Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS AKHIR


MATA KULIAH : SOSIOLOGI PENDIDIKAN
DOSEN PENGAMPUN : Dr. HJ. Tutuk Ningsih, M.Pd.

“SOSIOLOGI PENDIDIKAN DALAM


PEMBENTUKAN KARAKTER
SISWA MENENGAH ATAS”

Disusun oleh :

Rahmadini Mulya Aisah

2017407077

KELAS 4 TMA B JURUSAN


TADRIS MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI Prof. Kh. Saifuddin Zuhri
2022
ii

Kata Pengantar

Segala puja dan puji hanya milik Allah SWT yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang karena berkat, limpahan karunia,
nikmat, dan inayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Sosiologi Pendidikan Dalam Pembentukan Karakter
Siswa”. Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas mata
kuliah sosiologi Pendidikan yang diampu oleh Prof. Dr. HJ. Tutuk
Ningsih, M.Pd. Dalam proses penyusunannya, tak lepas dari bantuan,
arahan, dan masukan dari berbagai pihak / media online. Untuk itu,
kami ucapkan banyak terima kasih atas segala partisipasinya dalam
menyelesaikan makalah ini.
Meski demikian, kami menyadari masih banyak sekali
kekurangan dan kekeliruan di dalam penulisan makalah ini, baik dari
segi tanda baca, tata bahasa maupun isi sehingga kami secara terbuka
menerima segala kritik dan saran positif dari pembaca. Demikian apa
yang dapat kami sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk masyarakat umum, Mahasiswa, dan untuk kami, khususnya.

Purwokerto, 13 Juni 2022


Penyusun

Rahmadini M. Aisah
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................ iii


PENDAHULUAN ........................................................................ 1-2
1.1. LATAR BELAKANG ........................................................................ 1-2
1.2. RUMUSAN MASALAH .................................................................... 2
1.3. TUJUAN DAN MANFAAT ............................................................... 2
1.3.1. Tujuan ...................................................................................... 2
1.3.2. Manfaat .................................................................................... 2
1.4. METODOLOGI ................................................................................... 3
PEMBAHASAN ........................................................................... 3-9
A. Pengertian Pendidikan ...................................................... 3
B. Sosiologi Pendidikan ......................................................... 4-5
C. Pendidikan Karakter ........................................................ 5-7
D. Sosiologi Pembentuk Karakter Siswa Menengah Atas .. 8-9
PENUTUP..................................................................................... 10
KESIMPULAN ............................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 11
1

PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan proses membimbing manusia dari kegelapan,
kebodohan, dan pengetahuan. Dalam arti luas, pendidikan formal maupun informal
meliputi segala hal yang memperluas pengetahuan manusia tentang dirinya sendiri
dan tentang dunia tempat mereka hidup. Pendidikan dapat diwujudkan dalam berbagai
cara, baik yang positif maupun negatif (Mohamad Ali, 2007:20).
Pendidikan menjadi rantai untuk mampu melewati apapun fenomenanya dalam
kehidupan temasuk bermasyarakat . Kebiaasaan masyarakat Indonesia kadang
melahirkan perbedaan - berbedaan, tingkatan, derajat, itulah yang dinamakan
stratifikasi sosial, dan masih banyak lagi yang terjadi dalam bermasyarakat. Hal
tersebut menjadi hal yang biasa terjadi pada tatanan sosial kehidupan bermasyarakat.
Berbicara terkait tatanan sosial maka perlu diketahui bahwa perubahan tatanan
sosial kehidupan masyarakat Eropa pada sekitar awal abad ke-20 menyebabkan
manfaat sosiologi menjadi penting dalam mendampingi proses-proses pendidikan di
Eropa. Perkembangan tersebut merupakan efek dari revolusi sosial di berbagai penjuru
wilayah Eropa. Era transisi perubahan sosial tersebut menimbulkan konsekuensi logis
yang tak terduga-duga kedatangannya, antara lain merebaknya keragu-raguan akan
nilai dan tatanan normatif yang telah mapan mengalami erosi jika tidak dilaksanakan
penguatan orientasi. Bantuan ilmu sosiologi dengan segala komponen konsepsionalnya
mendapat sambutan positif dari kalangan praktisi pendidikan, sebagai wujud alternatif
untuk memperkuat ketahanan sosial melalui pendidikan. Manifestasi tersebut ditandai
dengan kelahiran sosiologi pendidikan sebagai produk keilmuan baru.
Sejak manusia dilahirkan di dunia ini, secara sadar maupun tidak sesungguhnya
ia telah belajar dan berkenalan dengan hubungan-hubungan sosial yaitu hubungan
antara manusia dalam masyarakat.
Hubungan sosial dimulai dari hubungan antara anak dengan orang tua
kemudian meluas hingga seterusnya. Dalam hubungan sosial tersebut terjadilah proses
pengenalan, hal tersebut mencakup berbagai budaya, nilai, norma, dan tanggung jawab
manusia, sehingga dapat tercipta corak kehidupan masyarakat yang berbeda-beda
dengan masalah yang berbeda pula. Terciptanya corak melahirkan karakter – karakter
manusia yang terbentuk dari kegiatan sosial itu sendiri.
2

Pendidikan menjadikan manusia memiliki kualitas karakter yang berbeda jika


dibandingkan dengan segelintir manusia yang tidak merasakan pendidikan. Keberagam
karakter, pendidikan sebagai acuan pendorongan karakter seperti pada siswa. Karakter
pada siswa dapat terdidikan karena pendidikan dimana pada prosesnya juga melewati
kesosialan sehingga perlu dikaji lebih lanjut tentang sosiologi, pendidikan
mempengaruhi karakter manusia / siswa.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Dari Pendahuluan yang dibahas pada malakah maka muncul berbagai pertanyaan
sehingga menghasilkan rumusan masalah sebagai berikut :
A. Pengertian Pendidikan
B. Pengertian Sosiologi Pendidikan
C. Pendidikan Karakter
D. Sosiologi Pembentuk Karakter Siswa Menengah Atas
1.3 TUJUAN DAN MANFAAT
1.3.1. Tujuan
➢ Mengetahui lebih dalam tentang sosiologi Pendidikan dan karakter siswa
menengah atas,
➢ Dapat memahami makna, bentuk, pengaruh, dan karakter pada siswa
menengah atas,
➢ Dapat memberi pandangan yang luas tentang sosiologi pendidikan
mempengaruhi karakter siswa.
1.3.2. Manfaat
➢ Dapat mengambil inti sari dari pembahasan dalam makalah ini sehingga
dapat di ambil manfaatnya dan diaplikasikan dalam kehidupan.
1.4. METODOLOGI
1.4.1 Studi Pustaka
Metode ini dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi dari jurnal
yang telah dipublikasikan baik dari buku maupun Internet. Studi pustaka ini diharapkan
dapat membantu menyeselesaikan tugas makalah ini.
3

PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan
Pendidikan menjadi tombak sektor yang amat penting bagi kemajuan suatu
bangsa, pendidikan dapat dikatakan sebagai sistem terencana yang memanusiakan
manusia dalam masyarakat, dan dapat mendorong mobilitas sosial. Menyiapkan peserta
didik agar mampu beradaptasi dalam konteks kesosialan merupakan bagaian dari fungsi
pendidikan, peserta didik menjadi generasi yang akan membawa pada stratifikasi dan
mobilitas sosial di dalam masyarakat.
Menurut UU No. 2 Tahun 1989, pendidikan merupakan usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi
peranannya dimasa yang akan datang. Dari maksud diatas dapat disimpulkan bahwasanya
dunia pendidikan ialah usaha sadar diri dalam merencanakan dan berusaha mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran peserta didik terjadi secara aktif untuk
memunculkan potensi yang ada dalam diri peserta didik sehingga memiliki kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Tokoh yang memiliki andil yang sangat besar untuk perkembangan pendidikan di
Republik ini dan kerena andil nya tersebut beliau dujuluki gelar sebagai Bapak
Pendidikan Nasional yaitu Ki. Hajar Dewantara, beliau merupakan seorang aktivis dalam
pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, dan menjadi pelopor pendidikan bagi
bangsa Indonesia. Beliau memberikan semboyan Pendidikan Ing Ngarso Sung Tulodo,
Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani, dengan arti didepan memberikan
teladan, ditengah membangun kekuatan dan terus berkarya, dibelakang memberi
dorongan.
Maka dari itu semboyan pendidikan dari bapak pendidikan nasional Indonesia
dapat diartikan bahwa dari hal tersebut memiliki harapan agar masyarakat Indonesia selain
dapat merasakan pendidikan tetapi juga kualitas pendidikannya juga bermutu sehingga
dapat membangun masyarakat yang ingin bersekolah, Karena dari pendidikanlah suatu
negara bisa menjadi lebih maju.
“Pendidikan adalah suatu lembaga yang bertujuan untuk mengembangkan potensi
setiap peserta didiknya, sehingga bisa dikatakan bahwa melalui pendidikan lah seseorang
bisa memperlihatkan dan mengembangkan kemampuannya yang kemudian akan
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat”.1

1
Ahmadi Abu dan Nur Uhbiati, Ilmu Pendidikan, (Jakrta : PT. Bhineka Cipta, 2007), hlm.68
4

B. Pengertian Sosiologi Pendidikan


Sosiologi secara etimologis berasal dari bahasa latin yaitu socius dan logos. Socius yang
artinya kawan atau sahabat bahkan teman, sedangkan logos sendiri berarti ilmu pengetahuan.
“Sosiologi merupakan suatu kajian atau juga berkedudukan sebagai studi yang berisikan
tentang hubungan antara manusia dengan manusia, hubungan yang ada ini yang disebut
sebagai human relationship”. 2
Sosiologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari seluruh aspek pendidikan, baik
itu struktur, dinamika, masalah-masalah pendidikan, ataupun aspek-aspek lainnya
secara mendalam melalui analisis atau pendekatan sosiologis. Pengertian Sosiologi
pendidikan berdasarkan pendapat berbagai ahli akan ditampilkan sedikit agar mengetahui
seperti apa sosiologi di mata para ahli sosiologi di antaranya: F. G. Robbins adalah Sosiologi
khusus yang tugasnya menyelidiki struktur dan dinamika proses pendidikan.
Definisi Sosiologi pendidikan menurut Prof. DR S. Nasution, M.A ialah Ilmu yang
berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk
mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik. Definisi Sosiologi pendidikan menurut
Drs. Kajian sosiologi pendidikan menekankan implikasi dan akibat sosial dari pendidikan dan
memandang masalah-masalah pendidikan dari sudut totalitas sosial kebudayaan, politik dan
ekonomisnya bagi masyarakat. Apabila psikologi pendidikan memandang gejala pendidikan
dari konteks perilaku dan perkembangan pribadi, maka sosiologi pendidikan memandang
gejala pendidikan sebagai bagian dari struktur sosial masyarakat.
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan telah memiliki lapangan penyelidikan, sudut
pandang, metode dan susunan pengetahuan yang jelas. konsentrasi dalam penelitian ini ialah
prilaku individu dan kelompok. Sudut pandang yang di ambil adalah hakikat masyarakat,
kebudayaan dan individu secara ilmiah. Kajian sosiologi pendidikan menekankan implikasi
dan akibat sosial dari pendidikan dan memandang masalah-masalah pendidikan dari sudut
totalitas lingkup sosial kebudayaan, politik dan ekonomisnya bagi masyarakat. Apabila
psikologi pendidikan memandang gejala pendidikan dari konteks perilaku dan
perkembangan pribadi, maka sosiologi pendidikan memang gejala pendidikan sebagai bagian
dari struktur sosial masyarakat. ruang lingkup daripada ilmu sosiologi sangatlah luas dan
berperan dalam pembentukan karakter. Oleh karena itu, berdasarkan apa yang kita bisa lihat
apa peran sosiologi dalam pendidikan, kita perlu
mengetahui terlebih dahulu ilmu-ilmu yang mendasari ilmu pendidikan.

2
Binti Maunah, Sosiologi Pendidikan (Yogyakarta: Media Akademia, 2016), hlm. 3
5

“Kedudukan sosiologi sebagai ilmu pengetahuan memberikan satu analisis,


bahwasanya sosiologi itu sendiri akan membatasi diri dari sisi masalah penilaian”. 3 Artinya
Sosiologi memiliki sisi untuk tidak menetapkan diri ke arah mana hal atau sesuatu itu akan
berjalan dan berkembang.

“Sosiologi memberikan manfaat untuk semua kondisi di dalam masyarakat


mempelajari hidup secara bersama, di dalam masyarakat, selain itu sosiologi juga menyelidiki
ikatan antar manusia yang menguasai kehidupan tersebut.” 4

C. Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter ialah suatu sistem dalam nilai-nilai karakter yang didalamnya
mempunyai komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan action dalam menjalankan
nilai-nilai tersebut, baik Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun
kebangsaan.Kemajuan karakter daripada bangsa dapat dilakukan melalui proses pembetukkan
karakter individu dari masing masing rakyatnya. Akan tetapi, dikarenakan manusia hidup
dalam lingkup sosial dan budaya tertentu, maka dari itu kemajuan karakter individu seseorang
hanya dapat dilakukan dalam lingkungan sosial dan budaya yang bersangkutan. Artinya,
kemajuan budaya serta karakter dari pribadi seseorang dapat dilakukan dalam suatu kegiatan
belajar mengajar yang tidak melepaskan peserta didik dari lingkungan sosial, budaya
masyarakat, dan budaya bangsa.
Lingkungan sosial dan budaya republik ini ialah Pancasila, sudah seharusnya
pendidikan budaya dan karakter adalah mengembangkan nilai-nilai Pancasila pada pribadi
peseta didik melalui pendidikan hati, otak, dan fisik.

Karakter merupakan perpaduan antara moral, etika, dan akhlak. Moral lebih kepada
kualitas dari sikap perbuatan yang kita lakukan, tindakan atau perilaku manusia serta
perbuatan itu bisa dicap positif atau negatif, atau benar salahnya. Sebaliknya, etika yaitu
bentuk penilaian tentang baik dan buruk, menurut daripada norma-norma yang berlaku di
dalam masyarakat dilingkungan tersebut, sedangkan akhlak yaitu tatanannya lebih
menjuruskan kepada hakikatnya dalam diri pribadi manusia itu telah berakar keyakinan di
mana keduanya (positif dan negatif) itu ada. oleh Karenanya, pendidikan karakter dapat
diartikan sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti,
pendidikan moral, pendidikan watak, yang tujuannya memajukan prilaku pribadi dari
seseorang menjadi lebih baik

3
Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 21
4
Hasan Shadily, Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), hlm. 1
6

didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik itu, dan
mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.

Tujuan Pendidikan Pendidikan Karakter Bangsa diantaranya adalah sebagai


berikut:
a. Mengembangkan potensi afektif peserta didik sebagai manusia dan Warga
Negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa
b. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan
sejalan
dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya dan karakter bangsa
c. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik
sebagai
generasi penerus bangsa
d. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang
mandiri,
kreatif, berwawasan kebangsaan
e. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan
belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas, dan persahabatan, serta dengan
rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.5
Secara historis, pendidikan karakter mulai dikenalkan sejak tahun 1900-an. Thomas
Lickona dianggap sebagai pengusungnya, terutama ketika ia menulis buku yang berjudul The
Return of Character Education dan kemudian disusul bukunya, Educating for Character: How
6
Our School Can Teach Respect and Responsibility. Melalui kedua buku tersebut, ia
menyadarkan dunia Barat akan pentingnya pendidikan karakter 7. Pendidikan karakter menurut
Thomas Lickona mengandung tiga unsur pokok, yaitu mengetahui kebaikan (knowing the
good), mencintai kebaikan (desiring the good), dan melakukan kebaikan (doing the good).8

Dari penjelasan di atas dapat diartikan bahwasanya Pendidikan karakter memegang


peranan penting dalam pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral,
pendidikan watak, yang memiliki tujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk
memberikan keputusan baik-buruk, menjaga prilaku yang baik, dan menciptakan kebaikan itu
dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.

5
Sri Wahyuni dan Abd. Syukur, Perencanaan Pembelajaran Bahasa Berkarakter (Bandung: PT. Refika Aditama,
2012), hlm. 4.
6
Thomas Lickona, Educating for Character: Mendidik Untuk Membentuk Karakter, terj. Juma Wadu
Wamaungu dan Editor Uyu Wahyuddin dan Suryani, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hlm. 11
7
Nopan Omeri. “Manajer Pendidikan”. Pentingnya Penddikan Karakter dalam Dunia Pendidikan. Vol. 9. No. 3.
(Juli 2015): hlm. 467
8
Thomas Lickona, Educating for Character: How Our Schools Can Teach Respect And Responsibility (New York:
Bantam Books, 1991), hal. 6-9
7

Perlu diketahui Nilai-nilai yang terkandung dalam Pendidikan Karakter


Menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2010) nilai-nilai yang dikembangkan
dalam pendidikan budaya / nasional dan karakter diidentifikasi dari sumber-sumber
berikut ini :
1. Agama
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena itu, kehidupan
individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaan.
Secara politis, kehidupan kenegaraan pun didasari pada nilainilai yang berasal dari
agama. Atas dasar pertimbangan itu, maka nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter
harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama.
2. Pancasila
Negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan
kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pancasila terdapat pada
Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut dalam pasalpasal yang terdapat
dalam UUD 1945. Artinya, nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila menjadi nilai-
nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan
seni. Pendidikan budaya dan karakter bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi
warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki kemampuan,
kemauan, dan menerapkan nilai nilai Pancasila dalam kehidupan sebagai warga negara.
3. Budaya
Sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat yang
tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu
dijadikan dasar dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam
komunikasi antara anggota masyarakat itu. Posisi budaya yang demikian penting dalam
kehidupan masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan
budaya dan karakter bangsa
4. Tujuan Pendidikan Nasional
Sebagai rumusan kualitas yang harus dimiliki setiap warga negara Indonesia,
dikembangkan oleh berbagai satuan pendidikan diberbagai jenjang dan jalur. Tujuan
pendidikan nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga
Negara Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional adalah sumber yang
paling operasional dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa. 9

9
Kemendiknas. Nilai-Nilai yang Dikembangkan dalam Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (2010).
8

D. Sosiologi Pembentuk Karakter Siswa Menengah Atas


Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa,
kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, watak”. Adapun berkarakter
adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”.
Peran sosiologi dalam pembentukan karakter dari dunia Pendidikan tertuang dalam
kurikulum yaitu guru diwajibkan untuk menyisipkan pendidikan karakter dalam proses
pembelajaran, dan pendidikan karakter itu harus tercantum dalam silabus serta rencana
pembelajaran, maka dalam kurikulum baru, hal yang semacam dengan pendidikan karakter
sudah masuk dalam kompetisi inti di setiap mata pembelajaran, yaitu menghayati dan
mengamalkan ajaran agama yang dianutnya dan menghayati dan mengamalkan perilaku jujur,
disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun,
responsive dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
Kemampuan atau kompetensi tersebut, diharapkan dapat tercapai setelah guru
memberi pelajaran kepada para peserta didiknya dengan bahan ajar sesuai dengan disiplin
ilmu atau mata pelajarannya dan menjadikan peserta didiknya mampu memahami,
menerapkan, menganalisis pengetahuan factual, konseptual, procedural, berdasarkan
ingin-tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan. 10

Dalam mata pelajaran sosiologi sendiri terdapat sisipan dalam kompetensi dasar, untuk
pembentukan karakter siswa, yaitu dari kompetensi dasar yang terdapat dalam silabus
pembelajaran sosiologi di sekolah terdapat kompetensi dasar yang mampu diterapkan dan
dilaksanakan oleh siswa sendiri. Adapun sisipan kompetensi dasar tersebut di antaranya yaitu:
Memperdalam nilai agama yang dianutnya dan menghormati agama lain, mensyukuri
keberadaan diri dan keberagaman sosial sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa,
merespons secara positif berbagai gejala sosial di lingkungan sekitar, mengedepankan fungsi
sosiologi dalam mengkaji berbagai gejala sosial yang terjadi di masyarakat, menerapkan
metode-metode penelitian sosial untuk memahami gejala - sosial, melakukan kajian, diskusi
dan menyimpulkan fungsi sosiologi, memperdalam nilai agama yang dianutnya dan
menghargai keberagaman agama dengan menjunjung tinggi keharmonisan dalam kehidupan
bermasyarakat, menumbuhkan kesadaran individu untuk memiliki tanggung jawab publik
dalam ranah perbedaan sosial.

10
Abd Aziz and Saihu Saihu, “Jurnal Bahasa Arab”, Interpretasi Humanistik Kebahasaan: Upaya
Kontekstualisasi Kaidah Bahasa Arab, Arabiyatuna. Vol. 3. No. 2 (November 13, 2019): hlm. 299
9

“Memahami tinjauan sosiologi dalam mengelompokkan sosial dalam masyarakat,


mengidentifikasi berbagai persoalan sosial yang muncul dalam masyarakat, mampu
memahami penerapan prinsip kesetaraan dalam menyikapi potensi terjadinya konflik dan
kekerasan dalam kehidupan masyarakat serta penyelesaiannya. Selain penerapan dan
11
bagaimana melaksanakan serta menganalisis segala bentuk perubahan sosial lainnya.”
Ilmu sosial yang tertuang pada mata pelajaran sosiologi mau-pun mata pelajaran lain
sangat erat kaitannya dengan membentuk atau menjadi proses terbentuknya karakter siswa.
Keadaan ini kadang masih jarang sekali disadari oleh guru di kelas sehingga terkadang
membentuk karakter siswa menengah atas yang mengarah kepada hal negatif, tetapi hal
tersebut dapat diatasi karena sudah adanya kurikulum untuk pembentukan karakter siswa dan
dijabarkan memalui silabus.

11
Suhada. “Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam”. Sosiologi Pendidikan Dalam Pembentukan Karakter (Sudut
Pandang Sosial). Vol. 3. No. 1. (2020): hlm. 118-120
10

PENUTUP
Kesimpulan
Sejak manusia dilahirkan, secara sadar sesungguhnya ia telah belajar dan berkenalan
dengan hubungan sosial, yaitu antara manusia dalam masyarakat. Hubungan sosial dimulai
dari hubungan antara anak dengan orang tua kemudian meluas hingga seterusnya. Sosiologi
merupakan ilmu tentang hubungan manusia dan interaksi manusia. Maka, sebuah pendidikan
sosiologi akan lebih menekankan pada pembentukan dan pengajaran tentang ilmu sosial itu
sendiri. Dimana, sosiologi pendidikan merupakan sarana guna membentuk kepribadian yang
baik. Karakter Siswa Menengah Atas dapat dipengaruhi beberapa faktor sosial yang terjadi
baik didalam atau diluar kelas, keadaan dari hasil sosial Siswa Menengah Atas tergantung
bagaimana cara guru dalam mengajar dan tergantung respon siswa terhadap hal yang terjadi.
11

DAFTAR PUSTAKA
Abd Aziz and Saihu Saihu, “Jurnal Bahasa Arab”, Interpretasi Humanistik Kebahasaan:
Upaya Kontekstualisasi Kaidah Bahasa Arab, Arabiyatuna. Vol. 3. No. 2 (November
13, 2019): hlm. 299
Ahmadi Abu dan Nur Uhbiati, Ilmu Pendidikan, (Jakrta : PT. Bhineka Cipta, 2007), hlm.68

Binti Maunah, Sosiologi Pendidikan (Yogyakarta: Media Akademia, 2016), hlm. 3

Hasan Shadily, Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), hlm. 1

Kemendiknas. Nilai-Nilai yang Dikembangkan dalam Pendidikan Budaya dan Karakter


Bangsa (2010).
Nopan Omeri. “Manajer Pendidikan”. Pentingnya Penddikan Karakter dalam Dunia
Pendidikan. Vol. 9. No. 3. (Juli 2015): hlm. 467
Suhada. “Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam”. Sosiologi Pendidikan Dalam Pembentukan
Karakter (Sudut Pandang Sosial). Vol. 3. No. 1. (2020): hlm. 118-120
Sri Wahyuni dan Abd. Syukur, Perencanaan Pembelajaran Bahasa Berkarakter (Bandung:
PT. Refika Aditama, 2012), hlm. 4.
Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hlm.
21
Thomas Lickona, Educating for Character: Mendidik Untuk Membentuk Karakter, terj. Juma
Wadu Wamaungu dan Editor Uyu Wahyuddin dan Suryani, (Jakarta: Bumi Aksara,
2012), hlm. 11
Thomas Lickona, Educating for Character: How Our Schools Can Teach Respect And
Responsibility (New York: Bantam Books, 1991), hal. 6-9

Anda mungkin juga menyukai