Anda di halaman 1dari 31

“don’t be a liar for yourself, just trust yourself that you can do it”

PORTOFOLIO
TEKNIK - TEKNIK
KONSELING
KHAULAHHABIBAH

ENDEKATAN KONSELING BERPUSAT PADA PRIBADI


NO. LINGKUP DASAR KETERANGAN
1. Pendiri/Pengembang Carl Ransom Rogers
2. Latar Belakang Pendekatan person centered counseling merupakan pendekatan yang
didasarkan pada suatu konsep dari psikologi humanistik. Pada tahun
1940 Rogers mengembangkan apa yang disebut dengan non-directive
counseling. Awalnya Rogers menempuh pendidikannya dibidang
pertanian, akan tetapi ia mulai bosan dengan bidang pertanian hingga
akhirnya ia memutuskan untuk meninggalkan bidang tersebut dan ia
beralih pada bidang agama. Akan tetapi secara bertahap ia mulai enggan
dengan pekerjaan – pekerjaan religiusnya yang bersifat doktrine itu.
Hingga akhirnya pada 1962 Rogers meninggalkan seminari untuk
masuk ke Teacher Collage untuk memperlaji mengenai topik psikologi
klinis dan psikologi pendidikan.
3 Hakikat Manusia Menutut Rogers (dalam Corey, 200:169) manusia pada dasarnya dapat
dipercaya, memiliki akal, mampu memahami dirinya dan pengarahan
diri sendiri, mampu membuat perubahan yang konstruktif, dan mampu
untuk hidup efektif dan produktif. Selain itu Rogers juga menyebutkan
tiga atribut terapis yang dapat menciptakan iklim pertumbuhan yang
diinginkan oleh individu sebagai berikut: (1) kesesuaian (keaslian atau
realitas), (2) penghargaan positif tak bersyarat (pemahaman dan peduli),
(3) pemahaman empatik akurat.
4. Konsep Dasar Menurut Corey (dalam Komalasari, 2011:263) menyatakan bahwa
pendekatan person-centered counseling ini dibangun atas dua hipotesis
dasar yaitu : (1) setiap orang memiliki kapasitas untuk memahami
keadaan yang menyebabkan ketidakbahabiaan dan mengatur kembali
kehidupannya menjadi lebih baik, (2) kemampuan seseorang untuk
menghadapi keadaan ini dapat terjadi dan ditingkatkan jika konselor
menciptakan kehangatan, penerimaan, dan dapat memahami relasi
(proses konseling) yang sedang dibangun. Sedangkan Rogers
mengemukakan konsep kepribadian yang terdiri dari tiga aspek yaitu :
(1) organisme, (2) phenomental field, (3) self.
5. Asumsi Pribadi Sehat 1. Asumsi Pribadi Sehat
& Bermasalah Sesehat-sehatnya pribadi adalah pribadi yang congruence,
mampu menjadi pribadi yang fully function person.
2. Asumsi Pribadi Bermasalah
a. ingkrouensi antara pengalaman dengan self
b. masalah dan ketidaksesuaian antara ideal self dan real self
c. individu tidak mampu menuju aktualisasi diri yang optimal.
d. Jika keadaan itu muncul, mendistorsi/menyangkal
keingkroensian tersebut.
6. Tujuan Konseling

1 | Model – model konseling – peta kognitif – pendekatan konseling – Khaulah Habibah


7. Peran & Fungsi Dalam pendekatan ini peran konselor adalah sebagai fasilitator dan
Konselor reflector. Disebut fasilitator karena konselor memfasilitasi atau
mengakomodasi konseli mencapai pemahaman diri. Sedangkan
dikatakan sebagai reflector adalah karena konselor mengklarifikasi dan
memantulkan kembali kepada klien perasaan dan sikap yang
diekspresikan terhadap konselor yang dianggap sebagai orang lain.
8. Tahap-tahap Person-centered counseling atau konseling berpusat pada pribadi terdiri
Konseling dari empat tahap yaitu (a) penciptaan hubungan baik, (b) pembebasan
ungkapan, (c) tercapainya insight, dan (d) pengakhiran.
9. Teknik-teknik Teknik-teknik konseling yang dapat diterapkan, antara lain:
Spesifik
1. Rapport, yaitu teknik yang bertujuan untuk membuat pendekatan dan
hubungan yang baik dengan konseli agar selama proses terapi dapat
berlangsung dengan lancar.

2. Teknik klarifikasi, yaitu suatu cara konselor untuk menjernihkan dan


meminta konseli untuk menjelaskan hal-hal yang dikemukakan oleh
kepada konselor.

3. Teknik refleksi, (isi dan perasaan) yaitu usaha konselor untuk memantulkan
kembali hal-hal yang telah dikemukakan konseli (isi pembicaraan) dan
memantulkan kembali perasaan-perasaan yang ditampakkan oleh konseli.

4. Teknik “free expression” yaitu memberikan kebebasan kepada klien untuk


berekspresi, terutama emosinya, cara kerja teknik ini seperti cara kerja
kataris.

5. Teknik “silence”, yaitu kesempatan yang berharga diberikan oleh terapis


kepada klien untuk mempertimbangkan dan meninjau kembali
pengalaman-pengalaman dan ekspresinya yang lampau

6. Teknik “transference” yaitu ketergantungan konseli kepada konselor. Hal


ini dapat terjadi pada awal terapi, tapi bukan merupakan dasar untuk
kemajuan terapi. Kemungkinan transference terjadi karena sikap konselor
yang memberikan kebebasan tanpa menilai atau mengevaluasi konseli.

10. Kelemahan & Kelemahan person-centered Counseling


Kelebihan 1. Sulit bagi konselor untuk bersifat netral dalam situasi hubungan
interpersonal.
2. Konseling menjadi tidak efektif ketika konselor terlalu non-
direktif dan pasif. Mendengarkan dan bercerita saja tidaklah
cukup
3. Minim teknik untuk membantu konseli memecahkan
masalahnya.
4. Tidak cukup sistematik, terutama yang berkaitan dengan konseli
yang kecil tanggungjawabnya.

2 | Model – model konseling – peta kognitif – pendekatan konseling – Khaulah Habibah


5. Memungkinkan sebagian konselor menjadi terlalu terpusat pada
konseli sehingga melupakan keasliannya.
6. Kesalahan sebagian konselor dalam menerjemahkan sikap-sikap
yang harus dikembangkan dalam hubungan konseling.
Kelebihan person-centered Counseling
1. Sifat keamanan. Individu dapat mengexplorasi pengalaman-
pengalaman psikologis yang bermaknya baginya dengan perasaan
aman.
2. Dapat diterapkan pada setting individual maupun kelompok.
3. Memberikan peluang yang lebih luas terhadap konseli untuk
didengar.
4. Konseli memiliki pengalaman positif dalam konseling ketika mereka
fokus dalam menyelesaiakan masalahnya.
5. Konseli merasa mereka dapat mengekpresikan dirinya secara penuh
ketika mereka didengarkan dan tidak dijustifikasi.

11. Sumber Jest Feist and Feist. 2008. Theories of Personality Edisi Keenam. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar

Gibson and Mitchell. 2011. Bimbingan dan konseling Edisi Ketujuh. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar

Nanda Wahyu. 2013. Person Centered Therapy .Jurnal

Elmadinna Widyanto. 2013. Teori dan Pendekatan Konseling Person Centered


Therapy. Online [diakses pada 11 September 2015]

HASIL ANALISIS KASUS RUTH


A. PERSON CENTERED COUNSELING (PCC)

3 | Model – model konseling – peta kognitif – pendekatan konseling – Khaulah Habibah


1. Interpretasi

Berdasarkan pendekatan Person Centered Counseling (PCC) terdapat beberapa konsep

dasar salah satunya yaitu memberikan yang terbaik dari diri kita dalam mengaturdan

mendekati hubungan (ideal self) seperti yang dilakukan Ruth dengan berusaha menjadi

seseorang yang selalu mementingkan orang lain dari pada dirinya sendiri. Namun

hubungan antara self concept dangan organisme (actual experience) menjadi tidak seimbang

(ingcoruence) sehingga Ruth belum mampu memenuhi asumsi pribadi yang sehat. Hal ini

terlihat dari Ruth yang awalnya ingin menjadi pribadi yang mendapatkan kasih sayang

dari orang tuanya dan orang tuanya pun selalu meminta ia untuk memenuhi semua

tuntutan dan harapannya segingga disini terjadi (ingcoruence) dengan kata lain Ruth hanya

mampu mencapai ideal self dan belum bisa menyeimbangkan dengan keinginan dan

kebutuhan pada dirinya (real self).

2. Langkah treatment

Treatment yang dapat diberikan pada kasus Ruth dengan pendekatan Person Centered

Counseling (PCC) dapat berupa konseling individual dimana Ruth dapat mengungkapkan

masalahnya secara bebas sehingga masalahnyapun dapat diketahui dengan pasti dan

dapat dicari jalan keluarnya. Dalam hal ini konselor menerapkan berbagai keterampilan

dasar konseling seperti mendengar aktif (Active Learning), mengulang kembali

(paraphrasing), memperjelas (clarifying), menyimpulkan (summarizing), bertanya

(questioning), menginterpretasikan (interpreting), mengkonfrontasi (confronting),

merefleksikan perasaan (reflection of feelings), memberikan dukungan (supporting),

berempati (empathizing), memfasilitasi (facilitating), memulai (initiating), menentukan

tujuan (setting goal), mengevaluasi (evaluating), memberikan umpan balik (giving feedback),

menjaga (protecting), mendekatkan diri (disclosing self), mencontoh model (modeling), dan

mengakhiri (terminating).

3. Follow up (rekomendasi yang disarankan)

Tindak lanjut (follow up) yang dapat diberikan berupa konselor terus memantau

perkembangan yang ditunjukkan oleh Ruth, apakah ia menunjukkan perkembangan yang

dianggap mampu mengembangkan dirinya kearah yang lebih baik atau justru

kebalikannya. Apabila yang terjadi justru kebalikannya maka konselor bisa melakukan

sesi konseling selanjutnya untuk mengetahui mengapa hal tersebut bisa terjadi. Dan

apabila konselor merasa dibutukan keahlian khusus lainnya maka bisa dilakukan reveral

(alih tangan kasus).

PENDEKATAN KONSELING PSIKOANALISIS


NO. LINGKUP DASAR KETERANGAN

4 | Model – model konseling – peta kognitif – pendekatan konseling – Khaulah Habibah


1. Pendiri/Pengembang Sigmund Freud. Lahir pada 6 Maret 1856 di Freiberg, Moravia. Freud
adalah putra sulung dari pasangan Jacob dan Amalie Natashon Freud.
2. Latar Belakang Akar modern konseling psikodinamika dapat ditelusuri dengan
menengok kembali para penghipnotis abad ke delapan belas yang
tertarik dengan gagasan tentang sub – kepribadian bawah sadar dan
penyebab psikologis suatu penyakit. Gagasan tersebut pada abad ke
sembilan belas mendorong bangkitnya psikoterapi yang bertujuan
mengembalikan ketidakseimbangan pikiran dengan menggunakan
metode – metode yang sekarang sering disebut dengan hipnotis. Pada
akhir abad ke sembilan belas, dua teoritikus Freud dan Pierre Janet,
seorang psikolog secara mandiri mulai merumuskan teori – teori pikiran
yang kemudian dominan diabad ke duapuluh.
3 Hakikat Manusia Menurut Hansen, Stefic, Wanner, 1977 menyatakan bahwa manusia
pada dasarnya digerakkan oleh dorongan – dorongan dari dalam dirinya
yang bersifat instingtif.
4. Konsep Dasar Aspek penting dalam teori Freud adalah ide bahwa pengalaman
traumetik itu depresi secara aktif. Freud mengajukan gagasan bahwa
sealam terapi pasien akan melihat terapis sedemikian rupa hingga ia
mempercayai hal – hal yang terkait dengan pengalaman masa lalu
dengan orang lain yang penting baginya yang disebut dengan
transferensi.
Struktur Kepribadian
Corey (2013 : 14 – 15) menjelaskan menurut pandangan psikoanalitik,
struktur kepribadian terdiri dari tiga sistem yaitu :
a. Id adalah komponen biologis dan tempat bersemayam
naluri – naluri, id kurang terorganisasi, buta, menuntut,
buta, dan mendesak. Id tidak dapat menolerir
ketegangan, id bersifat tidak sadar, tidak logis, amoral,
dan didorong suatu kepentingan yaitu memuaskab
kebutuhan naluriah dengan asas kesenangan.
b. Ego adalah komponen psikologis. Ego memiliki kontak
dengan dunia eksternal dari kenyataan. Ego adalah
eksekutif dari kepribadian yang memerintah,
mengendalikan, dan mengatur. Ego melaksanakan sensor
dan mengendalikan kesadaran. Ego adalah tempat
bersemayam intelegensi dan rasionalitas yang
mengawasi dan mengendalikan implus buta dari Id.
c. Superego adalah komponen sosial. Superego merupakan
cabang moral atau hukum dari kepribadian. Superego
merupakan kode moral individu yang urusannya adalah
menentukan baik/buruk, benar/salah, suatu tindakan.

5 | Model – model konseling – peta kognitif – pendekatan konseling – Khaulah Habibah


Pandangan Tentang Manusia
Pandangan Freud mengenai sifat manusia pada dasarnya pesimistik,
deterministik, mekanistik, reduksionistik. Menurut Freud, manusia
dideterminasi oleh kekuatan-kekuatan irasional, motivasi tak sadar,
kebutuhan-kebutuhan, dan dorongan-dorongan biologis, dan naluriah
dan oleh peristiwa-peristiwa psikoseksual yang terjadi selama lima
tahun pertama dari kehidupan.
Kesadaran dan ketaksadaran
Kesadaran bagi Freud merupakan bagian kecil dari keseluruhan jiwa manusia.
Ibarat gunung es bagian terbesarnya adalah yang berada dibawah permukaan
air. Dalam hal ini bagian terbesar jiwa manuasia adalah apa yang mengapung
di bawah permukaan air yaitu ketaksadaran. Ketaksadaran menyimpan
pengalaman-pengalaman, ingatan, dan bahan yang direpresi. Ketaksadaran
bisa mencakup :
1. Mimpi-mimpi, yang merupakan representasi kebutuhan, hasrat, dan
konflik.
2. Salah ucap.
3. Sugesti pascahipnotik.
4. Bahan-bahan yang berasal dari teknik asosiasi bebas dan proyektif.
Kecemasan
Kecemasan adalah kondisi tegang yang memotivasi untuk berbuat
sesuatu. Kecemasan berfungsi sebagai pengingat akan adanya ancaman
bahaya, yaitu sinyal bagi ego yang akan terus meningkat jika tindakan
yang layak tidak segera diambil. Terdapat tiga kecemasan yaitu :
1. Kecemasan realistis ketakutan terhadap dunia eksternal, dan
taraf kecemasannya sesuai dengan derajat ancaman yang ada.
2. Kecemasan neurotik adalah ketakutan terhadap tidak
terkendalinya naluri – naluri yang menyebabkan seseorang
dapat hukuman.
3. Kecemasan moral adalah ketakutan terhadap hati nurani sendiri,
orang yang hati nuraninya berkembang baik ia akan mersa
berdosa apabila melakukan sebuah hal yang tidak sesuai dengan
kode moral yang ada.
Mekanisme Pertahanan Ego
Mekanisme pertahan ego memiliki dua ciri yaitu menyangkal atau mendistorsi
kenyataan dan beroperasi pada tahap tak sadar. Beberapa bentuk mekanisme
pertahan ego meliputi :
1. Penyangkalan “menutup mata” terhadap keberadaan kenyataan yang
mengancam.
2. Proyeksi, mengalamatkan sifat-sifat tertentu yang tidak dapat diterima
ego kepada orang lain.

6 | Model – model konseling – peta kognitif – pendekatan konseling – Khaulah Habibah


3. Fiksasi, artinya menjadi terpaku pada tahap-tahap perkembangan yang
lebih awal karena melangkah ketahap selanjutnya dapat menimbulkan
kecemasan.
4. Regresi, adalah melangkah mundur ke fase perkembangan yang lebih
awal yang tuntutannya tidak terlalu besar.
5. Rasionalisasi, menciptakan alasan yang baik guna menghindari ego
dari cidera.
6. Sublimasi, menggunakan jalan keluar yang lebih tinggi atau yang lebih
dapat di terima masyarakat.
7. Displacement, mengarahkan energi kepada objek atau orang lain.
8. Represi, melupakan isi kesadaran yang traumatis atau membangkitkan
kecemasan.
9. Formasi reaksi, melakukan tindakan yang berlawanan dengan hasrat
tak sadar, jika perasaan yang aslinya dapat menimbulkan ancaman.

5. Asumsi Pribadi Sehat Pribadi Sehat


& Bermasalah Memiliki mekanisme pertahanan yang baik. Maksudnya pribadi yang bisa
mengorganisir struktur kepribadiannya dengan baik dan bisa menyelaraskan
antara id, ego, dan superegonya. Dalam hal ini individu tidak mengalami
pengalaman frustasi yang berlebihan dan Ego bertindak secara rasional dalam
mengambil tindakan-tindakan untuk mengatasi kecemasan yang muncul.

Pribadi Bermasalah
Memiliki mekanisme pertahanan yang buruk. Maksudnya pribadi yang tidak
bisa mengorganisir struktur kepribadiannya dengan baik dan tidak bisa
menyelaraskan antara id, ego, dan superegonya. Ego bisa saja membiarkan
dorongan-dorongan atau menekan perasaan-perasaan seksual dengan
melakukan tindakan yang irasional dalam menghadapi kecemasan.

6. Tujuan Konseling Tujuan terapi psikoanalitik adalah membentuk kembali struktur katakter
individual dengan jalan membuat kesadaran yang tidak disadari di dalam diri
klien. Proses terapeutik difokuskan pada upaya mengalami kembali
pengalaman masa kank-kanak. Pengalaman masa lampau direkontruksi,
dibahas, dan dianalisis, dan ditafsirkan dengan sasaran merekontruksi
kepribadian. Terapi ini menekankan dimensi afektif dari upaya ketaksadaran
diketahui.
7. Peran & Fungsi Peran Konselor
Konselor 1. Membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, ketulusan hati,
dan hubungan pribadi yang lebih efektif dalam menghadapi
kecemasan melalui cara – cara yang realistis.
2. Konselor membangun hubungan kerja sama dengan klien dan
kemudian melakukan seraangkaian kegiatan mendengarkan dan
menafsirkan.

7 | Model – model konseling – peta kognitif – pendekatan konseling – Khaulah Habibah


3. Konselor memberikan perhatian kepada resistensi klien.
Fungsi Konselor
1. Berusaha membantu klien dalam mencapai kesadaran diri,
kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan personal.
2. Menangani kecemasan secara realistis.
3. Memperoleh kendali atas perilaku yang implisit dan irasional.
4. Mendorong pemindahan perasaan.
8. Tahap-tahap Tahap – tahap konseling dalam Psikoanalisis adalah sebagai berikut:
Konseling 1. Konselor harus membuat sebuah hubungan kerja sama dengan
klien selanjutnya melakukan kegiatan mendengarkan dan
menafsirkan.
2. Konselor harus memberikan perhatian terhadap resistensi atau
penolakan yang dilakukan oleh klien.
9. Teknik-teknik 1. Teknik Asosiasi Bebas. Konseli mengalami proses katarsis,
Spesifik dimana dia mendapatkan kebebasan untuk mengemukakan
segenap perasaan dan pikiran yang terlintas di benaknya, baik
yang menyenangkan maupun yang tidak.
2. Analisis mimpi Mimpi sebagai jalan istimewa menuju
ketidaksadaran, sebab melalui mimpi hasrat, kebutuhan, dan
ketakutan yang tidak disadari bisa terungkap. Konselor
menggunakan pernyataan dan pertanyaan evokatif dan dengan
setia sejengkal demi sejengkal mendalami mimpi.
3. Analisis resistensi, Penafsiran terhadap resistensi harus
dilaksanakan untuk membantu konseli menyadari alasan-alasan
yang ada di balik resistensi dan kemudian mampu
menyelesaikan konfliknya secara realistis
4. Analisis tranferensi. “Menghadirkan” lagi tokoh penting masa
lalu pada diri konselor. Ketika terdapat sebuah “urusan yang
belum selesai” dengan orang-orang penting di masa lalu,
terdistorsi ke masa sekarang dan memberikan reaksi kepada
konselor, sebagaimana dia bereaksi terhadap ayah atau ibunya
pada masa kanak-kanak.
5. Interpretasi dan analisis. Prosedur dasar dalam menganalisis
asosiasi-asosiasi bebas, mimpi-mimpi, resistensi-resistensi, dan
transferensi-transferensi adalah melakukan interpretasi dan
analisis dari cerita dan pengalaman konseli.
6. Hipnotis, Konseli dibawa kedalam alam ambang sadar dan alam
bawah sadar.
10. Kelemahan & Kelemahan:
Kelebihan 1. Terlalu deterministic (ditentukan oleh insting2) merendahkan martabat
kemanusiaan.

8 | Model – model konseling – peta kognitif – pendekatan konseling – Khaulah Habibah


2. Terlalu menekankan kepad masa anak-anak dan mengangap
kehidupan sehari-hari seolah-oleh ditentukan oleh masa lalu,
menunjukkan tanggung jawab indivdu berkurang.
3. Cenderung meminimalkan rasionalitas.
4. Data penelitian empiris kurang banyak mendukung sistem dan konsep
psikoalanalisis, seperti konsep tentang energy psikis yang menentukan
TL manusia.
Kelebihan :
1. Secara historis sebagi sistem pertama psikoterepi yang berisi teori
kepribadian, sitem filsafat, dan metode psikoterapi
2. Juga memandang pengaruh dan hubungan alam bawah sadar manusia
dalam mempengaruhi tingkah laku serta mampu menunjukan bukti-
bukti adanya unconscious.\
3. Menemukan hipnoterapy kedalam proses terapi.
11. Sumber Komalasari, Wahyuni, Karsih. 2011. Teori dan Praktik Konseling. Jakarta. PT Indek

9 | Model – model konseling – peta kognitif – pendekatan konseling – Khaulah Habibah


HASIL ANALISIS KASUS RUTH
B. PSIKOANALISIS

1. Interpretasi

Berdasaran pendekatan psikoanalisis perilaku manusia salah satunya muncul dari

dorongan bilogis dimana Ruth ingin memiliki hubungan yang baik dengan kedua orang

tuanya namun apa yang ia harapkan ternyata tidak sesuai dengan kenyataan. Ayah dan

ibunya menunjukkan sedikit kasih saying dalam keluarganya, hingga masalah ini ia

pendam selama bebrapa tahun dan muncul keluhan psychosomatic, seperti gangguan tidur,

kecemasan, pusing, jantung berdenyut kencang, dan sakit kepala yang dialaminya. Dalam

konsep pendekatan psikoanalisa pada normalnya ego selalu berdiri diantara id san

superego. Ketiganya selalu berada dalam konflik yang dinamis maka, ketika terjadi konflik

diantara kekuatan-kekuatan tersebut untuk menguasai ego, maka sangat bisa dipahami

kalau ego merasa terjepit dan terancam, serta seoalah-olah akan lenyap digilas kekuatan-

kekuatan tersebut. Adapun ego dari Ruth muncul dengan tidak melupakan keperluan dan

keuntungannya sendiri yang secara tidak sadar kalah dengan id dan super oegonya.

Dimana idnya ingin mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari oarng tuanya.

Seharusnya ia memunculkan superego dengan pola hidupnya yang lebih mementingkan

orang lain daripada dirinya dengan memainkan peran sebagai “superwoman” dalam semua

aspek kehidupannya.

2. Langkah Treatment

Treatment yang dapat diberikan pada kasus Ruth dengan pendekatan psikoanalisa

dapat berupa asosiasi bebas, dimana nantinya Ruth diminta untuk bercerita (katarsis)

untuk mengungkapkan segala hal dengan segenap perasaan dan pikiran yang terlintas

dibenaknya, tanpa memperhatikan apakah hal tersebut menyenangkan ataupun tidak

menyenangkan.

3. Follow up (rekomendasi yang disarankan)

Tindak lanjut (follow up) yang dapat diberikan berupa konselor terus memantau

perkembangan yang ditunjukkan oleh Ruth, apakah ia menunjukkan perkembangan yang

dianggap mampu mengembangkan dirinya kearah yang lebih baik atau justru

kebalikannya. Apabila yang terjadi justru kebalikannya maka konselor bisa melakukan

sesi konseling selanjutnya untuk mengetahui mengapa hal tersebut bisa terjadi. Dan

apabila konselor merasa dibutukan keahlian khusus lainnya maka bisa dilakukan reveral

(alih tangan kasus).

10 | Model – model konseling – peta kognitif – pendekatan konseling – Khaulah Habibah


PENDEKATAN KONSELING BEHAVIORAL
NO. LINGKUP DASAR KETERANGAN
1. Pendiri/Pengembang John Watson, Ivan Pavlov, Skiner, dan Bandura
2. Latar Belakang Pendekatan ini dikembangkan oleh beberapa tokoh yang didasarkan
pada prinsip – prinsip perilaku ilmiah, eksperimen psikologi, studi pada
hewan dan manusia yang dikembangkan selama 100 tahun terakhir,
dimulai pada akhir 1950an. Pada pendekatan behavioral ini terdapat tiga
trend utama yaitu:
1. Classical Conditioning (Ivan Pavlov)
- Asumsinya, perilaku manusia muncul karena adanya
stimulus, fokus pada antisedent.
- Jika ingin mengubag tingkah laku maka ubahlah
antisedennya.
2. Operant Conditioning (Skinner)
- Perilaku muncul karena konsekuensi yang diterima, jika
ingin mengubah tingkah lakunya maka ubahlah
konsekuensinya (pada tahapa ini akan menghasilkan
reinforcement)
3. Social Learning/Cognitive
- Kepribadian merupakan interaksi antara determinan
personal, behavior dan environment (treadic reciprocality).
Perilaku muncul dari proses kognitive, belajar mengamati
disesuaikan dengan lingkungan, berperilaku sesuai dengan
norma.
Sebelum tahun 1960an, terapi perilaku tidak diterima dengan baik dalam
helping profession, namun rentang 1966 – 2009 banyak praktik,
pengembangan, dan pubikasi banyak membuat diterima khalayak
3 Hakikat Manusia Terapi peilaku tidak memiliki teori kepribadian yang komperhensif,
namun teori memiliki prinsip – prinsip yang dapat digunakan untuk
menjelaskan perilaku manusia seperti
1. Individu selalu berinteraksi dengan lingkungan.
2. Manusia itu netral, kadang berbuat baik kadang berbuat buruk.
3. Tingkah laku manusia dapat dipelajari, proses belajar tingkah
laku melalui kematangan dan belajar.
4. Manusia memiliki potensi untuk berbaik baik/buruk, tepat/salah.
5. Manusia mampu melakukan refleksi atas lingkungannya sendiri.
6. Manusia mengatur serta mengontrol perilakunya.
7. Manusia mampu belajar tingkah laku baru, dan mempengaruhi
perilaku orang lain.
4. Konsep Dasar - Pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia.

11 | Model – model konseling – peta kognitif – pendekatan konseling – Khaulah Habibah


- Tingkah laku harus kongrit spesifik, measurable, observable, tidak
berlabel.
- Tingkah laku dapat dipelajari individu dalam interaksi dengan
lingkungan, mengubah tingkah laku sama dengan dengan mengubah
lingkungan.
- Konseling behavioral dikenal dengan modifikasi perilaku (APTL).
- Dalam konseling, konseli belajar perilaku baru dan mengeliminasi
perilaku maladaptif, memperkuat serta mempertahankan perilaku yang
diinginkan dan membentuk perilaku baru dengan memberikan
reinforcement.
- Teori ABC (Anticedent, Behavior, dan Concequent).
5. Asumsi Pribadi Sehat a. Asumsi pribadi yang bermasalah
& Bermasalah - Kecenderungan merespon tingkal laku negatif dari
lingkungannya.
- Kesalahpahaman dalam menanggapi lingkungan yang tepat.
- Belajar dengan cara yang salah.
b. Asumsi pribadi yang sehat
Pribadi yang sehat dapat memecahkan masalahnya melalui hasil
belajar yang benar.
6. Tujuan Konseling - Membantu klien mendapatkan tingkah laku baru.
- Menghilangkan tingkah laku maladaptive.
- Membantu klien membuang respon – respon lama yang merusak diri,
dan mempelajari respon – respon baru yang lebih sehat.
- Memperoleh perilaku yang baru, mengeleminasi perilaku yang
maladaptive, memperkuat dan mempertahankan perilaku yang
diinginkan.
7. Peran & Fungsi Melakukan fungsional assesment : analisis perilaku berdasarkan ABC,
Konselor active dan directive, konsultatif dan memberikan problem solving.
8. Tahap-tahap a. Assesment (menilai atau memperkirakan)
Konseling - Behavior interviews
- Behavior reports and rating
- Behavior observations
- Pshycolosical measurement
b. Goal setting
Target behaviors, latensi, interval, frekuensi, spesifik, measurable,
observable, tidak berlabel.
c. Technique implementation
Menentukan teknik atau strategi yang akan diberikan /digunakan
untuk mengubah tingkah laku.
d. Evaluation – termination
Merangkum, memberikan homework assigment, memberikan
penguatan, melihat atau menilai perubahan pada diri konseli.
e. Feedback (umpan balik)

12 | Model – model konseling – peta kognitif – pendekatan konseling – Khaulah Habibah


Masukan terhadap proses konseling yang telah dilakukan.
9. Teknik-teknik Dalam pendekatan ini banyak dikenal banyak teknik konseling
Spesifik diantaranya adalah sebagai berikut :
- Teknik kontrol anteseden
- Positif Reinforcement
- Token Economy
- Shaping
- Modeling
- Self Management
- Extinctio
- Flooding
- Punishment
- Time Out
- Aversi
- Disensititsasi Sistematis
- Assertive Training.
10. Kelemahan & a. Kelebihan
Kelebihan - Dengan memfokuskan pada perilaku khusus bahwa konseli dapat
berubah, konselor dapat mengarahkan konseli pada pengertian
yang lebih baik.
- Dengan menitikberatkan pada tingkal laku khusus konseli, maka
memudahkan kriteria keberhasilan proses konseling.
- Memberikan peluang kepada konselor untuk dapat menggunakan
berbagai teknik khusus guna menghasilkan perubahan tingkah
laku.
b. Kekurangan
- Kurangnya kesemapatan bagi konseli untuk terlibat kreatif dengan
keseluruhan penemuan diri atau aktualisasi diri.
- Kemungkinan terjadi “depersonalized” pada konseli saat proses
interaksi dengan konselor.
- Bagi konseli yang memiliki masalah yang tidak dapat dikaitkan
dengan tingkah laku yang jelas kemungkinan konseli tersebut tidak
menggunakan menggunakan keseluruhan dari proses tersebut.
- Konseling behavioral tidak dapat memberikan banyak harapan
bagi konseli yang memiliki potensi cukup tinggi untuk mencari arti
dan tujuan hidup mereka.

11. Sumber Komalasari, Wahyuni, Karsih. 2011. Teori dan Praktik Konseling. Jakarta. PT
Indek.

13 | Model – model konseling – peta kognitif – pendekatan konseling – Khaulah Habibah


HASIL ANALISIS KASUS RUTH
C. BEHAVIORAL

1. Interpretasi

Berdasarkan pendekatan behavioral pada dasarnya manusia merupakan mahluk yang

reaktif dimana tingkah lakunya dikontrol oleh factor yang berasal dari luar individu

tersebut. Manusia memulai kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap

lingkungannya dan interaksi ini menghasilkan perilaku yang kemudian membentuk

kepribadian. Seperti halnya yang terjadi pada Ruth dimana yang awalnya ketika Ruth

melakukan sesuatu yang ia senangi, ia mendapat penolakan dana kemarahan dari

ayahnya, yang menyebabkan Ruth membatasi keinginannya demi mematuhi semua

tuntutan dan harapan orang tuanya yang kemudian membentuk pola hidupnya dengan

lebih mementingkan orang lain dari pada dirinya. Hal ini berlanjut kekehidupan Ruth

setelah menikah yang mana Ruth selalu berusaha untuk menjadi istri dan ibu yang sesuai

dengan harapan keluarganya. Hingga dibeberapa saat ia merasa tidak menjadi diri

sendiri. Ruth tidak menyukai penampilan tubuhnya, serta kehawatiran akan tidak bias

mewujudkan harapan keluarganya. Ia merasa bahwa ia tidak mempunyai pengertian yang

baik tentang apa yang dia inginkan untuk dirinya sendiri.

2. Langkah treatment

Treatment yang dapat diberikan pada kasus Ruth dengan pendekatan behavioral

dapat berupa Self-Manajement dimana Ruth mengatur perilakunya sendiri tanpa

melibbatkan orang lain, disini seorang konselor bisa berperan sebagai pencetus gagasan,

fasilisator yang membantu Ruth untuk merancang program serta motivator bagi Ruth

untuk mengatur dirinya tanpa memperdulikan tekanan yang diberikan oleh keluarganya,

sehingga Ruth bisa mengelola dirinya sendiri tanpa dibayangi tekanan dari harapan yang

diberikan oleh keluarganya.

3. Follow up (rekomendasi yang disarankan)

Tindak lanjut (follow up) yang dapat diberikan berupa konselor terus memantau

perkembangan yang ditunjukkan oleh Ruth, apakah ia sudah bisa untuk mengelola dirinya

sendiri, dengan tidak memperhatikan harapan yang diinginkan keluarganya atau masih

berada pada tahap yang terus dibayangi harapan keluarganya sehingga Rut tidak bisa

menjadi dirinya sendiri. Apabila yang terjadi demikian maka konselor bisa melakukan sesi

konseling selanjutnya untuk mengetahui mengapa hal tersebut masih terjadi. Dan apabila

konselor merasa dibutukan keahlian khusus lainnya maka bisa dilakukan reveral (alih

tangan kasus)

14 | Model – model konseling – peta kognitif – pendekatan konseling – Khaulah Habibah


PENDEKATAN KONSELING GESTALT
NO. LINGKUP DASAR KETERANGAN
1. Pendiri/Pengembang Frederick Perls.
2. Latar Belakang - Dikembangkan oleh Frederick Perls
- Dipengaruhi oleh teori psikoanalisis, teori psikoanalis dan
pendekatan filosofis lainya seperti Goldstein, Wilhelm Reich, Karen
Horney, Jan Smuts, Kurt Lewin.
- Pada tingkat pribadi, istrinya Laura memberikan kontribusi untuk
terapi gestalt, ia merupakan seorang praktisi terapi gestur, penulis,
dan seorang guru yang terlatih.
3 Hakikat Manusia - Makhluk yang memiliki kemampuan untuk membebaskan
diri dari pengaruh masa lalunya.
- Manusia memiliki masalah jika menghindari masalah.
- Manusia mempunyai kapasitas untuk mengatur dirinya
sendiri.
- Manusia merupakan fungsi yang holistik.
- Manusia mampu membuat pilihan dan ia bertanggung jawab
terhadap tingkah lakunya karena proses kesadaran diri.
- Manusia bagian dari lingkungannya.
4. Konsep Dasar - Menekankan pada hal “kesadaran” meliputu pemahaman, penerimaan diri,
pengetahuan lingkungan, tanggung jawab akan pilihan, dan kemampuan
untuk melakukan kontak dengan orang lain.
- Kesadaran akan sensasi dan tindakan (pancaindera dan ekspresi
diri)
- Kesadaran akan perasaan emosional dan perasaan fisik
- Kesadaran akan keinginan (mengacu pada keinginan masa depan)
- Kesadaran akan nilai dan penilaian menyangkut unit pengalaman
yang lebih besar daripada yang disebutkan.
- Kontak merupakan sumber perkembangan diri, yang berarti mengubah diri
sendiridan mencakup pengalaman seseorang tentang dunia.
- Teori Medan, Melihat seseorang dari kondisi lingkungan
sekitarnya.
- Figure formation proces.
- Organimic Self Regulation.
- Saat Ini (The Present) berupa kejadian yang terjadi sebelumnya
dan masa depan dapat dilihat melalui sekarang.
5. Asumsi Pribadi Sehat - Asumsi perilaku bermasalah
& Bermasalah - Proyeksi, Introyeksi
- Retrofleksi
- Konfluen, Defleksi
- Asumsi perilaku sehat

15 | Model – model konseling – peta kognitif – pendekatan konseling – Khaulah Habibah


Individu yang dapat menyadari potensi diri, baik kelemahan
ataupun kekurangan dalam dirinya sehingga mampu
mengoptimalkan dirinya dimasa sekarang.
6. Tujuan Konseling - Mencapai kesadaran akan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
yang membawa pertumbuhan dan integrasi individu.
- Membantu individu untuk mampu mengintegrasikan pengalaman
– pengalaman yang ditolak/tidak menyenangkan.
- Membantu individu agar mampu “owning” terhadap pengalaman
– pengalaman yang tidak menyenangkan.
- Membantu individu untuk bertanggung jawab.
- Membantu individu untuk mencapai kematangan diri.
7. Peran & Fungsi Agen frustator, agar klien mampu berdiri di atas kakinya sendiri, walau
Konselor jatuh bangun (pengalaman tak menyenangkan) / perasaan tak
menyenangkan adalah bagian dari proses kematangan diri.
8. Tahap-tahap 1. Pembinaan Hubungan Baik
Konseling - Emphaty
- Accepting
- Dialoging
- Penciptaan hubungan yang berarti
2. Pengungkapan kesadaran klien
ekplorasi introyeksi, UB & membangkitkan keberanian konseli
mengungkap emosi
3. Motivasi
Konseli menghadapi kecemasan/ketakutan yg selama ini
terpendam dlm diri, konselor motivasi agar konseli benarni &
yakin utk menghadapinya
4. Integrasi
Integrasi diri, pengalaman & emosi dlm perspektif baru
(menerima ketakpastian, kecemasan & ketakutannya sendiri
serta bertanggungjawab penuh atas hidupnya)
5. Termination
Membuat pengakhiran dengan memberikan penerimaan dan
penguatan
9. Teknik-teknik 1. Monotherapy
Spesifik 2. Can You Stay with This Feeling?
3. Shuttle between Here and There (Reality and Fantasy)
4. Bringing a Dream Back to Life
5. The Empty Chair Technique
6. Accept Responsibility for Choices
7. Made Working through Unfinished Business

16 | Model – model konseling – peta kognitif – pendekatan konseling – Khaulah Habibah


10. Kelemahan & 1. Kelebihan
Kelebihan - Terapi Gestalt menangani masa lampau dan membawa aspek-
aspek masa lampau yang relevan ke saat sekarang.
- Terapi Gestalt memberikan perhatian terhadap pesan-pesan non
verbal dan pesan-pesan tubuh.
- Terapi Gestalt menolak mengakui ketidakberdayaan sebagai alasan
untuk tidak berubah.
- Terapi Gestalt meletakkan penekanan pada klien untuk
menemukan makna dan penafsiran-penafsiran sendiri.
- Terapi Gestalt menggairahkan hubungan dan mengungkapkan
perasaan langsung, menghindari intelektualisasi abstrak tentang
masalah klien.
2. Kelemahan
- Terapi Gestalt tidak berlandaskan pada suatu teori yang kukuh.
- Terapi Gestalt cenderung antiintelektual dalam arti kurang
memperhitungkan faktor-faktor kognitif.
- Terapi Gestalt menekankan tanggung jawab atas diri kita sendiri,
tetapi mengabaikan tanggung jawab kita kepada orang lain.
- Terdapat bahaya yang nyata bahwa terapis yang menguasai
teknik-teknik Gestalt akan menggunakannya secara mekanis
sehingga terapis sebagai pribadi tetap tersembunyi.
- Keterbatasan lain adalah bahwa klien yang memiliki kesulitan
menggunakan imajinasinya mungkin tidak akan mendapatkan
keuntungan dari proses ini.
- Teknik-teknik Gestalt gampang untuk mengekspresikan emosi
yang kuat.

11. Sumber Komalasari, Wahyuni, Karsih. 2011. Teori dan Praktik Konseling. Jakarta. PT
Indek.

17 | Model – model konseling – peta kognitif – pendekatan konseling – Khaulah Habibah


HASIL ANALISIS KASUS RUTH
D. GESTALT THERAPY

1. Interpretasi

Berdasarkan pendekatan Gestalt Therapy yang menekankan pada kesadaran yang

meliputi pemahaman, penerimaan diri, pengetahuan lingkungan, tanggung jawab

terhadap pilihan, dan kemampuan untuk melakukan kontak dengan orang lain. Adapun

salah satu bentuk pertahanan diri (Modes of Defense) yaitu Intoyeksi (Introjection) dimana

individu mendekatkan ide-ide, keyakinan-keyakinan dan asumsi-asumsi tentang diri

individu seperti apa seharusnya dan bagaimana individu harus bertingkah laku. Hal ini

juga yang dilakukan oleh Ruth dimana Ruth memasukkan ide-ide, keyakinan-keyakinan,

dan nilai-nilai yang dituntut oleh keluarganya terhadap dirinya tanpa proses filterisasi,

sehingga ia tidak bisa membedakan dirinya (self) dengan lingkungan. Bahkan hal ini terus

berlangsung hingga kehidupan Ruth setelah menikah yang menyebabkan ia harus

berperan sebagai “super woman” dikeluarganya sehingga ia merasa bukan menjadi dirinya

sendiri.

2. Langkah Treatment

Treatment yang dapat diberikan pada kasus Ruth dengan pendekatan Gestalt Therapy

dapat berupa latihan gladiresik (the rehearsal Experiment) dimana Ruth diminta untuk

mengatakan pada orang lain tentang fantasi-fantasi yang sering ia katakan dan ulang-

ulang secara internal dalam dirinya. Dari hal ini diharapkan Ruth mampu membedakan

fantasi dan kenyataan serta dapat mengujii coba tingkat ekspektasi orang lain. Hal ini juga

dapat membuat Ruth dapat mengukur seberaapa besar ia ingin diterima dan disukai orang

lain, serta seberapa besar usaha yang harus dilakukan untuk mencapainya, namun tetap

menjadi dirinya sendiri.

3. Follow up (rekomendasi yang disarankan)

Tindak lanjut (follow up) yang dapat diberikan berupa konselor terus memantau

perkembangan yang ditunjukkan oleh Ruth, apakah ia mampu mengetahui seberapa besar

ia ingin diterima oleh keluarganya, dan mampu mengetahui seberapa besar usaha yang

telah ia lakukan untuk mencapainya walau harus menjadi orang lain. Apabila Ruth masih

merasa sulit untuk mengungkapkannya maka konselor bisa melakukan sesi konseling

selanjutnya untuk mengetahui mengapa hal tersebut bisa terjadi. Dan apabila konselor

merasa dibutukan keahlian khusus lainnya maka bisa dilakukan reveral (alih tangan

kasus).

18 | Model – model konseling – peta kognitif – pendekatan konseling – Khaulah Habibah


PENDEKATAN KONSELING REALITA
NO. LINGKUP DASAR KETERANGAN
1. Pendiri/Pengembang Willian Glasser
2. Latar Belakang - Konseling realita ini dikembangkan sebagai aksi penolakan
terhadap konsep – konsep yang ada dalam konseling psikoanalisa.
- Pendekatan ini muncul juga dipengaruhi dengan adanya
pengalaman kurang menyenangkan dalam Hidup Glasser saat
masa kanak – kanak dahulu.
- Ayah dan ibu Glasser menerapkan pendidikan yang keras dan
otoriter terhadap dirinya sehingga mengakibkan dirinya yang tak
rukun dengan kedua orang tuannya.
- Selain itu Glasser juga menekannkan pentingnya tanggung jawab
pribadi, tidak merugikan orang lain dan hubungan perkawinan.
3 Hakikat Manusia - Manusia terlahir dengan kebutuhan dasar (love and belongging,
power, fun, survival, and freedom)
- Sumber tindakan pada suatu peristiwa : perbedaan antara apa yang
diinginkan dengan persepsi tentang apa yang diperoleh.
- Perilaku dibentuk atas total behavior (thingking and acting, feeling and
physiology).
- Perilaku dari dalam diri, karenanya harus bertanggungjawab.
- Manusia melihat dunia melaui sistem perseptual.
4. Konsep Dasar Teori ini berpendapat bahwa manusia dilahirkan dengan 5 kebutuhan dasar
yaitu :
- Love and Belongging
- Power
- Fun
- Survival
- Freedom
Glasser percaya bahwa kebutuhan love and belongging merupakan kebutuhan
primer manusia, karena setiap individu memerlukan orang lain untuk
memenuhi kebutuhan lainnya. Selain itu dalam pendekatan realitas ini juga
menyakini bahwa penerimaan terhadap realita dapat dicapai dengan
melakukan sesuatu yang realitas yaitu :
- Responsibility (tanggungjawab)
- Reality (kenyataan)
- Right (kebenaran)
5. Asumsi Pribadi Sehat a. Pribadi sehat
& Bermasalah - Adanya kemampuan mengevaluasi hidup.
- Bertindak dan berbuat secara efektif.
- Adanya kemampuan mengontrol perilakunya.
- Adanya sikap 3R (responsibility, reality, and right)
b. Pribadi bermasalah

19 | Model – model konseling – peta kognitif – pendekatan konseling – Khaulah Habibah


- Berperilaku tidak efektif.
- Dalam kondisi tertekan atau depresi.
- Keseimbangan psikis yang goyah.
- Tidak adanya sikap 3R (responsibility, reality, and right)
- Kurang terlibat dengan orang lain.
- Kegagalan orang tua atau orang yang bermakna dalam
hidupnya dan individu kurang belajar.

6. Tujuan Konseling - Menolong individu agar mampu mengurus dirinya sendiri, supaya dapat
menentukan dan melaksanakan perilaku dalam bentuk yang nyata.
- Mendorong konseli agar dapat bertanggungjawab serta memikul segala
resiko yang ada, sesuai dengan kemauan dan keinginannnya dalam
pertumbuhan dan perkembanganya.
- Mengembangkan rencana – rencana realistis dan nyata dalam mencapai
tujuan yang ditentukan.
- Perilaku yang sukses dapat dihubungkan dengan pencapaian kepribadian
yang sukses, yang dicapai dengan menanamkan nilai – nilai adanya
keinginan individu untuk mengubah dirinya sendiri.
- Terapi ditekankan pada disiplin dan tanggungjawab atas keasadarannya
sendiri.
7. Peran & Fungsi - Melibatkan diri dengan konseli dan membawa konseli untuk
Konselor menghdapi realita.
- Bersikap direktif dan didektif
- Konselor sebagai pembimbing
- Sebagai motivator dan contractor
8. Tahap-tahap Adapun tahap – tahap konseling pada pendekatan konseling realitas
Konseling adalah sebagai berikut :
a. Konselor menunjukan keterlibatannya dengan konseli (be a
friend)
b. Fokus pada perilaku sekarang
c. Mengeksplorasi total behavior konseli
d. Konseli menilai diri sendiri atau mengevaluasi pribadi
e. Merencanakan tindakan lanjutan.
f. Membuat komitmen.
g. Tidak menerima permintaan maaf atau alasan konseli
h. Tindak lanjut
9. Teknik-teknik - Memperkuat tingkah laku
Spesifik - Modeling
- Metapor
- Hubungan
- Pertanyaan
- Intervebsi paradoks

20 | Model – model konseling – peta kognitif – pendekatan konseling – Khaulah Habibah


- Pengembangan keterampilan
- Adiksi positif
- Penggunaan kata kerja
- Konsekuensi natural
10. Kelemahan & Kelebihan
Kelebihan - Terapis realitas ini fleksibel dapat diterapkan dalam konseling
individu atau kelompok.
- Terapis realitas dapat diterapkan dalam perawatan penyimpangan
perilaku, penyalahgunaan obat, dan penyimpangan kepribadian.
- Terapi realitas meninngkatkan tanggungjawab dan kebebasan dalam
diri individu, tanpa menyalahkan atau mengkritik seleruh
kepribadian.

Kekurangan
- Terapi realitas terlalu menekankan pada tingkah laku masa kini
sehingga terkadang mengabaikan konsep lain, seperti alam bawah
sadar dan riwayat pribadi.
- Terapi realitas bergantung pada terciptanya suatu hubungan yang
baik antara konselor dan konseli.
- Terapi realitas bergantung pada interaksi verbal dan komunikasi
dua arah.
11. Sumber Komalasari, Wahyuni, Karsih. 2011. Teori dan Praktik Konseling. Jakarta. PT
Indek.
Gladding, Samuel. 2012. Konseling Profesi yang Menyeluruh. Jakarta. PT Indek.

21 | Model – model konseling – peta kognitif – pendekatan konseling – Khaulah Habibah


HASIL ANALISIS KASUS RUTH
E. REALITY THERAPY

1. Interpretasi

Berdasarkan pendekatan realita terdapat beberapa konsep dalam memandang

manusia salah satunya manusia memiliki lima kebutuhan dasar yaitu love and belonging

(cinta dan kasih sayang), power (kekuasaan), fun (kesenangan), freedom (kebebasan),

survival (bertahan). Dalam kasus Ruth, ia tidak bisa mendapatkan kebebasan (freedom)

untuk bertingkah laku sesuai dengan keinginannya karena adanya tuntutan dari keluarga

untuk selalu menjadi yang terbaik. Selain itu juga Ruth tidak memperoleh cinta dan kasih

sayang (love and belonging) dari kedua orang tuanya yang menyebabkan adanya identitas

dirinya yang gagal sehingga ia merasa tidak menjadi dirinya sendiri, serta Ruth tidak bisa

memilih pilihan, menyerah, dan tidak bertanggung jawab akan pilihannya.

2. Langkah Treatment

Treatment yang dapat diberikan pada kasus Ruth dengan pendekatan realita dapat

berupa konseling individual dimana Ruth dapat mengungkapkan masalahnya secara

bebas sehingga masalahnyapun dapat diketahui dengan pasti dan dapat dicari jalan

keluarnya. Konselor dapat ikut serat membantu Ruth untuk merumuskan perilaku

tertentu yang akan dilakukannya. Serta membuat batas-batas yang tegas dari struktur dan

situasi tertentu yang nantinya akan dilakukan oleh Ruth dalam sesi konseling.

3. Follow up (rekomendasi yang disarankan)

Tindak lanjut (follow up) yang dapat diberikan berupa konselor terus memantau

perkembangan yang ditunjukkan oleh Ruth, apakah ia mampu merumuskan perilaku

yang akan dilakukannya dan mampu membuat batasan atas perilakunya. Apabila Ruth

masih belum bisa untuk merumuskan perilakunya serta batasan-batasan apa saja yang

harus ia terpkan konselor bisa melakukan sesi konseling selanjutnya untuk mengetahui

mengapa hal tersebut bisa terjadi. Dan apabila konselor merasa dibutukan keahlian khusus

lainnya maka bisa dilakukan reveral (alih tangan kasus).

22 | Model – model konseling – peta kognitif – pendekatan konseling – Khaulah Habibah


PENDEKATAN KONSELING REBT
NO. LINGKUP DASAR KETERANGAN
1. Pendiri/Pengembang Albert Ellis
2. Latar Belakang Konseling Rational-Emotif Behavior lahir bermula dari ketidakpuasan Ellis
terhadap praktek konseling tradisional yang dinilai kurang efisien, khususnya
ancangan psikoanalitik klasik yang pernah ditekuni. Berdasarkan pada temuan-
temuan eksperimen dan klinisnya, Ellis memperkenalkan pendekatan baru yang
lebih praktis, yaitu konseling Rasional-Emotif Behavior. Selanjutnya Ellis tertarik
dengan teori belajar (conditioning) dan berupaya menerapkannya agar konseli
secara langsung bisa mengubah perilakunya sendiri (deconditioning), yang
akhirnya REBT banyak memakai teknik-teknik konseling behavior seperti :
relaksasi, didaktik, redukasi, berkhayal, konfrontasi.
3 Hakikat Manusia
4. Konsep Dasar Konsep dasar terapi rasional emotif ini mengikuti pola yang didasarkan
pada teori A – B – C, yaitu
A. = Activating Experence (pengalaman aktif) ialah suatu keadaan,
fakta peristiwa, atau tingkah laku yang dialami individu.
B. = Belief System (Cara individu memandang suatu hal). Pandangan
dan penghayatan individu terhadap A.
C. = Emotional Consequence (Akibat Emosional). Akibat emosional
atau reaksi individu positif atau negatif.
Menurut Ellis, A (pengalaman aktif) tidak langsung menyebabkan
timbulnya C (akibat emosional), namun bergantung pada B (Belief
System). Hubungan dan teori A – B – C yang didasari tentang teori
rasional emotif dari Ellis dapat digambarkan sebagai berikut :
A--------C
Keterangan :
------: pengaruh tidak langsung
B : Pengaruh Langsung

5. Asumsi Pribadi Sehat a. Pribadi Sehat


& Bermasalah Individu yang dapat berpikir secara rasional dalam
menanggapi setiap rangsangan terhadap dirinya.
b. Pribadi Bermasalah
Individu yang memiliki perilaku atau tingkah laku yang
didasarkan pada pemikiran yang irrasional.
6. Tujuan Konseling Tujuan REBT mneurut Albert Ellis yaitu membantu klien untuk
memperoleh filsafat hidup yang lebih realistik yang berarti menunjukan
pada klien bahwa verbalisasi – verbalisasi diri mereka telah dan masih
merupakan sumber utama dari gangguan – gangguan emosional yang
dialami oleh mereka. S edangkan menurut Mohammad Surya tujuan
konseling REBT adalah sebagai berikut :

23 | Model – model konseling – peta kognitif – pendekatan konseling – Khaulah Habibah


a. Memperbaiki dan mengubah segala perilaku dan pola pikir yang
irasional dan tidak logis menjadi rasional dan lebih logis agar
klien dapat mengembangkan dirinya.
b. Menghilangkan gangguan emosional yang rusak
c. Untuk membangun self Interest, Self Direction, Tolerance,
Acceptance of Uncertainty, Fleksibel, Commitment, Scientific
Thinking, Risk Taking, dan Self Acceptance Clien
7. Peran & Fungsi 1. Funsi konselor
Konselor Dalam konseling REBT konselor berfungsi sebagai fasilitator,
pembimbing, dan pendambing bagi klien.
2. Peran Konselor
Dalam konseling REBT ini konseor memiliki peran membantu
siswa atau klien dalam megatasi masalah – masalah yang sedang
dihadapinya, sehingga klien dapat secara sadar dan mandiri
mengembangkan atau meningkatkan potensi – potensi yang
dimilikinya.
8. Tahap-tahap 1. TAHAP I
Konseling Proses dimana konseli diperlihatkan dan disadarkan bahwa mereka
tidak logis dan irrasional. Proses ini memnbantu klien memahami
bagaimana dan mengapa dapat terjadi irrasional. Pada tahap ini konseli
diajarkan bahwa mereka mempunyai potensi untuk mengubah hal
tersebut.
2. TAHAP II
Pada tahap ini konseli dibantu untuk yakin bahwa pemikiran dan
perasaan negatif tersebut dapat ditantang dan diubah. Pada tahap ini
konseli mengeksplorasi ide-ide untuk menentukan tujuan-tujuan
rasional. Konselor juga mendebat pikiran irasional konseli dengan
menggunakan pertanyaan untuk menantang validitas ide tentang diri,
orang lain dan lingkungan sekitar. Pada tahap ini konselor
menggunakan teknik-teknik konseling REBT untuk membantu konseli
mengembangkan pikiran rasional.
3. TAHAP III
Tahap akhir, konseli dibantu untuk secara terus menerus
mengembangkan pikiran rsional serta mengembangkan fillosofi hidup
yang rasional sehingga konseli tidak terjebak pada masalah yang
disebabkan oleh pemikirian irasional.
Tahap-tahap ini merupakanproses natural dan berkelanjutan. tahap ini
menggambarkan keseluruhan proses konseling yang dilalui oleh konselor dan
konseli.

9. Teknik-teknik 1. Teknik kognitif


Spesifik a. Analisis rasional
b. Reframing
c. Dispute kognitif
2. Teknik emotif
a. Teknik sosiodrama

24 | Model – model konseling – peta kognitif – pendekatan konseling – Khaulah Habibah


b. Teknik assertive training
c. Teknik self modeling
3. Teknik Behaviouristik
a. Teknik reinforcement
b. Teknik social modeling
c. Teknik live models
10. Kelemahan & 1. Kelebihan
Kelebihan a. Pendekatan ini jelas, mudah dipelajari dan efektif.
b. Pendekatan ini mudh untuk dikombinasikan dengan teknik
tingkah laku.
c. Pendekatan ini telah banyak menghasilkan literatur dan penelitian
untuk klien dan konselor.
d. Pendekatan ini terus menerus berevolusi dan teknik yang
digunakanpu banyak yang telah diperbaiki ataupun
dikembangkan.
e. Pendekatan ini telah dibuktikan efektif dalam merawat gangguan
kesehatan mental parah seperti depresi dan anxiety
2. Kelemahan
a. Pendekatan ini tidak dapat digunakan secara efektik pada individu
yang memiliki gangguan atau keterbatasan mental, seperti
skizofrenia atau yang memiliki gangguan pikiran yang berat.
b. Pendekatan ini terlalu diasosiasikan oleh penemunya, Albert Ellis.
c. Pendekatan ini langsung dan berpotensi membuat konselor fanatik
dan tidak merawat klien seideal semestinya.
d. Pendekatan yang menekankan pada perubahan pikiran bukanlah
cara yang paling sederhana dalam membantu klien mengubah
emosinya.

11. Sumber Komalasari, Wahyuni, Karsih. 2011. Teori dan Praktik Konseling. Jakarta.
PT Indek
Gerald Corey. 1988. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi.
Bandung. PT. Eresco.

25 | Model – model konseling – peta kognitif – pendekatan konseling – Khaulah Habibah


HASIL ANALISIS KASUS RUTH
F. RATIONAL-EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY (REBT)

1. Interpretasi

Berdasarkan pendekatan Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) terdapat beberapa

konsep dasar salah satunya adalah pikiran, perasaan dan tingkah laku secara

berkesinambungan saling berinteraksi dan memperngaruhi satu sama lain (rasional).

Dalam kasus Ruth dapat diketahui bahwa tingkah laku yang ia tunjukkan tidak

berdasarkan pikiran dan perasaannya sehingga ia bertingkah laku berdasarkan cara

berpikir yang irasional. Dimana ia merasa harus menjadi sosok yang sempurna dalam

keluarganya. Hal ini menimbulkan perasaan tidak enak (kecemasan) berlebih yang

keberadaannya tidak perlu sehingga menghalagi Ruth dalam mengambangkan dirinya.

2. Langkah Treatment

Treatment yang dapat diberikan pada kasus Ruth dengan pendekatan Rational-Emotive

Behavior Therapy (REBT) dapat berupa Dispute Tingkah Laku (Behavoiral disputation)

dimana konselor memberi kesempatan kepada Ruth untuk mengalami kejadian yang

menyebabkan ia berpikir irasional dan melawan kejadian tersebut. Hal ini bisa berupa

kejadian yang menyebabkan Ruth memiliki keyakinan bahwa ia harus menjadi sosok anak,

istri dan ibu yang sempurna bagi keluarganya. Maka konselor dapat meminta Ruth untuk

menjadi dirinya sendiri yang apa adanya.

3. Follow up (rekomendasi yang disarankan)

Tindak lanjut (follow up) yang dapat diberikan berupa konselor terus memantau

perkembangan yang ditunjukkan oleh Ruth, apakah ia bisa menjadi dirinya apa adanya

atau masih berusaha untuk menjadi sosok yang sempurna bagi keluarganya. Apabila yang

terjadi demikian maka konselor bisa melakukan sesi konseling selanjutnya untuk

mengetahui mengapa hal tersebut bisa terjadi. Dan apabila konselor merasa dibutukan

keahlian khusus lainnya maka bisa dilakukan reveral (alih tangan kasus).

26 | Model – model konseling – peta kognitif – pendekatan konseling – Khaulah Habibah


PENDEKATAN KONSELING SFBC
NO. LINGKUP DASAR KETERANGAN
1. Pendiri/Pengembang Insoo Kim Berg dan Stave De Shaver
2. Latar Belakang SFBC dibangun atas dasar asumsi optimis bahwa setiap manusia adalah
sehat dan kompeten serta memiliki kemampuan dalam mengkonstruk
solusi yang dapat meningkatkan kualitas hidupnya dengan optimal.
Asumsi pokok dalam SFBC ini bahwa kita memiliki kemampuan dalam
mengatasi tantangan hidup, walaupun terkadang kita seringkali
kehilangan arah atau kesadaran tentang kemampuan kita. SFBC adalah
pendekatan non patologis yang menekankan kompetensi daripada
kekurangan, dan kekuatan dari pada kelemahan. Model SFBC
membutuhkan sikap filosofis dalam menerima konseli dimana mereka
dibantu dalam membuat solusi. O’Hanlon mendeskripsikan orientasi
positif: “mencari solusi dan meningkatkan kehidupan manusia dari
fokuspada bagianbagian patologi masalah dan perubahan menakjubkan
dapat terjadi dengan cepat”.
3 Hakikat Manusia Konseling berfokus solusi tidak mempunyai pandangan komprehensif
tentang sifat manusia, tetapi berfokus pada kekuatan dan kesehatan
konseli. Konseling berfokus solusi menganggap manusia bersifat
konstruktivis. Sehingga, konseling berfokus solusi didasarkan pada
asumsi bahwa manusia benar-benar ingin berubah dan perubahan
tersebut tidak terelakkan.
4. Konsep Dasar Manusia adalah makhluk sehat, kompteten dan memiliki kapasitas
untuk membangun merancang, sserta mengkonstruksi solusi – solusi,
sehingga ia tidak terus menerus berkutat pada masalah yang sedang ia
hadapi. Manusia tidak perlu terpaku pada masalah, namun lebih
berfokus pada solusi, bertindak dan mewujudkan solusi yang dinginkan.
Mengumpulkan penyebab dari suatu masalah tersebut tidaklah penting
untuk terjadinya suatu perubahan. SFBC ini memiliki asumsi bahwa
orang yang sehat dan kompeten memiliki kemampuan untuk
membangun solusi yang dapat meningkatkan kehidupan mereka.
5. Asumsi Pribadi Sehat 1. Pribaadi Sehat
& Bermasalah a. Manusia pada dasarnya kompeten, memiliki kapasitas untuk
membangun, merancang atau mengkonstruksi solusi – solusi
sehingga mampu menyelesaikan masalanya.
b. Tidak berkutat pada masalah, tetapi fokus pada pada solusi dan
bertindak mewujudkan solusi yang diinginkan.
2. Pribadi bermasalah
a. Mengkonstruk kelemahan diri. Dengan cara mengkonstruk cerita
yang ia beri label “masalah” dan meyakini bahwa ketidak
bahagiaan berasal dari dirinya

27 | Model – model konseling – peta kognitif – pendekatan konseling – Khaulah Habibah


b. Berkutat pada masalah dan merasa tidak mampu mengunakan
solusi yang dibuatnya.
6. Tujuan Konseling 1. Mengubah cara pandang situasi dan kerangka berpikir
2. Mengubah situasi masalah dan menekankan pada kekuatan dan
sumber daya konseli
3. Konseli didorong untuk terlibat dalam perubahan atau “solution
talk” daripada “problem talk”dengan asumsi bahwa apa yang
dibicarakan adalah sebagian besar apa yang akan dihasilkan
4. Berbicara tentang perubahan adalah menghasilkan perubahan.
7. Peran & Fungsi 1. Mengidentifikasi dan memandu konseli dalam mengeksplor
Konselor kekuatan dan kompetensi yang mereka miliki
2. Membantu konseli dalam membangun pengecualian pada
masalah yang sedang ia alami
3. Melibatkan konseli untuk memikirkan masa depan mereka dan
apa hal berbeda apa yang mereka inginkan dimasa depan mereka
nanti
4. Konselor berperan pada posisi “tidak tahu” untuk meletakan
konseli sebagai ahli dalam kehidupan mereka sendiri.
8. Tahap-tahap 1. Establishing rappot
Konseling Pembentukan hubungan baik agar proses konseling berjalan
lancar seperti yang diharapkan.
2. Identifying a solvable complaint
Mengidentifikasi keluhan – keluhan yang akan terpecahkan.
3. Establishing goals
Menetapkan tujuan yang akan dituju dalam proses konseling
4. Deigning an intervention
5. Strategic task that promote change
6. Identifying & emphazing new behavior & changes
7. Stabilization
8. Termination
9. Teknik-teknik 1. Exeption-Finding Questions
Spesifik 2. Miracle Questions
3. Scalling Questions
Kelemahan & 1. Kelebihan
Kelebihan a. Berfokus pada solusi
b. Fokus treatment pada hal yang spesifik dan jelas
c. Penggunaan waktu yang efektif
d. Berorientasi pada waktu sekarang (here and now)
e. Bersifat fleksibel dan praktis dalam penggunaan teknik-teknik
intervensi
2. Kelemahan

28 | Model – model konseling – peta kognitif – pendekatan konseling – Khaulah Habibah


a. Pendekatan ini hampir tidak memperhatikan riwayat konseli
b. Pendekatan ini kurang memfokuskan pencerahan
c. Pendekatan ini menggunakan tim, setidaknya beberapa praktisi,
sehingga membuat perawatan ini mahal
d. Terapi bertujuan tidak secara tuntas menyelesaikan masalah klien
e. Keterbatasan waktu yang menjadi orientasi penggunaannya
f. Dalam penerapannya menuntut keterampilan konselor dalam
penggunaan bahasa
g. Menggunakan teknis-teknis keterampilan berfikir (Mind Skills)

11. Sumber Komalasari, Wahyuni, Karsih. 2011. Teori dan Praktik Konseling. Jakarta.
PT Indek
Gerald Corey. 1988. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung. PT.

Eresco.

29 | Model – model konseling – peta kognitif – pendekatan konseling – Khaulah Habibah


HASIL ANALISIS KASUS RUTH
G. SOLUTION FOCUSED BRIEF THERAPY (SFBT)

1. Interpretasi

Berdasarkan pendekatan Solution Focused Brief Therapy (SFBT) terdapat beberapa

konsep dasar salah satunya adalah manusia akan mengkontruksikan realitas atau

kebenaran sesuai apa yang dipersepsikan oleh manusia itu sendiri. Dalam kasus Ruth

dapat diketahui bahwa tingkah laku yang ia tunjukkan belum bisa untuk

mengkontruksikan kebenaran sesuai yang dipresepsikan oleh dirinya sendiri. Hal ini

terlihat pada saat Ruth memutuskan untuk meninggalkan rumah karena ia merasa bahwa

ia hidup untuk orang lain, bukan untuk dirinya sendiri dimana ia memaikan peran sebagai

“superwoman” dalam semua aspek kehidupannya, sehingga tidak jarang melupakan

keperluan dan keinginannya sendiri.

2. Langkah Treatment

Treatment yang dapat diberikan pada kasus Ruth dengan pendekatan solution Focused

Brief Therapy (SFBT) dapat berupa Pertanyaan Keajaiban (Miracle Question) dimana

konselor meminta Ruth untuk mempertimbangkan bahwa suatu keajaiban membuka

berbagai kemungkinan masa depan, dengan menanyakan “Jika keajaiban terjadi dan

masalah Anda terpecahkan dalam semalam, bagaimana kau tahu itu dipecahkan, dan apa

yang akan menjadi berbeda?”. Kemudian Ruth didorong untuk membiarkan dirinya

bermimpi sebagai cara untuk mengidentifikasi jenis perubahan yang paling mereka

inginkan, dan memberlakukan “apa yang akan menjadi berbeda” meskipun masalah yang

dirasakan. Pertanyaan ini memiliki fokus masa depan di mana konseli dapat mulai untuk

mempertimbangkan kehidupan yang berbeda yang tidak didominasi oleh masalah-

masalah masa lalu.

3. Follow up (rekomendasi yang disarankan)

Tindak lanjut (follow up) yang dapat diberikan berupa konselor terus memantau

perkembangan yang ditunjukkan oleh Ruth, apakah ia sudah bisa untuk

mengkontruksikan kebenaran sesuai yang dipresepsikan oleh dirinya sendiri. Apabila

yang terjadi justru kebalikannya maka konselor bisa melakukan sesi konseling selanjutnya

untuk mengetahui mengapa hal tersebut bisa terjadi. Dan apabila konselor merasa

dibutukan keahlian khusus lainnya maka bisa dilakukan reveral (alih tangan kasus).

30 | Model – model konseling – peta kognitif – pendekatan konseling – Khaulah Habibah

Anda mungkin juga menyukai