Anda di halaman 1dari 14

KECERDASAN EMOSI

DALAM PEMBENTUKAN PRIBADI BIDAN


Tugas Ini Diajukan untuk Memenuhi Tugas Pengembangan Kepribadian

Dosen Pembimbing:

Herawati Mansur.,S.ST.,M.Pd.,M.Psi

Disusun Oleh :
1. Nafa Eka Zhasmita (P17310183065)
2. Himatus Salsabila (P17310183066)
3. Kuntarsi Hanum N. (P17310183077)
4. Nike Pradini (P17310184083)
5. Syehra Silvya Marta C. (P17310184104)
6. Widy Arum Permatasari (P17310184092)
7. Yessika Riski Melati (P17310184107)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
PRODI D-III KEBIDANAN
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “ Kecerdasan emosi dalam
pembentukan pribadi bidan”. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan
kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna dan
menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.

Disamping itu, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak


yang telah membantu kami selama pembuatan makalan ini berlangsung sehingga
dapat ter selesaikan makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat


bermanfaat bagi para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap
makalah ini agar kedepannya dapat kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah
yang kami buat ini masih banyak terdapat kekurangannya.

Malang,12 Maret 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

BAB 1 ................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan masalah ............................................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 2
BAB II ................................................................................................................................ 3
TINJAUAN TEORI .......................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Kecerdasan Emosional ........................................................................ 3
2.2 Ciri-Ciri Kecerdasan Emosional ........................................................................... 4
2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional ............................ 5
2.4 Implementasi Kecerdasan Emosional Dalam Pelayanan Kebidanan ................ 6
BAB III............................................................................................................................... 8
TINJAUAN KASUS.......................................................................................................... 8
BAB IV ............................................................................................................................. 10
PENUTUP........................................................................................................................ 10
4.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 10
4.2 Saran ...................................................................................................................... 10

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Merutut Dr. Goleman, para ahli psikologi sepakat bahwa IQ hanya


mendukung sekitan 20% faktor faktor yang menentukan suatu keberhasilan.
805 sisanya berasal dari faktor lain, termasuk kecerdasan emosional. Ia
menyebutkan bahwa EQ mencakup semua sifat seperti:

1. Kesadaran diri
2. Managemen suasana hati (mood)
3. Motivasi diri
4. Pengendalian impulsi/ desakan diri

Paduan EQ dan IQ yang dapat membuat perbedaan dalam meraih


keberhasialn di tempat kerja. EQ artinya sederhana, menggunakan emosi
secara efektif untuk mencapai tujuan, membangun hubungan produktif dan
membangun keberhasialan.

Penelitian Dr. Goleman menunjukkan bahwa otak kita sebenarnya memiliki


2 pikiran, satu yang berfikir dan lainnya yang merasa. Pikiran emosional
dikembangkan sebelum penalaran, memberikan keterkaitan lebih jauh tentang
pentingnya memahami diri kita sendiri. Karena gairah menumbulkan
kedalaman dan keluasan bagi keadaan kita, keduanya juga mampu menekan
pikiran logis dan rasional kita. Ini berarti kita sebenarnya dapat melakukan
yang berlawanan dengan apa yang kita ketahui benar. Misalnya, ketidak
sabaran dapat berkembang menjadi kemarahan, menyebabkan tindakan yang
tidak benar. Sekali pikiran rasional kita kembali terkendalikan, kita seringkali
bertanya mengapa kita menanggapi seperti yang kita lakukan. Untuk
memahami bagaiman kita merasa dan perilaku yang menyertainya adalah
intisari dari kecerdasan emosional.

1
1.2 Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksut dengan kecerdasan emosional?
2. Apasaja Ciri-Ciri dan factor faktorKecerdasan Emosional?
3. Apasajakah Implementasi Kecerdasan Emosional Dalam Pelayanan
Kebidanan?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksut dengan kecerdasan emosional?
2. Mengetahui Apasaja Ciri-Ciri dan factor faktorKecerdasan Emosional?
3. Mengetahui Apasajakah Implementasi Kecerdasan Emosional Dalam
Pelayanan Kebidanan?

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Kecerdasan Emosional

Kecerdasan dalam arti umum merupakan suatu kemampuan yang dimiliki


seseorang dalam memahami dan menyadari terhadap apa yang dialaminya
baik melalui pikrian,perkataan,dan perbuatan. Dalam berfikir biasanya seorang
individu mengalami berbagai hal terhadap apa yang dialaminya sehingga ia
mampu untuk merangkai, merumuskan, membandingkan, dan
menganalogikan.

Goleman memaparkan beberapa hasil penelitiannya , beliau mengatakan


bahwa Kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki
seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan,
mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa.
Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang mampu menempatkan emosi
secara tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati.

Lambat laun teori kecerdasan emosional ini pun disempurnakan oleh ahli
psikologi perkembangan tempatnya pada tahun 1999, yakni oleh Cooper dan
Sawaf. Mereka berpendapat bahwa kecederaan emosional adalah kemampuan
merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan
emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang manusiawi. Didalam
kecerdasan emosi menuntut pemilikan perasaan, untuk belajar mengakui,
menghargai perasaan pada diri dan orang lain. Selain itu, mampu
menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam
kehidupan sehari-hari. Ditahun yang sama,dua ahli perkembangan juga
memiliki pendapat tentang kecerdasan emosional. Dua orang ahli tersebut
bernama Howes dan Herald. Mereka juga berpendapat bahwa kecerdasan
emosional merupakan komponen yang membuat seseorang menjadi pintar
menggunakan emosi.

3
Dari pendapat-pendapat para ahli diatas dapatlah disimpulkan bahwa,
kecerdasan emosional menuntut manusia agar dapat mengembangkan
kemampuan emosional dan kemampuan sosialnya. Kemampuan emosional
sendiri meliputi sadar akan keadaan emosi diri sendiri, kemampuan mengelola
emosi,kemampuan memotivasi diri, dan kemampuan menyatakan perasaan
kepada orang lain. Kecerdasan emosional adalah kekuatan dibalik singgasana
kemampuan intelektual. Ia merupakan dasar-dasar pembentukan emosi yang
mencakup ketrampilan-ketrampilan untuk:

•tetap optimis jika berhadapan dengan kemalangan

•menyalurkan emosi-emosi yang kuat secara efektif

•mampu memotivasi dan menjaga semangat disiplin diri dalam usaha mencapai
tujuan-tujuan

•menangani kelemahan-kelemahan pribadi

•menunjukkam rasa empati kepada orang lain

•membangun mesadaran diri dan pemahaman pribadi

2.2 Ciri-Ciri Kecerdasan Emosional


Salovey dalam Hermaya (2006) menjelaskan lima wilayah utama dalam
kecerdasan emosional yang menjadi indicator pengukuran kecerdasan
emosional :
a. Mengenali Emosi Diri
Kesadaran diri yaitu mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi
dan merupakan dasar kecerdasan emosional (Hermaya,2006). Mengetahui
apa yang kita rasakan pada suatu saat dan menggunakannya untuk memandu
penganbilan keputusan sendiri, memiliki tolak ukur yang realitas atas
kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat (Goleman dalam
Widodo,1999)

4
b. Mengelola Emosi
Menangani emosi sedemikian rupa sehingga berdampak positif kepada
pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda
kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran serta mampu pulih kembali
dari tekanan emosi (Goleman dalam Widodo,1999)

c. Memotivasi Diri Sendiri


Menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakan dan
menuntut menuju sasaran membantu mengambil inisiatif dan bertindak
sangat efektif, tetap bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi (Goleman
dalam Widodo,1999)

d. Mengenali Emosi Orang Lain


Merasakan yang dirasakan orang lain, mampu memahami perspektif
mereka menumbuhkan hubungan saling percaya dan mnyelaraskan diri
dengan bermacam macam orang (Goleman dalam Widodo,1999)

e. Membina hubungan
Menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain,
cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancer,
menggunakan kemampuan ini untuk mempengaruhi dan memimpin,
bermusyahwarah dan menyelesaikan penyelesaian dan untuk bekerja sama
dalam tim (Goleman dalam Widodo,1999)

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional

a. Usia
Usia merupakan salah satu hal yang mempengaruhi emosi seseorang
(Freun dan Baltes dalam satiadarma dan Waruwu, 2003). Usia merupakan
salah satu indicator yang harus dipertimbangkan dalam mengevaluasi
kecerdasan emosi seseorang. Karena perubahan pengalam hidup sangat
mempengaruhi kondisi emosi seseorang. Januarsari dan Murtanto (2000)

5
menambahkan usia yang semakin matang membantu tercipttanya kestabilan
emosi dan cenderung lebih handal dalam memecahkan permasalahan secara
realitis.
b. Budaya Dan Tingkat Sosial Ekonomi
Budaya dan kondisi sosial ekonomi sangat mempengaruhi
perkembangan emosi seseorang, pernyataan yang diungkap satiadarma dan
waruwu (2003). Seseorang dalam mengendalikan emosinya akan
mengalami banyak perubahan apabila pindah tempat tinggal atau jika
kondisi sosial ekonominya mengalami perubahan

c. Keadaan Keluarga
Hasil penelitian Ulpatusalicha (2009) menunjukan bahwa keadaan
keluarga menyumbang pengaruh besar terhadap kecerdasan emosional
anak. Terutama pada kasusu single parents, akan berdampak pada anak
yaitu : kecenderungan anak yang tidak dapat mengontrol diri, kecewa,
frustasi, melawan peraturan, memberontak, kurang kosentrasi, murung,
terasa bersalah, mudah marah, kurang motivasi, iri, ketidak stabilan emosi,
tidak percaya diri.

2.4 Implementasi Kecerdasan Emosional Dalam Pelayanan Kebidanan

Bidan merupakan salah satu profesi yang bergerak di bidang pelayanan


masyarakat khususnya bidang kesehatan. Minat serta peminatan akan jasa
seorang bidan terus meningkat setiap tahunnya, khususnya di Indonesia.
Profesi bidan sendiri merupakan profesi dengan tuntutan pekerjaan yang sangat
berat, meliputi kesejahteraan dan keselamatan pasien.

Tuntutan karakteristik dan kemampuan yang diharapkan dimiliki oleh


seorang bidan dalam konsep ilmu Psikologi tercakup dalam kecerdasan
emosional. Pentingnya seluruh kemampuan tersebut di atas dimiliki oleh
seorang bidan terlihat lebih sesuai dijelaskan dengan konsep Bar-On yang
melihat kecerdasan emosional sebagai suatu sinergi antara lima skala besar

6
yaitu kemampuan intrapersonal, interpersonal, adaptability, stress management
dan general mood.

Selain itu, tipe kepribadian juga dirasa memiliki peranan penting dalam
profesi bidan selain kecerdasan emosional. Bidan harus mampu menerapkan
kelima kecerdasan emosional tersebut dalam praktik sehari hari. Namun masih
ada beberapa bidan yang mungkin belum menerapkan kecerdasan emosional
secara baik. Sebagai contoh terdapat studi kasus yang dilakukan untuk melihat
gambaran kecerdasan emosional dan tipe kepribadian bidan praktik mandiri.

7
BAB III

TINJAUAN KASUS

NO Partis EQ-i Neuroticis Extraversio Openness Agreeablenes Conscientiousnes


ipan m n to s s
Experienc
e
1 AN 135 36 51 (Rata- 40 55 (Rata- 61 (Tinggi)
(Sangat (Rendah) rata) (Rendah) rata)
Tinggi)

Berdasarkan hasil wawancara, AN terlihat memiliki kecerdasan emosional


yang sangat baik, dari hasil wawancara juga menunjukkan rasa mandiri dan tidak
bergantung secara emosional terhadap orang lain sehingga akan membantu dirinya
dalam menghadapi situasi-situasi dalam hidupnya. Walau begitu, rasa optimis yang
kurang baik terkadang mempengaruhi kemampuan AN secara keseluruhan dan
cenderung menghambat AN untuk menangani dan melihat situasi seperti apa
adanya.

Selain itu, rasa empati yang kurang juga membuatnya sulit untuk membina
hubungan dengan lingkungan sosialnya. Namun, setelah dilakukan wawancara
lebih dalam, kecerdasan emosional AN yang terlihat cukup baik, ternyata tidak
sebaik seperti apa yang digambarkan dari hasil tes EQ-i.

Dalam wawancara, AN terlihat memiliki kecerdasan emosional yang cukup


baik dalam konteks pekerjaannya sebagai seorang bidan, namun jika digali lebih
dalam melihat pada sisi kehidupannya, tidak menunjukkan hal yang sama. Hal ini
yang menunjukkan bahwa kecerdasan emosional AN tidak sebaik hasil tes. Hal ini
juga menunjukkan bahwa AN memang mampu memenuhi tuntutan peran sebagai
bidan dengan segala beban kerjanya, namun kurang mampu mempertahankan
kesejahteraan emosionalnya dalam peran yang lain di luar profesinya.

Selain itu, jika dikaitkan dengan hasil pemeriksaan kepribadian yang


menunjukkan bahwa AN termasuk pribadi yang konservatif dan memegang teguh
tradisi atau normanorma yang diyakininya. Terlihat juga bahwa AN cenderung
untuk menekan dorongan dan keinginannya, sehingga terkadang ia sulit

8
menentukan keinginan dan tujuan hidupnya. AN membutuhkan kehadiran dan
dukungan dari orang lain untuk menjalani hidupnya. Hal ini tercermin dari
rendahnya kemampuan asertif dan rasa mandiri dalam diri AN.

Dari aspek sosial, AN memiliki minat sosial yang cukup namun dihadapkan
dengan kemampuan interpersonal yang rendah, khususnya pada aspek empati,
maka AN kesulitan untuk membina relasi sosial yang diharapkan. Namun, jika
dalam konteks pekerjaannya sebagai bidan, AN terlihat memiliki tanggung jawab
sosial yang terbilang tinggi walau sebenarnya AN sangat membutuhkan kehadiran
dan dukungan orang lain.

AN kurang memiliki kemampuan untuk mengekspresikan emosi dan


perasaannya dengan baik, akibatnya ia terbiasa untuk memendam seluruh perasaan
atau emosinya, baik ketika berhadapan dengan pasien atau dalam kehidupan sehari-
hari. Hal-hal di atas membuat AN belum mampu mencapai aktualisasi diri di usia
yang sudah menginjak dewasa akhir.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam bekerja sebagai bidan


AN terlihat memiliki potensi kecerdasan emosional yang cukup baik terlihat dari
masa kerjanya selama 40 tahun dan tidak menemukan masalah yang berat. Namun,
kecerdasan emosional yang cukup tersebut tidak digunakan ketika AN
menjalankan perannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga menghambat AN
dalam menjalani masa tuanya dengan bahagia.

9
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan
secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi
dan pengaruh yang manusiawi. Dari pendapat-pendapat para ahli dapat
disimpulkan bahwa, kecerdasan emosional menuntut manusia agar dapat
mengembangkan kemampuan emosional dan kemampuan sosialnya.
Kemampuan emosional sendiri meliputi sadar akan keadaan emosi diri sendiri,
kemampuan mengelola emosi,kemampuan memotivasi diri, dan kemampuan
menyatakan perasaan kepada orang lain. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kecerdasan emosional seseorang antara lain : usia, budaya dan
tingkat ekonomi, dan keadaan keluarga seseorang itu sendiri.

Keterampilan kecerdasan emosional yang seimbang merupakan faktor


penting untuk membantu mencapai harmoni dalam diri ,yang merupakan
prasarat untuk menemukan harmoni dengan orang lain. Dasar untuk
keterampilan kecerdasan

emosional adalah kepedulian diri, jika menguasai dasar menjadi pandai


maka, akan mencapai hal yang besar. Sekali memcapai keseimbangan personal
maka akan mengarahkan ke harmoni dan dengan harmoni akan menjadikan
dunia tempat yang lebih baik.

4.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di
pertanggung jawabkan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Dr.Patton,Patricia. 2002. EQ-Kecerdasan Emosional Pengembangan sukses lebih


bermakna. Mitra media

Al.Tidhonanto. 2013. Melejutkan kecerdasan emosi (EQ). Elex Media


Komputindo

Januarsari dan Murtanto. 2002. Ledakan EQ:15 Prinsip Dasar Kecerdasan


Emosional Meraih Sukses.

Hermaya,T. 2006. Kecerdasan Emosional. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.


Terjemahan: Emotional Intelligence. Goleman,D.1995

Widodo,A.T.K.1999 Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi.


Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.512-514.Terjemahan: Working With Emotional
intelligence. Goleman,D.1999

Luk, Zuyina. 2010. Pengembangan Kepribadian Untuk Mahasiswa Kesehatan


Dan Umum. Nuha Medika

11

Anda mungkin juga menyukai