Anda di halaman 1dari 19

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN

Makalah Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosiologi Pendidikan


Anak Usia Dini

DISUSUN OLEH:

Anni Kholilah (20030001)

SEMESTER : IV

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Irma Suryani Siregar, M.A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
MANDAILING NATAL
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...


Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta
alam.Rahmat dan keselamatan semoga senantiasa dilimpahkan Allah Kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya, serta para pengikutnya yang
setia hingga akhir zaman. Dan tak lupa penulis bersyukur atas tersusunnya
makalah ini.
Sebelumnya kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu
yang telah memberikan kami kesempatan untuk membahas Makalah yang
berjudul partisipasi masyarakat dalam pendidikan.
Tujuan kami menyusun makalah ini adalah tiada lain untuk memperkaya
ilmu pengetahuan kita semua dan untuk memenuhi tugas mata kuliah.
Kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca
dan pihak-pihak yang membutuhkan untuk dijadikan literatur. Apabila dalam
penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, kami mohon
maaf yang sebesar-besarnya.
Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh...

Panyabungan, 10 Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Makalah 2
C. Tujuan Masalah 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Partisifasi Masyarakat Dalam Pendidikan 3
B. Keadaan Dan Permasalahan Pendidikan 6
C. Bentuk-Bentuk Partisifasi Masyarakat Dalam Perkembangan
Pendidikan 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 13
B. Saran 13
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekolah dan masyarakat merupakan dua aspek yang tidak dapat
dipisahkan. Karena keduanya saling membutuhkan. Sekolah ada karena
masyarakat. Dan masyarakatlah yang berpartisipasi dalam pendidikan di sekolah.
Keterlibatan masyarakat dalam pendidikan akan mempengaruhi pendidikan itu
sendiri. Maju dan tidaknya pendidikan tergantung dari bagaimana dan sejauh
mana masyarakat memandang pendidikan. Partisipasi dari merekalah yang
membuat pendidikan penting. Banyak sekali hal yang dapat dilakukan masyarakat
dalam pendidikan.
Partisipasi masyarakat dalam pendidikan, tidak hanya dalam hal mendidik
anak belak. Apalagi orang tua dan sekolah bersama-sama untuk mencerdaskan
mereka. Tetapi banyak hal dan hubungan yang dapat dilakukan bersama-sama.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang mendidik anak-anak yang nantinya
akan hidup sebagai anggota masyarakat yang terdiri atas bermacam-macam
golongan, jabatan, status sosial dan bermacam-macam pekerjaan, sangat
memerlukan adanya adanya hubungan kerjasama itu.
Selain itu, partisipasi masyarakat juga diharapkan dalam hal perubahan
dalam pendidikan. Masyarakat diharapkan dapat memberikan kritik dan saran
yang membangun dalam pendidikan di sekolah demi majunya sebuah pendidikan.
Karena masyarakat juga menginginkan agar sekolah bisa memberi pengaruh
positif terhadap perkembangan masyarakat terutama untuk meningkatkan
perkembangan putra-putri mereka. Maka dari itu, perlu adanya pengelolaan yang
baik dalam hubungan antara masyarakat dan sekolah. Agar tercipta pendidikan
yang baik dan berkualitas.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Partisifasi Masyarakat Dalam Pendidikan?
2. Bagaimana Keadaan Dan Permasalahan Pendidikan?

1
2

3. Apa saja Bentuk-Bentuk Partisifasi Masyarakat Dalam Perkembangan


Pendidikan?

C. Tujuan Penulisan Makalah


1. Untuk mengetahui Pengertian Partisifasi Masyarakat Dalam Pendidikan
2. Untuk mengetahui Keadaan Dan Permasalahan Pendidikan
3. Untuk mengetahui Bentuk-Bentuk Partisifasi Masyarakat Dalam
Perkembangan Pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan
Partisipasi secara etimologi diartikan sebagai keikutsertaan.1 Partisipasi
dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah ikut serta dalam suatu kegiatan.
Sedangkan masyarakat adalah eksistensi yang hidup, dinamis dan selalu
berkembang.2
Partisipasi masyarakat dalam bidang pendidikan merupakan upaya
pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan bidang pendidikan, yang berarti
mengikutsertakan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
pendidikan. Masyarakat perlu membantu penyelenggaraan pendidikan agar
kualitas pertumbuhan dan perkembangan pendidikan dapat dipacu secara cepat,
akhirnya kualitas kehidupan masyarakat dapat meningkat.3
Masyarakat dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu masyarakat orang tua
siswa, masyarakat yang terorganisasi, dan masyarakat secara luas. Masyarakat
yang terorganisasi misalnya kelompokkelompok organisasi bisnis, politik, sosial,
keagamaan, dan sebagainya. Masyarakat secara luas bisa berupa pribadi-pribadi,
dan masyarakat secara umum.
Dalam pelaksanaannya partisipasi ini dimaksudkan bagi keikutsertaan
masyarakat dan seluruh stake holder suatu lembaga pendidikan. Hal ini menjadi
keniscayaan karena pendidikan merupakan hak publik yang semestinya
melibatkan seluruh komponen masyrakat. Lembaga pendidikan sebagai institusi
penyelenggara diharapkan mampu mengakomodasi dan mengoptimalkan
keikutsertaan masyarakat dalam pelaksanaannya. Partisipasi masyarakat dalam

1
Abdul Muin Halim Aang Kunaifi, Manajemen Pendidikan (Good Governence dalam
Lembaga Pendidikan) Teori, Strategi, dan Riset Implementasi (Kadur Pamekasan: Duta Media
Publishing, 2017), h. 19
2
Endang Poerwanti dan Beti Istanti Suwandayani, Manajemen Sekolah Dasar Unggul
(Malang : UMM Press, 2020), h. 99
3
Wiwin Rif’atul Fauziyati, Strategi Kepala Sekolah untuk Meningkatkan Partisipasi
Msyarakat dalam Pendidikan menuju Generasi Maju Indonesia, Qalamuna, Vol.10, No. 1,
Januari-Juni 2018, h. 166

3
pendidikan, tidak hanya dalam hal aktivitas pendidikan anak dalam rumah tangga
sebagaimana tujuan bersama antara pendidik dan orang tua adalah berama-sama

4
5

berusaha mencerdaskan peserta didik. Di samping itu, hubungan yang lain


juga harus dibangun dan dilakukan bersama-sama. Sekolah sebagai lembaga
pendidikan mempersiapkan output yang nantinya mampu berkontribusi dlam
masyarakat yang terdiri atas bermacam-macam golongan. Keragaman demografi
tersebut memerlukan adanya hubungan dan kerjasama yang baik antara lembaga
pendidikan dan masyarakat.4
Beberapa hal yang harus dipahami oleh penyelenggara pendidikan, bahwa
sekolah adalah bagian integral dari masyarakat, bukan merupakan lembaga yang
terpisah dari masyarakat. Kemajuan sekolah dan kemajuan masyarakat saling
berkorelasi serta saling membutuhkan.
Pengembangan partisipasi masyarakat termasuk dalam kategori open
manajemen. Dalam mengelola partisipasi yang diberikan oleh masyarakat baik
yang berupa dana dan pemikiran serta ide-ide dan lain sebagainya dikelola dengan
manajemen partisipatif. Di samping itu orang tua siswa juga ikut dalam
menentukan segala kebijakan yang berhubungan dengan partisipasi, ikut
bertanggung jawab serta mendapatkan manfaatnya. Dengan menggunakan
manajemen partisipatif dalam mengelola partisipasi masyarakat, maka pihak
komite sekolah dan POS sebagai kepanjangan tangan dari orang tua dan
masyarakat bisa mengembangkan potensi mereka dari pada hanya sekedar
menjalankan tugas. Baik dalam hal berbagi informasi, merencanakan kegiatan
penyelesaian masalah, membuat keputusan, dan mengevaluasi hasil. 5
Purwanto (1987) menyatakan betapa pentingnya antara sekolah dan
masyarakat karena: (1) sekolah adalah bagian integral dari masyarakat, ia bukan
merupakan lembaga yang terpisah dari masyarakat, (2) hak hidup dan
kelangsungan hidup sekolah bergantung pada masyarakat, (3) sekolah adalah
lembaga sosial yang bergungsi untuk melayani anggota masyarakat dalam bidang
pendidikan, (4) kemajuan sekolah dengan masyarakat saling berkolerasi dan

4
Abdul Muin Halim Aang Kunaifi, Manajemen Pendidikan (Good Governence dalam
Lembaga Pendidikan) Teori, Strategi, dan Riset Implementasi (Kadur Pamekasan: Duta Media
Publishing, 2017), h. 19
5
Budi Wiratno, Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan, Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial,
Vol. 26, No. 1, 2016, h. 19
6

saling membantu, dan (5) sekolah adalah milik masyarakat, sekolah ada karena
kebutuhan masyarakat akan pendidikan.6
Di dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas ditur mengenai
partisipasi masyarakat dalam pendidikan dan pendidikan masyarakat di Indonesia.
Bab XV UU Sisdiknas ini telah mengatur masalah partisipasi masyarakat dalam
pendidikan. Di dalam Pasal 54 UU Sisdiknas ini disebutkan :
1. Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perseorangan,
kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi
kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan
pendidikan.
2. Masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber, pelaksanaan, dan
pengguna hasil pendidikan.
3. Ketentuan mengenai peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintahan.
Kemudian Pasal 55 UU Sisdiknas 2003 juga mengatur tentang pendidikan
berbasis masyarakat. Di dalam pasal ini dicantumkan:
1. Masyarakat berhak menyelenggarakan pendidikan berbasis masyarakat pada
pendidikan formal dan nonformal sesuai dengan kekhasan agama,
lingkungan sosial, dan budaya untuk kepentingan masyarakat.
2. Penyelenggara pendidikan berbasis masyarakat mengembangkan dan
melaksanakan kurikulum dan evaluasi pendidikan, serta manajemen dan
pendanaanya sesuai dengan standar nasional pendidikan.
3. Dana penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat dapat bersumber
dari penyelenggara, masyarakat, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan atau
sumber lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
4. Lembaga pendidikan berbasis masyarakat dapat memperoleh bantuan
teknis, subsidi dana, dn sumber daya lain secara adil dan merata dari
Pemerintah dan atau Pemerintah Daerah.

6
Sitti Roskina Mas, Partisipasi Masyarakat dan Orang Tua dalam Penyelengaraan
Pendidikan, Jurnal el-Hikmah Fakultas Tarbiyah UIN Malang, , 2007, h. 189
7

5. Ketentuan mengenai peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam


ayat 1, ayat 2, ayat 3, dan ayat 4 diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah.7
Secara lebih spesifik, pada pasal 56 Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional disebutkan bahwa di masyarakat ada dewan pendidikan dan komite
sekolah atau komite madrasah, yang berperan :
a. Masyarakat berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan ynag
meliputi perencanaan, pengawasan dan evaluasi program pendidikan
melalui dewan pendidikan dan komite sekolah.
b. Dewan pendidikan sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam
peningkatan mutu pelayanan pendidikan dengan memberikan pertimbangan,
arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana serta pengawasan
pendidikan.
Pada pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 1992 tentang Peran serta
masyarakat dalam pendidikan dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk seperti:
1. Pendirian dan penyelenggaran pendidikan
2. Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga kependidikan
2. Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga ahli
3. Pengadaan dana dan pemberian bantuan lainnya
4. Pemberian kesempatan untuk magang
5. Pemberian pemikiran dan pertimbangan
6. Pemberian bantuan dalam bentuk kerja sama8

B. Keadaan Dan Permasalahan Pendidikan


Secara singkat pendidikan merupakan produk dari masyarakat. Pendidikan
tidak lain merupakan proses transmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan,
keterampilan dan aspek-aspek perilaku lainnya kepada generasi ke generasi.
Dengan pengertian seperti itu, sebenarnya upaya tersebut sudah dilakukan
sepenuhnya oleh kekuatan-kekuatan masyarakat. Hampir segala sesuatu yang kita
7
Toto Suharto, Pendidikan Berbasis Masyarakat; Relasi Negara dan Masyarakat dalam
Pendidikan (Yogyakarta : LKIS, 2012), h. 127
8
Mas, Sitti Roskina. 2007. Partisipasi Masyarakat dan Orang Tua dalam
Penyelenggaraan Pendidikan, Jurnal el-Hikmah : Fakultas Tarbiyah UIN Malang, h. 186
8

pelajari adalah sebagai hasil dari hubungan kita dengan orang lain, baik di rumah,
sekolah, tempat permainan, pekerjaan dan sebagainya. Segala sesuatu yang kita
ketahui ternyata adalah hasil hubungan timbal balik yang telah sedemikian rupa
dibentuk oleh masyarakat di sekitar kita.
Bagi suatu masyarakat, hakikat pendidikan diharapkan mampu berfungsi
menunjang bagi kelangsungan dan proses kemajuan hidupnya. Agar masyarakat
itu dapat melanjutkan eksistensinya, maka diteruskan nilai-nilai, pengetahuan,
keterampilan dan bentuk tata perilaku lainnya kepada generasi mudanya. Tiap
masyarakat selalu berupaya meneruskan kebudayaannya dengan proses adaptasi
tertentu sesuai corak masing-masing periode zamannya kepada generasi muda
melalui pendidikan, atau secara khusus melalui interaksi sosial. Dengan demikian
fungsi pendidikan tidak lain adalah sebagai proses sosialisasi (Nasution, 1999).
Dalam pengertian sosialisasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa aktivitas
pendidikan sebenarnya sudah dimulai semenjak seorang individu pertama kali
berinteraksi dengan lingkungan eksternal di luarnya, yakni keluarga. Seorang bayi
yang baru lahir tentunya hidup dalam keadaan yang tidak berdaya sama sekali.
Menyadari hal demikian sang ibu berupaya memberikan segala bentuk curahan
kasih sayang dan buaian cinta kasih melalui air susunya, perawatan yang lembut
serta gendongan yang begitu mesra kepada si bayi. Begitulah proses tersebut
berlangsung selama si bayi masih tetap memerlukan pertolongan intensif dari
manusia lain. Sampai pada umur tertentu ia tumbuh dan berkembang dengan sehat
di dalam mahligai cinta kasih keluarga, perpaduan sepasang manusia yang
menjadi orang tuanya.
Anggota keluarga baru itu terus menerus belajar mengetahui, mempelajari
serta melakukan berbagai reaksi terhadap stimulus dari dunia barunya. Lalu, sang
bayi juga berusaha memahami esensi nilai-nilai kemanusiaan dari keluarganya
dalam bentuk gerak tubuh, belajar berbicara, tertawa serta semua tindak tanduk
yang menggambarkan bahwa jiwa raganya telah terpaut erat oleh belaian kasih
sayang manusia dewasa. Begitulah pendidikan berjalan dalam keluarga. Proses
tersebut berlangsung pula ketika seseorang tumbuh menjadi manusia dewasa.
9

Pendidikan sebagai proses sosialisasi di masyarakat berjalan mulai dari


lingkungan yang terkecil sampai lingkungan yang terbesar dari individu tersebut.
Akan tetapi tidak dapat dipungkiri pula ternyata masyarakat dunia secara
global telah ikut mempengaruhi iklim pendidikan. Pengaruh modernisasi di
berbagai sektor kehidupan telah melahirkan karakter pendidikan yang hampir
sama di seluruh dunia, meskipun memiliki ciri khas tertentu di tiap-tiap negara.
Dalam masyarakat yang sudah maju, proses pendidikan sebagian dilaksanakan
dalam lembaga pendidikan yang disebut sekolah dan pendidikan dalam lembaga-
lembaga tersebut merupakan suatu kegiatan yang lebih teratur dan terdeferensiasi.
Inilah pendidikan formal yang biasa dikenal oleh masyarakat sebagai “schooling”
Oleh karena tuntutan tugas keluarga dan masyarakat, lalu tugas-tugas di
atas diambil alih oleh sekolah, atau sebaliknya keluarga dan masyarakat telah
merasa memandatkan atau menyerahkan tugas tersebut sepenuhnya kepada
sekolah. Jadi seakan-akan tugas sosialisasi agar suatu generasi dapat mencapai
prestasi tertentu, dikonotasikan menjadi tugas sekolah.
Apabila pada masa tertentu suatu generasi dengan capaian prestasi
tertentu, maka lalu dikonotasikan pula bahwa hasil capaian tersebut adalah
merupakan prestasi sekolah. Padahal, apabila tugas pendidikan telah tercerabut
dari program lingkungannya atau masyarakatnya, dapat dipastikan akan
menghasilkan suatu capaian yang tidak memuaskan hasilnya bagi masyarakat itu
sendiri. Hal ini dapat dijelaskan bahwa antara sekolah, keluarga, dan masyarakat
saling berpacu menuju perubahan.
Akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, suatu keluarga dan
anggotanya terkadang lebih maju di depan daripada sekolah tempat anak-anaknya
dikirim untuk diharapkan dapat mengembangkan diri. Demikian juga dengan
kelompok-kelompok masyarakat, baik itu dari jasa industri, kelompok profesi atau
kelompok-kelompok masyarakat lainnya terkadang telah lebih dahulu maju di
depan daripada sekolah itu sendiri.
Perkembangan teknologi (terutama teknologi informasi) menyebabkan
peranan sekolah sebagai lembaga pendidikan akan mulai bergeser. Sekolah tidak
lagi akan menjadi satu-satunya pusat pembelajaran karena aktivitas belajar tidak
10

lagi terbatasi oleh ruang dan waktu. Peran guru juga tidak akan menjadi satu-
satunya sumber belajar karena banyak sumber belajar dan sumber informasi yang
mampu memfasilitasi seseorang untuk belajar.
Wen (2003) seorang usahawan teknologi mempunyai gagasan
mereformasi sistem pendidikan masa depan. Menurutnya, apabila anak diajarkan
untuk mampu belajar sendiri, mencipta, dan menjalani kehidupannya dengan
berani dan percaya diri atas fasilitasi lingkungannya (keluarga dan masyarakat)
serta peran sekolah tidak hanya menekankan untuk mendapatkan nilai-nilai ujian
yang baik saja, maka akan jauh lebih baik dapat menghasilkan generasi masa
depan. Orientasi pendidikan yang terlupakan adalah bagaimana agar lulusan suatu
sekolah dapat cukup pengetahuannya dan kompeten dalam bidangnya, tapi juga
matang dan sehat kepribadiannya. Bahkan konsep tentang sekolah di masa yang
akan datang, menurutnya akan berubah secara drastis. Secara fisik, sekolah tidak
perlu lagi menyediakan sumber-sumber daya yang secara tradisional berisi
bangunan-bangunan besar, tenaga yang banyak dan perangkat lainnya. Sekolah
harus bekerja sama secara komplementer dengan sumber belajar lain terutama
fasilitas internet yang telah menjadi “sekolah maya”.
Bagaimanapun kemajuan teknologi informasi di masa yang akan datang,
keberadaan sekolah tetap akan diperlukan oleh masyarakat. Kita tidak dapat
menghapus sekolah, karena dengan alasan telah ada teknologi informasi yang
maju. Ada sisi-sisi tertentu dari fungsi dan peranan sekolah yang tidak dapat
tergantikan, misalnya hubungan guru-murid dalam fungsi mengem- bangkan
kepribadian atau membina hubungan sosial, rasa kebersamaan, kohesi sosial, dan
lain- lain.
Teknologi informasi hanya mungkin menjadi pengganti fungsi penyebaran
informasi dan sumber belajar atau sumber bahan ajar. Bahan ajar yang semula
disampaikan di sekolah secara klasikal, lalu dapat diubah menjadi pembelajaran
yang diindividualisasikan melalui jaringan internet yang dapat diakses oleh
siapapun dari manapun secara individu.
Memperhatikan hal-hal tersebut di atas, maka diperlukan reaktualisasi
partisipasi masyarakat dalam rangka perbaikan mutu layanan dan output
11

pendidikan. Dikatakan sebagai reaktualisasi karena sebenarnya dalam usaha


pendidikan pada dasarnya sudah menjadi bagian dari tugas mereka (yaitu para
orang tua dan kelompok-kelompok masyarakat lainnya).

C. Bentuk-Bentuk Partisifasi Masyarakat Dalam Perkembangan Pendidikan


Partisipasi masyarakat dalam pendidikan dapat diwujudkan dalam berbagai
bentuk.9
Pertama, partisipasi finansial yang diwujudkan berupa dukungan dana
sesuai dengan kekuatan dan kemampuan masyarakat. Termasuk juga orangtua
secara kolektif dapat mendukung dana yang diperlukan sekolah, yang benar-benar
dapat dipertanggungjawabkan untuk keberhasilan pendidikan. Selain itu, lembaga
bisnis dan industri diharapkan dapat menyisihkan anggaran untuk pemberian
beasiswa pendidikan.
Kedua, partisipasi material yang diwujudkan dengan sumbangan bahan-
bahan yang berkenaan dengan material bangunan, untuk penyempurnaan
bangunan ruang dan tempat untuk kegiatan belajar agar kegiatan belajar mengajar
dapat berjalan dengan baik. Demikian juga masyarakat mendukung terciptanya
lingkungan fisik yang kondusif untuk kegiatan belajar mengajar.
Ketiga, partisipasi akademik yang ditunjukkan dengan kepedulian
masyarakat terhadap penyelenggaraan kegiatan akademik yang lebih berkualitas.
Dukungan dapat diwujudkan dengan dukungan orangtua dan masyarakat untuk
mengawasi dan membimbing belajar anak di rumah. Selain itu banyak lembaga-
lembaga pemerintahan maupun non pemerintahan yang dapat memberikan
kesempatan untuk praktek atau magang. Hal ini dilakukan untuk memberikan
wawasan secara nyata kepada peserta didik.
Keempat, partisipasi kultural yang diwujudkan dengan perhatian masyarakat
terhadap terpeliharanya nilai kultural dan moral yang terdapat di lingkungan
sekitar sekolah sehingga sekolah mampu menyesuaikan diri dengan budaya
setempat.

9
Mibyarto, Strategi Pembangunan Desa P3PK (Yogyakarta: UGM Press, 1988), h. 37.
12

Kelima, partisipasi evaluatif, yang diwujudkan dengan keterlibatan


masyarakat dalam melakukan pengendalian dan kontrol terhadap penyelenggaraan
pendidikan, sehingga masyarakat dapat memberikan umpan balik dan penilaian
terhadap kinerja lembaga pendidikan. Selain itu, masyarakat juga dapat berperan
dalam penyusunan atau pemberi masukan dalam penyusunan kurikulum bagi
sekolah. Agar kurikulum itu sesuai dengan kebutuhan siswa.
Desentralisasi pendidikan memerlukan partisipasi masyarakat. Dalam hal
ini tujuan partisipasi sebagai upaya peningkatan mutu pada satuan pendidikan
cukup variatif. Bentuk-bentuk partisipasi yang terjadi pada satuan pendidikan dan
masalah yang dihadapi oleh sekolah yang secara umum dideskripsikan sebagai
berikut :10

Bentuk Aktivitas Masalah


Partisipasi 1. Pihak masyarakat Berdasarkan tangga
dalam bermusyawarah dengan partisispasi, belum semua
Manajemen sekolah. sekolah mampu
Berbasis 2. Pemerintah menggerakkan partisipasi
Sekolah menyediakan sarana- masyarakat pada tangga
prasarana sekolah. yang tertinggi.
3. Komite sekolah
berpartisipasi aktif.
4. Pemanfaatan potensi
yang ada.
5. Masyarakat memiliki

iwa gotong royong.


Partisipasi 1. Kesiapan SDM secara Belum semua masyarakat,
masyarakat profesional khususnya orang tua pada
dalam 2. Stakeholder mendukung sekolah menyadari bahwa
pendidikan untuk terlibat secara aktif
program sekolah.

10
Poerwanti, Endang dan Beti Istanti Suwandayani. 2020. Manajemen Sekolah Dasar
Unggul. Malang : UMM Press, h. 78
13

3. Menghadiri pertemuan dalam pembangunan


sekolah untuk pendidikan.
mengetahui
perkembangan siswa.
4. Membantu murid belajar
5. Mencari sumber-sumber
lain/ pendukung untuk
memecahkan masalah

pendidikan.
Bentuk atau bidang kerja sama antara sekolah dan masyarakat meliputi :
1. Dewan sekolah yang terdiri ddari kepala sekolah, guru, beberapa tokoh
masyarakat, serta orang tua yang memiliki potensi dan perhatian besar terhadap
pendidikaan di sekolah atau dalam bentuk komite sekolah. Berfungsi untuk
mensukseskan kelancaran belajar-mengajar, baik menyangkut perencanaan
pelaksanaan maupun penilaian.
2. Melalui BP3 yang terdiri atas orang tua dan anggota masyarakat yang
mempunyai minat dan perhtian terhadap sekolah dengan bantuan berupa uang
alat bantu pendidikan dan barang-barang keperluan sekolah yang diberikan
masyarakat lewat badan ini.
3. Melalui rapat bersama dengan mengundang masyarakat untuk mengadakan
rapat bersama guna membahas suatu masalah baik yang berkaitan dengan
disiplin, lingkungan, etika dan tata krama serta yang berhubungan dengan
peserta didik.
4. Melalui konsultasi sekolah dapat melakukan konsultasi mengenai peserta
didiknya dengan seorang ahli yang ada masyarakat.
5. Melalui cermah guru dapat meminta seorang ahli dalam masyarakat untuk
memberikan ceramah di sekolah, misalnya mengenai keagamaan, kesehatan
atau pokok bahasan lain yang diperlukan guna menunjang tercapainya tujuan
yang diinginkan.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keterlibatan masyarakat dalam pendidikan merupakan upaya untuk
memberdayakan masyarakat dalam pembangunan pendidikan, artinya
masyarakat dilibatkan dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan
pendidikan. Masyarakat harus ikut membantu menyelenggarakan pendidikan,
agar kualitas pertumbuhan dan perkembangan pendidikan semakin pesat, dan
pada akhirnya meningkatkan kualitas hidup masyarakat. UU Sistem Pendidikan
No. 20 Tahun 2003 dan Keputusan Pemerintah No. 39 Tahun 1992 mengatur
peran serta masyarakat dalam pendidikan dan pendidikan umum di Indonesia.
Bentuk partisipasi sosial dapat dilaksanakan melalui berbagai kegiatan bersama
lembaga sekolah. Perkembangan pendidikan sebenarnya telah dimulai sejak
manusia lahir. Karena keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama dan
terpenting. Dan terakhir, munculnya lembaga pendidikan, atau biasa disebut
sekolah. Melalui penyuluhan atau pembentukan kelompok. Namun kita juga
bisa menggunakan metode lain di lembaga pendidikan di tempat tertentu
tergantung situasi dan kondisi. Masyarakat dan sekolah diharapkan membentuk
tim yang solid untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Kami juga
mengharapkan komunikasi yang sehat antara para pihak dan pertukaran
informasi yang saling menguntungkan. Karena sinergi kedua pihak dalam
peningkatan mutu pendidikan akan mewujudkan masyarakat yang berbudaya
berakhlak mulia dan taat kepada Allah.

B. Saran
Dalam makalah ini penulis sadar bahwa masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu diperlukan kritik dan saran dari pembaca sekalian agar makalah ini
dapat lebih baik lagi dan bermanfaat bagi kita semua . diharapkan juga adanya
makalah lain yang menyempurnakan makalah ini sehingga dapat bermanfaat bagi
kita semua.

15
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Muin Halim Aang Kunaifi, Manajemen Pendidikan (Good Governence


dalam Lembaga Pendidikan) Teori, Strategi, dan Riset Implementasi (Kadur
Pamekasan: Duta Media Publishing, 2017)

Budi Wiratno, Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan, Jurnal Pendidikan Ilmu


Sosial, Vol. 26, No. 1, 2016

Endang Poerwanti dan Beti Istanti Suwandayani, Manajemen Sekolah Dasar


Unggul (Malang : UMM Press, 2020)

Mas, Sitti Roskina. 2007. Partisipasi Masyarakat dan Orang Tua dalam
Penyelenggaraan Pendidikan, Jurnal el-Hikmah : Fakultas Tarbiyah UIN
Malang

Mibyarto, Strategi Pembangunan Desa P3PK (Yogyakarta: UGM Press, 1988),

Sitti Roskina Mas, Partisipasi Masyarakat dan Orang Tua dalam Penyelengaraan
Pendidikan, Jurnal el-Hikmah Fakultas Tarbiyah UIN Malang, , 2007,

Toto Suharto, Pendidikan Berbasis Masyarakat; Relasi Negara dan Masyarakat


dalam Pendidikan (Yogyakarta : LKIS, 2012)

Poerwanti, Endang dan Beti Istanti Suwandayani. 2020. Manajemen Sekolah


Dasar Unggul. Malang : UMM Press,

Wiwin Rif’atul Fauziyati, Strategi Kepala Sekolah untuk Meningkatkan


Partisipasi Msyarakat dalam Pendidikan menuju Generasi Maju Indonesia,
Qalamuna, Vol.10, No. 1, Januari-Juni 2018

Anda mungkin juga menyukai