagi.
8
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. “Ilmu & Aplikasi Pendidikan Bagian
4 Pendidikan Lintas Bidang”. PT. IMTIMA (2007): 377