Anda di halaman 1dari 14

Meningkatkan Kecerdasan Emosi Dengan Menggunakan Konseling Client Centered

Improving Emotional Intelligence by Using Client Centered Counseling

Tri Sutisna1*, Yusmansyah2, Redi Eka Andriyanto3


1
Mahasiswa FKIP Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung
2
Dosen Pembimbing Utama Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Lampung
3
Dosen Pembimbing Pembantu Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Lampung

Received: Februari, 2018 Accepted: Maret, 2018 Online Published: Maret, 2018
Abstract: Improving Emotional Intelligence By Using Client Centered Counseling. The problem of this
research was the lowness of students’s emotional intelligence. The purpose of this research was to know
the improvement of the emotional intelligence by using client centered counseling in students of class XI
Senior High School 3 Bandar Lampung in academic year 2017/2018. The method of this research was a
quasi experiment with the pretest-posttest design. The subjects of this research were much as five students
who have low emotional intelligence. The data collection technique was using emotional intelligence
scale. The results of data was analyzed from pretest and posttest of emotional intelligence using Wilcoxon
test. The results of statistics analyzed was showing that Zcount = -2,023 < Ztable = 0,018, p = 0,043 ; p <
0,05, so it can be concluded that Ho was rejected and Ha was accepted. That meant the student’s
emotional intelligence can be improved with client centered counseling.

Keywords: guidance and counseling, emotional intelligence, client centered counseling

Abstrak: Meningkatkan Kecerdasan Emosi Dengan Menggunakan Konseling Client Centered.


Masalah dalam penelitian ini kecerdasan emosi siswa rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui peningkatan kecerdasan emosi dengan menggunakan konseling client centered pada siswa
kelas XI SMA Negeri 3 Bandar Lampung tahun ajaran 2017/2018. Metode penelitian ini bersifat
eksperimen semu dengan pretest-posttest design. Sunjek penelitian sebanyak lima siswa yang memiliki
kecerdasan emosi rendah. Teknik pengumpulan data menggunakan skala kecerdasan emosi. Hasil analisis
data dari pretest dan posttest kecerdasan emosi menggunakan uji beda Wilcoxon. Hasil analisis statistik
menunjukkan Zhitung = -2,023 < Ztabel = 0,018, p = 0,043 ; p < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho
ditolak dan Ha diterima. Ini artinya kecerdasan emsosi siswa dapat ditingkatkan dengan konseling client
centered.

Kata kunci: bimbingan dan konseling, kecerdasan emosi, konseling client centered
PENDAHULUAN/INTRODUCTION Berdasarkan hasil observasi awal
(prapenelitian), khususnya kelas XI di SMA
Pendidikan adalah suatu proses yang Negeri 3 Bandar Lampung Tahun Ajaran
sadar bertujuan. Maksudnya tidak lain 2017/2018 didapatkan informasi dari guru
bahwa kegiatan belajar itu peristiwa yang mengenai gambaran siswa yang memiliki
terkait, terarah pada tujuan dan dilaksanakan kecerdasan emosi yang rendah. Sesuai data
untuk mencapai tujuan. Tujuan pendidikan yang didapatkan, dapat disimpulkan
dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk identifikasi perilaku dari sejumlah siswa
memberikan rumusan hasil yang diharapkan yang memiliki kecerdasan emosinya yang
dari siswa/subjek belajar, setelah rendah sebagai berikut: terdapat siswa yang
menyelesaikan / memperoleh pengalaman tidak memberikan kesempatan siswa lain
belajar. mengungkapkan pikiran, terdapat siswa yang
suka membentak temannya ketika meminta
Hal ini sudah tentu peran guru sangat tolong, ada siswa yang memukul temannya
penting, bagaimana guru melakukan usaha- karna diolok-olok, terdapat siswa yang
usaha untuk dapat menumbuhkan dan mengganggu temannya hingga menangis,
memberikan motivasi agar anak didiknya ada siswa yang suka merusak barang milik
melakukan aktivitas belajar dengan baik. temannya, terdapat siswa yang menunjukan
Berdasarkan hasil observasi awal, pada ekspresi acuh ketika temannya bahagia,
umumnya strategi yang diterapkan guru terdapat siswa yang lebih memilih bermain
dalam meningkatkan kecerdasan emosi handphone dan tidak menanggapi temannya
dilakukan dengan konseling. ketika berbicara, terdapat siswa yang
memaksakan pendapatnya ketika berdiskusi.
Siswa perlu memahami dan memiliki
kecerdasan emosi. Seperti yang dijelaskan Faktor emosional juga menyebabkan
oleh (Goleman, 2005) memaknai emosi kurangnya keinginan dalam belajar para
sebagai setiap kegiatan atau pergolakan siswa, diantaranya yaitu: kurangnya sifat
pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang
mental yang hebat dan meluap-luap. Lebih lebih luas, kurangnya sifat yang kreatif pada
lanjut, mengatakan bahwa emosi merujuk orang yang belajar dan adanya keinginan
kepada suatu perasaan dan pikiran-pikiran untuk selalu maju, kurangnya keinginan
yang khas, suatu keadaan biologis dan untuk mendapatkan simpati dari orang tua,
psikologis, dan serangkaian kecenderungan guru, dan teman – temannya, kurangnya
untuk bertindak. (Chaplin, 1989) keinginan untuk memperbaiki kegagalan
mengatakan bahwa emosi sebagai suatu yang lalu dengan usaha yang baru, baik
keadaan yang terangsang dari organisme dengan kompetisi, kurangnya keinginan
mencakup perubahan-perubahan yang untuk mendapatkan rasa aman bila
disadari, yang mendalam sifatnya dari menguasai belajar, adanya ganjaran atau
perubahan perilaku. Membedakan emosi hukuman sebagai akhir dari belajar.
dengan perasaan, dan dia mendefinisikan
perasaan (feelings) adalah pengalaman Menurut (Adnyani, 2015:2)
disadari yang diaktifasikan baik oleh konseling client centered difokuskan pada
perangsang eksternal maupun oleh tanggung jawab dan kesanggupan siswa
bermacam-macam keadaan jasmaniah. untuk menemukan cara-cara menghadapi
kenyataan secara lebih penuh. Pada
dasarnya, siswa bisa dipercaya untuk
menemukan masalah-masalah yang penting emosi sebagai berikut : kapasitas hadirnya
yang berkaitan dengan keberadaan dirinya. ketidak pastian dalam hidup mereka, mau
Tujuannya adalah menjadikan siswa lebih menerima dirinya sendri dan orang lain,
terbuka kepada pengalaman, spontanitas dan kriatifitas, kebutuhan untuk
mengembangkan evaluasi internal, tidak dicampuri orang lain, dan menyendiri,
kesediaan untuk menjadi suatu proses dan aotonomi kapasitas untuk menjalin
dengan cara-cara lain bergerak menuju taraf- hubungan antar pribadi yang mendalam dan
taraf yang lebih tinggi dari aktualisasi diri. akrab, kepedulian yang ikhlas pada orang
Ketika siswa mampu mengemban tanggung lain, rasa humor, terarah dari dalam diri
jawab untuk dirinya sendiri berarti siswa sendiri, dan sikap yang terbuka dan segar
juga sudah mampu untuk mengendalikan terhadap hidupnya.
emosi mereka karena kecerdasan emosi
menjadikan seseorang mampu berfikir lebih Konseling client-centered atau
baik. konseling yang berpusat pada klien
Menurut (Sari, 2016:5) kecerdasan menekankan pada kecakapan klien untuk
emosional penting bagi kita terutama dalam menentukan isu yang penting bagi dirinya
mengembangkan kemampuan untuk dan pemecahan masalah dirinya. Konseling
memahami perasaan diri sendiri dan orang bertujuan untuk membantu klien agar dapat
lain. Hal ini karena dengan memahami bergerak kearah keterbukaan, kepercayaan
perasaan diri sendiri dan orang lain, kita yang lebih besar pada dirinya, keinginan
dapat menempatkan dan mengatur perasaan untuk menjadi pribadi yang baik dan dapat
kita dengan tepat dan dapat menjadi seorang meningkatkan spontanitas hidup. Dengan
pribadi yang dewasa dalam berfikir dan adanya konseling dengan pendekatan client-
bertingkah laku di lingkungan sosial. centered ini diharapkan menjadi solusi
Sehingga untuk mengasah dan dalam permasalahan kecerdasan emosi
meningkatkan kecerdasan emosional, kita siswa.Karena didalam pendekatan ini
memerlukan bantuan orang lain, maka dari terdapat pedoman dan arahan yang jelas baik
itu mengasah kecerdasan emosional sangat bagi siswa maupun guru. Dengan demikian
penting dalam hubungan dengan orang lain. diharapkan akan tercapai proses
pembelajaran yang efektif, meningkatkan
Menurut (Rogers, 1987) pada saat kecerdasan emosi siswa yang juga
konseling client centered berjalan, klien berdampak pada peningkatan kecerdasan
akan mengeksplorasi ruang lingkup yang emosi siswa. Dengan perngertian bahwa
lebih luas dari prasaannya mereka mampu kecerdasan emosi dapat meningkat dan
mengungkapkan permasalahannya diatasi apabila dilakukan dengan pendekatan
kecerdasan emosi seperti rasa takut, client-centered.
kecemasan, rasa bersalah, rasa malu,
kebencian, amarah dan emosi lain yang telah Berdasarkan latar belakang, maka
mereka perkirakan terlalu negatif untuk bisa dapat dirumuskan masalah dalam penelitian
diterima dan di sertakan dalam struktur ini sebagai berikut: “Apakah kecerdasan
pribadi mereka. emosi siswa dapat ditingkatkan dengan
menggunakan konseling client-centered?”
Menurut (Maslow, 1970) Tujuan penelitian ini adalah untuk
menyatakan bahwa konseling client centered mengetahui peningkatan kecerdasan emosi
dengan subyek aktualisasi diri dapat siswa dengan menggunakan konseling
mengatasi permasalahannya kecerdasan individual clien-centered.
Sangat sesuai 4 1
METODE PENELITIAN/ RESEARCH Sesuai 3 2
METHOD Tidak sesuai 2 3
Sangat tidak 1 4
Metode penelitian yang digunakan sesuai
pada penelitian ini adalah kuasi eksperimen,
maka penelitian ini merupakan penelitian Setelah dilakukan uji coba instrumen
terapan. Selain itu penelitian ini kepada 30 responden atau siswa, langkah
menggunakan desain Pretest-Posttest selanjutnya adalah mencari instrumen yang
Design. valid dan tidak valid. Dari hasil uji validitas
yang dilakukan terdapat butir aitem
Penelitian ini dilakukan di SMA pernyataan yang tidak valid untuk skala
Negeri 3 Bandar Lampung yang beralamat kecerdasaan emosi, yaitu nomor 14, 25, 26,
di Jalan Khairil Anwar No. 30, Bandar 41 dan 48.
Lampung. Waktu pelaksanaan penelitian ini
adalah tahun ajaran 2017/2018. Dalam Uji validitas dilakukan dengan
penelitian ini yang dilihat dari Judgement expert, para ahli yang dimintai
kualifikasinya, maka penelitian ini pendapatnya adalah Dosen Bimbingan dan
merupakan penelitian terapan. Selain itu Konseling FKIP unila. Kemudian hasil
penelitian ini menggunakan desain tunggal. judgement expert dianalisis dengan rumus
Ditemukan 5 orang siswa yang memiliki Aiken’s V. dalm hal ini judgement expert
kecerdasaan emosi yang rendah, kemudian dilakukan oleh para dosen bimbingan dan
subjek penelitian menggunakam pendekatan konseling Universitas Lampung.
konseling client centered.
Hasil perhitungan Aiken’s V dari 50
Prosedur dalam penelitian ini adalah pernyataan terdapat 45 pernyataan yang
1) Melakukan pretest dengan menyebarkan dinyatakan valid dengan hasil 0,66 dan
skala kecerdasan emosi kepada 5 siswa yang sisanya 5 pernyataan yang tidak valid karena
akan di berikan konseling client centered; hasil perhitungan Aiken’s V <0,66.
2) Memberikan perlakuan yaitu dengan
memberikan layanan konseling individu Berdasarkan kategori skor analisis
teknik client centered; 3) Memberikan statistik deskriptif di atas, maka diperoleh
posttest setelah pemberian perlakuan hasil analisis skor penilaian skala sebagai
konseling client centered. Posttest ini juga berikut:
dilakukan dengan skala kecerdasan emosi.
Tabel 2. Kategori Kecerdasan Emosi
Jenis data penelitian ini adalah data Interval Kategori
ordinal data di kumpulkan dengan 130 - 172 Tinggi
menggunakan instrumen skala. Alternatif 44 - 129 Sedang
jawaban berupa sangat sesuai (SS), sesuai 0 - 43 Rendah
(S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak
sesuai (STS). Setelah dilakukan Uji reliabilitas
untuk skala kecerdasaan emosi, hasil
Tabel 1. Alternatif Jawaban Skala reliabilitas yang di dapat adalah 0,977 yang
Alternatif Favorable Unfavorable berada pada kategori tinggi (Manase Malo,
Jawaban 1985;124).
Teknik analisis data dalam penelitian 1 ATA XI 1 110 Rendah
ini yaitu 1. Uji analisis deskriptif, untuk 2 MBP XI 2 104 Rendah
menentukan kategori skor analisis statistik 3 FFP XI 3 119 Rendah
deskriptif; 2. Uji Wilcoxon, untuk menguji 4 BF XI 4 108 Rendah
pretest dan posttest. Penelitian ini akan 5 BS XI 4 113 Rendah
menguji Pretest dan Posttest, maka statistik
yang digunakana adalah Wilcoxon Macthed
Pairs Test. Dengan demikian peneliti dapat Berdasarkan tabel 2 di atas, data
melihat perbedaan nilai antara Pretest dan yang diperoleh pada saat pretest dilakukan,
Posttest. Dalam pelaksanaan uji Wilcoxon disimpulkan bahwa 5 siswa tersebut
untuk menganalisis kedua data yang memiliki kecerdasan emosi yang rendah.
berpasangan tersebut, dilakukan dengan
Peneliti akan memberikan konseling client
menggunakan analisis uji melalui program
SPSS (Statistical Package for Social centered kepada 5 orang siswa sebagai
Science) 17. subyek penelitian. Pada awalnya peneliti
mengadakan pertemuan dengan 5 orang
Hasil analisis statistik siswa tersebut, kemudian menjelaskan tata
menunjukkan = -2,023 < = 0,018; p
cara pelaksanaan konseling client centered,
= 0,043; p < 0,05, maka dapat disimpulkan
bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya serta membuat kesepakatan untuk
ada perbedaan yang signifikan pada melakukan konseling dan menetapkan hari
kecerdasan emosi siswa, sebelum diberi maupun waktu pelaksanaan konseling
perlakuan dan setelah diberi perlakuan kepada 5 siswa tersebut.
dengan konseling client centered.
Penelitian dimulai sejak tanggal 31
HASIL DAN PEMBAHASAN / RESULT Juli 2017 sampai dengan 28 Agustus 2017.
AND DISCUSSION
Adapun individu yang menjadi subyek
Pelaksanaan penelitian penelitian berjumlah 5 siswa. Hasil
meningkatkan kecerdasan emosi dengan pemberian client centered di evaluasi
konseling client centered pada siswa kelas dengan cara melakukan posttest.
XI SMA Negeri 3 Bandar Lampung tahun
ajaran 2017/2018. Diawali dengan Data yang diperoleh untuk
memasukkan surat izin penelitian kepada mengetahui hasil pretest dan posttest
pihak sekolah yang di setujui dengan pihak diperoleh dari hasil skala. Berikut ini adalah
sekolah. data hasil skala kecerdasan emosi siswa
Data yang diperoleh untuk
setelah perlakuan atau setelah pemberian
mengetahui hasil pretest dan posttest
diperoleh dari skala kecerdasan emosi. konseling client centered.
Berikut ini adalah tabel hasil sebelum
Tabel 4. Data Hasil Kecerdasan Emosi
pemberian konseling client centered.
Siswa Sebelum dan Setelah Kegiatan
Tabel 3. Hasil Sebelum Pemberian Konseling Client Centered
Konseling Client Centered.
N Subye Pre Post Gain Prese
No Nama Kelas Skor Kriteria o k test Test Skor ntase
Siswa 1 ATA 110 144 34 31%
2 MBP104 149 45 43% diberikan perlakuan dan setelah diberikan
3 FFP119 167 48 40% perlakuan serta untuk membuktikan
4 BF 108 141 33 30% hipotesis Ha atau Ho yang terbukti dalam
5 BS 113 165 52 46% penelitian ini, maka digunakan rumus
∑ = ∑ = ∑ = analisis data uji Wilcoxon.
Rata-rata 554 766 212
dengan N X = X = X = X = Pengujian hipotesis dengan
=5 110, 153, 42,4 38%
menggunakan uji Wilcoxon Signed Ranks
8 2
Test (menggunakan penghitungan
Dari tabel 3 dijelaskan hasil pretest komputerisasi dengan program SPSS 17).
terhadap 5 subyek penelitian sebelum Hasil analisis data dari pretest dan posttest
pemberian konseling client centered kecerdasan emosi menggunakan uji beda
diperoleh nilai rata-rata skor kecerdasan Wilcoxon, Hasil statistik menunjukkan
emosi siswa sebesar 110,8. Setelah Z hit = -2,023 < Z tab = 0,018; p = 0,018;
dilakukan konseling client centered, hasil p < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho
posttest diperoleh nilai rata-rata menjadi
153,2. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat ditolak dan Ha diterima. Artinya ada
peningkatan skor kecerdasan emosi siswa perbedaan antara hasil pretest dan posttest
sebelum dan sesudah pemberian adalah skala kecerdasan emosi, artinya terdapat
42,4. Berikut grafik peningkatan kecerdasan peningkatan signifikan antara skor
emosi siswa. kecerdasan emosi siswa sebelum diberikan
perlakuan dan setelah diberikan perlakuan
Gambar 1 Grafik Peningkatan
dengan konseling client centered kepada
Kecerdasan Emosi Siswa
subjek penelitian.

Pretest Berikut ini data subjek penelitian dalam


Posttest mengikuti kegiatan konseling.
200
150 1. Subjek ATA
100 Sebelum ATA mengikuti konseling
50 client centered, ATA memiliki kecerdasan
0 emosi rendah hal ini diketahui pada
ATA MBP FFP BF BS pengisian skala kecerdasan emosi ia
mendapat skor dalam kategori rendah.
Hipotesis yang diajukan dalam Berikut hasil pengisian skala ATA
penelitian ini adalah kecerdasan emosi dapat kecerdasan emosi pada saat sebelum
ditingkatkan menggunakan konseling client dilakukan konseling dan sesudah dilakukan
konseling.
centered pada siswa kelas XI SMA Negeri 3
Bandar Lampung tahun ajaran 2017/2018. Setelah pemberian perlakuan layanan
Untuk mengetahui bagaimana peningkatan konseling individu ATA menjadi tidak
kecerdasan emosi siswa setelah diberi emosional, lebih mengutamakan rasio dari
pendekatan client centered dan mengetahui pada emosi, dapat memotivasi dirinya
sendiri, dan lebih penting dapat
perbedaan skor kecerdasan emosi sebelum
memecahkan solusi dalam keadaan yang pertemuan terakhir skor yang diperoleh
darurat dengan itu ATA merasa lebih baik MBP adalah 149 dengan kategori sedang.
dengan penguasaan emosi yang di
ungkapkan secara baik. 3. Subjek FFP

Sebelum FFP mengikuti konseling


Pada saat pertemuan pertama
client centered, FFP memiliki kecerdasan
penjaringan subjek diperoleh hasil skala
emosi rendah hal ini diketahui pada
kecerdasan emosi ATA yaitu 110 dengan
pengisian skala kecerdasan emosi ia
kategori rendah, kemudian peneliti
mendapat skor dalam kategori rendah.
melakukan konseling client centered dalam
Berikut hasil pengisian skala FFP
meningkatkan kecerdasan emosi siswa dan
kecerdasan emosi pada saat sebelum
dalam akhir pertemuan peneliti memberikan
dilakukan konseling dan sesudah dilakukan
skala kecerdasan emosi, dari akhir
konseling.
pertemuan terjadi peningkatan skor, pada
pertemuan terakhir skor yang diperoleh Setelah pemberian perlakuan layanan
ATA adalah 144 dengan kategori sedang. konseling individu FFP menjadi mudah
bergaul, tidak memaksakan pendapatnya,
2. Subjek MBP
bersikap tegas, berkemampuan besar untuk
Sebelum MBP mengikuti konseling melibatkan diri dengan orang lain, tidak
client centered, MBP memiliki kecerdasan emosional, lebih mengutamakan rasio dari
emosi rendah hal ini diketahui pada pada emosi, dapat memotivasi dirinya
pengisian skala kecerdasan emosi ia sendiri, dan lebih penting dapat
mendapat skor dalam kategori rendah. memecahkan solusi dalam keadaan yang
Berikut hasil pengisian skala MBP darurat, dengan itu FFP merasa lebih baik
kecerdasan emosi pada saat sebelum dan lebih bisa menerima pendapat teman
dilakukan konseling dan sesudah dilakukan dan tidak memaksakan pendapatnya pada
konseling. saat diskusi dalam kelas.

Setelah pemberian perlakuan layanan Pada saat pertemuan pertama


konseling individu MBP menjadi mudah penjaringan subjek diperoleh hasil skala
bergaul, tidak mudah takut, bersikap tegas, kecerdasan emosi yaitu 119 dengan kategori
berkemampuan besar untuk melibatkan diri rendah, kemudian peneliti melakukan
dengan orang lain, tidak emosional, dapat konseling client centered dalam
memotivasi dirinya sendiri, dengan itu MBP meningkatkan kecerdasan emosi siswa dan
merasa lebih baik bisa percaya diri dan dalam akhir pertemuan peneliti memberikan
menjadi mudah bergaul dengan temannya di skala kecerdasan emosi, dari akhir
sekolah. pertemuan terjadi peningkatan skor, pada
pertemuan terakhir skor yang diperoleh FFP
Pada saat pertemuan pertama adalah 167 dengan kategori sedang.
penjaringan subjek diperoleh hasil skala
kecerdasan emosi yaitu 104 dengan kategori 4. Subjek BF
rendah, kemudian peneliti melakukan
konseling client centered dalam Sebelum BF mengikuti konseling
meningkatkan kecerdasan emosi siswa dan client centered, BF memiliki kecerdasan
dalam akhir pertemuan peneliti memberikan emosi rendah hal ini diketahui pada
skala kecerdasan emosi, dari akhir pengisian skala kecerdasan emosi ia
pertemuan terjadi peningkatan skor, pada mendapat skor dalam kategori rendah.
Berikut hasil pengisian skala BF kecerdasan penting dapat memecahkan solusi dalam
emosi pada saat sebelum dilakukan keadaan yang darurat, dengan itu BS
konseling dan sesudah dilakukan konseling. menjadi lebih baik karena BS tidak di jauhi
teman nya dan BS juga tidak menbentak lagi
Setelah pemberian perlakuan layanan saat meminta tolong dengan temannya dan
konseling individu BF menjadi mudah keluarganya.
bergaul, dapat memberikan kesempatan ber
pendapat, bersikap tegas, berkemampuan Pada saat pertemuan pertama
besar untuk melibatkan diri dengan orang penjaringan subjek diperoleh hasil skala
lain, konsisten, lebih mengutamakan rasio kecerdasan emosi yaitu 113 dengan kategori
dari pada emosi, dapat memotivasi dirinya rendah, kemudian peneliti melakukan
sendiri, dengan itu BF menjadi lebih baik konseling client centered dalam
karena BF sekarang tidak di jauhi oleh meningkatkan kecerdasan emosi siswa dan
teman nya lagi dan BF juga dapat dalam akhir pertemuan peneliti memberikan
memberikan kesempatan berpendapat skala kecerdasan emosi, dari akhir
dengan temannya. pertemuan terjadi peningkatan skor, pada
pertemuan terakhir skor yang diperoleh BS
Pada saat pertemuan pertama adalah 165 dengan kategori sedang.
penjaringan subjek diperoleh hasil skala
kecerdasan emosi yaitu 108 dengan kategori Kecerdasan emosi sangatlah
rendah, kemudian peneliti melakukan diperlukan bagi setiap individu dalam
konseling client centered dalam kehidupan. Perubahan pada konsep berfikir
meningkatkan kecerdasan emosi siswa dan dari kelima subjek terjadi karena mereka
dalam akhir pertemuan peneliti memberikan sudah menyadari bahwa jika memiliki
skala kecerdasan emosi, dari akhir kecerdasan emosi rendah maka mereka akan
pertemuan terjadi peningkatan skor, pada mengalami banyak hambatan dan kesulitan
pertemuan terakhir skor yang diperoleh BF dalam belajar ataupun dalam lingkungan
adalah 141 dengan kategori sedang. sosial mereka, seperti menjadi minder, tidak
percaya diri, pasif dalam belajar, rendah diri,
5. Subjek BS pesimis, mudah tersinggung, tidak
mengetahui kelebihan yang dimiliki, dan
Sebelum BS mengikuti konseling
sulit untuk bersosialisasi dengan lingkungan
client centered, BS memiliki kecerdasan
sekitarnya dan pada akhirnya akan
emosi rendah hal ini diketahui pada
memberikan dampak buruk diri mereka
pengisian skala kecerdasan emosi ia
sendiri.
mendapat skor dalam kategori rendah.
Berikut hasil pengisian skala BS kecerdasan Menurut (Eliasa, 2011:5) bahwa
emosi pada saat sebelum dilakukan keadaan yang menyenangkan yang dialami
konseling dan sesudah dilakukan konseling. satu sama lain akan membantu (dalam hal
ini konseli) untuk membangun secara psikis,
Setelah pemberian perlakuan layanan
kognitif, emosi dan proses sosial dalam
konseling individu BS menjadi mudah
dirinya.
bergaul, tidak mudah membentak terhadap
temanya, bersikap lebih baik, Mereka menyadari bahwa
berkemampuan besar untuk melibatkan diri kecerdasan emosi sangat penting untuk
dengan orang lain, tidak emosional, lebih dimiliki, kelima subjek mulai termotivasi
mengutamakan rasio dari pada emosi, dapat untuk mengatasi masalah berkaitan dengan
memotivasi dirinya sendiri, dan lebih kecerdasan emosi yang mereka alami, dan
mereka juga sangat termotivasi untuk bisa kecerdasan emosi maka akan beremosi
meningkatkan kecerdasan emosi pada diri positif.
mereka. Motivasi yang kuat pada kelima
subjek sangat terlihat saat mereka mengikuti Pada penelitian ini ditemukan adanya
kegiatan layanan konseling individu dengan siswa yang mengalami gejala kecerdasan
pendekatan client centered. emosi rendah yaitu ditandai dengan tidak
memiliki kepercayaan dengan kemampuan
Menurut (Laksari, 2017:2) dalam dirinya, mudah tersinggung jika dikritik,
bimbingan dan konseling terdapat beberapa pesimis, sulit bergaul dengan teman, merasa
layanan yang dapat diberikan seorang guru rendah diri, tidak percaya diri. Gejala
bimbingan dan konseling untuk membantu kecerdasan emosi rendah pada siswa
siswa agar dapat menyelesaikan masalah, tersebut berasal dari pandangan siswa
dan salah satu layanan yang diberikan oleh mengenai dirinya sendiri yang belum
penelitian adalah layanan konseling memiliki pemahaman mengenai dirinya
perorangan dengan menggunakan konseling sendiri yang mempengaruhi kehidupan
client centered. sehari-harinya.
Kelima subjek aktif dan bersemangat Menurut (Purnaningtyas, 2010:3)
mengikuti setiap kegiatan yang dilakukan Adapun ciri orang yang mempunyai
pada setiap pertemuan konseling individu kecerdasan emosi adalah mudah bergaul,
dengan pendekatan client centered yang tidak mudah takut, bersikap tegas,
dilakukan selama 4-7 kali pertemuan, dan berkemampuan besar untuk melibatkan diri
pada setiap pertemuannya mereka semakin dengan orang lain, konsisten, tidak
termotivasi untuk meningkatkan kecerdasan emosional, lebih mengutamakan rasio
emosi mereka. Setelah mengikuti kegiatan daripada emosi, dapat memotivasi dirinya
layanan konseling individu dengan sendiri, dan lebih penting dapat
pendekatan client centered, kecerdasan memecahkan solusi dalam keadaan yang
emosi siswa mengalami peningkatan jika darurat. Sesuai dengan hasil penelitian pada
dibandingkan dengan sebelum mereka kelima subjek setelah pemberian perlakuan
diberikan layanan konseling individu layanan konseling individu mereka menjadi
pendekatan client centered. mudah bergaul, tidak mudah takut, bersikap
tegas, berkemampuan besar untuk
Kecerdasan emosi yang dimiliki
melibatkan diri dengan orang lain,
individu akan membentuk watak dan prilaku
konsisten, tidak emosional, lebih
yang positif pada individu tersebut,
mengutamakan rasio dari pada emosi, dapat
sedangkan individu yang memiliki
memotivasi dirinya sendiri, dan lebih
kecerdasan emosi rendah akan berdampak
penting dapat memecahkan solusi dalam
buruk atau negatif pada prilaku individu.
keadaan yang darurat.
Kecerdasan emosi memiliki peranan penting
dalam mem-pertahankan dan menentukan
Penelitian ini menggunakan
harapan individu, me-nyeimbangkan
konseling individu pendekatan client
perasaan dan persepsi yang bertentangan.
centered dalam upaya meningkatkan
Individu akan melakukan emosi sesuai
kecerdasan emosi siswa karena client
kecerdasan emosi. Jika kecerdasan emosi
centered menekankan pada kemampuan
yang dimiliki oleh seseorang negatif maka ia
klien dalam memahami dirinya sendiri.
akan berprilaku negatif, dan jika seseorang
Menurut (Asiani, 2013:7) client Menurut (Wikarta, 2016:7) konseling
centered adalah suatu pendekatan yang person centered therapy adalah layanan
memberikan gambaran bahwa proses konseling yang diberikan konseli dalam
konseling yang menjadi pusatnya adalah suasana yang bertujuan untuk membantu
klien dan bukan konselor. Dan bertujuan konseli meningkatkan kemampuan mengatur
untuk membina kepribadian klien secara diri sendiri.
integral, berdiri sendiri dan mempunyai
kemampuan untuk memecahkan masalah Dengan memiliki kecerdasan emosi
sendiri. mereka menjadi memiliki penguasaan emosi
yang baik, mereka akan mudah untuk
Berdasarkan hasil data subjek dalam bergaul dan bersosialisasi serta berinterakasi
mengikuti kegiatan konseling menunjukkan dengan orang lain, dan tidak merasa pesimis,
bahwa terdapat peningkatan pada mampu mengenal diri sendiri sehingga dapat
kecerdasan emosi siswa kelas XI SMA mengerjakan sesuatu dengan efektif dan
Negeri 3 Bandar Lampung setelah dilakukan efisien, menumbuhkan keberanian dalam
konseling individu pendekatan client menghadapi tantangan dalam belajar dan
centered hal ini diketahui setelah peneliti mampu mengembangkan potensi diri.
memberikan treatment peneliti melakukan
evaluasi dengan kelima subjek untuk Berikut penjelasan yang bermasalah
mengetahui perubahan setelah dilakukan yang berkaitan dengan kecerdasan emosi
konseling individu pendekatan client dari kelima subjek dari sebelum dan setelah
centered setelah melakukan evaluasi bahwa mengikuti konseling client centered sebagai
kelima subjek mengalami peningkatan berikut :
kecerdasan emlosi. Hal ini sesuai dengan
tujuan konseling client centered. 1. ATA
Mengelola emosi dengan baik
Menurut (Lusiana, 2017:4) pada Sebelum ATA mengikuti konseling client
konseling client centered subjek memiliki centered, ATA merasa kurang bisa
ciri-ciri konsep diri positif rendah teteapi mengelola emosi dengan baik, ia merasa
setelah dilakukan treatment dengan bahwa emosinya sangat cepat marah
menggunakan konseling client centered terhadap teman-temanya dan tidak
ketiga subjek mengalami peningkatan memperdulikan temannya. Tetapi setelah
konsep diri positif. ATA mengikuti konseling client
centered ini, ia mengalami perubahan
Perubahan pada diri subjek yaitu prilaku yang ATA alami ia menjadi bisa
mereka menjadi lebih mengendalikan emosi mengendalikan emosinya dan
dan memahami dirinya sendiri mengenai menempatkan emosinya dengan benar.
emosi yang di ungkapkan, bakat dan
kemampuan-kemampuan yang ia miliki, Menurut (Goleman, 2005) menyatakan
untuk mengaktualisasikan diri. Kelima bahwa pengelola emosi adalah merujuk
subjek sudah menyadari bahwa kecerdasan pada bagaimana seseorang mengatur
emosi memiliki peranan penting dalam perasaan dan pikiran pikiran khasnya,
pembentukan sikap, prilaku serta karakter suatu keadan biologis dan psikologis dan
diri. serangkaian kecenderungan untuk
bertindak.
Menurut (Rogers, 1987) menyatakan dirinya sendiri dan membuat perilakunya
bahwa konseling client centered berjalan, di sekolah lebih baik.
klien akan mengeksplorasi ruang lingkup
Menurut (Samsudin, 2005) menyatakan
yang lebih luas dari prasaannya mereka
bahwa motivasi sebagai proses
mampumengungkapkan permasalahannya mempengaruhi atau mendorong dari luar
kecerdasan emosi seperti rasa takut, terhadap seseorang atau kelompok kerja
kecemasan, rasa bersalah, rasa malu, agar mereka mau melaksana kan sesuatu
kebencian, amarah dan emosi lain yang yang telah di tetapkan .
telah mereka perkirakan terlalu negatif
untuk bisa diterima dan di sertakan dalam Menurut (Maslow, 1970) menyatakan
struktur pribadi mereka. bahwa konseling client centered dengan
subyek aktualisasi diri dapat mengatasi
Menurut (Purwanto, 2006) menyatakan permasalahannya kecerdasan emosi
bahwa pengelolaan emosi adalah upaya sebagai berikut: kapasitas hadirnya
pengelolaan suatu kondisi yang ketidak pastian dalam hidup mereka, mau
mengakibatkan timbulnya ke tidak menerima dirinya sendri dan orang lain,
keseimbangan psikologis, hal tersebut spontanitas dan kriatifitas, kebutuhan
membutuhkan upaya untuk mencapai untuk tidak dicampuri orang lain, dan
keseimbangan kembali. menyendiri, autonomi kapasitas untuk
menjalin hubungan antar pribadi yang
Dapat di simpulkan dari tiga teori diatas mendalam dan akrab, kepedulian yang
bahwa ATA kecerdasan emosinya dapat ikhlas pada orang lain, rasa humor,
di tingkatkan dengan konseling client terarah dari dalam diri sendiri, dan sikap
centered dengan indikator pengelolaan yang terbuka dan segar terhadap
emosi yang baik oleh karena itu hidupnya.
konseling yang di berikan dapat berjalan
dengan baik dan dapat meningkatkan Menurut (Usman, 2000) menyatakan
kecerdasan emosi ATA. bahwa motivasi adalah suatu proses
untuk mengingatkan motif-motif menjadi
2. MBP perbuatan/ tingkah laku untuk memenuhi
Memotivasi diri sendiri. Sebelum MBP kebutuhan dan mencapai tujuan/ keadan
mengikuti konseling client centered, dan kesiapan dalam diri individu yang
MBP belum bisa memotivasi dirinya mendorong tingkah lakunya untuk
sendiri, ia merasa dirinya kurang bisa memberbuat sesuatu dalam mencapai
memotivasi dirinya dan kurang tujuan.
termotivasi dengan lingkungannya. Hal
ini dibuktikan bahwa ia merasa kurang
bisa mengerti kata-kata orang lain. Dapat disimpulkan dari tiga teori diatas
bahwa MBP kecerdasan emosinya dapat
Tetapi setelah MBP mengikuti konseling di tingkatkan dengan konseling client
client centered ini, ia mengalami centered dengan indikator memotivasi
perubahan. Ia mulai bisa memotivasi dirinya sendiri oleh karena itu konseling
yang di berikan dapat berjalan dengan
baik dan dapat meningkatkan kecerdasan Dapat disimpulkan dari tiga teori diatas
emosi MBP. bahwa FFP kecerdasan emosinya dapat di
tingkatkan dengan konseling client
3. FFP centered dengan indikator empati yang
Empati. Sebelum FFP mengikuti baik oleh karena itu konseling yang di
konseling client centered, FFP kurang berikan dapat berjalan dengan baik dan
bisa berempati kepada teman-temannya. dapat meningkatkan kecerdasan emosi
Hal ini di buktikan bahwa ia tidak bisa
FFP.
mengerti penderitaan orang lain, dan ia
tidak perduli terhadap teman-temannya,
sehingga hal itu membuat ia kurang 4. BF
berempati terhadap temanya. Tetapi, Mengelola emosi dengan baik. Sebelum
setelah FFP mengikuti konseling client BF mengikuti konseling client centered,
centered ini, ia mengalami perubahan BF merasa kurang bisa mengelola emosi
dengan perubahan prilaku yang FFP dengan baik, ia merasa bahwa emosinya
alami ia mulai berempati terhadap sangat cepat marah terhadap teman-
temannya. temanya dan tidak memperdulikan
temannya. Tetapi setelah BF mengikuti
Menurut (Hoffman, 2000) menyatakan konseling client centered ini, ia
bahwa empati suatu keterlibatan proses mengalami perubahan prilaku yang BF
psikologis yang membuat seseorang alami ia menjadi bisa mengendalikan
memiliki feelings yang lebih kongruen emosinya dan menempatkan emosinya
dengan situasi diri sendiri. dengan benar.

Menurut (Rogers, 1987) menyatakan Menurut (Purwanto, 2006) menyatakan


bahwa konseling client centered berjalan, bahwa pengelolaan emosi adalah upaya
klien akan mengeksplorasi ruang lingkup pengelolaan suatu kondisi yang
yang lebih luas dari prasaannya mereka mengakibatkan timbulnya ke tidak
mampu mengungkapkan keseimbangan psikologis, hal tersebut
permasalahannya kecerdasan emosi membutuhkan upaya untuk mencapai
seperti rasa takut, kecemasan, rasa keseimbangan kembali.
bersalah, rasa malu, kebencian, amarah
dan emosi lain yang telah mereka Menurut (Rogers, 1987) menyatakan
perkirakan terlalu negatif untuk bisa bahwa konseling client centered berjalan,
diterima dan di sertakan dalam struktur klien akan mengeksplorasi ruang lingkup
pribadi mereka. yang lebih luas dari prasaannya mereka
mampu mengungkapkan
Menurut (Eisenberg, 2000) menyatakan permasalahannya kecerdasan emosi
bahwa empati merupakan respon afektif seperti rasa takut, kecemasan, rasa
yang berasal dari pemahaman kondisi bersalah, rasa malu, kebencian, amarah
emosional orang lain, yaitu apa yang dan emosi lain yang telah mereka
sedang di rasakan oleh orang lain pada perkirakan terlalu negatif untuk bisa
waktu itu.
diterima dan di sertakan dalam struktur
pribadi mereka. Menurut (Goleman, subyek aktualisasi diri dapat mengatasi
2005) menyatakan bahwa pengelola permasalahannya kecerdasan emosi
emosi adalah merujuk pada bagaimana sebagai berikut: kapasitas hadirnya
seseorang mengatur perasaan dan pikiran ketidak pastian dalam hidup mereka, mau
pikiran khasnya, suatu keadan biologis menerima dirinya sendri dan orang lain,
dan psikologis dan serangkaian spontanitas dan kriatifitas, kebutuhan
kecenderungan untuk bertindak. untuk tidak dicampuri orang lain, dan
menyendiri, autonomi kapasitas untuk
Dapat disimpulkan dari tiga teori diatas menjalin hubungan antar pribadi yang
bahwa BF kecerdasan emosinya dapat di mendalam dan akrab, kepedulian yang
tingkatkan dengan konseling client ikhlas pada orang lain, rasa humor,
centered dengan indikator pengelolaan
terarah dari dalam diri sendiri, dan sikap
emosi yang baik oleh karena itu
konseling yang di berikan dapat berjalan yang terbuka dan segar terhadap
dengan baik dan dapat meningkatkan hidupnya. Menurut (Samsudin, 2005)
kecerdasan emosi BF. menyatakan bahwa motivasi sebagai
proses mempengaruhi atau mendorong
5. BS dari luar terhadap seseorang atau
Memotivasi diri sendiri kelompok kerja agar mereka mau
Sebelum BS mengikuti konseling client melaksana kan sesuatu yang telah di
centered, BS belum bisa memotivasi
tetapkan .
dirinya sendiri, ia merasa dirinya kurang
bisa memotivasi dirinya dan kurang
termotivasi dengan lingkungannya. Hal Dapat disimpulkan dari tiga teori diatas
ini dibuktikan bahwa ia merasa kurang bahwa BS kecerdasan emosinya dapat di
bisa mengerti kata-kata orang lain. Tetapi tingkatkan dengan konseling client
setelah BS mengikuti konseling client centered dengan indikator memotivasi
cntered ini, ia mengalami perubahan. Ia dirinya sendiri oleh karena itu konseling
mulai bisa memotivasi dirinya sendiri dan yang di berikan dapat berjalan dengan
membuat perilakunya di sekolah lebih
baik dan dapat meningkatkan kecerdasan
baik.
emosi BS.
Menurut (Usman, 2000) menyatakan
Berdasarkan uraian di atas dapat
bahwa motivasi adalah suatu proses disimpulkan bahwa terdapat perubahan
untuk mengingatkan motif-motif menjadi sikap dan prilaku yang dialami oleh ketiga
perbuatan/ tingkah laku untuk memenuhi subjek sebelum dan sesudah dilakukan
kebutuhan dan mencapai tujuan/ keadan konseling client centered.
dan kesiapan dalam diri individu yang
mendorong tingkah lakunya untuk SIMPULAN / CONCLUSION
memberbuat sesuatu dalam mencapai
Simpulan penelitian ini adalah
tujuan. konseling client centered dapat digunakan
dalam meningkatkan kecerdasan emosi
Menurut (Maslow, 1970) menyatakan siswa kelas XI SMA Negeri 3 Bandar
bahwa konseling client centered dengan Lampung tahun pelajaran 2017/2018.
Eliasa, E.I. 2011. Permainan (Games)
Setelah penulis menyelesaikan Dalam Bimbingan Dan Konseling
penelitian, membahas dan mengambil Pada Siswa SMA (Jurnal Bimbingan
kesimpulan dari penelitian ini, maka dengan
Konseling), http://staffnew.uny.ac.id/,
ini penulis mengajukan saran sebagai
berikut: kepada guru bimbingan dan diakses 24 Februari 2018.
konseling hendaknya mengadakan layanan
Goleman, D. 2005. Emotional Intelligenci.
konseling individual dengan pendekatan
Terjemahan T. Hermaya. Jakarta: PT.
client centered untuk meningkatkan
Gramedia Pustaka Utama.
kecerdasan emosi siswa; kepada siswa
hendaknya siswa memanfaatkan layanan
Laksari, K. 2017. Penggunaan Konseling
bimbingan dan konseling untuk mengatasi
Client Centered untuk Meningkatkan
permasalahan yang dialami khususnya
Motivasi Belajar Siswa (Jurnal
dalam meningkatkan kecerdasan emosi;
Bimbingan Konseling),
kepada peneliti lain hendaknya melakukan
http://digilib.unila.ac.id/, diakses 24
penelitian dengan jeli dan mencatat secara
Februari 2018.
detail mengenai perubahan perilaku siswa,
gunakan alat bantu perekam setiap
Lusiana, E. 2017. Penggunaan Konseling
pelaksanaan konseling untuk menjaga
Client Centered Dalam Meningkatkan
akurasi data.
Konsep Diri Positif Siswa (Jurnal
ALIBKIN),
DAFTAR RUJUKAN / REFERENCES
http://jurnal.fkip.unila.ac.id/, diakses
24 Februari 2018.
Adnyani, G.S. 2015. Penerapan Model
Konseling Client Centered Tehnik Self
Purnaningtyas, A. 2010. Pengaruh
Understanding untuk Mengembangkan
Kecerdasan Emosi Terhadap Prestasi
Kecerdasan Emosional Siswa Kelas X
Belajar Siswa Mata Pelajaran Seni
AP SMKN 1 Singaraja (Jurnal
Budaya SMP (Jurnal Ilmu
ALIBKIN),
Pendidikan),
https://ejournal.undiksha.ac.id/,
https://journal.unnes.ac.id/, diakses 24
diakses 24 Februari 2018.
Februari 2018.
Asiani, H.N. 2013. Meningkatkan
Sari, N.D.I. 2016. Peningkatan
Kemandirian Siswa Dalam Mengambil
Kecerdasan Emosional Melalui
Keputusan Studi Lanjut Menggunakan
Layanan Bimbingan Kelompok (Jurnal
Pendekatan Client Centered (Jurnal
ALIBKIN), http://digilib.unila.ac.id/,
ALIBKIN),
diakses 24 Februari 2018.
http://jurnal.fkip.unila.ac.id/, diakses
24 februari 2018.
Wikarta, S.Y. 2016. Pelaksanaan
Konseling Kelompok Dengan
Chaplin, J.P. 1989. Kamus Lengkap
Pendekatan Person- Centered Therapy
Psikologi. Terjemahan. Kartono dan
Dalam Menangani Regulasi Diri
Kartini. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Rendah (Jurnal Ilmu Pendidikan),
Persada.
http://ojs.atmajaya.ac.id/, diakses 24
Februari 2018.

Anda mungkin juga menyukai