Anda di halaman 1dari 12

PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN IPA SD/MI

Oleh:

Arif Firmansyah

STPI Bina Insan Mulia Yogyakarta

Email: af07052000@gmail.com

ABSTRAK

Penilaian otentik adalah penilaian terdapat empat aspek yaitu; aspek spiritual, aspek sikap,
aspek pengetahuan, dan aspek ketrampilan. Penilaian otentik dapat mengukur sebagai tolak ukur
kemampun siswa, seberapa paham siswa memahami dan melakukan dalam kehidupan sehari-
hari. Proses penilaia tidak dapat dipisahkan dalam proses pembelajaran. Dalam melakukan
penilaian otentik kita harus menggunakan metode dan kriteria yang tepat pada siswa dan harus
dapat mecakup semua aspek yang ada. Pembelajaran IPA sangat penting karena dalam
melakukan pembelajaran IPA akan memacu siswa untuk ingin tahu tentang hubungan tentang
IPA serta teknologi, lingkungan masyarakat.

Kata Kunci: Penilaian Otentik, pembelajaran IPA

PENDAHULUAN

Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah
”usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Dengan demikian, untuk meningkatkan mutu
pendidikan perlu mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang berkualitas dengan

1
mengadakan pembaharuan dalam model, metode, pendekatan dan media, serta cara evaluasi guru
dalam proses pembelajaran.

Pemerintah berupaya menghasilkan sistem pendidikan yang baik dan tepat sesuai, dengan
cara beberapa kali melakukan perubahan-perubahan kurikulum yang dikembangankan dengan
perkembangan zaman sekarang. Pemerintah juga melakukan pelatihan-pelatihan kepada guru
guna meningkatkan kualitas guru. Kurikulum yang digunakan sekarang adalah kurikulum 2013
yang dimana guru dan siswa harus sama-sama ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
Dalam kurikulum 2013 melakukan penilaian terdapat empat aspek yaitu; aspek spiritual, aspek
sikap, aspek pengetahuan, dan aspek ketrampilan terdapat dalam Permendikbud nomor 23 tahun
2016.

Menurut Khusniati, (2012) Pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian


pengetahuan, yang dilaksanakan dengan menuangkan pengetahuan kepada siswa. Morrison dan
Estes (2007) menyatakan bahwa aplikasi skenario dunia nyata merupakan strategi yang efektif
untuk mengajarkan IPA sebagai proses. Dalam pembelajaran IPA perlu memiliki strategi
mengajar yang lebih inovatif agar bidang studi yang dibelajarkan mampu diserap dengan baik.
Menurut Listyawati, (2013) Mata pelajaran IPA adalah salah satu mata pelajaran dasar yang
wajib dibelajarkan dengan mengikutsertakan benda-benda lain yang mendukung pembelajaran
tersebut. Menurut Listiawati, (2012) Proses pembelajaran IPA memadukan berbagai konsep
fisika, kimia, biologi, dan bumi antariksa lebih berpotensi untuk mengembangkan pengalaman
dan kompetensi siswa memahami alam sekitar.1

Pembelajaran IPA di sekolah dasar memegang peranan penting dalam pembelajaran IPA di
jenjang-jenjang berikutnya sebab pengetahuan awal siswa sangat berpengaruh pada minat dan
kecendrungan siswa untuk belajar IPA. Dengan kata lain jika minat siswa pada saat
pembelajaran IPA di SD sudah rendah kemungkinan untuk jenjang selanjutnya hal yang sama
akan terjadi. Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan dijelaskan tentang pentingnya
pembelajaran IPA ini (Depdiknas, 2006) salah satunya adalah mengembangkan rasa ingin tahu,

1
I Wayan Widana. “Pengembangan Asesmen Proyek dalam Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar”. Jurnal
Pendidikan Indonesia: Vol. 5, No.2, Oktober 2016. Diakses 14 April 2020.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JPI/article/view/8154/8610

2
sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,
lingkungan, teknologi dan masyarakat melalui pendekatan scientific inquiry.2

Berdasarkan pernyataan diatas penulis merumuskan masalah sebagai berikut; (1) apa
yang dimaksud dengan pengertian penilaian otentik? (2) apa saja jenis-jenis penilaian otentik?
(3) Apa tujuan dan fungsi penilaian otentik? (4) Apa saja prinsip-prinsip penilaian otentik?

PEMBAHASAN

PENGERTIAN PENILAIAN OTENTIK

Menurut Depdikbud 2013 penilaian otentik adalah penilaian yang dilakukan secara
komprehensif sejak proses sampai keluaran pembelajaran. Karakteristik penilaian otentik berupa
penilaian dan pembelajaran dilakukan secara terpadu, mencerminkan masalah dunia nyata, bukan
dunia sekolah, menggunakan berbagai cara dan kriteria holistik, serta tidak hanya mengukur apa
yang diketahui oleh peserta didik, tetapi lebih menekankan mengukur apa yang dapat dilakukan
oleh peserta didik.3 Menurut Mc. Tighe dan Ferrara (1995), asesmen otentik ialah mencari dan
mengumpulkan serta mensintesis informasi kemampuan peserta didik dalam memahami dan
menerapkan pengetahuan dan keterampilan proses dalam siatuasi nyata. Asesmen otentik
merupakan metode asesmen alternatif yang memungkinkan peserta didik untuk
mendemonstrasikan kemampuannya dalam menyelesaikan tugas-tugas, menyelesaikan masalah
atau mengekspresikan pengetahuannya dengan cara mensimulasikan situasi yang dapat ditemui
di dalam dunia nyata Sementara Wiggins (1993) mengatakan bahwa, asesmen otentik merupakan
masalah atau pertanyaan yang bermakna dan melibatkan peserta didik menggunakan
pengetahuannya untuk unjuk kerja secara efektif dan kreatif. Tugas yang diberikan dapat berupa
replika atau analogi dari jenis permasalahan yang dihadapi orang dewasa dan mereka yang
terlibat dalam bidang tersebut. Lain hal Puckett dan Black (1994: 170-174), mereka menjelaskan
bahwa pada penilaian otentik lebih menekankan pada 4P, yaitu performance, proses, produk, dan
portofolio. Penilaian otentik diartikan sebagai proses penilaian performance peserta didik dalam
melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam situasi nyata (Arends, 1997: 284). Penilaian otentik

2
Ibid.
3
H Bisri dan M.Ichsan. “Kemampuan Penilaian Otentik Guru Sekolah Dasar”. Jurnal Sosial Humaniro: Vol 7 No 2,
Oktober 2016. https://www.unida.ac.id/ojs/JSH/article/view/492/pdf

3
bertujuan untuk menyediakan informasi yang valid dan akurat mengenai hal yang benar-benar
diketahui dan dapat dilakukan oleh peserta didik. Aktivitas peserta didik terdiri atas aktivitas
nyata yang dapat diamati dan aktivitas tersembunyi yang tidak dapat diamati seperti berpikir, dan
tanggapannya peserta didik terhadap pengalaman tertentu. Aktivitas ini dapat meliputi keduanya
baiknya nyata maupun tersembunyi yang pada dasarnya mecakup 3 aspek: kognitif yaitu proses
mengetahui dan berpikir, afektif atau perasaan dan emosi, serta psikomotor atau keterampilan.
Kemudian Mueller (2006), mengartikan penilaian otentik sebagai bentuk penilaian yang
menghendaki siswa melakukan tugas pada situasi yang sesungguhnya (dunia nyata) yang
menampilkan aplikasi keterampilan dan pengetahuan yang esensial. Penilaian ini juga sering
disebut dengan istilah penilaian lembar kerja atau lembar tugas yang kesemuanya ini merupakan
upaya untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk penilaian yang lebih bermakna. Melalui cara ini
fokus penilaian bergeser dari peserta didik “beraktivitas untuk mendapatkan nilai dengan
menjawab atau memilih jawaban” menjadi “beraktivitas untuk menunjukkan apa yang diketahui
dan apa yang dapat dilakukan”. Merujuk pada pembelajaran yang berorentasi ke pembekalan
kecakapan hidup (life skill) dengan pembelajaran kontektual diperlukan metode penilaian
kontekstual, yaitu penilaian dalam bentuk perilaku peserta didik dalam menerapkan apa yang
dipelajarinya secara nyata. Wiggins (1993, 706) menambahkan bahwa, penilaian yang tidak
kontekstual kurang validitasnya. Pengembangan penilaian yang kontekstual ini diperlukan
penilaian otentik, yakni suatu penilaian yang valid dan otentik terhadap apa yang telah dipahami
peserta didik. Selain itu, Stiggins (1994: 15) juga menyatakan dalam salah satu azas (prinsip)
penilaian “Assesment as instruction” bahwa “Assesment and teaching can be one and the same”.
Dengan demikian, penilaian otentik harus dipahami dan dilakukan sebagai bagian yang tidak
terpisah kandari proses pembelajaran. Dalam konteks tersebut, penilaian dilakukan untuk
mendukung upaya peningkatan mutu proses pembelajaran.4

Jenis‐jenis Penilaian Otentik

Salah satu keunggulan penilaian otentik adalah penilaian yang dapat mencakup ketiga aspek
sekaligus, meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Jenis-jenis penilaian otentik
berdasarkan ranah yang dinilai antara lain: (1) Penilaian pada ranah sikap/afektif; (2) Penilaian
pada ranah pengetahuan/kognitif; dan (3) Penilaian pada ranah keterampilan/ psikomotor

4
Undang Rosidin. 2016. “Penilaian Otentik”. (Yogyakarta: Media Akademi). Hal. 1-3

4
1. Penilaian Ranah Sikap/afektif
Penilaian sikap merupakan bagian dari pengukuran psikologi. Penilaian pada ranah
sikap/afektif, dapat dinilai melalui observasi, penilaian diri,teman sebaya, dan jurnal. Karena
menyangkut sikap manusia, maka hasil pengukuran tidak pernah mencapai hasil yang
sempurna. Pengukuran sikap sangat sukar bahkan mungkin tidak pernah dapat dilakukan
dengan validitas, reliabilitas, dan objektifitas yang tinggi. Hal ini, antara lain dikarenakan:
(1) atribut psikologi bersifat tidak tampak, (2) indikator-indikator perilaku jumlahnya
terbatas, (3) respons dipengaruhi oleh variabel-variabel yang tidak relevan seperti: suasana
hati, kondisi dan situasi sekitar, dan (4) banyak sumber kesalahan, baik dari penilai, yang
dinilai, alat yang digunakan, cara analisis. Sebagai contoh akan menilai skala sikap ilmiah.
Lembar observasi yang dapat digunakan untuk menilai sikap ilmiah siswa secara individu
dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut.

Indikator Sikap
No Nama Siswa Jumlah Skor
Keterbukaan Objektif Teliti Kedsiplinan Kejujuran Tanggung Jawab
1
2
3
4
Dst

Skor untuk masing-masing sikap di atas di rata-rata dan dikonversikan ke dalam bentuk
kualitatif. Skala penilaian dibuat dengan rentangan dari 1 sampai dengan 5. Penafsiran
angka-angka tersebut adalah sebagai berikut: 1 = sangat kurang, 2 = kurang, 3 = cukup. 4 =
baik, dan 5 = amat baik. Nilai sikap ilmiah dapat diberikan dalam bentuk huruf, oleh karena
itu total skor yang telah diperoleh harus dikonversi.
konversi nilai = (skor total jawaban siswa /skor masimum) x 100%
2. Penilaian ranah pengetahuan/kognitif
Penilaian pada ranah pengetahuan/kognitif, dinilai melalui tes tertulis, lisan, penugasan dan
penilaian produk. Meski konsepsi penilaian otentik muncul dari ketidakpuasan terhadap tes
tertulis yang lazim dilaksanakan pada era sebelumnya, penilaian tertulis atas hasil
pembelajaran tetap bisa dilakukan. Penilaian tertulis adalah penilaian yang menuntut peserta
didik memberi jawaban secara tertulis berupa pilihan dan/atau isian. Penilaian tertulis yang
dikembangkan dalam penilaian otentik lebih ditekankan pada penilaian tertulis yang

5
jawabannya berupa isian dapat berbentuk isian singkat dan/atau uraian. Penilaian melalui tes
tertulis terdiri dari memilih (mensuplai) jawaban dan uraian. Memilih jawaban terdiri dari
pilihan ganda, pilihan benar-salah, ya-tidak, menjodohkan, dan sebab-akibat. Tes tertulis
berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat, memahami,
mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya
atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis ini sebisa mungkin bersifat komprehentif,
sehingga mampu menggambarkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.
Selain itu, peserta didik berkesempatan memberikan jawabannya sendiri yang berbeda
dengan teman-temannya, namun tetap terbuka memperoleh nilai yang sama. Menyusun soal
tes untuk penilaian otentik diperlukan kemampuan berpikir tinggi dan kreatif dalam memilih
kondisi yang diperlukan. Untuk itu pembuat soal harus berlatih dan banyak membaca agar
timbul ide-ide baru dalam menyusun tes yang baik. Penilaian tes tertulis uraian merupakan
salah satu teknik atau alat dalam penilaian yang menuntut peserta didik untuk mengingat,
memahami, dan mengorganisasikan gagasan yang sudah dipelajari dengan cara
mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tulisan. Teknik
ini dapat digunakan untuk menilai berbagai jenis kemampuan, yaitu mengemukakan
pendapat, berpikir logis, kritis, sistematis dan menyimpulkan.
Dalam penyusunan instrumen penilaian tertulis perlu mempertimbangkan:
a. Substansi, misalnya kesesuaian butir soal dengan indikator soal dan indikator
pembelajaran;
b. Konstruk, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas;
c. Bahasa, misalnya rumusan soal tidaak menggunakan kata/kalimat yang menimbulkan
penafsiran ganda.

Soal bentuk uraian non-objektif tidak dapat diskor secara objektif, karena jawaban yang
dinilai dapat berupa opini atau pendapat peserta didik sendiri, bukan berupa konsep kunci
yang sudah pasti. Pedoman penilaiannya berupa kriteria-kriteria jawaban. Setiap kriteria
jawaban diberi rentang skor tertentu, misalnya 0 – 5. Tidak ada jawaban untuk suatu kriteria
diberi skor 0. Besar-kecilnya skor yang diperoleh peserta didik untuk suatu kriteria
ditentukan berdasarkan tingkat kesempurnaan jawaban. Uraian menghendaki peserta didik
untuk mengorganisasikan, merumuskan, dan mengemukakan sendiri jawabannya. Ini berarti
peserta didik tidak memilih jawaban, akan tetapi memberikan jawaban dengan kata-katanya

6
sendiri secara bebas. Tes tertulis dapat digolongkan menjadi dua bentuk, yaitu tes tertulis
jawaban terbuka (extended-response) dan jawaban terbatas (restricted-response), dalam hal
ini tergantung pada kebebasan yang diberikan kepada peserta didik untuk
mengorganisasikan atau menyusun ide-idenya dan menuliskan jawabannya.

3. Penilaian pada ranah keterampilan/psikomotor


Penilaian pada ranah keterampilan/psikomotor, menggunakan jenis penilaian yang menuntut
siswa untuk mendemonstrasikan semua kemampuannya dengan menggunakan penilaian
kinerja atau tes praktik, penilaian proyek, dan penilaian portofolio.
a. Penilaian Kinerja (Performance Assessment) Asesmen kinerja adalah suatu prosedur
yang menggunakan berbagai bentuk tugas-tugas untuk memperoleh informasi tentang
apa dan sejauh mana yang telah dilakukan dalam suatu program. Pemantauan
didasarkan pada kinerja (performance) yang ditunjukkan dalam menyelesaikan tugas
atau permasalahan yang diberikan. Hasil yang diperoleh merupakan suatu hasil dari
unjuk kerja tersebut. Asesmen kinerja juga dapat diartikan sebagai penelusuran produk
dalam proses. Artinya, hasil-hasil kerja yang ditunjukkan dalam proses pelaksanaan
program itu digunakan sebagai basis untuk dilakukan suatu pemantauan mengenai
perkembangan dari satu pencapaian program tersebut. Terdapat tiga komponen utama
dalam asesmen kinerja, yaitu tugas kinerja (performance task), rubrik informasi
(performance rubrics), dan cara penilaian (scoring guide). Tugas kinerja adalah suatu
tugas yang berisi topik, standar tugas, deskripsi tugas, dan kondisi penyelesaian tugas.
Rubrik informasi merupakan suatu rubrik yang berisi komponen-komponen suatu
performansi ideal, dan deskriptor dari setiap komponen tersebut. Cara penilaian kinerja
ada tiga, yaitu (1) holistic scoring, yaitu pemberian skor berdasarkan impresi penilai
secara umum terhadap kualitas performansi; (2) analytic scoring, yaitu pemberian skor
terhadap aspek-aspek yang berkontribusi terhadap suatu performansi; dan (3) primary
traits scoring, yaitu pemberian skor berdasarkan beberapa unsur dominan dari suatu
performansi.
b. Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak
dari perecanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data.

7
Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan
mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta
didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas. Dalam penilaian proyek setidaknya ada 3
(tiga) hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
1) Kemampuan Pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola
waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
2) Relevensi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan,
pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
3) Keaslian
Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan
mempertimbangkan konstribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap
proyek peserta didik.
c. Penilaian Portofolio
Portofolio adalah sekumpulan artefak (bukti karya/ kegiatan/data) sebagai bukti
(evidence) yang menunjukkan perkembangan dan pencapaian suatu program.
Penggunaan portofolio dalam kegiatan evaluasi sebenarnya sudah lama dilakukan,
terutama dalam pendidikan bahasa. Belakangan ini, dengan adanya orientasi kurikulum
yang berbasis kompetensi, asesmen portofolio menjadi primadona dalam asesmen
berbasis kelas. Perlu dipahami bahwa sebuah portofolio (biasanya ditaruh dalam folder)
bukan semata-mata kumpulan bukti yang tidak bermakna. Portofolio harus disusun
berdasarkan tujuannya. Wyatt dan Looper (2002) menyebutkan, berdasarkan tujuannya
sebuah portofolio dapat berupa developmental portfolio, bestwork portfolio, dan
showcase portfolio. Developmental portfolio disusun demikian rupa sesuai dengan
langkah-langkah kronologis perkembangan yang terjadi. Oleh karena itu, pencatatan
mengenai kapan suatu artefak dihasilkan menjadi sangat penting, sehingga
perkembangan program tersebut dapat dilihat dengan jelas. Bestwork portfolio adalah
portofolio karya terbaik. Karya terbaik diseleksi sendiri oleh pemilik portofolio dan
diberikan alasannya. Karya terbaik dapat lebih dari satu. Showcase portfolio adalah
portofolio yang lebih digunakan untuk tujuan pajangan, sebagai hasil dari suatu kinerja

8
tertentu. Asesmen portofolio adalah suatu pendekatan asesmen yang komprehensif
karena: (1) dapat mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor secara bersama
sama, (2) berorientasi baik pada proses maupun produk belajar, dan (3) dapat
memfasilitasi kepentingan dan kemajuan peserta didik secara individual. Asesmen
portofolio mengandung tiga elemen pokok , yaitu: (1) sampel karya peserta didik, (2)
evaluasi diri, dan (3) kriteria penilaian yang jelas dan terbuka.5

Secara Umum ciri-ciri Penilaian Otentik antara lain:

a. Berbasis Kompetensi
Berbasis Kompetensi, yaitu penilaian yang mampu memantau kompetensi seseorang.
Penilaian otentik pada dasarnya adalah penilaian kinerja, yaitu suatu unjuk kerja yang
ditunjukkan sebagai akibat dari suatu proses belajar yang komprehensif. Kompetensi adalah
atribut individu peserta didik, oleh karena itu assessment otentik bersifat kompetensi.
b. Individual
Kompetensi tidak dapat disamaratakan pada semua oerang bersifat personal. Karena itu,
penilaian cara-cara yang untuk memantau kemampuan peserta didik cenderung tidak secara
akurat mengukur kompetensi setiap individu.
c. Berpusat pada Peserta Didik
Berpusat pada peserta didik karena direncanakan, dilakukan, dan dinilai oleh peserta didik
sendiri, mengungkapkan seoptimal mungkin kelebihan setiap individu, dan juga
kekurangannya (untuk bisa dilakukan perbaikan). Penilaian otentik bersifat tak terstruktur
dan open-ended, dalam arti, percepatan penyelesaian tugas-tugas otentik tidak bersifat
uniformed dan klasikal, juga kinerja yang dihasilkan tidak harus sama antar individu di suatu
kelompok. Untuk memastikan bahwa yang diases tersebut benar-benar adalah kompetensi
riil individu (peserta didik) tersebut, maka penilaian harus dilakukan secara otentik.
d. Otentik
Otentik (nyata, rill seperti kehidupan sehari-hari) dan sesuai dengan proses pembelajaran
yang dilakukan, sehingga asesmen otentik berlangsung secara terintegrasi dengan proses
pembelajaran.
e. Berkelanjutan (On-going)

5
Ibid, hal. 4-11

9
Salah satu ciri dari sistem penilaian otentik adalah penilaian yang berkelanjutan. Sistem
penilaian yang diterapkan untuk mengukur hasil belajar peserta didik, menurut kurikulum
2006 adalah sistem yang berkelanjutan. Dimana untuk mengetahui seberapa jauh peserta
didik telah memiliki kompetensi dasar maka diperlukan suatu sistem penilaian yang
menyeluruh dengan menggunakan indikator-indikator yang dikembangkan guru secara jelas.
Berkelanjutan berarti semua indikator harus ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk
menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui
kesulitan peserta didik.Untuk itu perlu dikembangkan berbagai teknik penilaian dan ujian,
seperti: pertanyaan lisan, kuis, ulangan harian, tugas rumah, ulangan praktek, dan
pengamatan.6

Adapun tujuan dan fungsi penilaian otentik adalah:


a. Mengembangkan respon peserta didik daripada menyeleksi pilihan-pilihan yang sudah
ditentukan sebelumnya.
b. Menunjukkan cara berfikir tingkat tinggi (higher order thinking).
c. Secara langsung mengevaluasi proyek-proyek yang bersifat holistic atau menyeluruh.
d. Mensintesis dengan pembelajaran di kelas.
e. Menggunakan kumpulan pekerjaan atau tugas peserta didik (portfolio) dalam jangka waktu
lama.
f. Memberikan kesempatan untuk melakukan penilaian beragam.
g. Didasarkan pada kriteria yang jelas yang diketahui oleh peserta didik.
h. Berhubungan erat dengan belajar di kelas.
i. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengevaluasi pekerjaannya.7

Prinsip-prinsip penilaian otentik sebagai berikut:

a. Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran,
bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran.
b. Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata (real world problem), atau masalah
keseharian peserta didik, bukan hanya masalah dunia sekolah.

6
Ibid, hal. 12-14
7
Ibid, hal. 15

10
c. Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode dan kriteria yang sesuai dengan
karakteristik dan esensi pengalaman belajar.
d. Penilaian harus bersifat holistik, yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran
(kognitif, afektif, psikomotor).8

Contoh Penilaian Otentik dalam pembelajaran IPA

Contoh penilaian sikap menggunakan lembar penilaian diri

Nama :...................................................................................

Kelas :...................................................................................

Semester :...................................................................................

Petunjuk: Berilah tanda centang (V) pada kolom “Ya” atau “Tidak” sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya

No Pernyataan Ya Tidak
.
1. Saya Selalu berdoa sebelum melakukan aktivitas
2. Saya sholat lima waktu tepat waktu.
3. Saya tidak mengganggu teman saya yang sedang
beragama lain berdoa sesuai agamanya.
4. Saya berani mengakui kesalahan saya.
5. Saya menyelesaikan tugas-tugas tepat waktu.
6. Saya berani menerima resiko atas tindakan yang saya
lakukan.
Dst….

Contoh Teknik dan Bentuk Instrument Penilaian Lisan Kompetensi Pengetahuan IPA

No Mata Pelajaran Indikator Teknik Bentuk Contoh Instrumen


. Penilaian Instrumen
1. Ilmu 1. Menyelidiki Tes Lisan Daftar G: Ada berapa

8
Ibid, hal. 15

11
Pengetahuan Perubahan Pertanyaan macam wujud
Alam wujud dan zat?
suatu zat S: Tiga, pak.
G: Apa saja?
S: Padat, cair, dan
gas
KESIMPULAN

Penilaian otentik adalah penilaian terdapat empat aspek yaitu; aspek spiritual, aspek sikap,
aspek pengetahuan, dan aspek ketrampilan. Penilaian otentik dapat mengukur sebagai tolak ukur
kemampun siswa, seberapa paham siswa memahami dan melakukan dalam kehidupan sehari-
hari. Proses penilaian tidak dapat dipisahkan dalam proses pembelajaran. Dalam melakukan
penilaian otentik kita harus menggunakan metode dan kriteria yang tepat pada siswa dan harus
dapat mencakup semua aspek yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Bisri, H dkk. “Kemampuan Penilaian Otentik Guru Sekolah Dasar”. Jurnal Sosial Humaniro: Vol
7 No 2, Oktober 2016. https://www.unida.ac.id/ojs/JSH/article/view/492/pdf

Undang Rosidin. 2016. “Penilaian Otentik”. (Yogyakarta: Media Akademi).

Widana, I Wayan. “Pengembangan Asesmen Proyek dalam Pembelajaran IPA di Sekolah


Dasar”. Jurnal Pendidikan Indonesia: Vol. 5, No.2, Oktober 2016. Diakses 14 April 2020.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JPI/article/view/8154/8610

12

Anda mungkin juga menyukai