Anda di halaman 1dari 9

ETIKA PROFESI

MENGENAL KECERDASAN EMOSIONAL

OLEH

AURELIA VITANIA RUSLI


42518059
4C

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
TAHUN AJARAN
2020-2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
hidayah-Nya, penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul "Memahami Kecerdasan
Emosional". Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Hafsah Nirwana,
M.T. dan Ibu Dahlia Nur, S.T., M.T. selaku dosen mata kuliah Etika Profesi yang telah
membantu penulis dalam mengerjakan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada teman-teman yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Makalah ini
memberikan pengertian mengenai kecerdasan emosional bagi karyawan. Penulis menyadari
ada kekurangan pada makalah ini. Oleh sebab itu, saran dan kritik senantiasa diharapkan demi
perbaikan karya penulis. Penulis juga berharap semoga makalah ini mampu memberikan
pengetahuan tentang pentingnya kecerdasan emosional dalam dunia kerja.

Makassar, 22 Desember 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Sumber daya manusia merupakan aset paling penting dalam suatu dunia industri karena
merupakan sumber daya yang mengarahkan industri serta mempertahankan dan
mengembangkan industri dalam berbagai tuntutan masyarakat dan zaman. Oleh karena itu,
sumber daya manusia harus selalu diperhatikan, dijaga, dan dikembangkan. Istilah kecerdasan
emosi atau dalam bahasa Inggris disebut Emotional Intelligence yang diungkapkan oleh Daniel
Goleman (1995). Beliau mengutip berbagai penelitian yang ternyata menemukan bahwa
kecerdasan emosional mempunyai peran sangat penting untuk sukses di dunia usaha (Johana,
1998).

Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang
dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam
rangka mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum,
dan sesuai dengan moral maupun etika (Anugrahini Irawati, 2020).

Kecerdasan emosional dibutuhkan dalam bekerja bukan hanya tindakan-tindakan


untuk melaksanakan pekerjaan tetapi juga kecerdasan dalam memecahkan masalah (Lisda R,
2012). Industri diharapkan dapat menujukkan eksistensinya dalam hal yang positif artinya
mampu menunjukkan kinerja yang baik dimata pihak luar khususnya masyarakat.

Peningkatan kinerja karyawan secara perorangan akan mendorong kinerja sumber daya
manusia secara keseluruhan, yang direfleksikan dalam kenaikan produktivitas. Kinerja
karyawan yang tinggi akan membuat karyawan semakin loyal terhadap organisasi, semakin
termotivasi untuk bekerja, bekerja dengan merasa senang dan yang lebih penting kepuasan
kerja yang tinggi akan memperbesar kemungkinan tercapainya produktivitas yang tinggi pula.

Berdasarkan uraian mengenai fenomena permasalahan tersebut di atas maka tulisan ini
akan membahas mengenai pentingnya mengenal kecerdasan intelektual, kecerdasan emosi dan
kecerdasan spiritual dalam diri karyawan terhadap kinerja karyawan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kecerdasan Intelektual
Intelegensi/kecerdasan adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir
rasional, dan menghadapi lingkungan secara efektif. Secara umum dapat disimpulkan bahwa
inteligensi/kecerdasan adalah kapasitas mental yang melibatkan proses berpikir rasional. Oleh
karena itu, intelektual tidak dapat mengamati secara langsung, tetapi harus menyimpulkan dari
berbagai tindakan dunia nyata yang merupakan ekspresi dari proses pemikiran rasional.
Koefisien adalah konsep kuantifikasi yang awalnya diterapkan dalam konteks pengukuran IQ
(Lisda R, 2012).

Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara


terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara umum
dapat disimpulkan bahwa kecerdasan adalah kemampuan mental yang melibatkan proses
berpikir rasional. Dengan demikian, kecerdasan tidak dapat diamati secara langsung dan harus
disimpulkan dari berbagai tindakan dunia nyata yang merupakan ekspresi dari proses berpikir
rasional. IQ atau singkatan IQ adalah skor yang diperoleh dengan alat tes IQ. Oleh karena itu,
IQ hanya memberikan indikasi kecil tentang tingkat kecerdasan individu dan tidak
menggambarkan kecerdasan umum individu. Adapun indikator kecerdasan intelektual yang
menyangkut tiga domain kognitif. Ketiga indikator tersebut adalah :

1. Kemampuan figur yaitu merupakan pemahaman dan nalar dibidang bentuk.


2. Kemampuan verbal yaitu merupakan pemahaman dan nalar dibidang bahasa.
3. Pemahaman dan nalar dibidang numerik atau yang berkaitan dengan angka biasa
disebut dengan kemampuan numerik.

2.2. Kecerdasan Emosi


Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali diri sendiri dan orang lain,
kemampuan memotivasi diri sendiri dan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan
hubungannya dengan orang lain ( Goleman, 2001 ). Seseorang dengan kecerdasan emosional
yang berkembang dengan baik, kemungkinan besar akan berhasil dalam kehidupannya karena
mampu menguasai kebiasaan berfikir yang mendorong produktivitas ( Widagdo, 2001 ).
Goleman (2001) membagi kecerdasan emosional yang dapat memperngaruhi keberhasilan
seseorang dalam bekerja ke dalam lima bagian utama yaitu kesadaran diri, pengaturan diri,
motivasi, empati dan keterampilan sosial.
Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada
porsi yang tepat, memilah kepuasan, dan mengatur suasana hati. Pengendalian emosi adalah
kemampuan untuk menahan diri dari dorongan-dorongan emosi yang tak terkendali dari
pandangan publik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati individu
yang lain atau dapat berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik
dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial.

Kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam


memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda
kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang
dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana
hati. Kecerdasan emosional terbagi ke dalam lima wilayah utama, yaitu kemampuan mengenali
emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan
kemampuan membina hubungan dengan orang lain. Secara jelas hal tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:

1. Kesadaran diri (Self awareness)


Self Awareness adalah kemampuan untuk mengetahui apa yang dirasakan dalam
dirinya dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri,
memiliki tolok ukur yang realistis atas kemampuan diri sendiri dan kepercayaan diri
yang kuat.
2. Pengaturan diri (Self management)
Self Management adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan dan
menangani emosinya sendiri sedemikian rupa sehingga berdampak positif pada
pelaksanaan tugas, memiliki kepekaan pada kata hati, serta sanggup menunda
kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran dan mampu pulih kembali dari
tekanan emosi.
3. Motivasi (Self motivation)
Self Motivation merupakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan
menuntun diri menuju sasaran, membantu pengambilan inisiatif serta bertindak
sangat efektif, dan mampu untuk bertahan dan bangkit dari kegagalan dan frustasi.
4. Empati
Empati merupakan kemampuan merasakan apa yang dirasakakan orang lain,
mampu memahami perspektif orang lain dan menumbuhkan hubungan saling
percaya, serta mampu menyelaraskan diri dengan berbagai tipe hubungan.
5. Keterampilan sosial
Relationship Management adalah kemampuan untuk menangani emosi dengan baik
ketika berhubungan sosial dengan orang lain, mampu membaca situasi dan jaringan
sosial secara cermat, berinteraksi dengan lancar, menggunakan ketrampilan ini
untuk mempengaruhi, memimpin, bermusyawarah, menyelesaikan perselisihan,
serta bekerja sama dalam tim.

Apabila sesorang tersebut memiliki kinerja yang cukup baik tapi apabila dia
memiliki sifat yang tertutup dan tidak berinteraksi dengan orang lain secara baik
maka kinerjanya tidak akan dapat berkembang.

2.3. Kecerdasan Spritual


Kecerdasan spiritual didefinisikan sebagai perasaan intuisi yang dalam terhadap
keterhubungan dengan dunia luas didalam hidup kita. Kecerdasan spiritual juga dapat
membantu seseorang untuk dapat melakukan transedensi diri. Kecerdasan spritual berbeda
dengan religiutas, dimana kecerdasan spritual lebih terfokus pada suatu hubungan yang dalam
dan terikat antara manusia dengan sekitarnya secara luas, sedangkan religiutas lebih ditujukan
pada hubungannya dengan Tuhan yang maha esa.

Spiritualitas berkembang karena manusia krisis makna, jadi kehadiran organisasi


seharusnya juga memberi makna apa yang menjadi tujuan organisasinya. Makna yang muncul
dalam suatu organisasi akan membuat setiap orang yang bekerja didalamnya lebih dapat
mengembangkan diri mereka alhasil mereka juga dapat bekerja lebih baik. Spiritualitas
berpengaruh terhadap bagaimana seseorang bersikap sebagai pemimpin. Pemimpin yang baik
adalah mereka yang memiliki kecerdasan spiritual yang bagus, serta dapat membawa nilai-nilai
spiritualitas dalam kepemimpinannya. Mereka yang berperilaku demikian akan lebih dihargai
oleh para bawahannya, sehingga hasil kerja yang dihasilkan akan lebih baik karena setiap orang
dapat belajar saling memahami dan menghargai.
2.4. Kinerja karyawan
Kinerja karyawan merupakan istilah yang berasal dari job performance atau actual
performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang). Prestasi kerja
atau hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai SDM persatuan periode
waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang
tertuang dalam perencanaan strategis suatu organisasi. Faktor-faktor yang memengaruhi
kinerja adalah:

1. Faktor individual, meliputi: pengetahuan, ketrampilan (skill), kemampuan


kepercayaan diri, kompetensi, disiplin, motivasi dan komitmen yang dimiliki oleh
setiap individu.
2. Faktor kepemimpinan, meliputi: kualitas dalam memberikan dorongan, semangat,
arahan dan dukungan yang diberikan manajer dan team leader.
3. Faktor tim, meliputi: kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan
dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan
keeratan anggaran tim.
4. Faktor sistem, meliputi: sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang
diberikan oleh organisasi, proses organisasi, dan kultur kinerja dalam organisasi.
5. Faktor kontekstual (situasional), meliputi: tekanan dan perubahan lingkungan
ekternal dan internal.

Untuk mengukur kinerja karyawan dapat menggunakan indikator sebagai berikut:

1. Ketepatan penyelesaian tugas merupakan pengelolaan waktu dalam bekerja dan


juga ketepatan karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan.
2. Kesesuaian jam kerja merupakan kesediaan karyawan dalam mematuhi peraturan
perusahaan yang berkaitan dengan ketepatan waktu masuk/pulang kerja dan jumlah
kehadiran.
3. Jumlah ketidakhadiran karyawan dalam suatu perusahaan selama periode tertentu.
4. Kerjasama antar karyawan merupakan kemampuan karyawan untuk bekerja sama
dengan orang lain dalam menyelesaikan suatu tugas yang ditentukan sehingga
mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kecerdasan emosi merupakan kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri,
mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan
kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain. Kecerdasan emosional
memungkinkan seseorang untuk mengelola emosinya dengan baik, sehingga terekspresikan
secara tepat dan efektif, yang pada akhirnya akan membawa orang tersebut mampu bekerja
sama dengan lancar menuju sasaran dan tujuan organisasi.
DAFTAR PUSTAKA

E. Prawitasari, Johana. 1998. Buletin Psikologi Kecerdasan Emosi. Jakarta.

Irawati, Anugrahini & Pebrianto, Danang. 2020. Pengaruh Disiplin Dan Kecerdasan
Emosional Terhadap Kinerja (Studi Pada Karyawan PT. POS Indonesia, Bangkalan). Madura:
Universitas Trunojoyo Madura.

Rahmasari, Lisda. 2012. Pengaruh Kecerdasan Intelektual , Kecerdasan Emosi dan


Kecerdasan Spiritual Terhadap Kinerja Karyawan. Semarang: Universitas AKI.

Anda mungkin juga menyukai