Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH BEST PRACTICE

Kemampuan Siswa Dalam Memahami Pengendalian Diri


Melalui Kecerdasan Emosional di SMP Negeri 1 Prambon

Oleh

DEWI KUMALA SARI, S.Pd


NIP. 19860303 201001 2 031

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO


DINAS PENDIDIKAN
SMP NEGERI 1 PRAMBON
Desa Wirobiting, Kec. Prambon, Kab. Sidoarjo 61264
Telp : (031) 8975960, e-mail : smpn1prambon@gmail.com
ABSTRAK

Kumala Sari, Dewi. 2019. Kemampuan Siswa Dalam Memahami Pengendalian Diri
Melalui Kecerdasan Emosional SMP Negeri 1 Prambon.
Kata Kunci : Kemampuan Siswa, Pengendalian Diri, Kecerdasan Emosional.

Pemahaman Siswa SMPN 1 Prambon mengenai pengendalian diri melalui kecerdasan


emosional dirasakan masih belum optimal. Hal ini akan berdampak pada sikap dan
prilaku Siswa, sehingga tidak dapat menerima pelajaran dengan baik di sekolah.
Tujuan dari penulisan Best Practice ini adalah untuk : (1) Menjelaskan pengertian
kecerdasan emosi kepada Siswa, (2) Menjelaskan peranan kecerdasan emosi kepada
Siswa dan menerapkan dalam kehidupan sehari hari. Tahapan Operasional
pelaksanaannya dimulai dengan (1) Melakukan tes kepribadian secara tertulis yang
telah disediakan penyelenggara, (2) Memberikan penjelasan tentang peranan emosi
dan manfaat yang didapatkan kepada Siswa SMPN 1 Prambon.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya emosi adalah bagian dari kekayaan diri manusia yang tidak
boleh diabaikan. Dengan adanya emosi, manusia dapat berinteraksi dengan
sesamanya, berhubungan dengan lingkungan dan peristiwa apapun yang terjadi
diluar dirinya. Karena emosi dapat memberikan warna dan nuansa dalam
kehidupan manusia melalui perasaan gembira, sedih, marah, benci, puas dan
sebagainya.

Manusia dalam hal ini sudah sepantasnya bersyukur, meski secara fisik tidak
begitu besar dan kuat, namun berkat kecerdasan yang dimilikinya, hingga saat ini
manusia ternyata masih dapat mempertahankan kelangsungan dan peradaban
hidupnya melalui beberapa cara yang salah satunya dengan Pendidikan.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini,


orang tidak hanya berbicara tentang kecerdasan umum, Intelligence Quotient
(IQ) saja, melainkan juga Emotional Intelligence (EI) dan Spiritual Quotient
(SQ). Setiap kecerdasan ini memiliki wilayahnya sendiri sendiri di otak. Sesuai
dengan fitrah kecerdasan sudah ada sejak manusia dilahirkan, tetapi yang
mewarnai selanjutnya adalah keluarga dan lingkungan.

Remaja yang berada di sekolah menengah memerlukan kontrol diri dalam


proses pembelajaran di sekolah. Ini sesuai dengan pendapat Thalib (2010:107)
bahwa“Kontrol diri berpengaruh terhadap kesuksesan studi kepribadian”.
Namun, mencermati fakta dan realita dilapangan pada saat sekarang ini, masih
banyaknya remaja (peserta didik) yang sulit mengelola emosi dan mengontrol
dirinya, apalagi peserta didik sedang berada pada kondisi yang sedang labil. Oleh
sebab itu kecerdasan emosi dan kontrol diri sangat perlu dimiliki oleh peserta
didik. Pengembangan kemampuan mengendalikan diri akan membuat peserta
didik merasa bahagia, dapat menerima kelebihan dan kekurangan diri sendiri.
Berdasarkan hasil penelitian dilapangan dengan beberapa peserta didik SMP
Negeri 1 Prambon, diperoleh beberapa informasi bahwa masih ditemukan peserta
didik yang mudah marah. Tidak mampu berdiskusi dengan teman sejawatnya
karena perbedaan pendapat sehingga menimbulkan pertengkaran, kurangnya
kesadaran diri peserta didik dalam mengerjakan tugas kelompok. Selain itu ada
beberapa peserta didik yang tidak peduli pada perasaan orang lain sehingga
menimbulkan kesalah pahaman.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut terlihat peserta didik yang belum mampu
menata emosinya sehingga tidak mampu mengontrol dirinya terhadap celaan
temannya sebagai bahan candaan sehingga menimbulkan emosi. Ada beberapa
peserta didik tidak menyelesaikan tugas pada waktu yang telah ditentukan,
mudah terpengaruh oleh teman sebaya, datang terlambat, sering keluar masuk
saat belajar di kelas, suka mencontek ketika ujian, tidak masuk sekolah, dan
cabut sekolah. Selain itu motivasi dalam belajar sangat rendah ditunjukkan
dengan nilai yang rendah ketika ulangan harian dikarenakan belajar hanya ketika
akan ujian saja.

B. Rumusan Masalah

Dengan diberlakukannya pengetahuan tentang pemahaman pengendalian diri


melalui kecerdasan emosional ini, dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana cara memberikan pengertian kecerdasan emosi kepada para Siswa


SMP Negeri 1 Prambon.

2. Bagaimana cara menjelaskan perananan kecerdasan emosi kepada para Siswa


SMP Negeri 1 Prambon.

3. Bagaimana cara menerapkan pengendalian diri melalui kecerdasan emosional


dalam kehidupan sehari hari.
C. Tujuan

Tujuan Penulisan Best Practice ini adalah untuk :

1. Membekali para Siswa SMP Negeri 1 Prambon dengan pengetahuan tentang


pemahaman pengendalian diri melalui kecerdasan emosional.

2. Dapat diterapkannya pengetahuan tentang pemahaman pengendalian diri


melalui kecerdasan emosional ini dalam kehidupan sehari hari.

3. Meningkatkan prestasi belajar bagi para Siswa SMP Negeri 1 Prambon.

D. Manfaat

1. Bagi Kepala sekolah, Best Practice ini diharapkan dapat memberi tambahan
wawasan tentang pengendalian diri melalui kecerdasan emosional.

2. Bagi Guru, Best Practice ini diharapkan dapat meningkatkan kecerdasan


emosi dan kontrol diri Siswa dengan memberikan arahan, bimbingan,
dorongan serta contoh tindakan yang dapat dilakukan Siswa dalam
meningkatkan kecerdasan emosi dan kontrol diri.

3. Bagi Praktisi, Best Practice ini diharapkan dapat menjadi khasanah kekayaan
intelektual untuk diimplementasikan.

4. Bagi Pembaca pada umumnya, Best Practice ini diharapkan menjadi


tambahan pengetahuan tentang pengendalian diri melalui kecerdasan
emosional.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kemampuan Siswa.


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005;707) menjelaskan, pengertian
mampu adalah kesanggupan atau kecakapan, sedangkan kemampuan adalah
kecakapan dan kesanggupan untuk mengerjakan sesuatu. Pengertian kemampuan
identik dengan pengertian kreatifitas telah banyak dikemukakan para ahli
berdasarkan pandangan yang berbeda, seperti dinyatakan oleh Supriadi (2006;87)
bahwa, setiap orang yang memiliki kemampuan kreatif dengan tingkat yang
berbeda beda. Jadi kemampuan Siswa adalah kecakapan Siswa dalam
melaksanakan atau memahami sesuatu yang ditargetkan guru kepadanya atau
yang menjadi tanggung jawabnya.

B. Pengertian Pengendalian Diri


Pengendalian diri adalah suatu upaya seseorang dalam mengendalikan
dorongan dorongan yang ada dalam diri untuk melakukan suatu tindakan.
Pengendalian diri/kontrol diri dalam bahasa Inggris dikenal juga dengan istilah
“self control” atau “control personal”. Selain itu yang dimaksud dengan kontrol
diri menurut Chaplin (2011:451) adalah “Kemampuan untuk membimbing
tingkah laku sendiri; kemampuan untuk menekankan atau merintangi implus-
implus atau tingkah laku impulsive”. Pengertian lain juga diungkapkan oleh
Djaali (2013:30) kontrol diri adalah “Kemampuan anak untuk mengontrol impuls
mereka, dan perasaan anak bahwa mereka dapat mengendalikan kejadian atau
peristiwa di sekeliling mereka”.
Berdasarkan kutipan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Pengendalian
diri/ kontrol diri diartikan sebagai kemampuan individu dalam mengontrol,
mengendalikan, mengelola dan membimbing perilaku. Kemampuan yang
dimaksud adalah kemampuan dalam merencanakan hidup, menahan ledakan
emosi serta mengendalikan perilaku yang bisa merugikan diri sendiri dan orang
lain. Individu yang mampu mengontrol dirinya berusaha menampilkan perilaku
yang dianggap paling tepat bagi dirinya.
C. Pengertian Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosi atau yang biasa dikenal dengan EQ (bahasa Inggris:
emotional quotient) adalah kemampuan seseorang untuk menerima, menilai,
mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan orang lain di sekitarnya. Dalam hal
ini, emosi mengacu pada perasaan terhadap informasi akan suatu hubungan.
Sedangkan kecerdasan (intelijen) mengacu pada kapasitas untuk memberikan alasan
yang valid akan suatu hubungan. Kecerdasan emosi (EQ) belakangan ini dinilai tidak
kalah penting dengan kecerdasan intelektual (IQ). Sebuah penelitian mengungkapkan
bahwa kecerdasan emosi dua kali lebih penting daripada kecerdasan intelektual
dalam memberikan kontribusi terhadap kesuksesan seseorang (Maliki, 2009:15).

Menurut Howard Gardner (1983) terdapat lima pokok utama dari kecerdasan
emosi seseorang, yakni mampu menyadari dan mengelola emosi diri sendiri,
memiliki kepekaan terhadap emosi orang lain, mampu merespon dan
bernegosiasi dengan orang lain secara emosional, serta dapat menggunakan
emosi sebagai alat untuk memotivasi diri.
Kecerdasan emosi dapat dikatakan sebagai kemampuan psikologis yang telah
dimiliki oleh tiap individu sejak lahir, namun tingkatan kecerdasan emosi tiap
individu berbeda, ada yang menonjol dan ada pula yang tingkat kecerdasan emosi
mereka rendah. Istilah “kecerdasan emosi” pertama kali dilontarkan pada tahun
1990 oleh dua orang psikolog, yakni Peter Salovey dan John Mayer.
Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosi (EQ) adalah
“Himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan
memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain,
memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing
pikiran dan tindakan.” (Shapiro, 1998:8).
Menurut psikolog lainnya, yaitu Bar-On (Goleman, 2000:180),
mendefinisikan kecerdasan emosi sebagai serangkaian kemampuan pribadi,
emosi, dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil
dalam mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan. Sedangkan Goleman
(2002:512), memandang kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang
mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life
with intellegence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the
appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran
diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati, dan keterampilan sosial.
Jadi dapat diartikan bahwa Kecerdasan Emosi atau Emotional Quotation (EQ)
meliputi kemampuan mengungkapkan perasaan, kesadaran serta pemahaman
tentang emosi dan kemampuan untuk mengatur dan mengendalikannya.
Kecerdasan emosi dapat juga diartikan sebagai kemampuan mental yang
membantu kita mengendalikan dan memahami perasaan-perasaan kita dan orang
lain yang menuntun kepada kemampuan untuk mengatur perasaan-perasaan
tersebut.
Jadi orang yang cerdas secara emosi bukan hanya memiliki emosi atau
perasaan tetapi juga mampu memahami apa makna dari rasa tersebut. Dapat
melihat diri sendiri seperti orang lain melihat,serta mampu memahami orang lain
seolah-olah apa yang dirasakan oleh orang lain dapat kita rasakan juga.
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH

A. Alasan Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah


Penulis menggunakan materi “Kemampuan Siswa Dalam Memahami
Pengendalian Diri Melalui Kecerdasan Emosional” dikarenakan :
1. Emosi adalah pembangkit energy (energizer). Yaitu emosi sebagai
pembangkit energi, yang memberikan kegairahan dalam kehidupan manusia.
Artinya ketika seseorang merasakan emosi, maka tubuhnya akan tergerak
untuk melakukan apa yang dirasakannya, dalam hal ini emosi membangkitkan
dan memobilisasi energi manusia.
2. Emosi adalah pembawa informasi (messenger). Fungsi ini lebih mengarah
pada komunikasi intrapersonal. Maksudnya, ketika emosi di rasakan
seseorang, maka secara tidak langsung mereka menyadari apa yang sedang
terjadi pada dirinya atau stimuli apa yang mereka dapat dari lingkungan.
3. Pembawa pesan dalam komunikasi intrapersonal dan interpersonal.
Dalam berkomunikasi, pasti seseorang memiliki tujuan atau pesan yang akan
disampaikan. Seperti ketika seseorang sedang bercerita dengan sahabatnya,
dalam cerita itu terdapat cerita sedih yang membuat mereka menangis bahan
sahabatnya (pendengar/ komunikan) juga turut menangis.
4. Emosi berfungsi sebagai perjuangan untuk bertahan hidup (survival).
Sebagai contoh ketika seseorang lapar maka tergeraklah orang itu untuk
bekerja /mencari makan.
5. Emosi sebagai penguat pesan atau informasi. Yaitu berfungsi untuk
memperkuat pesan atau informasi yang disampaikan (reinforcer). (Sewaktu
mengatakan kalimat “Apakah anda mengerti maksud saya?” dengan nada
biasa atau datar. Beda dengan “Anda mengerti tidak maksud saya?!” dengan
nada marah sambil menunjuk-nunjuk orang yang ditanya.
6. Emosi sebagai penyeimbang hidup (Balancer). Yaitu emosi sebagai
penyeimbang hidup. Contoh, ketika sedih kehilangan orang yang dicintai lalu
kita menangis. Atau melihat kejadian lucu kita tertawa.
B. Dampak Yang dicapai
1. Meningkatkan semangat individu
Hubungan kecerdasan emosi dengan pengendalian diri yang pertama adalah
untuk meningkatkan dan menguatkan semangat seseorang. Jika seseorang bisa
merasa senang dan puas dengan hasil yang dicapai karena dapat mengontrol
dirinya dengan baik, maka seseoang tersebut akan lebih bersemangat untuk
melakukan tugas atau pekerjaan selanjutnya, sama halnya seperti hubungan
prilaku dan sikap.
2. Meningkatkan prinsip kemoralan
Ketika seseorang memiliki hubungan kecerdasan dengan control diri, maka
individu tersebut akan menggunakan prinsip kemoralan dengan sangat baik,
seperti menjaga sikap, ucapan dan juga menjaga dirinya dari berbagai pikiran
negatif terhadap semua yang dihadapi.
3. Meningkatkan kehidupan bermasyarakat
Kecerdasan emosi dan pengendalian diri menjadi aspek yang sangat
dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat, dan tentunya sangat berguna
untuk diterapkan dalam kehidupan sehari hari. Selain untuk lingkungan
keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat, kecerdasan emosi dan
pengendalian diri juga bisa memotivasi seseorang untuk memperoleh manfaat
yangakan mengubah dirinya dari apa yang dipikirkan menjadi apa yang
dilakukan.
4. Memperbaiki citra pribadi yang baik
Individu yang memiliki kecerdasan emosi dan pengendalian diri yang baik,
nantinya akan lebih mudah dalam bergaul, bisa bersikap dengan tegas, tidak
mudah takut akan sesuatu, memiliki kemauan kuat untuk terlibat dengan orang
lain dan lebih konsisten. Hubungandari kecerdasan emosi dan pengendalian
diri lebih menomor satukan rasio, yang nantinya sangat penting untuk
memberi motivasi agar seseorang bisa mendapatkan solusi terbaik dalam
kondisi yang darurat sekalipun.
C. Kendala Kendala Yang terjadi
1. Malu
Kadang kadang ada beberapa siswa yang merasa malu ketika bertemu orang
yang baru atau menghadapi situasi yang baru.
2. Tidak dapat menyatakan emosi
Ada beberapa siswa yang menutup diri dan tidak dapat mengungkapkan
perasaannya, sehingga sulit berinteraksi di lingkungan sekolah.
3. Terlalu emosional
Siswa yang terlalu emosional akan mempunyai kesulitan untuk
mengekspresikan emosinya.
4. Tidak ada motivasi diri
Kemampuan memiliki motivasi diri bergantung pada harga diri seseorang.
Siswa yang rasa percaya dirinya tinggi cenderung lebih positif menghadapi
persoalan. Siswa yang rendah diri akan lebih mudah putus asa dan sulit
memotivasi diri sendiri.

D. Faktor faktor Pendukung


Faktor faktor pendukung dalam melaksanakan best practice ini adalah :
1. Kepala sekolah menginginkan para guru dapat memberikan pembelajaran
kepada para siswa tentang betapa pentingnya menanamkan rasa pengendalian
diri melalui kecerdasan emosional,
2. Para guru menginginkan siswa yang ada di SMPN 1 Prambon menjadi siswa
yang berkepribadian baik, dan dapat menjaga nama baik sekolah
3. Siswa SMPN 1 Prambon pada umumnya menginginkan menjadi siswa yang
berprestasi, maka dari itu dibutuhkan kepribadian yang baik, dengan cara
bagaimana memahami pengendalian diri melalui kecerdasan emosional dan
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari hari.
4. Peran Orang tua dan masyarakat semakin meningkat. Orang tua dan wali
murid memberikan dukungan yang besar agar anaknya menjadi pribadi yang
baik.
E. Alternatif Solusi
Beberapa solusi untuk mengatasi kendala kendala yang terjadi didalam
memahami pengendalian diri melalui kecerdasan emosional di SMP Negeri 1
Prambon sebagai berikut :
1. Untuk mengatasi rasa malu, orang tua dan guru harus menceritakan kepada
mereka bagaimana mengatasi rasa malu tersebut. Dorong mereka untuk
percaya diri.
2. Untuk mengatasi rasa tidak dapat menyatakan emosi, orang tua dan guru
pertama tama harus membuat mereka merasa tenang, lalu minta mereka
menceritakan perasaannya, kemudian bimbing mereka mengatasi
perasaannya.
3. Untuk mengatasi siswa yang terlalu emosional, Orang tua dan guru sebaiknya
bersikap untuk tenang dan mendengar, serta mengerti dengan permasalahan
yang sedang dihadapi.
4. Untuk mengatasi rasa tidak ada motivasi diri, Orang tua dan Guru harus
menyadarkan siswa bahwa mereka dikasihi, jangan bandingkan siswa satu
dengan siswa yang lain, beri mereka perhatian lebih banyak dan jangan
berharap terlalu banyak.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang kemampuan siswa dalam memahami
pengendalian diri melalui kecerdasan emosional di SMP Negeri 1 Prambon,
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Layanan bimbingan dan konseling belajar yang diselenggarakan di SMP
Negeri 1 Prambon meliputi, layanan orientasi, layanan informasi, layanan
pembelajaran, layanan konseling individual, layanan bimbingan kelompok.
Untuk kegiatan pendukung terdiri dari himpunan data yang berupa
wawancara, observasi dan catatan adekdot serta pelaksanaan konfrensi kasus
dan alih tangan kasus.
2. Faktor faktor yang menyebabkan rendahnya motivasi belajar siswa SMP
Negeri 1 Prambon dalam penelitian yaitu adanya hambatan kemampuan
intelektual, kelelahan fisik, kurangnya perhatian orang tua, pacaran, tidak
menyukai guru dan mata pelajarannya.

B. Saran saran
1. Bagi siswa yang mengalami rendahnya motivasi dalam belajar hendaknya
meminta banuan guru bimbingan dan konseling untuk bersama sama mencari
solusi dari permasalahan yang dihadapi
2. Bagi Guru bimbingan dan konseling hendaknya mengoptimalkan pelayanan
bimbingan dan konseling yang sudah berjalan dengan memadukan nilai nilai
Islam sebagai suatu pendekatan yang digunakan dalam pemberian layanan
dalam bimbingan dan konseling.
3. Kepala sekolah bersama personil sekolah lainnya diharapkan dapat lebih
memperhatikan aspek-aspek emosional, perkembangan emosi dan kontrol diri
para siswa secara baik dan bukan semata hasil akademik yang menjadi
tuntutan.
DAFTAR RUJUKAN

Thalib, (2010;107). Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis


Kamus besar bahasa Indonesia, (2005;107)
Supriadi, (2006;87)
Chaplin, J.P. (2011;451). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Djaali. (2013;30)). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Maliki, Personal (2009;15). Manajemen Hidup. Yogyakarta To
Success:Kertajaya
Brain Shapiro, (1998;8). Kecerdasan Manusia. Jakarta: Kanaya Press
Goeleman, (2000;180). Kecerdasan Manusia. Jakarta: Scholastic
Goeleman, (2002;512). Kecerdasan Manusia. Jakarta: Scholastic

Anda mungkin juga menyukai