Anda di halaman 1dari 11

SEKOLAH SEBAGAI AGEN SOSIALISASI

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“SOSIOLOGI PENDIDIKAN ISLAM”
Dosen Pengampu:
Dr. Ahmad Taufiq,, M.Si

Disusun oleh:
Ahmad Faqihuddin Masruri (22205066)
Muniratul Luthfiyah (22205064)
Renita Yuniar Damayanti (22205068)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
2022
KATA PENGANTAR
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan pengetahuan sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam kami panjatkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Beserta keluarganya dan sahabat-sahabatnya yang telah
memperjuangkan agama Islam hingga sampai kepada kita.
Terima kasih kami sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu
penyusunan makalah ini, terutama kepada Bapak Dr. Ahmad Taufiq,, M.Si selaku
dosen pembimbing untuk mata kuliah Sosiologi Pendidikan Islam, terimakasih
juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah meluangkan waktunya untuk
menyumbangkan ide-idenya sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik.
Kami berharap makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang
membangun sangat kami harapkan dari para pembaca untuk meningkatkan
pembuatan makalah pada tugas yang lain pada waktu mendatang.

Kediri, 11 September 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Sosialisasi 2
B. Bentuk Peran Sekolah Sebagai Agen Sosialisasi 3
C. Implementasi Peran Sekolah Sebagai Agen Sosialisasi 4
D. Langkah yang dilakukan sekolah sebagai agen Sosialisasi 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 7
B. Saran 7
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah sebagai sistem sosial berarti Sekolah adalah suatu dengan
didalamnya terdapat berbagai proses sosial yang saling ketergantungan, dan
didalamnya terdapat stuktur serta perannya sendiri-sendiri.
Sebagai sistem sosial, Sekolah dapat dijadikan sebagai lembaga yang
memiliki hubungan dengan antusias karena didalamnya terdapat kelompok atau
individu yang memiliki kepentingan dan tujuan yang sama yaitu kepentingan
penyelenggaraan pendidikan. 
Pendidikan karakter adalah pendidikan yang berdasarkan pada budi
pekerti, yaitu pendidikan yang melibatkan aspek pengetahuan, perasaan, dan
tindakan. 
Pendidikan karakter mempunyai tujuan yaitu membentuk bangsa yang
kuat, tangguh, berakhlak mulia, bermoral, bertoleransi, bergotong-royong, dan
berfokus terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi yang berdasarkan Pancasila.
Maka dari itu sangatlah penting mewujudkan pendidikan karakter, salah
satunya adalah dengan cara sosialisasi.
B. Rumusan Masalah
Dari paparan latar belakang di atas dapat dituliskan bahwa rumusan
masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa Pengertian Sosialisasi?
2. Apa Bentuk Peran Sekolah sebagai Agen Sosialisasi?
3. Bagaimana Bentuk Implementasi Peran Sekolah sebagai Agen Sosialisasi?
4. Bagaimana Langkah-langkah yang dilakukan Sekolah sebagai Agen
Sosialisasi?
C. Tujuan
Dari paparan rumusan masalah di atas dapat dituliskan bahwa tujuan dari
makalah ini adalah untuk mengetahui :
1. Mengetahui Apa Itu Sosialisasi
2. Memahami Bentuk Dan Peran Sosialisasi
3. Memahami Bagaimana Penerapan Sosialisasi
4. Langkah-langkah yang dilakukan Sekolah sebagai Agen Sosialisasi

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sosialisai
Menurut Maclever sosialisasi adalah proses mempelajari norma, nilai,
peran, dan semua persyaratan lainnya yang diperlukan untuk memungkinkan
berpartisipasi yang efektif dalam kehidupan sosial (2013:175), Adapun manfaat
adanya sosialiasi dalam masyarakat terbagi menjadi dua tahap, Bagi individu,
sosialisasi berfungsi sebagai pedoman dalam belajar mengenal dan menyesuaikan
diri dengan lingkungannya, baik nilai, norma, dan struktur sosial yang ada pada
masyarakat di lingkungan tersebut. Bagi masyarakat, sosialisasi berfungsi sebagai
alat untuk melestarikan, penyebaran, dan mewariskan nilai, norma, serta
kepercayaan yang ada pada masyarakat. pembelajaran yang dilakukan individu
dalam mengenal lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial.
Sedangkan pengertian sosialisasi dalam arti luas adalah suatu proses
interaksi dan pembelajaran yang dilakukan seseorang sejak ia lahir hingga akhir
hayatnya di dalam suatu budaya masyarakat. Melalui proses sosialisasi maka
seseorang dapat memahami dan menjalankan hak dan kewajibannya berdasarkan
peran status masing-masing sesuai budaya masyarakat. Dengan kata lain, individu
mempelajari dan mengembangkan pola-pola perilaku sosial dalam proses
pendewasaan diri. Dengan begitu, nilai, norma, dan kepercayaan tersebut dapat
dijaga oleh semua anggota masyarakat. Ada beberapa tahapan dalam sosialisasi
menurut Robert MZ Lawang (2013:107) dalam masyarakat meliputi :
1. Sosialisasi primer
Sosialisasi primer merupakan proses sosialisasi yang pertama kali
dilakukan oleh individu sejak masih anak-anak. Ini merupakan awal bagi
semua anggota masyarakat dalam memasuki keanggotaan mereka pada
suatu kelompok masyarakat. Sosialisasi primer ini dimulai dari keluarga,
dimana individu mulai belajar membedakan dirinya dengan orang lain di
sekitarnya. Pada tahap ini anggota keluarga punya peranan penting bagi
masing-masing individu. Di sinilah pertamakali seseorang mendapatkan
pelajaran mengenai budaya keluarga, baik itu agama, aturan, dan lain-lain.
2. Sosialisasi Sekunder

2
Sosialisasi sekunder merupakan pelajaran berikutnya yang dilakukan
oleh individu. Pada tahap ini seseorang belajar mengenali lingkungannya
di luar keluarga, baik itu nilai-nilai, norma, yang ada di lingkungan
masyarakat. Proses sosialisasi sekunder ini bertujuan agar individu dapat
menerima nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku. Pada umumnya,
sosialisasi sekunder ini menjadi penentu sikap seseorang karena telah
beradaptasi dengan berbagai lingkungan masyarakat.

B. Bentuk Peran Sekolah sebagai Agen Sosialisasi


Pembangunan yang didasari dengan tingginya mutu pendidikan
diperlukan sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan
pendidikan adalah menciptakan manusia yang berkualitas dan berkarakter
sehingga memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai suatu cita-
cita yang diharapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam
berbagai lingkungan. Hal tersebut disebabkan pendidikan itu sendiri
memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan dan
sifatnya sangat kompleks. Berhubungan sifatnya yang kompleks, maka tidak
ada sebuah batasan yang cukup memadai untuk menjelaskan arti pendidikan
secara lengkap. Batasan tentang pendidikan yang dibuat para ahli beraneka
ragam, dan kandungannya berbeda dari yang satu dengan yang lain. Perbedaan
tersebut mungkin disebabkan oleh orientasi, konsep dasar yang digunakan,
aspek yang menjadi tekanan, atau karena filsafah yang mendasarinya.

Menurut Bachtiar Rifai (dalam Abu Ahmadi, 2004:182) ”peran


pendidikan sekolah ialah sebagai (1) perkembangan pribadi dan pembentukan
kepribadian, (2) transmisi kultural, (3) integrasi sosial, (4) inovasi, (5) pra-
seleksi dan praalokasi tenaga kerja”. Dari beberapa peran pendidikan sekolah
tersebut, masing-masing mengandung tujuan yang berbeda. Misalnya:
pendidikan sebagai proses pembentukan pribadi, yaitu pendidikan diartikan
sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan terarah kepada terbentuknya
kepribadian peserta didik sebagai warga negara yang baik dan utuh, serta
mampu bersaing untuk menjadi tenaga kerja yang handal. Selain untuk

3
menciptakan peserta didik agar menjadi warga negara yang baik dan
berkompeten, pendidikan juga merupakan proses pembentukan pribadi peserta
didik yang beriman, berilmu dan berbudaya. Hal ini sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 BAB II Pasal 3, tentang Pendidikan Nasional yang
berbunyi: “Pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa”. Sistem pendidikan formal yaitu sekolah
untuk membentuk karakter pribadi, yang cerdas, pintar, kreatif, inovatif,
berbudi pekerti, mandiri, dan penuh tanggungjawab diperlukan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Sekolah adalah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa di
bawah pengawasan guru. Sekolah juga diartikan sebagai lembaga yang
dirancang untuk menghasilkan sumber daya manusia yang cerdas, pandai dan
terampil. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara
sistematik melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam
rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang
menyangkut aspek moralspiritual, intelektual, emosional, maupun sosial.

C. Implementasi Peran Sekolah sebagai Agen Sosialisasi


Sekolah sebagai salah satu agen sosialisasi memiliki peranan penting
untuk membuat norma-norma atau aturan yang ada di sekolah yang berfungsi
untuk mengatur perilaku individu dan kelompok, dalam hal ini adalah
kepribadian siswa. Sekolah menetapkan berbagai aturan yang seharusnya
dijalankan oleh setiap peserta didik. Oleh karena itu sosialisasi tersebut harus
selalu dilakukan. Hurlock (dalam Syamsu Yusuf. 2011:195) mengemukakan
bahwa sekolah “merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian
anak (siswa), baik dalam berpikir, bersikap, maupun cara berperilaku. Sekolah
berperan sebagai substitusi keluarga dan guru subtitusi orang tua”.

4
Menurut Havighurs (dalam Syamsu Yusuf. 2011:195) sekolah
“mempunyai peranan atau tanggung jawab penting dalam membantu para
siswa mencapai tugas perkembangannya”. Sehubungan dengan hal ini,
sekolah seyogyanya berupaya untuk menciptakan iklim yang kondusif atau
kondisi yang dapat memfasilitasi siswa (yang berusia remaja) untuk mencapai
perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan remaja itu menyangkut aspek-
aspek kematangan dalam berinteraksi sosial, kematangan personal,
kematangan dalam mencapai filsafat hidup, dan kematangan dalam beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Menurut Saptono (2007:115) seperti halnya keluarga, “sekolah
memperoleh mandat tegas untuk mensosialisasikan nilai dan norma
kebudayaan bangsa dan negaranya. Oleh karena itulah di sekolah berlangsung
proses pendidikan dan pengajaran. Melalui proses pendidikan, anak-anak
diperkenalkan pada nilai dan norma atau budaya masyarakat, bangsa, dan
negaranya, sehingga diharapkan dapat memahami, menghayati, dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Semua itu amat bermanfaat
bagi pengembangan kepribadian anak sebagai individu dan sekaligus sebagai
warga masyarakat, bangsa, dan negara. Sekolah sesungguhnya juga
menyediakan sarana bagi terbentuknya kelompok teman sebaya”.
Horton & Hunt (dalam Saptono. 2007:107) mendefinisikan
“sosialisasi sebagai proses di mana seseorang menginternalisasikan norma-
norma kelompok tempat ia hidup, sehingga berkembang menjadi satu pribadi
yang unik”. Mengingat sekolah yang berfungsi sebagai agen sosialisasi, jadi
setiap sekolah harus menerapkan beberapa pola sosialisasi untuk membentuk
kepribadian siswa yang berakhlak mulia.
Menurut Allport (dalam Yudrik, 2012 : 67), “kepribadian merupakan
susunan sistem psikofisik yang dinamis dalam diri individu yang unik dan
mempengaruhi penyesuaian dirinya terhadap lingkungan. Kepribadian juga
merupakan kualitas perilaku individu yang tampak dalam melakukan
penyesuaian diri terhadap lingkungannya secara unik.” Kualitas perilaku
individu tersebut tercermin dalam akhlak mulia yang merupakan suatu
perbuatan manusia yang berbudi pekerti baik sebagai harapan ideal dari

5
anggota masyarakat. Rasulullah telah menggambarkan orang mukmin dengan
berbagai sifat, yang dengan sifat-sifat inilah beliau mengisyaratkan tentang
akhlak mulia. Nabi SAW bersabda, “orang mukmin yang paling sempurna
imannya ialah yang paling baik akhlaknya diantara mereka”. (HR. At-
Tirmidzi, Abu Dawud, Ahmad, dan Al-Hakim). Keberadaan akhlak mulia dari
individu mencakup seluruh segi kehidupan seharihari, sama seperti halnya
dengan lingkungan masyarakat sekolah.

D. Langkah-langkah yang dilakukan Sekolah sebagai Agen Sosialisasi


Langkah-langkah yang dilakukan Sekolah sebagai Agen Sosialisasi adalah
sebagai berikut:
1. Menjadikan sekolah yang mengedepankan nilai-nilai Religius
2. Juga memiliki harapan ideal terhadap akhlak mulia siswa yang tercermin
dalam visi dan misi sekolah.
3. Membuat tertib sekolah sebagai bagian dari pembentukan kepribadian
siswa.
4. Mengembangkan potensi dan bakat siswa melalui kegiatan seni dan
kesehatan.
Itulah tadi langkah-langkah yang dilakukan sekolah sebagai agen
Sosialisasi. Sebagaimana tugas dan perannya sebagai lembaga pendidikan
formal, sekolah tetap melakukan sosialisasi guna membentuk pribadi
siswa yang berakhlak mulia. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh
Hasbullah (2005:49), bahwa “sekolah melaksanakan tugas mendidik
maupun mengajar anak, serta memperbaiki dan memperhalus tingkah laku
peserta didik yang dibawa dari keluarga”.

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat kita simpulkan bahwa:
1. Sosialisasi adalah suatu proses interaksi dan pembelajaran yang
dilakukan seseorang sejak ia lahir hingga akhir hayatnya di dalam
suatu budaya masyarakat.
2. Bentuk Peran Pendidikan sekolah ialah sebagai perkembangan pribadi
dan pembentukan kepribadian, transmisi kultural, integrasi sosial,
inovasi, pra-seleksi dan praalokasi tenaga kerja”.
3. Penerapan sosialisasi di sekolah sangatlah penting agar siswa menjadi
manusia yang baik dari akhlak maupun perilakunya.
4. Ada 4 langkah dalam membentuk sekolah sebagai agen sosialisasi dan
semuanya merupakan tujuan agar siswa bisa berubah menjadi lebih
baik, produktif, inovatif serta unggul di bidangnya.
B. Saran
Kami berharap makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang
membangun sangat kami harapkan dari para pembaca untuk meningkatkan
pembuatan makalah pada tugas yang lain pada waktu mendatang.

10
DAFTAR PUSTAKA

Daryawan Dadan. 2016 Kompetensi Instruktur dan Efeknya Terhadap Kecakapan


Vokasional Peserta Pelatihan
Nellitawati. 2018. Bahan Ajar Manajemen Diklat. Padang.Universitas Negeri
Padang
2014. Peraturan Menteri Pendidikan dan kebudayaan. Jakarta
Siagian Sondang P. 2014. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi
Aksara
Hasibuan Sayuti. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia: Pendekatan Non
Sekuler Indonesia: Muhammadiyah University Press bekerjasama dengan
Magister Manajemen Universitas Muhammaidyah Surakarta, 2000, 44.
Heru Suselo. Mencari Starategi Pengembangan Sumber daya manusia dalam
Organisasi. Malang: FIA Unibraw dan IKIP Malang

Anda mungkin juga menyukai