Anda di halaman 1dari 8

STUDI KASUS PESERTA DIDIK SULIT MENGENDALIKAN EMOSI

MARAH KELAS X SMA ISLAM BAWARI PONTIANAK

Nur Indah Sari, Yuline, Purwanti


Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Untan Pontianak
Email: nurindahsari814@gmail.com

Abstract
The study that was carried out in this study was grade X students of SMA Islam Bawari
Pontianak who had difficulty controlling their anger. The general problem in this study
is how to help students who are difficult to control angry emotions in class X Bawari
Islamic High School Pontianak. While the aim is to obtain the appropriate causative
factors and alternative assistance to be used in overcoming students' problems that are
difficult to control angry emotions in class X Bawari Islamic High School Pontianak.
The approach used in this research is qualitative by using descriptive methods and the
form of research is case studies. Data collection techniques used were non-test
techniques using data collection tools such as interview guides, observation guides,
home visits and documentation. Alternative assistance given to case 1 subjects is using
Behavioral counseling models with shaping techniques, while case II subjects use RET
(Rational Emotive Therapy) counseling models.

Keywords: Case Study, Difficult to Control Anger Emotions

PENDAHULUAN kesadaran akan situasi yang relevan,


Emosi adalah suatu perasaan atau mendesak, dan bermakna sehubungan dengan
gejolak jiwa yang muncul di dalam diri cara mengatasinya. Adapun menurut Al-
seseorang sebagai akibat dari adanya jurjani (dalam buku psikologi marah, 2006)
rangsangan, baik dari dalam diri sendiri menjelaskan bahwa marah adalah perbuatan
maupun dari luar. Emosi sangat berhubungan yang terjadi pada waktu mendidihnya darah
dengan kondisi psikologis dan suasana hati di dalam hati untuk memperoleh kepuasan
seseorang yang dinyatakan dalam bentuk apa yang terdapat di dalam dada.
perilaku tertentu. Perasaan emosi bisa berupa Emosi pada dasarnya adalah dorongan
emosi positif dan berupa emosi negative. untuk bertindak, biasanya emosi merupakan
Banyak yang mengatakan “Emosi” sebagai reaksi terhadap rangsangan dari luar dan
bentuk amarah, namun sebenarnya kata dalam diri individu. Menurut Gunarsa
emosi mewakili berbagai bentuk perasaan (2008:62) menyatakan bahwa, “Emosi adalah
manusia seperti sedih, bahagia, marah dan aspek psikis yang berkaitan dengan perasaan
lain-lain. Adapun bentuk emosi dalam dan merasakan, sebagai contoh emosi
penelitian ini adalah bentuk emosi marah. gembira mendorong perubahan suasana hati
Menurut istilah marah berarti perubahan seseorang, sehingga secara fisiologis terlihat
internal atau emosional yang menimbulkan tertawa, dan emosi sedih mendorong
penyerangan atau penyiksaan guna seseorang berprilaku menangis”.
mengobati apa yang ada di dalam hati. Masalah pengendalian emosi marah
Adapun menurut Frijda (2001:256) dapat dialami oleh siapa saja, tetapi penulis
menyatakan bahwa, “emotion is awareness disini akan menggali lebih dalam masalah
of situations as relevant, urgent, and pengendalian emosi yang muncul pada usia
meaningful with respect to ways of dealing Sekolah Menengah Atas yang merupakan
with it”. Yang artinya emosi adalah usia masa remaja (12-21 tahun) merupakan

1
masa peralihan antara masa kehidupan anak- Pontianak, penulis melihat bahwa gejala yang
anak dan masa kehidupan orang dewasa. tampak pada peserta didik yang sulit
Masa remaja sering dikenal dengan masa mengendalikan emosi marah terjadi pada
pencarian jati diri (ego identity). Secara peserta didik kelas X SMA Islam Bawari
psikologis usia yang tanggung ini biasa Pontianak. Peserta didik yang sulit
disebut dengan emosi puber atau masa mengendalikan emosi marah tersebut terlihat
remaja, karena masa remaja sangat berbeda sering membuat keributan di kelas seperti
dan unik bila dibandingkan dengan masa suka mengobrol dengan teman sebangkunya,
sebelumnya. Perbedaan dan keunikannya itu berbicara kasar ketika marah dengan
dapat dilihat dari suatu ciri-ciri fisik maupun temannya, sering mengalami percekcokan
psikis yang ditampilkan selama masa remaja dengan teman sekelasnya maupun berbeda
itu berlangsung. Adapun ciri-ciri yang biasa kelas, cenderung bersikap agresif, sering
ditampilkan oleh remaja menurut Zulkifli membuat keributan di kelas seperti tiba-tiba
L.(1986:65), diantaranya pertumbuhan fisik melempari kertas kepada temannya, senang
yang sangat pesat, perubahan seksual, mulai menertawakan kesalahan orang lain, mudah
berfikir kritis, memiliki emosi yang meluap- terpancing amarah apabila tersinggung
luap, mulai tertarik pada lawan jenis, menarik dengan perkataan teman-temannya, tidak
perhatian lingkungan dan tertarik pada mendengarkan nasehat guru dan kurang
kelompok sebaya. Menurut Surbakti sopan terhadap guru seperti kadang
(2009:65) menyatakan bahwa ”setiap remaja memanggil guru-guru PPL dengan sebutan
dilengkapi dengan emosi untuk mengimbangi nama dan tidak bersalaman ketika
rasio yang cenderung bertindak berdasarkan berpapasan dengan guru.
prinsip-prinsip logika”. Dalam proses Untuk itulah dibutuhkan suatu
pembentukan emosi remaja terdapat beberapa pendekatan dalam membantu peserta didik
hal yang berpotensi merugikan atau yang sulit mengendalikan emosi marahmya
menghambat pertumbuhan emosi mereka tersebut supaya mereka dapat terhindar dari
secara sehat. berbagai macam masalah serta lebih dapat
Beranjak dari uraian diatas, jelas memaksimalkan potensi diri dan
bahwa diantara ciri-ciri remaja itu salah meningkatkan prestasinya. Pendekatan ini
satunya adalah perkembangan emosi yang yaitu dengan adanya bimbingan dan
meluap-luap. Dimana keadaan emosi remaja konseling berupa layanan yang sesuai dengan
belumlah stabil, karena berhubungan dengan kebutuhannya.
perkembangan fisiknya yang masih berubah- Berdasarkan kenyataan yang ada
ubah. Seperti yang kita ketahui bahwa emosi disekolah tersebut, maka penulis tertarik
yang terdapat dalam diri remaja sulit untuk untuk melakukan penelitian yang lebih
dikendalikan, untuk itu perlu mendalam terhadap peserta didik yang sulit
pemahaman,bimbingan serta latihan untuk mengendalikan emosi marah untuk
mengendalikan emosinya tersebut supaya mengetahui faktor apa saja yang menjadi
tidak teraplikasi kedalam hal-hal yang penyebab peserta didik sulit untuk
negative atau menimbulkan masalah baru mengendalikan emosi marahnya. Kemudian
dikemudian hari. Menurut Surya (2010:7) selanjutnya akan diberikan bantuan agar
menyatakan bahwa, “jika remaja peserta didik tersebut mampu mengendalikan
mendapatkan tekanan atau masalah menjadi emosinya dengan baik, dan dapat mencapai
cenderung agresif atau meluap-luap perkembangan yang optimal.
emosinya dalam bentuk ucapan atau
perbuatan, seperti memaki, merusak, METODE PENELITIAN
memukul dan mengurung diri, serta Metode penelitian pada dasarnya
menangis”. adalah tata cara bagaimana suatu penelitian
Berdasarkan pra survey yang akan dilaksanakan. Hal tersebut selaras
dilakukan penulis di SMA Islam Bawari dengan pendapat Sugiyono, (2014:3) yang
menyatakan bahwa “ Metode penelitian pada

2
dasarnya merupakan cara ilmiah untuk penelitian ini bermaksud untuk mencermati
mendapatkan data dengan tujuan dan kasus atau masalah peserta didik yang sulit
kegunaan tertentu”. mengendalikan emosi pada kelas X SMA
Metode yang akan penulis gunakan Islam Bawari Pontianak.
dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Adapun penjelasan metode deskriptif HASIL PENELITIAN DAN
menurut Sugiyono (2005:21) menyatakan PEMBAHASAN
bahwa metode deskriptif adalah suatu metode Setelah mengurus surat izin penelitian
yang digunakan untuk menggamarkan atau dan menyusun instrument yang diperlukan,
menganalisis suatu hasil penelitian tetapi maka dilakukan penelitian langsung pada
tidak digunakan untuk membuat kesimpulan peserta didik kelas X SMA Islam Bawari
yang lebih luas. Selanjutnya menurut Pontianak, langgkah awal yang peneliti
(Nawawi, 2007:67) ”Metode deskriptif dapat lakukan adalah Mendatangi ruang BK SMA
diartikan sebagai prosedur pemecahan Islam Bawari Pontianak untuk bertemu
masalah yang diselidiki dengan dengan guru BK di sekolah tersebut terkait
menggambarkan atau melukiskan keadaan mengenai permasalahan subjek kasus di
pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta sekolah, berkonsultasi dengan guru kelas
yang tampak atau sebagaimana adanya”. mengenai masalah subjek kasus, melakukan
Dapat disimpulkan bahwa metode observasi terhadap subjek kasus, menetapkan
penelitian deskriptif yang penulis pilih yaitu subjek kasus sebagai fokus penelitian.
suatu penelitian yang berusaha Dalam penelitian ini terdapat dua
mendeskripsikan suatu gejala, atau suatu subjek kasus, adapun identifikasi yang
fenomena dan peristiwa secara sistematis didapat pada subjek kasus I berinisial SP,
sesuai dengan situasi-situasi atau kejadian- jenis kelamin laki-laki, tempat dan tanggal
kejadian pada saat penelitian dilakukan. lahir di Pontianak, 29-11-2003, alamat
Dalam hal ini peneliti ingin mengungkapkan tempat tinggal di Jl. Komyosudarso, Gg.
dan memperoleh informasi subjektif tentang Nangka, No. 23, beragama Islam, subjek
apa saja bentuk perilaku pada peserta didik kasus I merupakan anak ke dua dari 2
yang sulit mengendalikan emosi dan apa saja bersaudara. Ayah dari subjek kasus I
faktor yang mempengaruhinya sehinggga berumur 47 tahun dan berkerja sebagai
sulit mengendalikan emosi. pegawai swasta sedangkan Ibu dari subjek
Adapun bentuk penelitian yang kasus I berumur 45 tahun dan bekerja sebagai
ditetapkan Salam penelitian ini adalah studi ibu rumah tangga. Subjek kasus merupakan
kasus. Berikut pengertian studi kasus anak yang mempunyai kebiasaan jahil
menurut Dantes (2012:52) penelitian studi kepada teman-teman di lingkungannya
kasus merupakan salah satu bentuk penelitian sehingga subjek kasus juga sering dijuluki
yang secara intensif dilakukan untuk meneliti anak bandel. Orangtua subjek kasus terlihat
sesuatu objek tertentu, dan keuntungan sangat longgar dalam memberi pengawasan
terbesar dark studi kasus adalah bahwa kepada subjek kasus dalam bergaul dan
peneliti dapat mempelajari subjeknya dengan berkomunikasi dengan orang lain. Hal
mendalam hingga ia dapat memperoleh tersebut secara tidak sengaja dapat memberi
informasi menyeluruh dan lengkap mengenai pengaruh buruk terhadap subjek kasus, dan
subjek tersebut dalam totalitasnya dengan menurut ibu dari subjek kasus ia juga
lingkungan. Dapat disimpulkan bahwa studi menurun sifat ayahnya yang mudah marah.
kasus merupakan suatu pengumpulan data Di sekolah subjek kasus sering
yang komprehensif dan tujuan dari studi membuat keributan dan sering mengganggu
kasus adalah untuk memberikan gambaran temannya di kelas saat jam pelajaran
secara mendetail tentang latar belakang serta berlangsung dan ketika temannya membalas
karakter yang khas dari subjek kasus sesuai perbuatannya subjek kasus malah tidak
dengan tujuan penelitian studi kasus tersebut, terima dan marah kepada temannya sehingga

3
berbicara kasar terhadap temannya tersebut tingkah laku baru pada subjek kasus dengan
dan pada saat guru melerainya subjek kasus meminta subjek kasus untuk menghilangkan
malah melawan dengan tindakan memukul kebiasaannya tersebut. Perkembangan
meja yang ada di depannya, tak heran sering pertemuan pertama, subjek kasus bersedia
terjadi percekcokan atau pertengkaran antara melalukan alternatif bantuan yang diberikan
subjek kasus dengan temannya. konselor dengan menunjukkan sikap bahwa
Melalui hasil dari diagnosis terdapat subjek kasus berusaha untuk tidak membuat
faktor penyebab masalah yang sedang keributan dan berbicara kasar lagi.
dihadapi oleh subjek kasus yaitu faktor Pertemuan kedua dilakukan pada hari
internal yang meliputi kurangnya kecerdasan Senin, 29 April 2019 jam 10.20 WIB. Pada
emosi. Sedangkan faktor eksternalnya pertemuan kedua ini menggunakan model
meliputi lingkungan keluarga, dan konseling behavioral dengan teknik modeling
lingkungan pertemanan. yaitu individu mengamati seorang model dan
Setelah mengetahui faktor penyebab kemudian diperkuat untuk mencontoh
pada subjek kasus yang sulit mengendalikan tingkah laku sang model, yaitu konselor
emosi marah, kemudian menetapkan memberikan model teman sekelasnya yang
alternative bantuan yang akan diberikan. baik dan berprestasi untuk dijadikan contoh.
Adapun pendekatan yang digunakan adalah Perkembangan pertemuan kedua yaitu Subjek
model konseling Behavioral dengan kasus akan berusaha mencontoh perilaku
menggunakan teknik shaping agar konseli temannya yang berprestasi.
dapat membentuk tingkah laku baru yang Pertemuan ketiga dilakukan pada hari
sebelumnya belum pernah ditampilkan Senin, 15 Juli 2019 jam 09.00 WIB. Pada
dengan memberikan rainforment secara treatment ketiga ini menggunakan teknik
sistematik dan tingkah laku diubah secara shaping yaitu konselor memberikan apresiasi
bertahap dengan memperkuat unsur-unsur terhadap subjek kasus karena sudah
kecil tingkah laku baru yang diinginkan menunjukkan perubahan tingkah laku yang
secara berturut-turut sampai mendekati lebih positif dan subjek kasus juga diberikan
tingkah laku akhir. Subjek kasus I sering bimbingan dengan memberikan penjelasan
membuat keributan di dalam kelas, berbicara dan pengertian kepada subjek kasus
kasar ketika marah, sering berkelahi dengan mengenai cara-cara dan manfaat yang
teman di kelasnya, serta tidak toleran didapat saat berhenti melakukan perilaku
terhadap teman, maka peneliti meminta yang merugikan dirinya dan orang
subjek kasus untuk meninggalkan sedikit disekitarnya. Perkembangan pertemuan
demi sedikit kebiasaannya tersebut. Agar keempat yaitu subjek kasus tidak melakukan
subjek kasus dapat membentuk tingkah laku perbuatan yang melanggar terkait
barunya yang lebih baik dimulai dari tidak permasalahan emosi dikelas seperti berbicara
membiasakan diri untuk tidak berbicara kasar kasar, mudah marah, ribut di kelas, dan lebih
lagi dan membuat keributan didalam kelas toleran terhadap orang lain. Pada pertemuan
hingga dapat mengendalikan kemarahannya ini peneliti dan subjek kasus mengakhiri
saat terjadi suatu permasalahan agar tidak pertemuan karena sudah ada perubahan yang
sampai terjadi suatu perkelahian lagi. positif dan sekaligus menghentikan proses
Pada tahap ini dilaksanakan alternatif konseling dan pada akhir pertemuan sunjek
bantuan sebagaimana yang telah dirumuskan kasus dengan penuh ketulusan mengucapkan
dalam prognosis, maka dalam treatment akan terimakasih kepada peneliti, karena bisa
diambil tindakan dengan langkah-langkah membimbing dirinya dengan penuh
sebagai berikut, pada pertemuan pertama keikhlasan.
dilakukan pada hari Selasa, 23 April 2019 Selanjutnya melakukan evaluasi yaitu
jam 11.15 WIB. Pada treatmen pertama ini suatu cara yang ditempuh untuk melihat
menggunakan model konseling behavioral seberapa jauh efek atau pengaruh yang
dengan teknik shaping yaitu membentuk diberikan bagi pemecahan masalah yang ada

4
dan untuk melihat sejauh mana keberhasilan kasus melakukan kesalahan orang tua hanya
bantuan yang diberikan kepada konseli, menegurnya tak pernah menyalahkannya.
dengan melakukan wawancara dengan subjek Karena orang tuanya ingin yang terbaik
kasus, guru mata pelajaran, guru BK, orang untuk anaknya, tapi sayangnya karena terlalu
tua subjek kasus dan teman dari subjek kasus. sering dituruti subjek kasus menjadi anak
Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, agar yang kurang mandiri dan tumbuh menjadi
diperoleh hasil yang optimal maka dilakukan anak yang kurang toleransi terhadap orang
tindak lanjut dengan bekerja sama dengan lain.
masing-masing individu yang terkait dan Selanjutnya melakukan diagnosis
diharapakan selanjutnya subjek kasus tetap merupakan langkah untuk mencari faktor
akan mempertahankan dan mengembangkan penyebab dari masalah yang sedang dihadapi
sikapnya yang sudah mampu mengendalikan oleh subjek kasus. Berdasarkan data yang
emosi marahnya. terkumpul maka dapat ditetapkan bahwa
Selanjutnya, subjek kasus II dalam faktor penyebab subjek kasus yang sulit
penelitian ini diberi nama inisial FNP mengendalikan emosi marah yaitu faktor
berjenis kelamin perempuan, tempat lahir internal yang meliputi kurang kecerdasan
Pontianak, tanggal 08-02-2003 alamat jalan. emosi, self consept yang salah dan
Tanjung Raya 1, gg. Pemda, hobinya menulis pengalaman buruk. Sedangkan faktor
dan memiliki cita-cita arsitek. Subjek kasus eksternalnya yaitu faktor fisik, lingkungan
II merupakan anak pertama dari 3 keluarga, lingkungan pertemanan, dan media
bersaudara, orangtua subjek kasus terlihat massa.
sangat longgar dalam memberi pengawasan Setelah mengetahui faktor-faktor
kepada subjek kasus dalam bergaul dan penyebabnya maka dirumuskan alternative
berkomunikasi dengan orang lain. Hal bantuan yang akan diberikan pada subjek
tersebut secara tidak sengaja dapat memberi kasus II secara bertahap dan berlanjut untuk
pengaruh buruk terhadap subjek kasus, dan mengatasi masalah peserta didik yang sulit
menurut ibu dari subjek kasus ia juga mengendalikan emosi marah. Untuk
menurun sifat ayahnya yang mudah marah. membantu mengatasi masalah subjek kasus II
Dalam keseharian subjek kasus menggunakan model konseling Rasional
merupakan anak yang banyak bicara, tak Emotif Terapi (RET) dengan teknik Direktif
heran jika saat di dalam kelas ia sering di yaitu dengan merubah pola pikir yang
tegur oleh para guru karena sering mengobrol irasional menjadi rasional dan Subjek kasus
saat jam pelajaran berlangsung. Tak hanya II yang berpikir irasional bahwa perilakunya
itu subjek kasus juga senang mentertawakan yang cenderung bersikap agresif, membuat
kesalahan temannya ketika temannya sedang keributan di kelas seperti tiba-tiba melempari
presentasi di depan dan ketika temannya kertas kepada temannya, senang
membalas perbuatannya dengan menertawakan kesalahan orang lain, mudah
mentertawakan subjek kasus ketika salah, terpancing amarah apabila tersinggung
subjek kasus malah tersinggung sehingga dengan perkataan teman-temannya, mudah
marah terhadap temannya sehingga terpancing amarah, tidak mendengarkan
mengucapkan kata-kata kasar kepada teman nasehat guru dan kurang sopan terhadap guru
kelasnya. Tak hanya kepada teman, itu tidak merugikan dirinya sendiri dan tidak
terkadang saat guru menegurnya pun ia mengganggu orang lain serta tidak dapat
menunjukkan respon yang terlihat dihilangkan karena sudah menjadi suatu
menentang. Orang tua subjek kasus sangat kebiasaan. Padahal rasionalnya prilaku
menyayangi subjek kasus tak heran jika subjek kasus yang demikian itu dapatlah
semua keinginan subjek kasus orang tuanya merugikan dirinya, daapat mengganggu
dengan segera memberikan apaun yang orang lain dan kebiasaannya dapat
dilakukan subjek kasus orang tua selalu dihilangkan sedikit demi sedikit.
menanggapi dengan baik walaupun subjek

5
Pertemuan pertama dilakukan pada 10.15 WIB di ruang BK. Subjek kasus tidak
hari Rabu, 24 April 2019 jam 09.00 WIB. melakukan perbuatan yang melanggar terkait
Pada treatment pertama ini menggunakan permasalahan emosi di kelas seperti
model koseling RET dengan teknik direktif berbicara kasar, membuat keributan di kelas,
yaitu mengubah pola pikir subjek kasus yang dan berkelahi dengan teman. Pertemuan ke
irasional konselor mengarahkan subjek kasus empat konselor menganggap bahwa subjek
agar meninggalkan kebiasaan berfikir kasus sudah menunjukkan perubahan
irasional dan membiasakan berfikir rasional. perilaku kearah yang positif terakhir subjek
Konselor mencoba meluruskan bahwa kasus juga diberikan bimbingan dengan
pemikiran subjek kasus yang selama ini memberikan penjelasan dan pengertian
menganggap bahwa berbicara kasar dan kepada subjek kasus mengenai cara-cara dan
berprilaku kasar merupakan hal yang biasa manfaat yang didapat saat berhenti
itu salah dan harus dirubah. melakukan perilaku yang merugikan dirinya
Pertemuan treatment hari kedua dan orang di sekitarnya. Pada pertemuan ini
dilakukan pada hari Senin, tanggal 29 April peneliti dan subjek kasus mengakhiri
2019 jam 11.15 WIB di ruang BK. Pada pertemuan karena sudah ada perubahan yang
treatment kedua ini menggunakan teknik positif dan sekaligus menghentikan proses
direktif. Konselor memberikan alternative konseling. Selanjutnya melakukan evaluasi
bantuan dengan teknik direktif yaitu dengan dengan mewawancarai subjek kasus, guru
mengarahkan subjek kasus bahwa perilaku mata pelajaran, guru BK, orang tua dan
selama ini perilaku bersikap agresif, teman dekat subjek kasus. Berdasarkan hasil
membuat keributan di kelas seperti tiba-tiba evaluasi tersebut, agar dapat diperoleh hasil
melempari kertas kepada temannya, senang yang optimal maka dilakukan tindakan
menertawakan kesalahan orang lain, mudah bekerjasama dengan masing-masing individu
terpancing amarah apabila tersinggung yang terkait dan diharapkan selanjutnya
dengan perkataan teman-temannya, mudah subjek kasus tetap akan mempertahankan dan
terpancing amarah, tidak mendengarkan mengembangkan sikapnya yang sudah
nasehat guru dan kurang sopan terhadap guru mampu mengendalikan.
dapat berakibat merusak pribadinya dan
mengganggu orang lain di sekitarnya. SIMPULAN DAN SARAN
Selanjutnya peneliti mengajak subjek kasus Simpulan
agar sedikit demi sedikit menghilangkan Berdasarkan tujuan dari penenlitian
kebiasaan buruknya yang lebih baik dimulai ini dapat disimpulkan bahwa faktor
dari tidak membiasakan diri untuk tidak penyebab dan alternative bantuan yang
berbicara kasar lagi dan tidak membuat sesuai untuk digunakan dalam mengatasi
keributan di dalam kelas hingga dapat permasalahan peserta didik yang sulit
mengendalikan kemarahannya saat terjadi mengendalikan emosi marah pada kelas
suatu permasalahan agar tidak sampai terjadi X SMA Islam Bawari Pontianak yaitu
suatu perkelahian. menggunakan pendekatan kualitatif
Pertemuan treatment ketiga dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif
pada hari Senin, tanggal 15 Juli 2019 jam dan bentuk penelitiannya studi kasus.
11.15 WIB di ruang BK. Pada treatment Teknik pengumpulan data yang
ketiga ini masih menggunkan teknik direktif digunakan adalah teknik non test dengan
yaitu konselor menanyakan apakah subjek menggunakan alat pengumpul data
kasus masih sering terlibat percekcokan atau berupa panduan wawancara, panduan
berbicara kasar lagi dan konselor observasi, home visit dan dokumentasi.
mengarahkan subjek kasus untuk melakukan Alternatif bantuan yang diberikan pada
kegiatan yang positif. subjek kasus 1 yaitu menggunakan model
Pada pertemuan keempat dilakukan konseling Behavioral dengan teknik
pada hari Sabtu, tanggal 20 Juli 2019 jam shaping, sedangkan subjek kasus II

6
menggunakan model konseling RET ketika dia sangat lelah dia lebih sensitive,
(Rational Emotif Therapy). mudah marah dan tersinggung, b)
Subjek kasus I diperoleh hasil lingkungan keluarga yaitu pola asuh
bahwa faktor internal yang orang tua nya yang terlalu memanjakan
mempengaruhi subjek kasus I yaitu:a) anaknya sehingga anaknya merasa
kurangnya kecerdasan emosi yang ada apapun keinginannya harus dipenuhi, c)
dalam dirinya, sedangkan faktor lingkungan pertemanan yang membawa
eksternalnya yaitu: a) lingkungan pengaruh buruk terhadap dirinya dan d)
keluarga yaitu pola asuh orang tua yang pengaruh buruk dari media massa yang
longgar dan subjek kasus menurun sifat diikuti subjek kasus yaitu seperti tutur
ayahnya yang mudah marah, dan b) kata yang tidak semestinya diikuti.
lingkungan pertemanan yang Alternatif bantuan yang diberikan
memberikan pengaruh buruk seperti kepada subjek kasus II adalah berupa
sering berbicara kasar dan berperilaku treatment dengan menggunakan teknik
kasar. direktif dalam model konseling RET agar
Adapun alternatif bantuan yang subjek kasus dapat merubah pola pikirnya
diberikan kepada subjek kasus I adalah yang irasional menjadi rasional.
berupa treatment dengan mengggunkan Hasil penelitian subjek kasus
model konseling Behavioral dengan setelah diberikan bantuan, subjek kasus
teknik shaping agar subjek kasus dapat sudah banyak mengalami perubahan
membentuk tingkah laku baru yang lebih terutama dalam hubungan sosial dengan
baik. teman-temannya, seperti sudah tidak
Hasil penelitian subjek kasus I terlalu agresif lagi, tidak membuat
setelah diberikan alternatif bantuan, keributan di kelas dan tidak mengganggu
subjek kasus sudah banyak mengalami teman-temannya lagi, tidak mudah
perubahan terutama dalam hubungan terpancing amarah, serta sudah bisa lebih
sosial dengan teman-temannya, seperti menghormati dan sopan terhadap guru,
sudah tidak lagi membuat keributan yang paling penting bahwa subjek kasus
dikelas, sudah tidak mudah marah lagi kini telah menyadari kesalahannya serta
ketika ditegur atas kelasalahan yang apa yang dia lakukan sekarang jauh lebih
diperbuatnya, subjek kasus sudah dapat dan sangat bermanfaat untuk dirinya dan
berkomunikasi dengan baik kepada memeberikan sisi positif untuk orang
teman-teman di kelasnya tanpa berbicara lain.
kasar serta sudah bisa bersikap toleran
terhadap orang lain, dan terlihat sangat Saran
menghormati serta sopan terhadap guru Berdasarkan kesimpulan di atas
dan yang paling penting bahwa subjek bahwa dalam upaya pengentasan masalah
kasus kini telah menyadari apa yang ia peserta didik yang sulit mengendalikan
lakukan sekarang jauh lebih baik dan emosi marah disarankan untuk
sangat bermanfaat untuk dirinya dan memberikan perhatian yang intensif
memberikan sisi positif untuk orang lain. dalam membimbing dan memperhatikan
Subjek kasus II diperoleh bahwa perkembangan subjek kasus. Oleh sebab
faktor internal yang mempengaruhi itu, maka perlu kerjasama antar guru BK,
subjek kasus II yaitu a) kurangnya guru keas, orang tua dan subjek kasus
kecerdasan emosi yang dimiliki dalam sendiri.
dirinya,b) self consept yang salah yaitu Subjek kasus I disarankan untuk
subjek kasus menganggap bahwa dirinya tetap menjalankan alternatif bantuan yang
lebih baik dari teman-temannya, c) sudah diberikan. Kasus yang terjadi pada
pengalaman buruk. Sedangkan faktor SP ini adalah satu diantara anak usia
eksternalnya yaitu: a) faktor fisik yaitu Sekolah Menengah Atas yang sudah

7
marak terjadi dan sangat memberikan Djamarah, B. S. (2011). Psikologi Belajar.
pengaruh buruk pada perkembangan Jakarta: PT Rineka Cipta
emosinya kelak jika terus dibiarkan. Hadi, A & Haryono. (2014). Metodologi
Subjek kasus II disarankan untuk Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha
tetap menjalankan alternatif bantuan yang Nasional.
sudah diberikan oleh peneliti. Karena Nawawi, H. (2015). Metode Penelitian
apabila kasus yang terjadi pada FNP ini Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajahmada
tidak ditangani dan diberikan perhatian University Press.
lebih, maka subjek kasus tidak akan Purwanto (2012). Metodologi Penelitian
memahami bahwa perilakunya tidak Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka
tepat, ia akan selalu merasa menjadi Pelajar.
orang yang selalu benar dan melakukan Sabri, A. M. (2013). Psikologi Pendidikan
sesuatu sesukanya. Berdasarkan Kurlkulum Nasional.
Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.
DAFTAR RUJUKAN. Slameto. (2015). Belajar dan Faktor-Faktor
Albin, Rochelle Semmel. 2010. EMOSI yang Mempengaruhi. Jakarta: PT
Bagaimana Mengenal, Menerima Rineka Cipta.
dan Mengarahkannya. Yogyakarta : sugiyono. (2017). Metode Penelitian
Kanisius. Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Ali dan Asrori. (2012). Psikologi Remaja. Bandung: Alfa Beta.
Jakarta : PT. Bumi Aksara. Surachmad, W. (1998). DasardanTehnik
Asrori. (2005). Perkembangan Peserta Didik. Research.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Malang : Wineka Media. Yamin, M. (2011). Strategi dan Metode
Dantes, Nyoman. (2012). Metode Penelitian. dalam Model Pembelajaran. Jakarta :
Yogyakarta : CV Andi. GP Press Group.
Darmadi, H. (2011). Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Tyrus. (1956). Introduction To Research,
New York: American Book Company.

Anda mungkin juga menyukai