Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PENDIDIKAN KOMPARATIF

Dosen Pengampu :

Dr. Sarbaini, M.Pd

Disusun Oleh :
1. muhammad Habibi (1810130310007)
2. Muhammad Noor Fauzi (1810130310023)
3. Muhammad Riyaji (1810130210006)
4. Dika irsadi (1810130310020)
5. Muhammad Akhyar(1810130310017)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Pendidikan koperatif”

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Evaluasi


Pembelajaran di program studi Teknologi Pendidikan lingkungan FKIP pada
Universitas Lambung Mangkurat. Selanjutnya, kami mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr.H.Sarbaini M.Pd. selaku dosen pembimbing
mata kuliah Evaluasi Pembelajaran dan kepada segenap pihak yang telah
memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.
Kami menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Banjarmasin, 30 Maret 2020

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR I
DAFTAR ISI II
BAB I : PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II : PEMBAHASAN 3

BAB III : PENUTUP 7


A. Kesimpulan 7
DAFTAR PUSTAKA 8
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pendidikan dipahami sebagai bentuk pelayanan sosial yang harus diberikan kepada
masyarakat, dalam konteks ini pelayanan pendidikan sebagai bagian dari public service atau
jasa layanan umum dari negara kepada masyarakat yang tidak memberikan dampak langsung
bagi perekonomian masyarakat, sehingga pembangunan pendidikan tidak menarik untuk
menjadi tema perhatian, kedudukannya tidak mendapat perhatian menarik dalam gerak
langkah pembangunan.
Setiap masyarakat di seluruh dunia ini senantiasa menghendaki kesejahteraan. Khusus
untuk kesejahteraan fisik, mereka secara praktis bersama mengembangkan sistem yang
mengatur bagaimana seluruh anggotanya berproses memperoleh kesuksesan, mengupayakan
distribusi pemuas kesejahteraan serta menjamin bagaimana alokasi wahana kesuksesan
tersebut dapat dianugerahkan kepada pihak-pihak yang berhak memperolehnya. Dalam kaitan
tersebut, terminologi sosiologi memfokuskan studi tentang kesejahteraan dan sistem
kesejahteraan fisik tersebut dalam suatu wadah subkajian bernama lembaga sosial ekonomi.
Pada awal Orde Baru, sebagian besar pekerjaan membutuhkan tenaga kerja berlatar
belakang pendidikan formal. Semua orang yang pernah mengenyam pendidikan formal
mampu terserap di lahan-lahan pekerjaan. Situasi tersebut tidak bisa dipisahkan dari
kebutuhan pemerintah terhadap tenaga terdidik untuk mengoperasikan skill dan keahliannya
dalam rangka industrialisasi dan modernisasi pembangunan negara. Dan hal tersebut
menunjukkan bahwa pendidikan sangat mempengaruhi tingkat ekonomi seseorang.
BAB II
PEMBAHASAN
HUBUNGAN PENDIDIKAN DENGAN  MASYARAKAT

Kondisi masyarakat mempengaruhi perbaikan pendidikan di Indonesia. Semua orang

menginginkan agar pendidikan diperbaiki. Ada yang melihat perbaikan pendidikan dari sudut

perbaikan mutu guru yang memerlukan perbaikan pendidikan guru, pembinaan karier, dan

penghasilan guru. Di satu pihak pendidikan bertujuan untuk menciptakan kondisi masyarakat

yang lebih baik, lebih maju, dan lebih sejahtera bagi rakyat seluruhnya. Namun, untuk itu,

pendidikan memerlukan pegangan dan pedoman ke arah mana masyarakat akan bergerak.

Pandangan dan sikap hidup apa yang dikehendaki masyarakat dalam perjuangannya

mencapai tujuannya. Hal ini berpengaruh kuat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang

bermutu.

Hubungan lembaga pendidikan dengan masyarakat memiliki keterkaitan dan ketergantungan

yang sama-sama saling membutuhkan (simbiotic). Masyarakat sangat membutuhkan layanan

pendidikan yang baik, dan tentunya hal itu bisa dilewati melalui lembaga pendidikan guna

mempersiapkan diri serta memenuhi kebutuhan dan harapan hidup yang sempurna. Lembaga

pendidikan tidak dapat eksis tanpa masyarakat, sebaliknya masyarakat tidak dapat mencapai

hidup yang sempurna tanpa lembaga pendidikan.

  Pendidikan dan pertumbuhan ekonomi


            Perhatian terhadap faktor manusia menjadi sentral akhirakhir ini berkaitan dengan
perkembangan dalam ilmu ekonomi pembangunan dan sosiologi. Para ahli di kedua bidang
tersebut umumnya sepakat pada satu hal yakni modal manusia berperan secara signifikan,
bahkan lebih penting daripada faktor teknologi, dalam memacu pertumbuhan ekonomi.
Dalam kaitannya dengan perekonomian secara umum (nasional), semakin tinggi kualitas
hidup suatu bangsa, semakin tinggi tingkat pertumbuhan dan kesejahteraan bangsa tersebut.
Ini adalah anggapan umum, yang secara teoretis akan diuraikan lebih detail. Ditekankan
bahwa dalam ekonomi modern sekarang ini, angkatan kerja yang berkeahlian tinggi tidak
begitu dibutuhkan lagi karena perkembangan teknologi yang sangat cepat dan proses
produksi yang semakin dapat disederhanakan. Dengan demikian, orang berpendidikan rendah
tetapi mendapat pelatihan (yang memakan periode jauh lebih pendek dan sifatnya nonformal)
akan memiliki produktivitas relatif sama dengan orang berpendidikan tinggi dan formal.
Teori persaingan status ini memperlakukan pendidikan sebagai suatu lembaga sosial yang
salah satu fungsinya mengalokasikan personil secara sosial menurut strata pendidikan.
Keinginan mencapai status lebih tinggi menggiring orang untuk mengambil pendidikan lebih
tinggi. Meskipun orang-orang berpendidikan tinggi memiliki proporsi lebih tinggi dalam
pendapatan nasional, tetapi peningkatan proporsi orang yang bependidikan lebih tinggi dalam
suatu bangsa tidak akan secara otomatis meningkatkan ekspansi ataupun pertumbuhan
ekonomi. Teori pertumbuhan kelas atau strata sosial berargumen bahwa fungsi utama
pendidikan adalah menumbuhkan struktur kelas dan ketidakseimbangan sosial. Pendidikan
pada kelompok elit lebih menekankan studi-studi tentang hal-hal klasik, kemanusiaan dan
pengetahuan lain yang tidak relevan dalam pembangunan ekonomi masyarakat. Pendidikan
adalah satu cara di mana individu meningkatkan modal manusianya. Semakin tinggi
pendidikan seseorang, diharapkan stok modal manusianya semakin tinggi. Oleh karena modal
manusia, seperti dikemukakan di atas memiliki hubungan positif dengan pertumbuhan
ekonomi, maka implikasinya pendidikan juga memiliki hubungan positif dengan
produktivitas atau pertumbuhan ekonomi. Secara implisit, pendidikan menyumbang pada
penggalian pengetahuan. Ini sebetulnya tidak hanya diperoleh dari pendidikan tetapi juga
lewat penelitian dan pengembangan ide-ide, karena pada hakikatnya, pengetahuan yang sama
sekali tidak dapat diimplementasikan dalam kehidupan manusia akan mubazir.

Hubungan antara Politik dan Pendidikan


Pendidikan dan politik adalah dua elemen penting dalam sistem sosial politik di setiap
negara, baik negara maju maupun negara berkembang. Meskipun pendidikan dan politik
berposisi sebagai dua elemen penting dalam sistem sosial politik, namun sering dikaji sebagai
bagian-bagian yang terpisah. Tentu saja hal demikian tidak tepat karena pendidikan dan
politik bahu membahu dalam proses pembentukan karakteristik masyarakat di suatu negara.
Lebih dari itu, satu sama lain saling menunjang dan saling mengisi. Lembaga-lembaga dan
proses pendidikan berperan penting dalam membentuk perilaku politik masyarakat sehingga
membawa dampak besar pada karakteristik pendidikan di suatu negara. Dari pernyataan
tersebut dapat disimpulkan ada hubungan erat dan dinamis antara pendidikan dan politik di
setiap negara. Hubungan tersebut adalah realitas empiris yang telah terjadi sejak awal
perkembangan peradaban manusia dan menjadi perhatian para ilmuwan.
Menurut M. Sirozi (2010: 1) gambaran jelas tentang keterkaitan antara pendidikan dan
politik dapat kita telusuri di dunia Islam, dimana sejarah peradaban Islam banyak ditandai
oleh kesungguhan para ulama dan umara dalam memperhatikan persoalan pendidikan sebagai
upaya untuk memperkuat posisi sosial politik kelompok dan pengikutnya. Lebih lanjut M.
Sirozi mengutip sebuah analisis dari Abdurrasyid (1994) tentang pendidikan pada masa Islam
klasik dengan hasil kesimpulan dalam sejarah perkembangan Islam, Institusi politik ikut
mewarnai corak pendidikan yang dikembangkan. Keterlibatan para penguasa dalam kegiatan
pendidikan waktu itu, menurut Rasyid, tidak hanya sebatas dukungan moral kepada para
peserta didik, melainkan juga dalam bidang administrasi, keuangan dan kurikulum (1994: 3).
Dia menulis sebagai berikut.
Tidak dapat dipungkiri bahwa lembaga pendidikan merupakan salah satu konstalasi politik.
Peranan yang dimainkan oleh masjid-masjid dan madrasah-madrasah dalam mengokohkan
kekusaan politik para penguasa dapat dilihat dalam sejarah. Di lain pihak, ketergantungan
pada uluran tangan para penguasa secara eonomis, membuat lembaga-lembaga tersebut harus
sejalan dengan nuansa politik yang berlaku (Rasyid, 1994: 6).
Di antara lembaga pendidikan Islam yang menjadi corong pesan-pesan politik, menurut
Rasyid (1994: 6), adalah madrasah Nizhamiyah di Baghdad.[6] Dia menyimpulkan dari
analisis terhadap kasus madrasah Nizhamiyah sebagai berikut.
Kedudukan politik di dalam Islam sama pentingnya dengan pendidikan. Tanpa otoritas
politik, syari’at Islam sulit bahkan mustahil untuk ditegakkan. Kekuasaan adalah sarana
untuk mempertahankan syiar Islam... Pendidikan bergerak dalam usaha menyadarkan umat
untuk menjalankan syari’at. Umat tidak akan mengerti syari’at tanpa adanya pendidikan. Bila
politik (kekuasaan) mengayomi dari atas, maka pendidikan melakukan pembenahan lewat
arus bawah (Rasyid, 1994: 15).

TEORI PENGIRING PENGEMBANGAN PENDIDIKAN


         Telah banyak teori yang menjelaskan tentang pentingnya pengembangan pendidikan
bagi perbaikan masyarakat. Dari teori-teori tersebut diantaranya adalah teori sumberdaya
manusia dari Theodore W. Schultz , teori modernisasi dari Daniel Lerner , dan teori
struktural-fungsional dari Talcott Parsons.

      Teori sumberdaya manusia yang dipelopori oleh T.W. Schultz menjelaskan bahwa
perkembangan suatu masyarakat pada dasarnya berlandaskan pada investasi manusia. Dengan
semakin berkualitasnya manusia sebagai penduduk bangsa akan mendorong meningkatanya
produktifitas mereka. Peningkatan produktifitas akan mempenagruhi peningkatan
penghasilan penduduk, sehingga pada gilirannya secara agregat dapat mengangkat
masyarakat secara keseluruhan ke arah taraf yang lebih tinggi. Sehingga kuncinya adalah
kualitas manusianya. Oleh karenanya, dalam konteks ini pendidikan memegang peranan
sangat pentingdalam rangka membangun masyarakat.

         Sedikit berbeda dengan teori sumberdaya manusia di atas, teori modernisasi tidak saja
menekankan pada peningkatan mutu sumberdaya manusianya akan tetapi juga menekankan
peningkatan infrastuktur sosial menuju yang lebih modern. Infrastuktur sosial menuju yang
lebih modern tersebut adalah infrastruktur sosial yang antara lain meliputi: lembaga-lembaga
sosial, alat-alat komunikasi, termasuk juga lembaga pendidikan.

          Dalam pandangan teori ini, banyak terjadi di negara-negara berkembang bahwa ada
lembaga-lembaga modern yang diisi oleh manusia yang kualitasnya masih tradisional seperti
manusia-manusia yang memiliki ciri-ciri kurang produktif, malas, kurang mampu bekerja
secara profesional. Manusia-manusia dengan kualitas rendah atau tradisional tersebut banyak
bekerja di pabrik-pabrik, stasiun TV, badan usaha swasta, dan birokrasi perkantoran
pemerintah. Sebaliknya banyak pula manusia-manusia yang sudah dididik maju akan tetapi
bekerja dan menjalankan kelembagaan yang alat-alat kelengkapannya masih tradisioanal.
Oleh karena itu, menurut teori ini pembangunan masyarakat disamping perlu dimulai dengan
upaya peningkatan sumberdaya manusia juga dengan penyediaan infrastruktur sosial yang
lebih modern.

           Sedangkan teori struktural-fungsional yang dipelopori oleh Talcott Pasons,


mengajarkan bahwa masyarakat sebenarnya terdiri atas kelompok-kelompok manusia yang
mempunyai tempat dalam struktur dengan fungsinya masing-masing, yang kesemuanya
saling berhubungan serta harmonis. Sehingga masyarakat akan berkembang manakala
kelompok-kelompok tersebut ditingkatkan kedudukannya menurut struktur, peran, dan fungsi
masing-masing secara harmonis pula. Bila tidak, maka menurutnya akan terjadi apa yang
disebut keadaan ‘Disequilibrium’ atau ‘sosial diorder’.

       Sudah barang tentu peranan pendidikan sangat penting dalam rangka pengembangan
masyarakat sebagaimana inti dari teori ketiga ini. Ada beberapa tahap yang dapat
dikembangkan, antara lain adalah: pertama, penidikan universal berlandaskan kebijakan
wajib belajar untuk semua warga masyarakat. Kedua, setelah diadakannya pendidkan
universal, kemudian untuk memenuhi minat dan perhatian tiap kelompok maka dikemangkan
kemampuannya baik yang bersifat akademik-imiah maupun kemampuan vokasional,
teknologi, dan profesional. Dengan kedua tahapan inilah maka perkembangan masyarakat
dapat ditingkatknan secra lebih efektif.

Anda mungkin juga menyukai