Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENDIDIKAN KOMPERATIF

“DIMENSI KEHIDUPAN MASYARAKAT DAN PENYELENGGARAAN SISTEM


PENDIDIKAN”

Dosen Pengampu : Dr. Sarbaini, M.Pd.

Disusun oleh : Kelompok 2

Enisa Ananda Putri (1810130120011)

Nadiya Norrani, S (1810130220004)

Kiki Fima Kartika (1810130120021)

Noor Kholisa (1810130120016)

Mau Izhatul Husna (1810130120013)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

13 APRIL 2020
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i

BAB I. Pendahuluan............................................................................................................ii

1.1 Latar Belakang...........................................................................................................ii


1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................ii

BAB II. Pembahasan...........................................................................................................1

2.1 Perspektif Teoritik Hubungan Pendidikan dan Masyarakat......................................1

2.2 Kaitan Dimensi Sosial Masyarakat dengan Pendidikan............................................3

2.3 Kaitan Dimensi Ekonomi Masyarakat dengan Pendidikan........................................5

2.4 Kaitan Dimensi Politik dengan Pendidikan...............................................................8

2.5 Teori-Teori Pengiring Pengembangan Pendidikan....................................................9

2.6 Metode Penyampaian Materi Terhadap Mahasiswa..................................................11

BAB III. Penutup.................................................................................................................13

3.1 Kesimpulan.................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................14
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut Tuhan Yang Maha Esa, tak hentinya saya haturkan puja dan puji
syukur, dikarenakan rahmat, berkah dan inayah-Nya lah makalah ini mampu terselesaikan
tanpa hambatan yang berarti.

Makalah ini telah disusun semaksimal mungkin dengan bantuan beberapa pihak,
untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu proses
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami tahu bahwa masih banyak kekurangan karena kami
sadar bahwa kesempurnaan hanya milik Allah swt. Semata. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca sangatlah berarti bagi kami.

Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat
luas khususnya para pembaca.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada hakekatnya pendidikan dalam konteks pembangunan nasional mempunyai


fungsi : (1) pemersatu bangsa, (2) penyamaan kesempatan,dan (3) pengembangan potensi
diri. Pendidikan diharapkan dapat memperkuat keutuhan bangsa dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia ( NKRI ), memberi kesempatan yang sama bagi setiap warga negara
untuk berpartisipasi dalam pembangunan, dan memungkinkan setiap warga Negara untuk
mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal. 

Sementara itu, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang


Sistem Pendidikan Nasional merupakan dasar hokum penyelenggaraan dan reformasi
sistem pendidikan nasional. Undang-undang tersebut memuat visi, misi, fungsi dan
tujuan pendidikan nasional , serta strategi pembangunan pendidikan nasional, untuk
mewujudkan pendidikan yang bermutu, relevan dengan kebutuhan masyarakat, dan
berdaya saing dalam kehidupan gelobal.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ini
memberikan dasar hukum untuk membangun pendidikan nasional dengan menerapkan
prinsip demokrasi, desentralisasi, otonomi, keadilan dan menjunjung tinggi hak asasi
manusia. Penerapan semua ketentuan dalam undang-undang ini diharapkan dapat
mendukung segala upaya untuk memecahkan masalah pendidikan, yang pada gilirannya
akan dapat memberikan sumbangan yang signifikan terhadap masalah-masalah makro
bangsa Indonesia.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005  tentang Standar Nasional Pendidikan
menjadi bahan acuan formal bagi setiap warga negara Republik Indonesia, khususnya
bagi para pejabat dan petugas yang menangani pendidikan. Siapapun yang bertugas dan
bertanggung jawab  menyelenggarakan Sisem Pendidikan Nasional, apapun skala dan
lingkup serta tingkatnya menginsyafi benar bahwa pelaksanaan tugasnya merupakan
komitmen konstitusional.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah perspektif teoritik hubungan pendidikan dan masyarakat?
2. Bagaimana kaitan dimensi sosial masyarakat dengan pendidikan?
3. Bagaimanakah kaitan dimensi ekonomi masyarakat dengan pendidikan?
4. Bagaimana pula kaitan dimensi politik dengan pendidikan?
5. Uraikan teori-teori pengiring pengembangan pendidikan?
6. Materi ini sepantasnya menggunakan apa jika disampaikan kepada mahasiswa?
Berikan argumentasi kalian!
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Perspektif Teoritik Hubungan Pendidikan dan Masyarakat


Fakta tidak pernah menafsirkan dirinya sendiri.dalam kehidupan sehari - hari ,kita
menafsirkan apa yang kit amati dengan menggunakan “akal sehat”. Kita menempatkan
pengamatan kita (“fakta” kita) dalam suatu kerangka ide–ide yang sedikit banyak
berhubungan. Para sosiolog pun melakukan ini, namun mereka menempatkan
pengamatan mereka dalam suatau kerangka konsep yang dinamakan Teori. Suatu Teori
ialah suatu pernyataan umum mengenai bagaimana beberapa bagian dunia saling
berhubungan dan bekerja. Teori adalah suatu penjelasan mengenai bagaimana dua
“fakta” atau lebih berhubungan satu dengan yang lain.

Para sosiolog menggunakan tiga teori utama yaitu; Interaksionisme Simbolis,


Analisis Fungsional, Teori Konflik, dan Interaksionisme Simbolis.

Kita dapat menelusuri asal usul Interaksionisme Simbolis ke para ahli filsafat
moral Skotlandia abad ke–18, yang mencatat bahwa individu mengevaluasi perilaku
mereka sendiri dengan membandingkannya dengan orang lain .

Penganut interaksionisme simbolis mengkaji bagaimana manusia menggunakan


symbol untuk mengembangkan pandangan mereka mengenai dunia dan untuk saling
berkomunikasi . Tanpa symbol, kehidupan social kita tidak akan lebih canggih dari
kehidupan social hewan. Tanpa symbol misalnya, kita tidak akan mempunyai bibi atau
paman, majikan atau guru atau bahkan kakak atau adik laki – laki dan perempuan.
Namun simbollah yang mendefinisikan bagi kita apa yang disebut dengan hubungan.
Reproduksi masih tetap ada, tetapi tidak ada symbol yang mengatakan kepada kita
bagaimana hubungan kita dengan orang lain. Symbol tidak hanya memungkinkan
adanya hubungan, tetapi juga adanya masyarakat. tanpa symbol kita tidak akan dapat
mengkoordinasi tindakan kita dengan tindakan orang lain. Singkatnya, para penganut
interaksionisme simbolis menganalisis bagaimana perilaku kita tergantung kepada kita
mendefinisikan diri kita dengan orang lain.

 Analisis Fungsional
Analisis Fungsional adalah masyarakat merupakan suatu kesatuan utuh ;
masyarkat terdiri atas bagian bagian yang berhubungan yang saling bekerja sama.
Analisis fungsional yang juga di kenal sebagai fungsionalisme (functionalism)
dan fungsionalisme struktur (structural functionalism) berakal pada asal usul
sosiologi. Auguste Comte dan Herbert Spencer, mereka menulis “sebagaimana
seorang atau seekor hewan memiliki organ yang berfungsi bersama, masyarakat
pun demikian halnya”.
Emile Durkheim pun memandang bahwa masyarakat terdiri atas beberapa
bagian yang amsing masing memiliki fungsi sendiri–sendiri. Jika semua bagian
masyrakat menjalankan fungsinya, maka masyarakat berada dalam keadaan
“normal“.
Para fungsionalis mengatakan bahwa ,untuk dapat memahami masyrakat,
maka kita perlu melihat struktur (structure bagaimana bagian–bagian masyarakat
saling menyatu untuk membentuk keseluruhan) dan fungsi (function, apa yang
dilakukan dalam tiap bagian, bagaimana bagian tersebut memberikan
kontribusinya pada masyarakat).

Robert Merto (1910-2003) Mengesampingkan analogi organic, tetapi


mempertahankan inti fungsionalismecitra masyarakat sebagai suatu keseluruhan
yang terdiri atas bagian–bagian yang bekerja sama. Merton menggunakan istilah
fungsi untuk merujuk kosekuensi yang menguntungkan dari tindakan manusia :
fungsi membantu memepertahankan keseimbangan suatu kelompok (masyarakat ,
system social) fungsi dapat bersifat manifest atau laten.

 Teori Konflik

Teori konflik memberikan perspektif ketiga mengenai kehidupan social .


yang memandang masyarakat sebagai suatu keseluruhan yang harmonis, dengan
bagian–bagian yang bekerja sama, para ahli teori konflik menekankan bahwa
masyarakat terdiri atas kelompok–kelompok yang trelibat dalam persaingan
sengit mengenai sumber daya yang langkah.

Sosiolog lewis coser (1913-2003) menunjukkan bahwa konflik cenderung


berkembang di kalangan orang yang berhubungan dekat.

Perbedaan besar antara ketiga perspektif teoritis terletak pada jenjang


analisis nya. Para fungsionalis dan ahli konflik memutuskan perhatian pada
jenjang makro (macro level) artinya mereka mempelajari pola masyarakat
berskala besar. Sebaliknya penganut interaksionisme simbolis memusatkan pada
pada jenjang mikro (micro level).

2.2. Kaitan Dimensi Sosial Masyarakat dengan Pendidikan

Manusia adalah makhluk sosial yaitu makhluk yang memiliki dorongan untuk
hidup berkelompok secara bersama-sama. Oleh karena itu, dimensi sosial menyatu
kepada kepentingan sebagai makhluk sosial, yang didasari pada pemahaman bahwa
manusia hidup bermasyarakat. Pendidikan dalam konteks ini adalah usaha untuk
membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik secara optimal agar mereka
dapat berperan sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat dan lingkungan. Dalam
hal pengaruh sekolah terhadap masyarakat pada dasarnya tergantung pada luas tidaknya
produk serta kualitas pendidikan itu sendiri. Semakin besar output sekolah tersebut
dengan disertai kualitas yang mantap dalam artian mampu mencetak sumber daya
manusia yang berkualitas maka tentu saja pengaruhnya sangat positif bagi masyarakat,
sebaliknya meskipun lembaga pendidikan mampu mengeluarkan outputnya tapi dengan
SDM yang rendah secara kualitas, itu juga jadi masalah tidak saja bagi output yang
bersangkutan tapi berpengaruh juga bagi masyarakat.

Pendidikan dan masyarakat saling keterkaitan, untuk mengembangkan pendidikan


diperlukan partisipasi dari masyarakat, untuk selalu peduli akan berpengaruh pendidikan
terhadap kehidupan masyarakat. Masyarakat dalam konteks ini berperan sebagai subjek
atau pelaku pendidikan, tanpa adanya kesadaran masyarakat akan pendidikan, maka
negara tidak akan berkembang, kita akan tergantung pada orang atau negara lain yang
jauh lebih berkembang dari kita, maka dari itu peranan masyarakat terhadap pendidikan
sangat berpengaruh untuk perkembangan wilayah atau negaranya sendiri, melalui
pendidikan masyarakat dapat memperoleh ilmu yang dapat dimanfaatkan di dalam
kehidupan untuk kesejahteraan bersama.

Pembinaan dan Tanggung Jawab Pendidikan oleh Masyarakat. Bila dilihat dari
konsep pendidikan, masyarakat adalah sekumpulan banyak orang yang dengan berbagai
ragam kualitas diri mulai dari yang tidak berpendidikan sampai kepada yang
berpendidikan tinggi. Baiknya kualitas suatu masyarakat ditentukan oleh kualitas
pendidikan para anggotanya, semakin baik pendidikan anggotanya, semakin baik pula
kualitas masyarakat secara keseluruhan. Masyarakat merupakan lembaga pendidikan
yang ketiga setelah pendidikan dilingkungan keluarga dan lingkungan sekolah.
Tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan sebenarnya masih belum jelas, tidak
jelas tanggung jawab pendidikan di lingkungan keluarga dan sekolah. Hal ini disebabkan
faktor waktu, hubungan, sifat dan isi pergaulan yang terjadi di masyarakat. Meski
demikian masyarakat mempunyai peran yang besar dalam pelaksanaan pendidikan
nasional. Peran masyarakat antara lain menciptakan suasana yang dapat menunjang
pelaksanaan pendidikan. Nasional, ikut melaksanakan pendidikan non pemerintah
(sosial).

Walaupun tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan belum jelas, akan


tetapi masyarakat harus berperan aktif dalam pendidikan, karena masyarakat merupakan
lembaga pendidikan yang ketiga setelah lingkungan keluarga dan sekolah. Olehnya itu
untuk memperoleh kualitas yang baik terhadap pendidikan, maka kualitas masyarakat
pun harus baik, agar saling menunjang antara satu dan lainnya, jika kualitas
pendidikannya baik maka akan menghasilkan keluarga keluaran atau hasil didik yang
baik pula secara keseluruhan.

Pada dasarnya pendidikan adalah usaha orang tua atau generasi tua untuk
mempersiapkan anak atau generasi mudanya agar nantinya dapat hidup secara mandiri
dan mampu melaksanakan tugas-tugas hidupnya secara baik. setiap kelompok
masyarakat, atau suku bangsa, mempunyai cara-caranya tersendiri yang berbeda satu
dengan lainnya. Bahkan pada umumnya orang berpendapat bahwa kemajuan dan
perkembangan suatu masyarakat, bangsa dipengaruhi atau tergantung pada sistem
pendidikan, dan sistem pendidikan itu terbentuk sesuai dengan pandangan hidup bangsa
yang bersangkutan. Suatu masyarakat atau bangsa dengan pandangan hidup yang
terbuka, akan dengan mudah menyesuaikan diri dengan tuntutan perkembangan zaman.

Tujuan pendidikan berkaitan erat dengan tujuan hidup manusia, dan tujuan hidup
ini pun berbeda-beda antara bangsa yang satu dengan yang lainnya dalam
menanggapinya. Permasalahan dari pendidikan tersebut adalah apakah pendidikan itu
mendidik dan mengembangkan individu, atau untuk mengembangkan bangsa,
masyarakat atau negara? Dalam sistem pendidikan yang demokrasi, dimana orientasi
pendidikan adalah untuk mendidik dan mengembangkan individu, maka negara
berkewajiban untuk memberikan kesempatan kepada setiap warga negara untuk
mendapatkan pendidikan dan pengembangan segenap potensinya.

Suatu kenyataan yang tak dapat dipungkiri, bahkan pada masa sekarang ini,
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, masih terbatas pada bangsa-bangsa
tertentu, yaitu dikalangan bangsa-bangsa yang sudah maju, maka dengan pendidikannya
boleh dikatakan mereka memegang kendali terhadap kehidupan bangsa lainnya. Dengan
demikian, eksploitasi bahkan penjajahan dari bangsa-bangsa maju terhadap bangsa yang
lemah dan belum berkembang tidak mampu dihindari, mereka yang berpendidikan
minim akan selalu bergantung pada mereka yang jauh lebih maju dan berpendidikan.

2.3. Kaitan Dimensi Ekonomi Masyarakat dengan Pendidikan

Vizey (1996) menyatakan ukuran yang paling populer dalam melihat peranan
ekonomi dalam pendidikan adalah mempertautkan antara ekonomi dan pendidikan itu
sendiri. Pemikiran Vizey ini didasarkan pada asumsi bahwa pendidikan merupakan
human capital. Pemikiran ini muncul pada era industrialisasi dalam masayarkat modern.
Argumen ini memiliki dua aspek, yaitu:

1. Pendidikan merupakan suatu bentuk investasi nasional untuk meningkatkan kualitas


sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam pertumbuhan ekonomi modern.

2. Pendidikan diharapkan menghasilkan suatu peningkatan kesejahteraan dan


kesempatan yang lebih luas dalam kehidupan nyata.

Peran ekonomi dalam pendidikan menunjang kelancaran proses pendidikan, dan


sebagai bahan pengajaran ekonomi yang membentuk manusia ekonomi yaitu manusia
yang dalam kehidupan sehari-harinya memiliki kemampuan dan kebiasaan memiliki etos
kerja, tidak bekerja setengah-setengah, produktif, dan hidup efesien.

A. Nilai Ekonomi Dalam Pendidikan

Menurut Ari A. Pradana (2005) mengutip pendapat Profesor Joseph Stiglitz, di


Jakarta “Sediakan pendidikan sebisa mungkin dan bisa diraih dengan mudah oleh
semua warga”, kata peraih Nobel Ekonomi, seperti yang dimuat pada harian Kompas
(15/12/2004).
Peranan ekonomi dalam mendukung pendidikan yang dalam bahasa teknisnya
adalah modal manusia (human capital), memang belum terlalu lama masuk dalam
literatur teori pertumbuhan ekonomi. Dikemukakan oleh Ari A. Pradana menegaskan
pendapat dari Lucas (1990) serta Mankiw, Romer, dan Weil (1992) yang merevisi
teori pertumbuhan neoklasik dari Solow (1956) yang legendaris itu. Dalam
studistudinya, mereka menunjukkan bahwa teori Solow yang standar hanya mampu
menjelaskan bagaimana perekonomian sebuah negara bisa tumbuh, tetapi tidak cukup
mampu menjelaskan kesenjangan tingkat pendapatan per kapita antar negara di dunia.
Baru ketika variabel modal manusia diikutsertakan dalam perhitungan, sebagian dari
kesenjangan itu bisa dijelaskan.

Asumsi dasar dalam menilai kontribusi pendidikan terhadap pertumbuhan


ekonomi dan pengurangan kesenjangan adalah pendidikan meningkat produktivitas
pekerja. Jika produktivitas pekerja meningkat, pertumbuhan ekonomi akan meningkat.
Disisi lain kenaikan produktivitas berarti kenaikan penghasilan. Selalu diasumsikan
bahwa manfaat dari kenaikan pendidikan secara a gregat akan lebih besar bagi
kelompok miskin.

Dengan demikian, jika tingkat pendidikan meningkat, penghasilan kelompok


miskin juga akan tumbuh lebih cepat dan pada akhirnya ketimpangan akan mengecil.
Masalahnya, asumsi demikian tidak selalu bisa menjadi generalisasi. Manfaat dari
pendidikan dalam hal kenaikan produktivitas dan penghasilan pekerja hanya berlaku
untuk jenis-jenis pekerjaan tertentu. Akibatnya, kenaikan tingkat pendidikan belum
tentu memberikan manfaat terhadap pertumbuhan dan pemerataan. Terutama jika kita
berbicara mengenai manfaat pendidikan bagi kelompok termiskin.

B. Intervensi Ekonomi Secara Spesifik Pada Pendidikan

Pendapat yang mengatakan bahwa pendidikan dan kebijakan pendidikan tidak


bermanfaat bagi kemakmuran sebuah negara. Ini adalah pendapat sama sekali tidak
berdasar secara empiris. Pesan yang ingin disampaikan adalah ada banyak hal lain
yang menyebabkan kontribusi positif pendidikan tidak terlalu besar dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi dan pemerataan dengan kata lain, pendidikan bukanlah mantra
ajaib. Konsekuensinya, intervensi pemerintah dalam bidang ini juga harus dilakukan
secara hati-hati.
Bentuk kehati-hatian adalah tidak terjebak untuk mengukur peranan pemerintah
dari besarnya alokasi anggaran pendidikan. Anggaran memang penting, tetapi bukan
pada seberapa besar, melainkan direncanakan, digunakan untuk apa, mengapa dan
bagaimana. Di beberapa negara Asia yang sedang berkembang meski kebanyakan
guru dibayar terlalu murah, dari hasil studi ADB menyatakan bahwa tambahan
anggaran untuk peralatan dan gedung memberikan hasil lebih besar terhadap
peningkatan mutu pendidikan.
Selain soal anggaran, tingkat pendidikan di suatu negara mungkin menghadapi
masalah lain di luar pendanaan. Disini dibutuhkan intervensi pemerintah yang spesifik
untuk mengatasi masalah-masalah itu. Contohnya, di Kenya ditemukan bahwa
rendahnya kualitas pendidikan dasar disebabkan oleh kuranynya nutrisi murid sekolah
dasar akibat penyakit cacingan. Pembagian obat cacing bagi murid SD ternyata lebih
efektif dalam meningkatkan kualitas pendidikan disana.
Kesimpulannya, tidak ada kebijakan pemerintah yang bisa diterka secara
universal di semua negara. Ini adalah inti dari kritik kaum populis terhadap kebijakan
neoliberal. Hal ini yang sebaliknya juga berlaku, tidak ada kebijakan populis yang
berlaku secara universal. Dan tidak semua hal bisa diselesaikan dengan anggaran
pemerintah yang lebih besar.
Jadi oleh Oleh karena itu pentingnya arti pendidikan bagi pertumbuhan ekonomi
dengan meningkatkan produktivitas belajar agar para penerus bangsa yang masih
belajar bisa lebih memahami ilmu ekonomi dan dapat meningkatkan perekonomian.
Dengan kebutuhan ekonomi yang semakin hari semakin meningkat, faktor
pendidikanlah yang akan membantu pertumbuhan ekonomi itu, karena dengan
pendidikan itulah akan menghasilkan kualitas-kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
yang lebih profesional baik untuk sektor industri maupun sektor pertanian, dan dari
situlah akan berdampak dan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi bangsa dimasa
yang akan datang. Konsep pendidikan sebagai sebuah investasi yang digambarkan
sebagai intervensi kekuatan ekonomi (education as investement) telah berkembang
secara pesat dan semakin diyakini oleh setiap negara bahwa pembangunan sektor
pendidikan merupakan prasyarat kunci bagi pertumbuhan sektor-sektor pembangunan
lainnya.
Konsep tentang investasi sumber daya manusia (human capital investment)
yang dapat menunjang pertumbuhan ekonomi (economic growth) harus pula dibangun
dan dikembangkan dari sebuah struktur dan sistem ekonomi yang mendukung
munculnya pendidikan berkualitas. Pendidikan sangat memberikan kontribusi secara
signifikan terhadap pembangunan ekonomi, hal ini telah menjadi sebuah justifikasi
yang bersifat absolut dan aksiomatis. Berbagai kajian akademis dan empiris telah
membuktikan keabsahan tesis tersebut. Menurut teori human capital, kontribusi
pendidikan sangat berpengaruh terhadap pembangunan ekonomi. Kontribusi tersebut
dapat dicapai melalui peningkatan keterampilan dan produktivitas kerja.

2.4. Kaitan Dimensi Politik dengan Pendidikan

Dalam menjalankan sistem politik, teori Montesque yang terdiri atas lembaga
legislatif, eksekutif dan yudikatif merupakan teori yang menarik untuk dikaji dalam
sistem politik moderen dewasa ini.
Lembaga legislatif adalah lembaga kerakyatan yang berwenang untuk meletakkan
perencanaan agar menyiratkan kehendak nurani rakyat, dan selanjutnya mengawasi
pelaksanaannya setiap saat, dan terakhir mengevaluasi untuk
mengetahui sejauhmana keberhasilan yang dicapai oleh politisi
eksekutif.

Lembaga eksekutif adalah lembaga pemerintah yangdiberi wewenang dan kuasa


untuk melaksanakan pembangunan dengan berpedoman pada isi ketetapan dan keputusan
yang ditetapkan lembaga legislatif.

Lembaga yudikatif adalah pemilik otoritas hukum pada semua unsur lapisan
masyarakat dan bangsa. Dalam bertindak lembaga ini tidak pandang bulu, baik terhadap
rakyat atau
pemerintah dan politisi sekalipun. Penegak hukum ini harus mengedepankan arti
supremasi hukum, dan tidak dapat diintervensi oleh siapapun.
Dalam negara yang berdaulat, politisi juga sangat
menentukan idiologi suatu bangsa sebagai pandangan hidup berbangsa dan bernegara.
Idiologi sebuah negara sangat menentukan arah dan tujuan sebuah lembaga pendidikan,
artinya pendidikan diarahkan untuk mendidik mental manusia mencapai paham idiologi
yang disepakati dan dianut oleh sebuah negara.
Selain dipengaruhi oleh muatan idiologis, pendidikan juga lebih banyak diwarnai nilai
budaya yang berkembang dalam setiap negara. Akan tetapi muatan idiologi lebih
dominan ketimbang nilai budaya. Para pelaku politik kadang kala mendoktrin institusi
pendidikan untuk lebih banyakmetransper nilai idiologi guna membentuk idiologi siswa,
sehingga ada kesan institusi pendidikan selalu terkooptasi oleh
penguasa. Hal ini membuat institusi pendidikan tidak dapat memerankan fungsinya
sebagai lembaga kajian ilmiah yang murni dan independen.
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa peran politik ikut menentukan warna
pendidikan. Di Indonesia tidak terlalu aneh kalau setiap ganti menteri, maka kurikulum
dan sistem pendidikan selalu berubah, karena ada kesan aspek-aspek ini
dijadikan alat politik. Contoh, mata pelajaran Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa
(PSPB) yang terkesan seperti mengarahkan generasi terdidik untuk mengkultuskan
seseorang. Begitu juga dengan mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP), dan
penataran Pedoman PenghayatanPengamalan Pancasila (P4) yang di satu pihak
menekankan moral Pancasila, tapi di lain pihak berbeda dengan kenyataan prilaku
sebagian praktisi politik yang terlanjur disebut-sebut telah melakukan korupsi, kolusi dan
nepotisme(KKN). Kenyataan ini membuat pendidikan hanya melegitimasi keabsahan
penguasa. Para pendidik, misalnya, dituntut untuk
mengabdi kepada bangsanya – katanya pahlawan tanpa tanda jasa – tetapi tidak bisa
lepas dari rantai kekuasaan. Idealisme dan kebebasan ilmiahnya terkubur oleh
keserakahan politisi. Hal ini mengandung implikasi buruk terhadap anak-anak bangsa
sebagai tunas harapan bangsa dan negara.

Selain itu, pendidikan juga memiliki peran sebagai agen pembaharuan dan
perubahan, transliter budaya dan sentra demokratisasi yang dapat merubah konstelasi
politik menjadi lebih sehat, transparan, dan kompetitif.

2.5. Teori-Teori Pengiring Pengembangan Pendidikan

Telah banyak teori yang menjelaskan tentang pentingnya pengembangan


pendidikan bagi perbaikan masyarakat. Dari teori-teori tersebut diantaranya adalah teori
sumberdaya manusia dari Theodore W. Schultz , teori modernisasi dari Daniel Lerner ,
dan teori struktural-fungsional dari Talcott Parsons.

Teori sumberdaya manusia yang dipelopori oleh T.W. Schultz menjelaskan bahwa
perkembangan suatu masyarakat pada dasarnya berlandaskan pada investasi manusia.
Dengan semakin berkualitasnya manusia sebagai penduduk bangsa akan mendorong
meningkatanya produktifitas mereka. Peningkatan produktifitas akan mempenagruhi
peningkatan penghasilan penduduk, sehingga pada gilirannya secara agregat dapat
mengangkat masyarakat secara keseluruhan ke arah taraf yang lebih tinggi. Sehingga
kuncinya adalah kualitas manusianya. Oleh karenanya, dalam konteks ini pendidikan
memegang peranan sangat pentingdalam rangka membangun masyarakat.

Sedikit berbeda dengan teori sumberdaya manusia di atas, teori modernisasi tidak
saja menekankan pada peningkatan mutu sumberdaya manusianya akan tetapi juga
menekankan peningkatan infrastuktur sosial menuju yang lebih modern. Infrastuktur
sosial menuju yang lebih modern tersebut adalah infrastruktur sosial yang antara lain
meliputi: lembaga-lembaga sosial, alat-alat komunikasi, termasuk juga lembaga
pendidikan.

Dalam pandangan teori ini, banyak terjadi di negara-negara berkembang bahwa ada
lembaga-lembaga modern yang diisi oleh manusia yang kualitasnya masih tradisional
seperti manusia-manusia yang memiliki ciri-ciri kurang produktif, malas, kurang mampu
bekerja secara profesional. Manusia-manusia dengan kualitas rendah atau tradisional
tersebut banyak bekerja di pabrik-pabrik, stasiun TV, badan usaha swasta, dan birokrasi
perkantoran pemerintah. Sebaliknya banyak pula manusia-manusia yang sudah dididik
maju akan tetapi bekerja dan menjalankan kelembagaan yang alat-alat kelengkapannya
masih tradisioanal. Oleh karena itu, menurut teori ini pembangunan masyarakat
disamping perlu dimulai dengan upaya peningkatan sumberdaya manusia juga dengan
penyediaan infrastruktur sosial yang lebih modern.

Sedangkan teori struktural-fungsional yang dipelopori oleh Talcott Pasons,


mengajarkan bahwa masyarakat sebenarnya terdiri atas kelompok-kelompok manusia
yang mempunyai tempat dalam struktur dengan fungsinya masing-masing, yang
kesemuanya saling berhubungan serta harmonis. Sehingga masyarakat akan berkembang
manakala kelompok-kelompok tersebut ditingkatkan kedudukannya menurut struktur,
peran, dan fungsi masing-masing secara harmonis pula. Bila tidak, maka menurutnya
akan terjadi apa yang disebut keadaan ‘Disequilibrium’ atau ‘sosial diorder’.

Sudah barang tentu peranan pendidikan sangat penting dalam rangka


pengembangan masyarakat sebagaimana inti dari teori ketiga ini. Ada beberapa tahap
yang dapat dikembangkan, antara lain adalah: pertama, penidikan universal berlandaskan
kebijakan wajib belajar untuk semua warga masyarakat. Kedua, setelah diadakannya
pendidkan universal, kemudian untuk memenuhi minat dan perhatian tiap kelompok
maka dikemangkan kemampuannya baik yang bersifat akademik-imiah maupun
kemampuan vokasional, teknologi, dan profesional. Dengan kedua tahapan inilah maka
perkembangan masyarakat dapat ditingkatknan secra lebih efektif.

Selain dari tiga teori yang telah disebutkan di atas, yakni teori sumberdaya
manusia, teori modernisasi dan teori stuktural-fungsional, terdapat teori lain yang
menjelaskan tentang fenomena yang sama, yaitu: teori mobilitas isi, teori alokasi dan
teori legitimasi.

Penjelasan inti dari teori-teori tersebut dapat dipaparkan sebagaimana berikut: teori
mobilitas isi menjelaskan bahwa bila semua anak mengalami dan menikmati pendidikan
yang teratur dan mempunyai sejumlah pengetahuan dan kecakapan leat pendidkan, maka
akan terangkatlah masyarakatnya. Sedangkan teori alokasi menyebutkan bahwa
pendidikan itu lebih berfungsi sebagai pemilih, penortir, dan penjatah daripada hanya
sebagai lembaga sosialisasi.

Adpaun teori legitimasi berpendapat bahwa pendidikan itu sesungguhnya


terbangun secara sosial. Pendidikan dalam hal ini termmasuk sekolah merupakan
lembaga yang mencerminkan berbagai keadaan sosial, sehingga dalam menjalankan
program pendidikannya, sekolah bukan hanya menjadi menjadi wahana sosialisasi, tetapi
mampu mempengaruhi terjadinya perubahan atau peningkatan kualitas kehidupan dalam
masyarakat. Teori legitimasi menghendaki agar pendidikan selalu mengusahakan
kerujukan dengan masyarkat. Bila ini dilakukan, maka pendidikan tidak hanya
mempertahankan kemapanan struktur masyarakat melainkan juga dapat berpengaruh ke
arah perbaikan dan perkembangannya.

2.6. Metode Penyampaian Materi Terhadap Mahasiswa

Seperti yang kita ketahui, banyak sekali metode-metode yang dapat diberikan
kepada peserta didik dalam menyampaikan materi yang sedang dibahas. Metode
pembelajaran diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 jenis, yaitu :
(a) Strategi pengorganisasian, yaitu metode untuk mengorganisasikan isi bidang studi
yang telah dipilih untuk pembelajaran. “Mengorganisasi” mengacu pada sautu
tindakan seperti pemilihan isi, penataan isi, pembuatan diagram, format, dan lainnya
yang setingkat dengan itu.

(b) Strategi penyampaian, yaitu metode untuk menyampaikan pembelajaran kepada si-
belajar dan atau untuk menerima serta merespon masukan yang berasal dari si-belajar.
Media pembelajaran merupakan bidang kajian utama dari strategi ini

(c) Strategi pengelolaan, yaitu metode untuk menata interaksi antara si-belajar dan
variabel strategi pengorganisasian dan penyampaian isi pembelajaran.

Selain itu, dengan adanya pengembangan teknologi yang pesat, internet bisa
menjadi pusat pembelajaran dengan menggunakan teknologi tersebut, pembelajaran
dilakukan dengan internet biasa atau bisa disebut dengan pembelajaran teknologi atau
web. Para ahli pendidikan teleh menemukan berbagai pengembangan model desaint
pembelajaran, dari model pembelajaran micro (pertemuan kegiatan pembelajaran)
ataupun macro (waktu kegiatan tertentu) penggunan kegiatan ini disesuaikan dengan
kebutuhan yang akan dilakukan.

Pendidikan ini dapat memanfaatkan teknologi internet secara maksimal sehingga


memberikan efektivitas dalam hal waktu, tempat, bahkan meningkatkan kualitas
pendidikan.

Pendidikan jarak jauh secara online yiyang selama ini diangap masalah adalah
tidak adanya interaksi antara dosen dan mahasiswanya. Namun demikian, dengan media
internet sangat dimingkinkan untuk melakukan interaksi antara dosen dengan mahasiswa,
baik dalam bentuk waktu nyata (real time) atau tidak. Dalam bentuk real time dapat
dilakukan misalnya dalam suatu chatroom, interaksi langsung dengan real audio atau
real video, dan online meeting. Sedangkan yang tidak real time bisa dilakukan dengan
mailing list, discussion group, newsgroup, dan buletin board.

Dengan cara ini interaksi dosen dan mahasiswa dikelas mungkin akan tergantikan
walaupun tidak 100%. Bentuk materi, ujian, kuis, dan cara pendidikan lainya dapat juga
diimplementasikan ke dalam web, seperti materi dosen dibuat dalam bentuk presentasi di
web dan dapat di-download oleh mahasiswa. Begitu juga dengan ujian dan kuis dengan
cara yang sama.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Terdapat perbedaan besar antara ketiga perspektif teoritis terletak pada jenjang
analisis nya. Para fungsionalis dan ahli konflik memutuskan perhatian pada jenjang
makro (macro level) artinya mereka mempelajari pola masyarakat berskala besar.
Sebaliknya penganut interaksionisme simbolis memusatkan pada pada jenjang mikro
(micro level).

Adapun eksploitasi bahkan penjajahan dari bangsa-bangsa maju terhadap bangsa


yang lemah dan belum berkembang tidak mampu dihindari, mereka yang berpendidikan
minim akan selalu bergantung pada mereka yang jauh lebih maju dan berpendidikan.

Dan juga Menurut teori human capital, kontribusi pendidikan sangat berpengaruh
terhadap pembangunan ekonomi. Kontribusi tersebut dapat dicapai melalui peningkatan
keterampilan dan produktivitas kerja.

Selain itu, pendidikan juga memiliki peran sebagai agen pembaharuan dan
perubahan, transliter budaya dan sentra demokratisasi yang dapat merubah konstelasi
politik menjadi lebih sehat, transparan, dan kompetitif.

Bahkan, Teori legitimasi menghendaki agar pendidikan selalu mengusahakan


kerujukan dengan masyarkat. Bila ini dilakukan, maka pendidikan tidak hanya
mempertahankan kemapanan struktur masyarakat melainkan juga dapat berpengaruh ke
arah perbaikan dan perkembangannya.

Jadi, menurut kami engan cara ini interaksi dosen dan mahasiswa dikelas mungkin
akan tergantikan walaupun tidak 100%. Bentuk materi, ujian, kuis, dan cara pendidikan
lainya dapat juga diimplementasikan ke dalam web, seperti materi dosen dibuat dalam
bentuk presentasi di web dan dapat di-download oleh mahasiswa. Begitu juga dengan
ujian dan kuis dengan cara yang sama.
DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/Asus/Downloads/2612-6831-2-PB.pdf

file:///C:/Users/Asus/Downloads/J.pdf

https://nurhibatullah.blogspot.com/2014/01/sistem-pendidikan-di-indonesia-dimensi.html

https://www.kompasiana.com/careberos_21/peranan-masyarakat-dalam-
pendidikan_5500a0da813311491bfa7b41

Manan, Imran. 1989. Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tenaga Kependidkan.

Marzali, Amri. "Struktural-fungsionalisme." Antropologi Indonesia (2014).

Tirtosudarmo, Riwanto. "Catatan Kritis terhadap PerspektifSumber Daya Manusia."


Pengembangan sumber daya manusia: di antara peluang dan tantangan (2008): 13.

Tualeka, M. Wahid Nur. "Teori Konflik Sosiologi Klasik Dan Modern." Al-Hikmah 3.1
(2017): 32-48.

Anda mungkin juga menyukai