Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PENDIDIKAN KOMPARATIF

DIMENSI KEHIDUPAN MASYARAKAT DAN PENYELENGGARAAN


SISTEM PENDIDIKAN

Senin, 17 April 2020


Dosen Pengampu :
Dr. Sarbaini, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 1 :


1. Muhammad Rizaldi Fahlifi (1810130210017)
2. Muhammad Imamul Hijrafi (1810130310001)
3. Muhammad Zakie Mubarak (1810130310002)
4. Yuda Ari Pamungkas (1810130310018)
5. Fernando Valentino (1810130310014)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat dan salam
tidak lupa pula kita ucapkan untuk junjungan kita, yaitu Nabi besar Muhammad
SAW yang telah memberi petunjuk dari Allah SWT untuk kita semua.
Makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan tugas mata kuliah Pendidikan
Komparatif. Makalah ini akan membahas tentang Metode Komparasi Pendidikan.
Kami ucapkan terimakasih kepada setiap rekan yang telah bekerjasama dalam
menyelasaikan makalah ini. Kami juga berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi setiap pembaca dan penulis sendiri.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh sebab itu kami
membutuhkan kritik serta saran dari pembaca untuk membuat makalah ini lebih
baik.

Banjarmasin, 17 April 2020

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR I
DAFTAR ISI II
BAB I : PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
D. Manfaat 2
BAB II : PEMBAHASAN 3
A. Perspektif teoritik hubungan pendidikan dan masyarakat 3
E. Kaitan dimensi ekonomi masyarakat dengan pendidikan 5
F. kaitan dimensi ekonomi masyarakat dengan pendidikan 8
G. kaitan dimensi politik dengan pendidikan 11
H. Teori-teori penggiring pengembangan pendidi 14
I.Argumentasi Tentang Cara Menyampaikan Materi Ini………………….16
BAB III : PENUTUP 18
A. Kesimpulan 18
DAFTAR PUSTAKA 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah sebuah lembaga yang menyerapa putara-putara semua
demensi masyarakat yang mana membawa masyakarkat ke arah mana.
Pendidikan berdamapak terhdapat kehidupan tentunya berpengaruh kepada
setiapa apa ada. Pendidikan melahirakn sebuah pemikiran-pemikiran kritis
dan inovatif yang di dalama nya nya harus di tanamkan sebuah pikiran yang
sehat dan positif karna bahwa sanya pendidikan membantu algoritme
kehidupan, dalam pendidikan memmpunya kesadaran dan ketidaksadaran
bahwasanya membawa demensi berbagai macam hal seperti hal nya ekonomi,
politik dan maupun sosial masyakarakat dan juga pendidikan membutuhkan
sebuah oengembanga-pengambangn hal yang bersifat teori dan tindakann
yang mana ingin membawa ke suatu lebih baik. Untuk mewujudkan satuan
pendidikan yang berkualitas harus diawali dengan kesepakatan bersama dari
para aktor pendidikan dalam hal ini para guru, kepala sekolah, dewan sekolah,
dll untuk mendedikasikan dirinya dalam perbaikan dan peningkatan kualitas
sekolah sehingga untuk itu semua dapat dicapai dengan inovasi pendidikan
baik melalui sumber-sumber kreatif dari dalam negeri maupun melalui studi
komparansi pendidikan dengan negara lain yang dianggap lebih berhasil
mengembangkan kulitas pendidikan.
Dengan demikian lahirlah pendidikan komparatif sebagai disiplin ilmu
yang mempelajari sistem pendidikan baik dalam satu negara maupun antar
negara yang menyangkut sistem pendidikan formal; non formal; dan informal,
teori dan praktek pendidikan serta, latar belakang ekonomi, politik, dll.
Pemaparan diatas merupakan pengantar yang diharapkan dapat me-recall
materi-materi yang sudah disampaikan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan yang akan dibahas dalam
makalah ini yaitu:
1. Bagaimana hubungan pendidikan dengan masyarakat?

1
2. Bagaimana memahami tujuan dan manfaat hubungan pendididkan dengan
masyarakat?
3. Bagaimana dimensi ekonomi masyarakat dengan pendidikan?
4. Bagaimana dimensi politik dengan pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah makalah ini, maka didapatkan tujuan
penyusunan makalah:
1. Memahami hubungan pendidikan dengan masyarakat
2. Memahami tujuan dan manfaat hubungan pendidikan dengan masyarakat
3. Memahami dimensi ekonomi masyarakat dengan pendidikan
4. Memahami dimensi politik dengan pendidikan
D. Manfaat
Adapun manfaat penulisan makalah ini antara lain:
A. Menambah ilmu dan wawasan mengenai hubungan antara pendidikan
dengan masyarakat
B. Menambah ilmu dan wawasan mengenai tujuan dan manfaat hubungan
pendidikan dengan masyarakat
C. Menambah ilmu dan wawasan mengenai dimensi ekonomi masyarakat
dengan pendidikan
D. Menambah ilmu dan wawasan mengenai dimensi politik dengan
pendidikan
E. Memberikan informasi dan manfaat bagi seorang Teknologi Pendidikan
sebagai acuan untuk mengembangkan produk dan terjun langsung ke dunia
pendidikan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bagaimana perspektif teoritik hubungan pendidikan dan masyarakat?
Secara etimologis hubungan masyarakat diterjemahkan dari perkataan
bahasa inggris “public relation” yang berarti hubungan sekolah dengan
masyarakat ialah sebagai hubungan timbal balik antar suatu organisasi
(sekolah) dengan mayarakatnya.
Menurut Menurut Kindred Leslia, dalam bukunya “School Public
Relation” mengemukakan pengertian hubungan sekolah dengan masyarakat
sebagai berikut : hubungan sekolah dengan masyarakat adalah suatu proses
komunikasi antara sekolah dengan masyarakat untuk berusaha menanamkan
pengertian warga masyarakat tentang kebutuhan dari karya pendidikan serta
pendorong minat dan tanggung jawab masyarakat dalam usaha memajukan
sekolah. Selanjutnya Onong U. Effendi dalam bukunya Human Relations and
Public Relations dalam Management (1973:55) mengemukakan bahwa Public
Relations adalah kegiatan berencana untuk menciptakan, membina dan
memelihara sikap budi yang menyenangkan bagi organisasi di satu pihak dan
publik di lain pihak. Untuk mencapainya adalah dengan jalan komunikasi yang
baik dan luas secara timbal balik.[1] Pada hakikatnya sekolah merupakan
bagian yang tak terpisahkan dengan masyarakat, khususnya masyarakat
publiknya, seperti para orang tua murid atau anggota badan Pembantu
Penyelenggaraan Pendidikan (BP3) dan atasan langsungnya.Demikian pula
hasil pendidikan pelaksanaan sekolah akan menjadi harapan bahkan dambaan
masyarakat. Maka kegiatan-kegiatan sekolah juga harus terpadu dengan derap
masyarakat, tak boleh sekolah itu merupakan “menara gading” bagi
masyarakatnya.[2]
Upaya peningkatan mutu pendidikan oleh semua bangsa di dunia,
termasuk Indonesia, berangkat dari adanya keprihatinan mereka akan mutu
pendidikan yang masih rendah. Persoalan rendahnya mutu pendidikan,
misalnya yang terjadi di Indonesia, disebabkan antara lain oleh mutu dan
distribusi tenaga kependidikan yang kurang memadai, kurangnya sarana dan
prasarana pendidikan, kurikulum yang kurang sesuai, dan lingkungan belajar

3
yang tidak mendukung. Sehingga aneka persoalan tadi secara bertahap
dieliminir melalui langkah-langkah sistematis dan taktis dengan landasan
pemikiran yang matang.
Hal-hal yang tidak tampak tetapi memiliki andil yang cukup besar dalam
penyelenggaraan pendidikan tersebut antara lain berupa ideologi, pandangan
hidup, keyakinan, orientasi nilai pun pula mitos-mitos historis yang berisi
cerita kepahlawanan yang hidup dan dipercaya secara turun temurun dalam
suatu bangsa.
Sistem nilai atau keyakinan yang diterima sebagai fakta atau kebenaran
oleh masyarakat atau kelompok tertentu. Ideologi berupaya menggambarkan
mengenai karakteristik-karakteristik umum tentang alam dan masyarakat; serta
keterkaitan antar hakikat dunia dengan hakekat moral, politik, dan panduan-
panduan perilaku lainnya yang bersifat evaluatif
Melalui ideologi atau cita-cita sosial tersebut penyelenggaraan pendidikan
baik yang ada di jalur sekolah maupun luar sekolah ingin dikembangkan dan
ditingkatkan mutunya untuk dapat memainkan peran-peran yang diharap.
Misalnya apakah peran legitimasi atau peran reformasi dari keberadaan
lembaga pendidikan. Peran legitimasi dalam arti bahwa proses pendidikan
dapat melestarikan atau melanggengkan formasi sosial yang ada (status quo),
sedangkan peran reformasi dimaksudkan bahwa pendidikan dapat membangun
atau bahkan merubah tatanan sosial menuju yang lebih baik. Kedua peran
pendidikan tersebut beserta seluk beluk penyelenggaraan pendidikan di suatu
bangsa sangat dipengaruhi oleh ideology milikinya.
Sebagai contoh, bangsa Indonesia memiliki ideologi dengan nama
ideology Pancasila, bangsa lain yang menganut faham agama sebagai
pandangan hidupnya meyakini ideologi agama yang dianut. Baik Pancasila
maupun agama sebagai pandangan hidup yang dianut oleh masing-masing
penganutnya merupakan kekuatan besar yang mempengaruhi penyelenggaraan
pendidikan.
Adapun untuk konteks dunia, faktor-faktor intangible yang mempengaruhi
upaya-upaya penyelenggaraan pendidikan antara lain adalah pemikiran-

4
pemikiran hasil keputusan dari beberapa konferensi internasional tentang
pendidikan,
Beberapa konferensi internasional tentang pendidikan yang telah
diselenggarakan tersebut merupakan komitmen dunia internasional terhadap
upaya peningkatan mutu dan perluasan penyelenggaraan pendidikan. Hal ini
jelas dapat mempengaruhi potret penyelenggaraan pendidikan di beberapa
negara terutama negara berkembang.
B. Bagaimana kaitan dimensi social masyarakat dengan pendidikan?
Bahwa penyelenggaraan pendidikan dalam masyarakat tidaklah semata-
mata suigeneri, maka perlu kiranya memperhatikan aspek-aspek di luar
pendidikan. Aspek di luar pendidikan tersebut merupakan aspek-aspek
kehidupan masyarakat yang selalu bersinggungan dengan pendidikan. Paling
tidak ada tiga aspek penting kehidupanmasyarakat yang selalu bersinggungan
dengan pendidikan, yaitu yang meliputi sosial, ekonomi, dan politik.
Dimensi sosial masyarakat adalah salah satu dimensi kehidupan yang ada
dalam masyarakat yang memuat tata struktur dan tata kultur hubungan antar
individu warga masyarakat dan juga kelompok dalam merajut kehidupannya
secara kolektif. Sebagai sebuah komunitas sosial dan kultural kolektif, maka
masyarakat selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu, baik secara
evolutif maupun revolutif. Beberapa teori telah menjelaskan tentang perubahan
masyarakat yang bergerak dari kondisi tradisional menuju modern atau dari
kondisi agraris menuju pada industrial.
Pentingnya Hubungan Sekolah Dan MasyarakatBeberapa pandangan
filosofis tentang hakikat sekolah masyarakat, dan bagaimana hubungan antara
keduanya.
1. Sekolah adalah bagian yang integral dari masyarakat, ia bukan merupakan
lembaga yang terpisah dari masyarakat.
2. Hak hidup dan kelangsungan hidup sekolah bergantung pada masyarakat.
3. Sekolah adalah lembaga sosial yang berfungsi untuk melayani anggota-
anggota masyarakat dalam bidang pendidikan.
4. Kemajuan sekolah dan kemajuan masyarakat saling berkolerasi, keduanya
saling membutuhkan.

5
5. Masyarakat adalah pemilik sekolah. Sekolah ada karena masyarakat
memerlukannya.[3]
Betapa pentingnya hubungan sekolah dan masyarakat itu, terutama di
negara kita, dapat pula ditinjau dari sudut historis, sebagai berikut :
1. Dari sejarah, kita mengetahui bahwa pada zaman kolonial Belanda
dahulu, sekolah- sekolah diisolasikan dari kehidupan masyarakat
sekitar.
2. Dan zaman kemerdekaan ini, sekolah merupakan lembaga pendidikan
yang seharusnya mendidik generasi muda untuk hidup di masyarakat
kelak nanti.
3. Sekolah haruslah merupakan tempat pembinaan dan pengembangan
pengetahuan dan kebudayaan yang sesuai dan dikehendaki oleh
masyarakat tempat sekolah itu didirikan.
4. Sebaliknya, masyarakat harus dan wajib membantu dan bekerja sama
dengan sekolah agar apa yang diolah dan dihasilkan sekolah sesuai
dengan apa yang dikehendaki dan dibutuhkan oleh masyarakat.
5. Dari sejarah pendidikan kita mengenal adanya arbeid school (sekolah
kerja) seperti yang didirikan oleh Ovide Decroly di Belgia, sekolah
kerja yang didirikan oleh Kerschensteiner di Jerman, dan oleh John
Dewey di Amerika Serikat.
Semua ini merupaka usaha para ahli didik yang menunjukkan kepada
kita betapa pentingnya sekolah itu berintegrasi dengan masyarakat
untuk mencapai tujuan pendidikan yang benar-benar sesuai dengan
perkembangan kebutuhan masyarakat yang selalu berkembang menuju
kemajuan.
6. Pentingnya hubungan sekolah dengan masyarakat dapat pula dikaitkan
dengan semakin banyaknya isu yang berupa kritik- kritik dari
masyarakat tentang tidak sesuainya produk sekolah dengan kebutuhan
pembangunan, bahwa lulusan sekolah merupakan produk yang tidak
siap pakai, semakin membengkaknya jumlah anak putus sekolah, makin
banyak pengangguran, dan sebagainya. Meskipun hal-hal tersebut
merupakan masalah yang kompleks dan untuk memecahkan masalah-

6
masalah itu bukan semata-mata merupakan tanggung jawab sekolah,
dengan meningkatkan keefektifan hubungan sekolah dan masyarakat
maka beberapa masalah tersebut dapat terkurangi.[4]
Mengenai tujuan, menurut T. Sianipar dapat ditinjau dari sudut kepentingan
kedua lembaga tersebut, yaitu kepentingan sekolah dan kepentingan
masyarakat.Ditinjau dari kepentingan sekolah, pengembangan
penyelenggaraan hubungan sekolah dan masyarakat bertujuan untuk:
1. Memelihara kelangsungan hidup sekolah.
2. Meningkatkan mutu pendidikan di sekolah yang bersangkutan.
3. Memperlancar proses belajar mengajar.
4. Memperoleh dukungan dan bantuan dari masyarakat yang diperlukan
dalam pengembangan dan pelaksanaan program sekolah.
Sedangkan ditinjau dari kebutuhan masyarakat itu sendiri, tujuan
hubungannya dengan sekolah adalah untuk :
1. Memajukan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama dalam
bidang mental-spiritual.
2. Memperoleh bantuan sekolah dalam memecahkan berbagai masalah yang
dihadapi oleh masyarakat.
3. Menjamin relevensi program sekolah dengan kebutuhan masyarakat.
4. Memperoleh kembali anggota-anggota masyarakat yang makin meningkat
kemampuannya.
Secara lebih kongkrit lagi, tujuan diselenggarakan hubungan sekolah dan
masyarakat adalah :
1. Mengenalkan pentingnya sekolah kepada masyarakat.
2. Mendapatkan dukungan dan bantuan moral maupun finansial yang
diperlukan bagi pengembangan sekolah.
3. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang isi dan pelaksanaan
program sekolah.
4. Memperkaya atau memperluas program sekolah sesuai dengan
perkembangan dan kebutuhan masyarakat.
5. Mengembangkan kerjasama yang lebih erat antara keluarga dan sekolah
dalam mendidik anak- anak.[5]

7
Sedangkan Elsbree mengemukakan tujuan hubungan sekolah dengan
masyarakat adalah :
1. Untuk meningkatkan kualitas belajar dan pertumbuhan anak.
2. Untuk meningkatkan pemahaman masyarakat akan pentingnya pendidikan
dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
3. Untuk mengembangkan antusiasme/ semangat saling bantu antara sekolah
dengan masyarakat demi kemajuan kedua belah pihak.
Ketiga tujuan tersebut menggambarkan adanya “two way trafic” atau dua arus
komunikasi yang saling timbal balik antara sekolah dengan masyarakat.
Hubungan sekolah dengan masyarakat akan berjalan dengan baik apabila
terjadi kesepakatan antara sekolah dengan masyarakat tentang
“policy”(kebijakan), perencanaan program dan strategi pelaksanaan
pendidikan di sekolah. Dengan demikian tidak lagi ada “barrier” (penghalang)
dalam melaksanakan program hubungan sekolah dengan masyarakat.[6]
Kalau pada awal modernisasi suatu negara mempunyai penduduk yang
bekerja di sektor agraris adalah sekitar 85%, maka bila ingin sampai menjadi
negara modern adalah dengan cara bertahap mengurangi profesi penduduk
agraris sebesar 5% per tahun menuju profesi perdagangan dan jasa. Hal ini
berarti bahwa modernisasi secara wajar pada negara tersebut membutuhkan
waktu 17 tahun. Oleh karena itu untuk mempercepat upaya modernisasi di
beberapa negara agraris, dibutuhkan banyak investasi sosial termasuk
pendidikan.
Beberapa negara yang sekarang sudah tergolong mencapai kemajuan
social sebagaimana terlihat pada negara-negara maju di Eropa, tidaklah
mereka raih secara tiba-tiba. Usaha-usaha pengembangan telah banyak mereka
lakukan dalam jangka waktu yang cukup lama, sehingga saat ini mereka
mengalami pertumbuhan sosial dan peradaban yang cukup tinggi.
C. Bagaimana kaitan demensi ekonomi dengan pendidikan ?
Fungsi utama institusi pendidikan dalam kaitan dengan kehidupan
ekonomi adalah mempersiapkan pemua-pemuda untuk mengisi lapangan
pekerjaan produktif. Berikut kaitan antara pendidikan dan ekonomi :
1. Kaitan Demensi Ekonomi dan Pendidikan

8
Pada umumnya, kita melihat bahwa masyarakat kita berbeda
dengan kehidupan masa lalunya. Modernisasi merupakan upaya pergantian
dari penggunaan teknik industri yang bersifat tradisional menjadi cara-cara
yang cenderung modern. Sementara kalangan sosiolog lebih berfokus
melihat proses diferensiasi sosial yang cenderung menggejala pada kondisi
sosial masyarakat tersebut. Dalam segi kelembagaan, proses diferensiasi
sosial juga tidak bisa ditolak kehadirannya, termasuk lembaga pendidikan
ekonomi dan lembaga pendidikan di dalamnya. Perbedaan keterkaitan dua
lembaga tersebut cukup mencolok apabila kita bandingkan aplikasinya
pada masyarakat tradisional. Pada masyarakat demikian seluruh pranata-
pranata sosial cenderung bersifat lebur dan belum terpilah-pilah pada
orientasi spesifik. Pranata keluarga memiliki peranan yang cukup dominan
dalam melayani seluruh kebutuhan para anggota baik itu pendidikan,
kesehatan, religi dan peribadatan, kelangsungan ekonominya dan lain
sebagainya. Oleh karena itu, interaksi antara satuan keluarga bukanlah hal
yang bersifat fundamental. Sementara kesatuan masyarakat diikat oleh satu
alur kekuatan suku, klen, keluarga luas atau sejenisnya yang pada
hakikatnya merupakan representasi dari peran pranata keluarga. Itulah
sebabnya arus dinamika pada masyarakat tradisional cenderung bersifat
rutin. Sering kita temui pada masyarakat desa pola hubungan kontruktif
antara pendidikan dan ekonomi. Proses pembekalan keahlian bercocok
tanam diterapkan langsung dalam lahan-lahan persawahan dari proses
menanam benih hingga panen. Anakanak muda sejak dini sudah
dibiasakan ikut melakukan aktivitas serupa yang dilakukan oleh orang tua
dalam mengelola lahan pertanian dari belajar mencari pakan ternak,
mencangkul, memilih bibit-bibit tanaman atau membajak sawah. Hal
demikian berlaku pula pada masyarakat beternak dan berburu. Proses
pembelajaran demikian selain berhubungan langsung dengan fungsi
pendidikan juga tidak dapat dipisahkan dari koridor ekonominya.
Kelangsungan ekonomi masyarakat sederhana sudah cukup terpenuhi
apabila dari mata pencaharian yang mentradisi sudah mempu menjamin
kelangsungan hidup. Tingkat ketergantungan yang cukup tinggi dengan

9
kondisi lingkungan fisik melahirkan iklim pemikiran yang relatif
sederhana dari segi kebutuhan ekonomi. Oleh sebab itu, penguasaan
keahlian melanjutkan jenis-jenis mata pencarian oleh pendahulunya baik
itu bercocok tanam, berburu, beternak, atau aplikasi kerajinan-kerajinan
tradisional memiliki fungsi ekonomi yang cukup kuat dalam
mempertahankan ketahanan sosial ekonomi masyarakat. Dari sini kita bisa
melihat hubungan fungsional antara pendidikan sebagai sarana
pembekalan kemampuan ekonomi bagi generasi penerus pada masyarakat
yang sederhana. Hal yang terjadi pada masyarakat yang sederhana sangat
jauh berbeda dengan pola-pola kegiatan bagi masyarakat yang sudah
kompleks. Eksistensi masyarakat kompleks merupakan hasil bentukan
pergumulan antara sejarah, ruang maupun waktu yang mampu
merentangkan proses evolusi kebudayaan manusia. Di dalamnya terdapat
gejala modernisasi sebagai salah satu komponen yang menopang
perubahan-perubahan masyarakat. Hal ini sejalan dengan ungkapan Faqih
(2001) bahwa modernisasi sebagai gerakan sosial sesungguhnya bersifat
revolusioner (perubahan dari tradisi ke modern), sistematik, menjadi
gerakan global yang akan mempengaruhi semua manusia, melalui proses
yang bertahap untuk menuju suatu homogenisasi (convergency) dan
bersifat progresif.
Jadi pada pengertian di atas kami bisa menyimpulkann bahwa
ekonomi dan pendidikan sangat erat kaitan nya padahal hal ini seperti
tidak terlihat oleh mata institut pendidikan mempunyai pernan penting
terhadapat pendapatan ekonomi dari tenaga pengajar sampai lingkungan
pendidikan mendapatakan jajaran ekonomi nya masing-masing sebagai
contoh seperti universitas kita tercinta universitas Lambung Mangkurat ini
di area dalam banyak sekali aliran ekonomi seperti ketenaga pegawaian
administrator prodi, administrator fakultas, administrator universitas,
tenaga pengajar dosen atau guru besar selanjut nya clening servis, satpam
dan lain nya yang mereka itu di berikaan penghasilan yang bisa
mendongkrak ekonomi naik karna hal ini membawa perubahan meskipun
tak terlihat oleh kita lalu bagian luar atau lingkingan sekitar kampus

10
banyak bagian seperti ada nya kos, fotocopy, print an , laudry , dan jual
makanan dengan ada nya lembaga pendidikan di daerah tersebut, maka hal
ini membuat ekonomi naik lagi karna potensi dari faktor lembaga
pendidikan tadi membawa banyak orang untuk membantu kepentingan dan
kebutuhan mahasiswa lalu mendapatakan ekonomi dari mereka yang
menyiapkan kepentingan dan kebutuhan itu otomatis hal ini membuat
ekonomi melesat di daerah tersebut maka nya ekonomi dan pendidkan itu
menyerapa sebuah pengemabangan manusia dari dalam maupun luar
lembaga pendidikan tersebut
D. Bagaiaman pula kaitan dimensi politik dengan pendidikan ?
Penyelenggaraan pendidikan tidak terlepas dari aspek politik, dan aspek
politik juga mewarnai pendidikan. Penyelenggaraan pendidikan membutuhkan
pengaturan politik, begitu pula politik memerlukan sarana sosialisasi melalui
lembaga pendidikan. Hubungan antara politik dan pendidikan melahirkan
perdebatan di kalangan penggiat studi politik dan pendidikan, satu kelompok
menafikan hubungan politik dan pendidikan dengan mengatakan education is
outside politics (pendidikan berada di luar politik), kelompok kedua
menyatakan education and politics are in extricable linked (pendidikan dan
politik terkait tanpa bisa dipisahkan).
Kelompok yang menafikan pendidikan dan politik terkait tanpa bisa
dipisahkan pertama, mengungkapkan bawah tidak dapat dimungkiri bahwa
lembaga pendidikan merupakan salah satu konstelasi politik. Peranan yang
dimainkan oleh masjid-masjid dan madrasah-madrasah dalam mengokohkan
kekuasaan politik para penguasa dapat dilihat dalam sejarah, di lain pihak
ketergantungan kepada uluran tangan para penguasa secara ekonomis,
membuat lembaga-lembaga tersebut harus sejalan dengan nuansa politik yang
berlaku. Kedua, education and politics are inextricably linked (pendidikan dan
politik terkait tanpa bisa dipisahkan, menurut mereka timbal balik pendidikan
dan politik dapat terjadi melalui tiga aspek, yaitu pembentukan sikap
kelompok, masalah pengangguran, dan peranan politik kaum cendekia. Ketiga,
memperlihatkan bahwa sekolah memainkan beberapa fungsi politik penting
dan membuktikan secara singkat peran sekolah sebagai sosialisasi politik.

11
Kelompok yang menafikan politik berada di luar pendidikan, pertama,
menjelaskan bahwa pendidikan dan politik adalah dua hal yang terpisah dan
tidak memiliki hubungan apa pun juga sangat kuat. Kedua, menjelaskan bahwa
berkembangnya ide pemisahan antara pendidikan dan politik di Amerika
dilatarbelakangi keinginan para praktisi pendidikan untuk mempertahankan
otonomi professional yang lebih besar bagi mereka, dan untuk melindungi
kontinuitas program-program kependidikan mereka dari kepentingan para
politikus dan pengaruh proses politik, seperti pemilihan umum.
Beberapa pendapat di atas kiranya sudah cukup untuk membuktikan
bahwa pemahaman tentang hubungan antara politik dan pendidikan sudah
cukup berkembang, meskipun ada kecenderungan yang kuat pada sebagian
masyarakat untuk memandang bahwa pendidikan dan politik terpisah dan tidak
berkaitan, realitas membuktikan bahwa di semua masyarakat keduanya
berhubungan erat dan terikat. Proses dan lembaga-lembaga pendidikan
memiliki banyak dimensi dan aspek politik, lembaga-lembaga tersebut
menjalankan fungsi-fungsi yang memiliki konsekuensi penting dalam sistem
politik dan terhadap perilaku politik dalam bentuk yang berbeda-beda. Artinya
pendidikan dan politik merupakan dua elemen penting dalam sistem social
politik di setiap Negara. Berdasarkan fakta yang ada bahwa “terdapat
hubungan vertical secara struktural antara politik dan pendidikan, selalu
terdapat aspek-aspek kepentingan dari penguasa yang diimplentasikan dalam
dunia pendidikan. Begitu pula dunia pendidikan dapat menjadi sarana politik
dan mempengaruhi para pengambil kebijakan untuk melahirkan keputusan-
keputusan yang bersifat politis yang disalurkan melalui lembaga-lembaga
pendidikan”. 
Perubahan paradigma pendidikan nasional dari sentralisasi ke
desentralisasi membawa implikasi politik yang sangat luas, apabila aspek-
aspek politik lebih mengedepankan ketimbang aspek-aspek pendidikan, maka
desentralisasi pendidikan hanya akan menjadi “dagelan politik” yang tidak
mengubah kinerja atau mutu pendidikan, desentralisasi hanya akan menjadi
status de jure bukan status de facto sistem pendidikan nasional. Desentralisasi
pendidikan yang saat ini diterapkan dalam sistem pendidikan nasional

12
cenderung mengambil bentuk dekonsentrasi, bahwa pemerintah daerah hanya
menjadi perpanjangan tangan fungsi-fungsi manajemen milik pemerintah
pusat. Berbagai keputusan fundamental dalam bidang pendidikan dan nilai-
nilai pendidikan yang tumbuh dan berkembang dalam sistem pendidikan
nasional adalah nilai-nilai pendidikan milik pemerintah pusat, bukan milik
pemerintah daerah.
Agar desentralisasi benar-benar menjadi status de facto sistem pendidikan
nasional, maka bentuk desentralisasi yang diterapkan harus beralih dari
dekonsentrasi ke delegasi (jenis desentralisasi dalam bentuk yang lebih
ekstensif, dimana lembaga-lembaga pusat meminjamkan wewenang ke
pemerintah di tingkat-tingkat yang lebih rendah atau bahkan ke organisasi-
organisasi otonom), atau devaluasi (bentuk desentralisasi yang paling besar
pengaruhnya, yakni menyerahkan wewenang keuangan, administrasi atau
urusan pedagogi secara permanen dan tidak dapat dibatalkan secara tiba-tiba
oleh pejabat di pusat begitu saja. Dominasi pemerintah dalam kebijakan
pendidikan terjadi karena pemerintah memiliki power, otoritas, dan sumber
nilai yang lebih besar dalam mengatur kepentingan politiknya terhadap
pendidikan.
Kadi kesimpulannya dari hal di atas kami paparakna bahwa sanya ada 2
jalan yangpertama berkaitan dan yang kedua tidakn berkaitan hal ini menurut
kami pendidkan ke politik itu samgat berkaitan karna apa kita nisa memberikan
wadah politik di kelas atau di yempat lain nya di kampus untuk kritis terhdapat
politik di negara ini, jadiakn kampus sebagai area sosialisai politik bagaiamna
penting nya politik ke kehfiupan ini baimana baik nya kkt berpolitik lalu
bagaiamana berpolitik yang baik dan bener. Karna apa pendidikan melahirakan
sebuat mainset yang harus di tata rapi apalagi masalah politik karna pendidikan
banyak melahirakn politik-politikus yang harus ber intergritas baik kepada
politik nya maka nya harus di jadiakan panggung kritis berpolitik bukan 1
prang bicara tanpa adanay diskusi dan pertanyaan kritis, di pendidikan kita
bisa berdiskusi secara terbuka maupun tertup agara kira nya mendapat
pemahaman secatra detail bagaiaman menjalani politik ada bener nya juga
politik tidak erat dengan oendidikan karna bisa melahairakan politik praktis

13
yang mana membawa dan menguntungkan pihak kelompok saja hal ini kira
mya hanyalah teknis kita buat peraturan ketika politisi-politis datang ke
kampus kita buka diakusi para mahasiswa bertanay dab berdiskusi dan
bagiaman kritis kepada narasumber politisi tersebut. pada intinya pendidikan
melahirakan politik tetapi secara membahas politik bukan memberikan wadah
politis praktis karna apa mahasiswa mempunya ke kritisan dan tidak bisa di
bodohi karna mereka peduli kepada bangsa.
E. Teori-teori penggiring pengembangan pendidikan
Telah banyak teori yang menjelaskan tentang pentingnya pengembangan
pendidikan bagi perbaikan masyarakat. Dari teori-teori tersebut diantaranya
adalah teori sumberdaya manusia (human resources theory) dari Theodore W.
Schultz, teori modernisasi (modernization theory) dari Daniel Lerner, dan
teori struktural-fungsional (structural-functional theory) dari Barnadib,
(1987).
Teori Sumberdaya manusia (human resources) yang dipelopori oleh T.W.
Schultz menjelaskan bahwa perkembangan suatu masyarakat pada dasarnya
berlandaskan pada investasi manusia (human investment). Dengan semakin
berkualitasnya manusia sebagai penduduk bangsa akan mendorong
meningkatnya produktifitas mereka. Peningkatan produktifitas akan
mempengaruhi peningkatan penghasilan penduduk, sehinga pada gilirannya
secara agregat dapat mengangkat masyarakat secara keseluruhan ke arah taraf
yang lebih tinggi. Sehingga kuncinya adalah kualitas manusianya. Oleh
karenanya, dalam konteks ini pendidikan memegang peranan sangat penting
dalam rangka membangun masyarakat.
Sedikit berbeda dengan teori sumberdaya manusia di atas, teori
modernisasi (modernization theory) tidak saja menekankan pada peningkatan
mutu sumberdaya manusianya akan tetapi juga menekankan peningkatan
infrastruktur sosial menuju yang lebih modern. Infrastruktur sosial menuju
yang lebih modern tersebut adalah Infrastruktur sosial yang antara lain
meliputi: lembaga-lembaga sosial, alat-alat komunikasi, termasuk juga
lembaga pendidikan.

14
Dalam pendangan teori ini, banyak terjadi di negara-negara berkembang
bahwa ada lembaga-lembaga modern yang diisi oleh manusia yang
kualitasnya masih tradisional seperti manusia-manusia yang memiliki ciri-ciri
kurang produktif, malas, kurang mampu bekerja secara profesional. Manusia-
manusia dengan kualitas rendah atau tradisional tersebut banyak bekerja di
pabrik-pabrik, stasiun TV, badan usaha swasta, dan birokrasi perkantoran
pemerintah. Sebaliknya banyak pula manusia-manusia yang sudah dididik
maju akan tetapi bekerja dan menjalankan kelembagaan yang alat-alat
kelengkapannya masih tradisional. Oleh karena itu, menurut teori ini
pembangunan masyarakat disamping perlu dimulai dengan upaya peningkatan
sumberdaya manusia juga dengan penyediaan infrastruktur sosial yang lebih
modern.
Sedangkan teori Struktural-fungsional (structural-functional theory) yang
dipelopori oleh Talcott Parsons, mengajarkan bahwa masyarakat sebenarnya
terdiri atas kelompok-kelompok manusia yang mempunyai tempat dalam
struktur dengan fungsinya masing-masing, yang kesemuanya saling
berhubungan secara harmonis. Sehingga masyarakat akan berkembang
manakala kelompok-kelompok tersebut ditingkatkan kedudukannya menurut
struktur, peran, dan fungsi masing-masing secara harmonis pula. Bila tidak,
maka menurutnya akan terjadi apa yang disebut keadaan ‘Disequilibrium’ atau
‘social disorder’.
Sudah barang tentu peranan pendidikan sangat penting dalam rangka
pengembangan masyarakat sebagaimana inti dari teori ketiga ini. Ada
beberapa tahap yang dapat dikembangkan, antara lain adalah: pertama,
pendidikan universal berlandaskan kebijakan wajib belajar untuk semua warga
masyarakat. Kedua, setelah diadakannya pendidikan universal, kemudian
untuk memenuhi minat dan perhatian tiap kelompok maka dikembangkan
kemampuannya baik yang bersifat akademik-ilmiah maupun kemampuan
vokasional, teknologi, dan profesional. Dengan kedua tahapan inilah maka
perkembangan masyarakat dapat ditingkatkan secara lebih efektif.
Selain dari tiga teori yang telah disebutkan di atas, yakni teori sumberdaya

15
manusia (human resources theory), teori modernisasi (modernization theory),
dan teori strukturaL- fungsional (structural-functional theory), terdapat teori
lain yang menjelaskan tentang fenomena yang sama, yaitu: teori mobilitas isi,
teori alokasi, dan teori legitimasi (Barnadib, 1987).
Penjelasan inti dari teori-teori tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut:
teori mobilitas isi menjelaskan bahwa bila semua anak mengalami dan
menikmati pendidikan yang teratur dan mempunyai sejumlah pengetahuan dan
kecakapan lewat pendidikan, maka akan terangkatlah masyarakatnya.
Sedangkan teori alokasi menyebutkan bahwa pendidikan itu lebih berfungsi
sebagai pemilih, penyortir, dan penjatah dari pada hanya sebagai lembaga
sosialisasi.
Adapun teori legitimasi berpendaoat bahwa pendidikan itu sesungguhnya
terbangun (constructed) secara sosial. Pendidikan dalam hal ini termasuk
sekolah merupakan lembaga yang mencerminkan berbagai keadaan sosial
(social setting), sehingga dalam menjalankan program pendidikannya, sekolah
bukan hanya menjadi wahana sosialisasi, tetapi mampu mempengaruhi
terjadinya perubahan atau peningkatan kualitas kehidupan dalam masyarakat.
Teori legitimasi menghendaki agar pendididkan selalu mengusahakan
kerujukan dengan masyarakat. Bila ini dilakukan, maka pendidikan tidak
hanya mempertahankan kemapanan struktur masyarakat melainkan juga dapat
berpengaruh ke arah perbaikan dan perkembangannya.
F. Argumentasi Tentang Cara Menyampaikan Materi Ini
Materi ini pantasnya menggunakan apa jika di sampaikan kepada
mahasiswa menurut kami penyampain terbaik adalah dengan cara di buat
power point yang menarik agar mahasiswa yang melihat materi tersebut tidak
bosan dan mudah memahami isi materi dan juga perlunya bimbingan dalam
setiap slide power point yang nantinya jika ada mahasiswa yang kurang paham
terhadap materi yang telah di berikan bisa langsung di tanyakan kepada dosen
atau pengajar maka dari itu perlunya bimbingan terhadap penjelasan penjelasan
di setiap slide slide power point dan yang kedua jika di dalam kondisi wabah
seperti ini materi yang pantas di sampaikan kepada mahasiswa menurut kami

16
adalah dengan menggunakan video atau dubbing yang dimana dosen atau
pengajar menjelaskan bagian bagian materi.
Argumentasi tentang Materi yang Pantas Digunakan dan Disampaikan
kepada Mahasiswa. Untuk materi disesuaikan dengan perkembangan zaman
saat ini sehingga mahasiswa/i mudah untuk memperbaharui ilmu pengetahuan
yang mereka miliki,metodenya bisa menggunakan metode ceramah dan tanya
jawab dengan metode tersebut mereka akan merasa terasah. Dan jua memilih
tindakan diskusi karna pada diskusi kita bisa membuka semua pikiran-pikiran
individu lain karna dengan begitu terbuka masalah pencarian masalah,
pemencahan masalah dan solusi terhadapat pendidikan ke arah demensi
pilitik,sosial dan ekonomi. Yang paling baik adalah adanya melakukan
tinjauan berskala menengah maksud skala menangah adalah penelitian yang
bersifat semi yaitu sifat nya hanya mengetahui untuk membuka pemikiran kita
lalu di diskusi kan ini pebih efektif dan menyenangkann

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahwa semua bangsa di dunia berusaha meningkatkan mutu
pendidikannya menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. Upaya meningkatkan
mutu pendidikan oleh semua bangsa di dunia, termasuk Indonesia, berangkat
dari adanya keprihatinan mereka akan mutu pendidikan yang masih rendah.
Untuk itu, I.L. Kandel merekomendasikan perlunya perhatian dari pelaku
pendidikan terhadap hal-hal yang kelihatannya tidak tampak (intangible) akan
tetapi memiliki pengaruh terhadap penyelenggaraan pendidikan dalam rangka
membangun pendidikan yang lebih baik.
Ideologi sebagai salah satu faktor intangible memiliki pengaruh luar biasa
dalam penyelenggaraan pendidikan di suatu bangsa. Melalui ideologi atau
cita-cita social penyelenggaraan pendidikan baik yang ada di jalur sekolah
maupun luar sekolah ingin dikembangkan dan ditingkatkan mutunya untuk
dapat memainkan peran-peran yang diharap. Baik peran legitimasi ataupun
peran reformasi dari keberadaan lembaga pendidikan.
Pada bagian lain, penyelenggaraan pendidikan tidaklah sui generi, akan
tetapi dipengaruhi oleh banyak hal. Beberapa aspek kehidupan masyarakat di
luar pendidikan selalu bersinggungan dan mempengaruhi pendidikan. Paling
tidak ada tiga aspek penting kehidupan masyarakat yang selalu bersinggungan
dengan pendidikan, yaitu aspek sosial, ekonomi, dan politik. Proses hubungan
keterkaitan antara pendidikan dengan masyarakat adalah hubungan interaktif-
dialektis.
Banyak teori yang menjelaskan tentang pentingnya pengembangan
pendidikan bagi perbaikan masyarakat.
Teori Sumberdaya manusia (human resources) menekankan
perkembangan masyarakat berlandaskan pada investasi manusia (human
investment) sehingga pendidikan memegang peranan sangat penting dalam
rangka pembangunan masyarakat. Teori modernisasi (modernization theory)
menekankan pada peningkatan mutu sumberdaya manusia serta infrastruktur
sosial menuju yang lebih modern. Antara lain adalah lembaga-lembaga sosial,

18
alat-alat komunikasi, termasuk jugalembaga pendidikan. Teori Struktural-
fungsional (structural-functional theory) mengajarkan bahwa masyarakat
terdiri atas kelompok-kelompok manusia yang mempunyai tempat dalam
struktur dengan fungsi masing-masing dan saling berhubungan secara
harmonis satu sama lain. Masyarakat akan berkembang manakala kelompok-
kelompok tersebut ditingkatkan kedudukannya menurut struktur, peran, dan
fungsi masing-masing secara harmonis pula, sehingga terwujud keadaanyang
disebut ‘social disorder’.
Semua anak mengalami dan menikmati pendidikan yang teratur dan
mempunyai sejumlah pengetahuan dan kecakapan lewat pendidikan, maka
kemajuan masyarakat akan terangkat. Teori alokasi menyebutkan bahwa
pendidikan lebih berfungsi sebagai pemilih, penyortir, dan penjatah dari pada
hanya sebagai lembaga sosialisasi. Sedang teori legitimasi berpendaoat bahwa
pendidikan itu sesungguhnya terbangun (constructed) secara sosial yang
mencerminkan berbagai keadaan sosial (social setting), sehingga sekolah
bukan hanya menjadi wahana sosialisasi tetapi juga mampu mempengaruhi
terjadinya perubahan atau peningkatan kualitas kehidupan dalam masyarakat.

19
DAFTAR PUSTAKA
Barnadib, Iman. Pendidikan Perbandingan. Yogyakarta : Andi Offset, 1987.
Kuswara, Deni. Pengelolaan Pendidikan. Bandung : UPI Press, 2007.
Gunawan, Ari. Administrasi Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta, 2002.
Purwanto, Ngalim. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung  : Remaja
Rosdakarya, 2009.
Damsar. 1999. Jurnal Politik dan Sosiologi, Tahun I. Nomor 2Januari – Juni
1999. Padang: Laboratorium Mantawai.
Derajat, Zakiyah. 2002. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksa

[1] Deni Kuswara, Pengelolaan Pendidikan (Bandung: UPI Press:, 2007), 181.
[2]Ari H. Gunawan, Administrasi Sekolah (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), 186
[4] Ibid., 188.
[5] Purwanto, Administrasi dan Supervisi..., 190.
[6] Kuswara, Pengelolaan Pendidikan ..., 182.

20

Anda mungkin juga menyukai