Disusun oleh :
2017407077
Kata Pengantar
Segala puja dan puji hanya milik Allah SWT yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang karena berkat, limpahan karunia,
nikmat, dan inayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Sosiologi Pendidikan Dalam Pembentukan Karakter
Siswa”. Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas mata
kuliah sosiologi Pendidikan yang diampu oleh Prof. Dr. HJ. Tutuk
Ningsih, M.Pd. Dalam proses penyusunannya, tak lepas dari bantuan,
arahan, dan masukan dari berbagai pihak / media online. Untuk itu,
kami ucapkan banyak terima kasih atas segala partisipasinya dalam
menyelesaikan makalah ini.
Meski demikian, kami menyadari masih banyak sekali
kekurangan dan kekeliruan di dalam penulisan makalah ini, baik dari
segi tanda baca, tata bahasa maupun isi sehingga kami secara terbuka
menerima segala kritik dan saran positif dari pembaca. Demikian apa
yang dapat kami sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk masyarakat umum, Mahasiswa, dan untuk kami, khususnya.
Rahmadini M. Aisah
iii
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan proses membimbing manusia dari kegelapan,
kebodohan, dan pengetahuan. Dalam arti luas, pendidikan formal maupun informal
meliputi segala hal yang memperluas pengetahuan manusia tentang dirinya sendiri
dan tentang dunia tempat mereka hidup. Pendidikan dapat diwujudkan dalam berbagai
cara, baik yang positif maupun negatif (Mohamad Ali, 2007:20).
Pendidikan menjadi rantai untuk mampu melewati apapun fenomenanya dalam
kehidupan temasuk bermasyarakat . Kebiaasaan masyarakat Indonesia kadang
melahirkan perbedaan - berbedaan, tingkatan, derajat, itulah yang dinamakan
stratifikasi sosial, dan masih banyak lagi yang terjadi dalam bermasyarakat. Hal
tersebut menjadi hal yang biasa terjadi pada tatanan sosial kehidupan bermasyarakat.
Berbicara terkait tatanan sosial maka perlu diketahui bahwa perubahan tatanan
sosial kehidupan masyarakat Eropa pada sekitar awal abad ke-20 menyebabkan
manfaat sosiologi menjadi penting dalam mendampingi proses-proses pendidikan di
Eropa. Perkembangan tersebut merupakan efek dari revolusi sosial di berbagai penjuru
wilayah Eropa. Era transisi perubahan sosial tersebut menimbulkan konsekuensi logis
yang tak terduga-duga kedatangannya, antara lain merebaknya keragu-raguan akan
nilai dan tatanan normatif yang telah mapan mengalami erosi jika tidak dilaksanakan
penguatan orientasi. Bantuan ilmu sosiologi dengan segala komponen konsepsionalnya
mendapat sambutan positif dari kalangan praktisi pendidikan, sebagai wujud alternatif
untuk memperkuat ketahanan sosial melalui pendidikan. Manifestasi tersebut ditandai
dengan kelahiran sosiologi pendidikan sebagai produk keilmuan baru.
Sejak manusia dilahirkan di dunia ini, secara sadar maupun tidak sesungguhnya
ia telah belajar dan berkenalan dengan hubungan-hubungan sosial yaitu hubungan
antara manusia dalam masyarakat.
Hubungan sosial dimulai dari hubungan antara anak dengan orang tua
kemudian meluas hingga seterusnya. Dalam hubungan sosial tersebut terjadilah proses
pengenalan, hal tersebut mencakup berbagai budaya, nilai, norma, dan tanggung jawab
manusia, sehingga dapat tercipta corak kehidupan masyarakat yang berbeda-beda
dengan masalah yang berbeda pula. Terciptanya corak melahirkan karakter – karakter
manusia yang terbentuk dari kegiatan sosial itu sendiri.
2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan
Pendidikan menjadi tombak sektor yang amat penting bagi kemajuan suatu
bangsa, pendidikan dapat dikatakan sebagai sistem terencana yang memanusiakan
manusia dalam masyarakat, dan dapat mendorong mobilitas sosial. Menyiapkan peserta
didik agar mampu beradaptasi dalam konteks kesosialan merupakan bagaian dari fungsi
pendidikan, peserta didik menjadi generasi yang akan membawa pada stratifikasi dan
mobilitas sosial di dalam masyarakat.
Menurut UU No. 2 Tahun 1989, pendidikan merupakan usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi
peranannya dimasa yang akan datang. Dari maksud diatas dapat disimpulkan bahwasanya
dunia pendidikan ialah usaha sadar diri dalam merencanakan dan berusaha mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran peserta didik terjadi secara aktif untuk
memunculkan potensi yang ada dalam diri peserta didik sehingga memiliki kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Tokoh yang memiliki andil yang sangat besar untuk perkembangan pendidikan di
Republik ini dan kerena andil nya tersebut beliau dujuluki gelar sebagai Bapak
Pendidikan Nasional yaitu Ki. Hajar Dewantara, beliau merupakan seorang aktivis dalam
pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, dan menjadi pelopor pendidikan bagi
bangsa Indonesia. Beliau memberikan semboyan Pendidikan Ing Ngarso Sung Tulodo,
Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani, dengan arti didepan memberikan
teladan, ditengah membangun kekuatan dan terus berkarya, dibelakang memberi
dorongan.
Maka dari itu semboyan pendidikan dari bapak pendidikan nasional Indonesia
dapat diartikan bahwa dari hal tersebut memiliki harapan agar masyarakat Indonesia selain
dapat merasakan pendidikan tetapi juga kualitas pendidikannya juga bermutu sehingga
dapat membangun masyarakat yang ingin bersekolah, Karena dari pendidikanlah suatu
negara bisa menjadi lebih maju.
“Pendidikan adalah suatu lembaga yang bertujuan untuk mengembangkan potensi
setiap peserta didiknya, sehingga bisa dikatakan bahwa melalui pendidikan lah seseorang
bisa memperlihatkan dan mengembangkan kemampuannya yang kemudian akan
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat”.1
1
Ahmadi Abu dan Nur Uhbiati, Ilmu Pendidikan, (Jakrta : PT. Bhineka Cipta, 2007), hlm.68
4
2
Binti Maunah, Sosiologi Pendidikan (Yogyakarta: Media Akademia, 2016), hlm. 3
5
C. Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter ialah suatu sistem dalam nilai-nilai karakter yang didalamnya
mempunyai komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan action dalam menjalankan
nilai-nilai tersebut, baik Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun
kebangsaan.Kemajuan karakter daripada bangsa dapat dilakukan melalui proses pembetukkan
karakter individu dari masing masing rakyatnya. Akan tetapi, dikarenakan manusia hidup
dalam lingkup sosial dan budaya tertentu, maka dari itu kemajuan karakter individu seseorang
hanya dapat dilakukan dalam lingkungan sosial dan budaya yang bersangkutan. Artinya,
kemajuan budaya serta karakter dari pribadi seseorang dapat dilakukan dalam suatu kegiatan
belajar mengajar yang tidak melepaskan peserta didik dari lingkungan sosial, budaya
masyarakat, dan budaya bangsa.
Lingkungan sosial dan budaya republik ini ialah Pancasila, sudah seharusnya
pendidikan budaya dan karakter adalah mengembangkan nilai-nilai Pancasila pada pribadi
peseta didik melalui pendidikan hati, otak, dan fisik.
Karakter merupakan perpaduan antara moral, etika, dan akhlak. Moral lebih kepada
kualitas dari sikap perbuatan yang kita lakukan, tindakan atau perilaku manusia serta
perbuatan itu bisa dicap positif atau negatif, atau benar salahnya. Sebaliknya, etika yaitu
bentuk penilaian tentang baik dan buruk, menurut daripada norma-norma yang berlaku di
dalam masyarakat dilingkungan tersebut, sedangkan akhlak yaitu tatanannya lebih
menjuruskan kepada hakikatnya dalam diri pribadi manusia itu telah berakar keyakinan di
mana keduanya (positif dan negatif) itu ada. oleh Karenanya, pendidikan karakter dapat
diartikan sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti,
pendidikan moral, pendidikan watak, yang tujuannya memajukan prilaku pribadi dari
seseorang menjadi lebih baik
3
Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 21
4
Hasan Shadily, Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), hlm. 1
6
didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik itu, dan
mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.
5
Sri Wahyuni dan Abd. Syukur, Perencanaan Pembelajaran Bahasa Berkarakter (Bandung: PT. Refika Aditama,
2012), hlm. 4.
6
Thomas Lickona, Educating for Character: Mendidik Untuk Membentuk Karakter, terj. Juma Wadu
Wamaungu dan Editor Uyu Wahyuddin dan Suryani, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hlm. 11
7
Nopan Omeri. “Manajer Pendidikan”. Pentingnya Penddikan Karakter dalam Dunia Pendidikan. Vol. 9. No. 3.
(Juli 2015): hlm. 467
8
Thomas Lickona, Educating for Character: How Our Schools Can Teach Respect And Responsibility (New York:
Bantam Books, 1991), hal. 6-9
7
9
Kemendiknas. Nilai-Nilai yang Dikembangkan dalam Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (2010).
8
Dalam mata pelajaran sosiologi sendiri terdapat sisipan dalam kompetensi dasar, untuk
pembentukan karakter siswa, yaitu dari kompetensi dasar yang terdapat dalam silabus
pembelajaran sosiologi di sekolah terdapat kompetensi dasar yang mampu diterapkan dan
dilaksanakan oleh siswa sendiri. Adapun sisipan kompetensi dasar tersebut di antaranya yaitu:
Memperdalam nilai agama yang dianutnya dan menghormati agama lain, mensyukuri
keberadaan diri dan keberagaman sosial sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa,
merespons secara positif berbagai gejala sosial di lingkungan sekitar, mengedepankan fungsi
sosiologi dalam mengkaji berbagai gejala sosial yang terjadi di masyarakat, menerapkan
metode-metode penelitian sosial untuk memahami gejala - sosial, melakukan kajian, diskusi
dan menyimpulkan fungsi sosiologi, memperdalam nilai agama yang dianutnya dan
menghargai keberagaman agama dengan menjunjung tinggi keharmonisan dalam kehidupan
bermasyarakat, menumbuhkan kesadaran individu untuk memiliki tanggung jawab publik
dalam ranah perbedaan sosial.
10
Abd Aziz and Saihu Saihu, “Jurnal Bahasa Arab”, Interpretasi Humanistik Kebahasaan: Upaya
Kontekstualisasi Kaidah Bahasa Arab, Arabiyatuna. Vol. 3. No. 2 (November 13, 2019): hlm. 299
9
11
Suhada. “Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam”. Sosiologi Pendidikan Dalam Pembentukan Karakter (Sudut
Pandang Sosial). Vol. 3. No. 1. (2020): hlm. 118-120
10
PENUTUP
Kesimpulan
Sejak manusia dilahirkan, secara sadar sesungguhnya ia telah belajar dan berkenalan
dengan hubungan sosial, yaitu antara manusia dalam masyarakat. Hubungan sosial dimulai
dari hubungan antara anak dengan orang tua kemudian meluas hingga seterusnya. Sosiologi
merupakan ilmu tentang hubungan manusia dan interaksi manusia. Maka, sebuah pendidikan
sosiologi akan lebih menekankan pada pembentukan dan pengajaran tentang ilmu sosial itu
sendiri. Dimana, sosiologi pendidikan merupakan sarana guna membentuk kepribadian yang
baik. Karakter Siswa Menengah Atas dapat dipengaruhi beberapa faktor sosial yang terjadi
baik didalam atau diluar kelas, keadaan dari hasil sosial Siswa Menengah Atas tergantung
bagaimana cara guru dalam mengajar dan tergantung respon siswa terhadap hal yang terjadi.
11
DAFTAR PUSTAKA
Abd Aziz and Saihu Saihu, “Jurnal Bahasa Arab”, Interpretasi Humanistik Kebahasaan:
Upaya Kontekstualisasi Kaidah Bahasa Arab, Arabiyatuna. Vol. 3. No. 2 (November
13, 2019): hlm. 299
Ahmadi Abu dan Nur Uhbiati, Ilmu Pendidikan, (Jakrta : PT. Bhineka Cipta, 2007), hlm.68
Hasan Shadily, Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), hlm. 1