Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN SESI KONSELING KE-1

Hari/tanggal : Senin, 20 Agustus 2018


Konselor : Taufiq Faturrahman H
Konseli : SZA

A. PROSES KONSELING
1. Pelaksanaan Konseling
Tempat pelaksanaan : Ruang BK SMK Negeri 48 Jakarta
Waktu pelaksanaan : Jumat, 17 Agustus 2018
Durasi pelaksanaan : 32 menit 34 detik
Pihak yang terlibat : Praktikan, SZA sebagai konseli

Media yang digunakan : Media audio berupa untuk merekam sesi


konseling dan buku catatan
2. Proses Konseling Secara Detail
Deskripsi Klien : Selama proses konseling, dari segi cara berpakaiannya,
konseli terlihat mengenakan baju putih dengan rok abu-abu.
Dari segi penampilan fisiknya, konseli terlihat rileks saat duduk
di sofa, konseli duduk dengan intonasi suara yang dikeluarkan
rendah. Konseli mengungkapkan keadaannya saat itu dalam
keadaan sehat dan baik dan tidak terdapat tanda-tanda sakit
fisik. Saat menjalani konseling, tidak terlihat tanda-tanda
kecacatan fisik dari diri konseli. Dari segi level energinya,
konseli memiliki level energi yang rendah, hal tersebut ditandai
dengan intonasi suara konseli yang rendah, konseli duduk
dalam keadaan tegak dan tanggap saat menyambut pertanyaan
konselor termasuk merespons paraphrasing yang diberikan
konselor. Secara umum, presentasi diri konseli terlihat sangat
siap menjalani proses konseling, tanggap dalam merespons
pertanyaan konselor, dan setiap kata-kata yang diungkapkannya
sering disertai dengan respons-respons verbal seperti
menganggukan kepala.
Keluhan subyektif : Dalam proses konseling, konseli mengeluh karena sering
kesal, marah, bingung, dan rasa bersalah ketika ia teringat kata-
kata teman sebangkunya yang sering mengekang dan bertindak
posesif kepadanya. Keluhan tersebut konseli rasakan ketika ada
di rumah namun tidak ia rasakan ketika bersama temannya
yang posesif di sekolah. Konseli mengeluh bahwa
konsentrasinya juga menurun di kelas, dan yang paling
mengganggunya ketika nilai ulangan hariannya juga ikut
menurun. Konseli tidak nyaman ketika mendapat perlakuan
teman sebangkunya yang bernisial TS yang sering mengekang
dia agar tidak terlalu sering bersosialisasi dengan teman-
temannya yang lain. TS juga sering memeriksa handphone
konseli dan kesal ketika konseli berswafoto dengan teman-
teman yang lain. Perasaan jengkel konseli semakin memuncak
ketika TS menerima informasi bahwa konseli akan
menjauhinya. Konseli juga sering terganggu dengan kata-kata
TS yang memintanya untuk menjauhinya padahal ia adalah
teman dekatnya semenjak SMP dan konseli pun tidak enak dan
merasa bersalah saat dianggap menjauh oleh TS.
Penemuan obyektif : Menurut Nursalim [CITATION Pop98 \n \t \l 1057 ] salah satu
orang yang kurang mampu bertindak asertif yaitu munculnya
dilema antara ketidakmampuan mengatakan tidak yang
membuat perasaan tertekan dan rasa bersalah karena kalau
menyanggah akan menyakiti perasaannya.

B. HASIL KONSELING
Antecedent Behavior Consequences
Konseli kurang Konseli terus memikirkan 1. Konseli merasa tertekan dengan
mampu menyatakan perkataan TS bahwa perkataan TS
sanggahan secara konseli sudah menjauhinya 2. Konseli merasa bersalah karena
tegas bahwa ia masih satu kali setiap pulang menuntut diri untuk menjauhi TS
mempertahankan sekolah selama tiga 3. Konseli merasa jenuh dan kesal
pertemanan ketika minggu masuk di SMK dengan perilaku TS yang sampai
teman posesifnya yang memarahinya ketika berswafoto
bernama TS dengan teman lainnya
mengatakan bahwa 4. Konseli kesulitan berkonsentrasi
konseli sudah ketika kegiatan belajar dan mengajar
menjauhinya berlangsung di kelas
5. Nilai ulangan harian konseli
menurun

C. EVALUASI PERKEMBANGAN
1. Perkembangan situasi emosi konseli
Berdasarkan hasil observasi selama proses konseling, maka dapat diobservasi
bahwa terdapat perkembangan yang signifikan mulai dari awal hingga akhir sesi
konseling. Perubahan situasi emosi muncul ketika di awal konseli murung dan
kemudian setelah masuk lebih dalam pada isu-isu masalah, emosi konseli muncul
dengan tampilkan ekspresi kekesalan dan menangis.
2. Perkembangan situasi kognisi konseli
Berdasarkan observasi selama sesi konseling, dapat diperoleh perkembangan dari
situasi kognisi konseli. Konseli sudah memahami bahwa keinginannya untuk
konseling yaitu bisa mendapatkan cara terbaik untuk menghadapi temannya yang
posesif.
3. Perkembangan tingkah laku konseli
Berdasarkan hasil observasi selama sesi konseling, diperoleh perkembangan yang
signifikan terkait tingkah laku konseli. Pada awal konseling, konseli terlihat tenang
dengan duduk di sofa dalam keadaan punggung tegak dan memperhatikan konselor
berbicara dengan intonasi yang datar. Saat memasuki pembicaraan mengenai isu
masalah, konseli mulai menangis dan mengungkapkan kekesalannya.

D. RENCANA SESI SELANJUTNYA


1. Rencana untuk konseli
a. Rencana jangka pendek
 Konselor meningkatkan relasi dengan konseli yang sebelumnya telah dibentuk
dalam sesi konseling pertama

b. Rencana jangka panjang


 Konselor memastikan bahwa relasinya dengan konseli sudah terlihat perubahan
yang signifikan dibanding dengan sesi konseling sebelumnya.
 Konselor mengembangkan hubungan kolaboratif bersama konseli
 Konselor mempersiapkan rencana untuk menghadapi kondisi-kondisi insidental
khususnya ekspresi kemarahan yang berlebihan

2. Rencana untuk konselor


a. Menguatkan membali tujuan konseli untuk konseling yaitu menemukan cara terbaik
untuk menghadapi temannya yang posesif.
b. Memberikan treatment modelling kepada konseli
c. Memberikan pekerjaan rumah kepada konseli

Anda mungkin juga menyukai