Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH CHARACTER BUILDING

PENGARUH PENDIDIKAN CHARACTER BUILDING


TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL DAN
KEMANDIRIAN GENERASI MUDA

Dosen Pengampu :
Ida Ayu Putu Anggie, M.H.

Disusun Oleh :

Disusun Oleh:
KELOMPOK 1
1. Diky Bagus Fadillah NPM. 22101222
2. Inka Priechilia NPM : 22101160
3. Nurlaily Komariyah NPM : 22101163
4. Salwa Nur Fitriani NPM : 22101164
KELAS : METAVERSE 6

FAKULTAS TEKNOLOGI ILMU KOMPUTER


INSTITUT BAKTI NUSANTARA (IBN)
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa. Karna atas
berkah dan rahmatnya kami diberikan kesempatan untuk menulis makalah
mengenai pengaruh pendidikan character building terhadap kecerdasan emosional
dan kemandirian generasi muda. Dan terima kasih kepada dosen pengampu kami
Ibu Ida Ayu Putu Anggie, M.H. yang telah memberikan kesempatan untuk kami
menyelsaikan tugas ini. Kami harap makalah yang kami buat dapat berguna bagi
masyarakat dan mahasiswa/I dalam mencari informasi mengenai pengaruh
pendidikan character building terhadap kecerdasan emosional dan kemandirian
generasi muda.

Gadingrejo, 14 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kecerdasan Emosional ..................................................2
2.2 Pengaruh Character Building Terhadap Kecerdasan Emosional.....2
2.3 Pengertian Kemandirian...................................................................6
2.4 Pengaruh Character Building Terhadap Kemandirian.....................6

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pendidikan karakter di berbagai perguruan tinggi di Indonesia sudah
mendapatkan perhatian bahkan telah menjadi prioritas. Meski demikian,
sejauh mana pendidikan karakter ini dapat dirancang sebagai bagian yang
terintegrasi dalam pendidikan formal. Tulisan ini membahas tentang
pentingnya pembelajaran Character building sebagai bagian dari pendidikan
karakter dalam sistem pendidikan formal di mata kuliah Character Building
Universitas Bina Nusantara. Pendidikan Character Building telah disusun
secara sistematis dan terintegrasi dalam kurikulum Mata Kuliah yang
dikelolah CBDC. Oleh karena tindakan pendidikan selalu bersifat aktif dan
terencana, maka pendidikan merupakan suatu perbuatan atau tindakan sadar
agar terjadi perubahan sikap dan tata laku yang diharapkan yaitu pemanusiaan
manusia yang cerdas, terampil, mandiri, berdisiplin, dan berakhlak mulia.
Meski demikian, dalam penerapannya perancangan dan pelaksanaan program
Mata Kuliah Character Building ini terus dikaji melalui tim sebagai salah satu
upaya untuk melakukan perbaikan terus menerus.

1.2. Rumusan Masalah


1. Pengertian Kecerdasan Emosional
2. Pengaruh Character Building Terhadap Kecerdasan Emosional
3. Pengertian Kemandirian
4. Pengaruh Character Building Terhadap Kemandirian

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kecerdasan Emosional


Kecerdasan emosional pertama kali dipublikasikan pada tahun 1995
oleh seorang dosen psikologi, Daniel Goleman. Pada awal kemunculannya,
banyak kalangan yang tertarik dan kemudian terpengaruh dengan berbagai
pandangan dalam teori tersebut. Di dalam sejumlah ulasan tentang
kecerdasan emosional, dikemukakan kecerdasan emosional jauh lebih
penting daripada kecerdasan dan kemampuan intelektual seseorang dalam
mempengaruhi kesuksesan hidupnya. Salah satu hal yang mendasari
pandangan ini adalah gejolak perasaan sangat mempengaruhi proses
berpikir. Misalnya, saat individu sedang marah, konsentrasinya mulai
terganggu dan kemudian mempengaruhi proses pengambilan keputusan.
Kecerdasan emosional jika secara tradisional diartikan sebagai
kemampuan membaca, menulis, dan berhitung yang merupakan
keterampilan kata dan angka yang menjadi fokus di pendidikan formal
(sekolah). Kecerdasan emosi atau Emotional Quotation (EQ) meliputi
kemampuan mengungkapkan perasaan, kesadaran serta pemahaman tentang
emosi dan kemampuan untuk mengatur dan mengendalikannya. Kecerdasan
emosional adalah kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan
menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-
lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres
tidak melumpuhkan kemampuan berpikir (Goleman, 2004: 45).

2.2 Pengaruh Character Building Terhadap Kecerdasan Emosional


Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu proses pendewasaan anak
didik melalui suatu interaksi, proses dua arah antara guru dan siswa.
Pendidikan moral saja tidak cukup membantu para pelajar mengontrol
perilaku mereka. Pendidikan moral dapat dilengkapi dengan pendidikan
karakter yang berpengaruh pada kecerdasan emosionalnya. Pendidikan
karakter adalah upaya yang harus dirancang dan dilakukan secara

2
sistematis dalam rangka memberi bantuan kepada anak didik untuk
memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan
Yang Mahakuasa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, bangsa,
dan Negara (Rismayanthi, 2011). Dengan demikian, hal yang paling
penting dalam pendidikan karakter adalah menekankan anak didik
untuk mempunyai karakter yang baik dan diwujudkan dalam perilaku
keseharian. Sedangkan kecerdasan emosional adalah Kemampuan
merasakan, memahami orang lain dan secara efektif menerapkan daya
dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan informasi
dalamberinteraksi dengan orang lain (Gusniwati, 2015). Dengan
demikian kecerdasan emosional adalah bekal terpenting dalam
mempersiapkan anak menyongsong masa depan karena dengan
memiliki kecerdasan emosi sering akan dapat berhasil menghadapi
segala macam tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil secara
akademik (Muslih,2001).
Menurut Daniel Goleman, faktor yang mempengaruhi
keberhasilan (kesuksesan) individu dalam hidupnya yang paling dominan
bukan semata-mata ditentukan oleh tingginya kecerdasan intelektual,
akan tetapi, ditentukan oleh faktor kemantapan/kecerdasan emosi
(Emotional Quotient). Berdasarkan pengamatannya, ia menemukan
bahwa banyak orang yang cerdas ternyata mengalami berbagai macam
kegagalan dalam kehidupannya karena kurang memiliki kecerdasan
emosional. Demikian pun sebaliknya tidak sedikit orang sukses dalam
hidupnya karena mereka memiliki kecerdasan emosional meskipun
inteligensinya hanya pada tingkat rata-rata. (Nugraha, 2004).Lebih lanjut
Goleman menyimpulkan bahwa paling tinggi kontribusi kecerdasan
intelektual terhadap prestasi seseorang adalah 20% sedangkan
kecerdasan emosional dan spiritual berkontribusi 80%. Zohar dalam
kajiannya menegaskan bahwa kecerdasan spiritual merupakan
kecerdasan tertinggi dan sekaligus berfungsi sebagai mediator antara
kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual. Hasil penelitian lain
menunjukkan 80% prestasi kerja ditentukan oleh soft skill (karakter) dan

3
hanya 20% hard skill(pengetahuan dan keterampilan) (Supriyanto & Troena,
2012).
Daniel Goleman, dalam bukunya “Emotional Intelligence”
mengemukanbeberapa unsur utama dalam kecerdasan emosional
diantaranya adalah (Goleman, 2003):
1. Kesadarandiri: mengamati diri sendiri dan mengenali perasaanperasaan
diri sendiri, menghimpun kosakata untuk perasaan, mengetahui
hubungan antara pikiran, perasaan dan reaksi.
2. Pengambilan keputusanpribadi: mencermati tindakan-tindakan diri
sendiri dan mengetahui akibat-akibatnya, mengetahui apa yang
menguasai sebuah keputusan, pikiran atau perasaan, menerapkan
pemahaman ini ke masalah-masalah seperti seks dan obatterlarang.
3. Mengelola perasaan: memantau “pembicaraan sendiri” untuk
menangkap pesan-pesan negatif sepertiejekan-ejekan tersembunyi,
menyadari apa yang ada di balik suatu perasaan (misalnya sakit hati
yang mendorong amarah), menemukan cara-cara untuk menangani
rasa takutdan cemas, amarah, dan kesedihan.
4. Menangani stres: mempelajari pentingnya berolahraga, perenungan
yang terarah, metode relaksasi.
5. Empati: memahami perasaan dan masalah orang lain, dan
berpikirdengan sudut pandang mereka, menghargai perbedaan perasaan
orang mengenai berbagai hal.
6. Komunikasi: berbicara mengenai perasaan secara efektif, menjadi
pendengar dan penanya yang baik, membedakan antara apa yang
dilakukan atau yang dikatakan seseorang dengan reaksi atau penilaian
diri sendiri tentang hal itu, mengirimkan pesan “aku” dan
bukannya mengumpat.
7. Membuka diri: menghargai keterbukaan dan membina
kepercayaandalamsuatu hubungan, mengetahui kapan situasinya
aman untuk mengambil resiko membicarakan tentang perasaan diri
sendiri.

4
8. Pemahaman: mengidentifikasi pola-pola dalam kehidupan emosional
diri sendiri dan reaksi-reaksinya, mengenali pola-pola serupa pada
orang laini
9. Menerima diri sendiri: merasa bangga dan memandang diri sendiri
dalam sisi yang positif, mengenali kekuatan dan kelemahan diri sendiri,
mampu untuk mentertawakan diri sendiri
10. Tanggung jawab pribadi: rela memikul tanggung jawab, mengenali
akibat-akibat dari keputusan dan tindakan diri sendiri,
menerima perasaan dan suasana hati diri sendiri, menindaklanjuti
komitmen(misalnya berniat untuk belajar).
11. Ketegasan: mengungkapkan keprihatinan dan perasaan diri sendiri
tanpa rasa marah atau berdiam diri.
12. Dinamika kelompok: mau bekerja sama, mengetahui kapan dan
bagaimana memimpin, kapan mengikuti.
13. Menyelesaikan konflik: bagaimana brerkelahi secara jujur dengan anak-
anak lain, dengan orang tua, dengan para guru, contoh menang untuk
merundingkan kompromi
Dalam kecerdasan emosi (emotional quotion), terdapat 4 ranah yaitu :
1. KesadaranDiri, yaitu:mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi,
yang meliputi: kesadaranemosi, penilaian diri secara teliti dan percaya diri.
2. Mengelola Emosi, yaitu:kemampuan menangani perasaan agar
perasaan dapat terungkap tanpa melewati kewajaran, meliputi: kendali diri,
dapat dipercaya, kewaspadaan, adaptibilitas, daninovasi,
3. Memotivasi Diri Sendiri, yaitu:memiliki kecenderungan emosiyang
mendorong pencapaian tujuan, meliputi dorongan berprestasi,
komitmen, inisiatif, serta optimisme.
4. Mengenali EmosiOrang Lain, yaitu:memiliki kesadaranterhadap
perasaan, kebutuhan, dan kepentingan orang lain, yang terdiri dari
memahami orang lain, orientasi akan pelayanan, dan mampu
mengembangkan orang lain, serta mengatasi keberagaman, mampu
berkomunikasi dengan baik, merupakan katalisator perubahan, mampu

5
mengelola konflik, mampu berkoolaborasi dan berkooperasi, serta
kemampuan bekerja dalam tim.
Pendidikan karakter dalam dunia dewasa ini sangat
berpengaruh terhadap pola perilaku seseorang dalam menentukan sikapnya
terhadap objek yang dihadapinya. Karena itu,pendidikan karakter menjadi
suatu keutamaan dalam pendidikan baik di tingkat dasar dan
menengah.Hasibuan dkk.dalam tulisan tentang manajemen pendidikan
karakter di SMA menemukan bahwa pendidikan karakter menjadi suatu hal
yang sangat mendesak untuk diterapkan di sekolah-sekolah, banyak perilaku
menyimpang dan meresahkan yang datang dari anak-anak usia remaja (anak-
anak usia SMA) yang dapat mengganggu ketertiban di sekolah dan di
lingkungan masyarakat pada umumnya mayarakat pada umumnya
(Hasibuan, Syah, & Marzuki, 2018). Lebih jauh,seorang ahli pendidikan
karakterdari New York, Thomas Lickona mengemukakan secara
detail,pentingnya pendidikan karakter di sekolah.Menurut Lickona,karakter
berkaitan erat dengan konsep moral (moral knowing), sikap moral (moral
feeling), dan perilaku moral (moral behavior) (Lickona, 1991). Berdasarkan
ketiga komponen ini dapat dinyatakan bahwa karakter yang baik didukung
oleh pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan
melakukan perbuatan kebaikan.

2.3 Pengertian Kemandirian


Kemandirian adalah kemampuan remaja dalam berpikir, merasakan dan
membuat keputusan secara pribadi berdasarkan diri sendiri dibandingkan
mengikuti apa yang orang lain percayai. Kemandirian sering disejajarkan
dengan kata independence meskipun sebenarnya ada perbedaan tipis dengan
autonomy. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kemandirian diartikan
dengan hal atau keadaan seseorang dapat berdiri sendiri atau tidak bergantung
kepada orang lain. Artinya kemandirian adalah kesiapan dan kemampuan
individu untuk berdiri sendiri yang ditandai dengan mengambil inisiatif.
Selain itu mencoba mengatasi masalah tanpa meminta bantuan orang lain,
berusaha dan mengarahkan tingkah laku menuju kesempurnaan.

6
2.4 Pengaruh Character Building Terhadap Kemandirian
Pendidikan adalah sebagai suatu sistem, yang tidak dapat lepas
dari suatu tujuan dan hasil yang diharapkan. Setiap sub sistem yang ada
dalam sistem, tersusun dantidak dapat dipisahkan dari rangkaian unsur-
unsur atau komponen-kompone yang berhubungan secara dinamis dalam
satu kesatuan. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah
salah satunya adalah dengan cara perbaikan proses belajar mengajar.
Perbaikan ini dapat mengubah tujuan dan arah pendidikan ketahap yang
lebih baik. Demikian halnya dengan pendidikan disekolah tinggi,
dosen dan mahasiswa harus memiliki komunikasi yang baik untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
Chaeruman (2007), menyatakan bahwa betapapun guru dan dosen
dapat memperbaiki hasil belajar anak didiknya dengan
menggunakan model, pendekatan, dan metode mengajar yang tepat
sesuai dengan tujuan pembelajaran dalam kurikulum tetapi mereka
belum mampu secara optimal menciptakan kondisi sehingga anak didik
bisa belajar dan bagaimana belajar. Pendidik yang baik adalah pendidik
yang mampu meningkatkan pemberdayaan anak didiknya sehingga
mereka mampu belajar dengan efektif. Salah satu cara yang dapat
ditempuh adalah dengan mengembangkan kemandirian belajar anak didik
dalam pembelajaran.
Menurut Hoshi(2001), kemandirian belajar melibatkan 2 konsep
yaitu otonomi siswa yang belajar dan pengajaran diri sendiri. Dengan
mengutip Dickson dikatakan bahwa:” Otonomi siswa merupakan sikap
terhadap proses belajar, sedangkan pengajaran diri adalah satu cara
belajar. Siswa-siswa yang memiliki harus belajar.” Lebih lanjut Dickson
yang menunjuk pada sikap ini sebagai otonomi bertanggung jawab
mengendalikan apa yang harus dipelajari, bagaimana dan kapan ‘pengajaran
diri sendiri’telah menegaskannya sebagai suatu sikap khusus terhadap
tugas belajar yang ada, dimana siswa menerima tanggung jawab untuk
semua keputusan yang berkaitan dengan proses belajarnya, tetapi tidak
selalu melakasanakan keputusan-keputusan terkait. Dengan demikian,

7
siswa yang sepenuhnya mandiri merupakan siswa yang membuat
keputusan sendiri meskipun tidak harus melaksanakannya.”
Menurut Little, Kemandirian adalah suatu kapasitas untuk refleksi
kritis, membuat keputusan dan menindaklanjuti keputusan itu. Dickinson
menyatakan bahwa kemandirian dalam belajar adalah sebuah situasi
yang menuntut siswa secara total bertanggung jawab untuk semua
keputusan menyangkut proses belajarnya dan melakukan keputusan
tersebut. Kemandirian belajar merupakan sebuah kesiapan untuk melayani
kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai.
Slameto (2010), mengemukakan kemandirian belajar mencakup
beberapa unsur antara lain: proses dan prosedur yang intensif,
tujuan yang menjadi rancangan proses ke mana diarahkan atau menjadi
muara sekaligus standard, materi yang dipelajari dengan berbagai teknik
yang ilmiah dan kreatif dimana peran siswa yang menjadi tolok ukurnya
dibandingkan dengan pihak luar seperti guru, orang tua, dan lain-lain.
Dalam melakukannya didorong oleh motivasi diri dan tanggung jawab
siswa sendiri dengan kepercayaan diri; dengan demikian kemandirian
belajar yang menjadi keinginan dari adanya independent study adalah
kemampuan belajar mandiri yang terungkap melalui proses intensive yang
dilakukan siswa untuk mencapai tujuan belajar/penguasaan materi pelajaran
yang menggunakan berbagai keterampilan dan teknik yang kreative
atas prakarsa (inisiatif dan motivasi) siswa yang bersangkutan
.

8
9
DAFTAR PUSTAKA

Pengertian kecerdasan emosional https://www-silabus-web-


id.cdn.ampproject.org/v/s/www.silabus.web.id/pengertian-kecerdasan-
emosional/amp/?
amp_gsa=1&amp_js_v=a9&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#amp_tf=Dari%20%251%24s&aoh=16657849982719&referrer=https%3A
%2F%2Fwww.google.com&ampshare=https%3A%2F%2Fwww.silabus.web.id
%2Fpengertian-kecerdasan-emosional%2Famp%2F%23amp_tf%3DDari
%2520%25251%2524s%26aoh%3D16657849982719%26referrer%3Dhttps
%253A%252F%252Fwww.google.com%26ampshare%3Dhttps%253A%252F
%252Fwww.silabus.web.id%252Fpengertian-kecerdasan-emosional%252F.
Pengaruh character building pada kecerdasan emosional
https://jurnalppak.or.id/ojs/index.php/jppak/article/view/5/3. Pengertian
kemandirian

https://www.kompas.com/skola/read/2020/03/02/190000869/pengertian-
kemandirian-tahap-perkembangannya-dan-faktornya?page=all. Pengaruh
character building pada kemandirian

https://journals.ums.ac.id/index.php/jpis/article/view/5833/4097.

Anda mungkin juga menyukai