Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SOFTSKILL MANAJEIAL

“ SIKAP POSITIF DAN KECERDASAN EMOSI”

Dosen Pengampu

Drs. Hery Sutanto,MM

Disusun Oleh :

Kelompok 10

1. Dendy Sutanto Prayitno 141210346

2. Annisa Amanda Putri H 141210347

3. Ilham Eka Prakosya 141210356

4. Anggita Ayu Wibowo 141220001

5. Fransisca Aninda Laizwari 141220010

PRODI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas hidayah dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Soft Skill Manajerial
yang berjudul “ SIKAP POSITIF DAN KECERDASAN EMOSI” ini tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan makalah dengan materi “ SIKAP POSITIF DAN KECERDASAN


EMOSI” ini, kami menyadari bahwa makalah tersebut dapat diselesaikan karena bantuan dari
banyak pihak yang telah berkontribusi meluangkan waktu dan tenaganya untuk membimbing,
membantu, serta menuangkan ide-idenya kepada kami sehingga makalah ini dapat tersusun
dengan baik.

Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk pembelajaran kita semua dan
menambah pengetahuan pembaca. Namun, kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan
penyelesaian makalah ini, masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan serta masih perlu
sebuah penyempurnaan. Kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik.

Demikian yang dapat kami sampaikan, kami ucapkan terimakasih yang


sebesar-besarnya.

Yogyakarta, 20 Oktober 2023

Tim Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... 1
BAB I........................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN......................................................................................................... 3
A. Latar Belakang...................................................................................................3
B. Rumusan Masalah............................................................................................. 3
C. Tujuan................................................................................................................ 4
BAB II.......................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN........................................................................................................... 5
A. Pengertian Sikap dan Sikap Positif....................................................................5
B. Komponen Sikap................................................................................................6
C. Mengembangkan Sikap Positif.......................................................................... 6
D. Manfaat Sikap Positif......................................................................................... 7
E. Pengertian Kecerdasan Emosi.......................................................................... 8
F. Aspek-Aspek Kecerdasan Emosi....................................................................... 9
G. Faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi...............................................11
H. Cara meningkatkan kecerdasan emosi........................................................... 12
I. Ciri-ciri kecerdasan emosi tinggi atau rendah................................................... 13
BAB III....................................................................................................................... 14
PENUTUP..................................................................................................................14
KESIMPULAN......................................................................................................14

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam era modern ini, tidak hanya keahlian teknis atau "hard skill" yang
menjadi kunci kesuksesan seseorang di berbagai bidang kehidupan, tetapi juga
kemampuan seperti sikap positif dan kecerdasan emosi. Hal ini memiliki peran
penting dalam membantu individu berinteraksi dengan orang lain, mengelola stres,
dan mencapai tujuan pribadi serta profesional.
Sikap positif adalah kemampuan untuk melihat dunia dengan optimisme,
bahkan di tengah tantangan. Ini melibatkan keyakinan bahwa hal-hal baik akan terjadi
dan kemampuan untuk menjalani hidup dengan semangat yang positif. Yang dimana
cara seseorang untuk menanggapi berbagai situasi dalam hidup dengan optimisme dan
keyakinan bahwa hal-hal baik akan terjadi. Sikap positif membantu individu untuk
menghadapi tantangan dan kesulitan dengan lebih baik.
Di sisi lain, kecerdasan emosi melibatkan pemahaman dan pengelolaan emosi, baik
emosi diri sendiri maupun orang lain. Ini mencakup kemampuan untuk berempati,
mengenali emosi, dan mengatur respon emosi secara sehat. Kecerdasan emosi juga
dikenal sebagai Emotional Intelligence (EQ), adalah kemampuan untuk memahami
dan mengelola emosi sendiri serta emosi orang lain. EQ memiliki dampak besar pada
hubungan sosial, produktivitas, dan keberhasilan dalam berbagai aspek kehidupan.
Kedua ini berperan penting dalam membantu individu beradaptasi dengan
perubahan, menghadapi tekanan, membangun hubungan yang kuat, dan mencapai
kesejahteraan mental yang lebih baik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Sikap dan Sikap Positif ?
2. Apa saja Komponen Sikap ?
3. Bagaimana Mengembangkan Sikap Positif ?
4. Apa Manfaat Sikap Positif ?
5. Apa Pengertian Kecerdasan Emosi ?
6. Apa Aspek-Aspek Kecerdasan Emosi ?
7. Bagaimana Cara meningkatkan kecerdasan emosi ?
8. Apa Ciri-ciri kecerdasan emosi tinggi atau rendah ?

3
C. Tujuan
1. Mampu memahami Pengertian Sikap dan Sikap Positif
2. Mampu memahami Komponen Sikap
3. Mampu memahami Cara Mengembangkan Sikap Positif
4. Mampu memahami Manfaat Sikap Positif
5. Mampu memahami Pengertian Kecerdasan Emosi
6. Mampu memahami Aspek-Aspek Kecerdasan Emosi
7. Mampu memahami Cara meningkatkan kecerdasan emosi
8. Mampu memahami Ciri-ciri kecerdasan emosi tinggi atau rendah

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sikap dan Sikap Positif

G.W. Allport (1953) mendefinisikan sikap sebagai keadaan mental dan saraf
dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik
atau terarah terhadap respons individu pada semua objek dan situasi yang
berhubungan dengannya. Sedangkan menurut Koentjaraningrat (1983), sikap
merupakan kecenderungan yang berasal dari dalam diri individu untuk berkelakuan
dengan pola-pola tertentu, terhadap suatu objek akibat pendirian dan perasaan
terhadap objek tersebut. Sikap atau attitude mencerminkan keinginan, rasa senang,
rasa tidak senang, atau netral dari seseorang terhadap sesuatu.

Sikap positif dapat diartikan sebagai perilaku seseorang yang dianggap sesuai
dengan nilai dan norma di dalam kehidupan bermasyarakat. Sikap sikap positif ini
dapat tercermin dari tindakan disiplin, bekerja keras, ulet, jujur, rela berkorban,
hemat, dan lain sebagainya. Elwood N.Chapman memberikan pengertian bahwa sikap
positif adalah isyarat tindakan yang dilakukan seseorang secara positif dalam bereaksi
terhadap keadaan yang dialami.Sikap Positif adalah sesuatu yang tiada ternilai, salah
satu aset anda yang paling berharga. Sebagian besar sikap positif menentukan kualitas
hidup anda secara keseluruhan. Dalam iklim yang serba tidak menentu, orang harus
tahu bagaimana mengendalikan dan mengelola kualitas hidupnya melalui sikap
mental positif. Tidak mudah mendefinisikan sikap positif, dalam hal ini Phil Clement
(2000) merinci apa saja yang menandai sikap positif:

a. Tidak menghakimi
b. Mengendalikan diri sendiri dan situasi
c. Kreatif dalam berpikir dan perencanaan
d. Mampu menangani dan mengelola peubahan
e. Optimis
f. Mampu mengkomunikasikan secara efektif semua atribut diatas

5
B. Komponen Sikap

Sikap mengandung tiga komponen, yaitu kognitif, afektif, dan komponen konatif.

1. Komponen Kognitif Merupakan respon pernyataan sikap mengenai apa yang


diyakini. Sikap kognitif berhubungan dengan gejala mengenai pikiran. Ini berarti
berwujud pengolahan, pengalaman dan keyakinan serta harapan-harapan individu
tentang objek atau kelompok objek tertentu. Sedangkan menurut Travers, Gagne
dan Cronbach bahwa komponen kognitif adalah berupa pengetahuan,
kepercayaan atau pikiran yang didasarkan pada informasi, yang berhubungan
dengan objek.
2. Komponen Afektif Merupakan respon pernyataan sikap mengenai perasaan (apa
yang dirasakan). Seperti ketakutan, kedengkian, simpati dan empati terhadap
objek tertentu.
3. Komponen Konatif Merupakan respon tindakan, perilaku atau pernyataan sikap
mengenai perilaku. Sikap tertentu dapat muncul tidak saja ditentukan oleh
rangsangan keadaan objek yang sedang dihadapi, tetapi juga berkaitan dengan
pengalaman masa lalu, atau oleh situasi sekarang, atau juga oleh harapan-harapan
untuk masa datang

C. Mengembangkan Sikap Positif

Sikap positif tidak terjadi dengan sendirinya, sikap positif terjadi karena proses
pengembangan. Berikut adalah langkah-langkah untuk mengembangkan dan
memelihara sikap mental positif, seperti yang dikemukakan Peter F. Haddon (1999) :

a. Menetapkan tujuan prioritas secara tertulis ,menantang dan terukur


b. Menanamkan kebiasaan melakukan yang terbaik
c. Mengembangkan Antusiasme
d. Mencari sisi positif orang lain
e. Mengembangkan kepercayaan diri
f. Memandang sesuatu yang positif dalam setiap situasi
g. Kembangkan sikap proaktif
h. Anggap kendala sebagai tantangan

6
D. Manfaat Sikap Positif

Bersikap positif bukan berarti mengabaikan situasi yang kurang menyenangkan,


melainkan lebih ke menghadapi ketidaknyamanan dengan cara yang lebih positif dan
produktif. Kita harus bersikap bahwa keadaan terbaiklah yang akan terjadi, dan bukan
yang terburuk. Berikut merupakan beberapa manfaat dari sikap positif :

1. Meningkatkan kemungkinan umur panjang dan mencegah berbagai penyakit Para


peneliti di University of Pittsburgh School of Medicine menemukan bahwa
wanita menopause yang memiliki sifat optimis mengalami penurunan jangka
kematian dan memiliki hanya sedikit risiko terkena diabetes atau hipertensi
(tekanan darah tinggi), yang sering kali dialami oleh teman-teman pesimis
mereka. Para peneliti menganalisis data dari 100.000 orang wanita dalam studi
yang sedang berlangsung, dan hasilnya adalah wanita yang optimis memiliki
risiko sebanyak 30% lebih rendah untuk meninggal karena penyakit jantung,
dibandingkan dengan yang pesimis. Para wanita yang pesimis juga memiliki 23%
kemungkinan untuk meninggal akibat kanker.
2. Mencegah depresi Pemikiran pesimis adalah salah satu faktor yang menyebabkan
depresi, menurut Psychology Today. Dengan mengubah cara berpikir menjadi
positif, maka akan dapat mencegah depresi. Terapi kognitif yang mengubah pola
berpikir dapat meningkatkan perasaan seseorang, dan juga menjadi bagian utama
dari pengobatan depresi.
3. Memperkuat sistem imun tubuh Bersikap positif diyakini dapat membantu orang
melawan masuk angin dan penyakit lainnya. Namun, menurut sebuah studi di
tahun 2003 pada New York Times menyatakan bahwa berpikir negatif hanya
dapat melemahkan respon kekebalan tubuh terhadap flu. Ini karena adanya
aktivitas listrik yang besar di bagian otak ketika manusia berpikir negatif,
sehingga hal itu dapat melemahkan respon imun terhadap flu yang diukur dengan
antibodi mereka.
4. Mengatasi stres dengan lebih baik Ketika dihadapi oleh situasi yang
menyebabkan stres, orang yang bersikap positif dapat mengatasi situasi tersebut
lebih efektif dibandingkan dengan pemikir negatif. Dalam sebuah penelitian, para
peneliti menemukan bahwa ketika orang optimis menghadapi kekecewaan

7
(contohnya seperti tidak diterima kerja atau gagal naik jabatan), mereka lebih
cenderung untuk fokus pada hal-hal yang dapat mereka lakukan dalam mengatasi
situasi tersebut daripada tenggelam dalam perasaan frustrasi atau dengan hal-hal
yang tidak dapat mereka ubah.
5. Membuat Anda lebih tangguh Ketahanan mengacu pada kemampuan kita untuk
mengatasi masalah. Orang tangguh dapat menghadapi krisis atau trauma dengan
kekuatan dan tekad. Daripada hancur dalam menghadapi stres, mereka lebih
memilih untuk melanjutkan dan mengatasi kesulitan tersebut. Ini membuktikan
bahwa bersikap positif memainkan peran terhadap ketangguhan. Ketika
berhadapan dengan tantangan, orang yang bersikap positif biasanya melihat apa
yang sebenarnya dapat mereka lakukan dalam menyelesaikan masalah.

E. Pengertian Kecerdasan Emosi

Beberapa tokoh mengemukakan tentang teori kecerdasan emosional antara


lain, Mayer & Salovey dan Daniel Goleman. Salovey dan Mayer mendefinisikan
kecerdasan emosional atau yang sering disebut EQ sebagai, “himpunan bagian dari
kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang
melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah- milah semuanya dan
menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan.”. Menurut
Goleman, kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan
emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intelligence);
menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion
and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi
diri, empati dan keterampilan sosial.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa


kecerdasan emosi adalah kemampuan menuntut diri untuk belajar mengakui dan
menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan untuk menanggapinya dengan
tepat, menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari
hari, serta merupakan kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola
emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan
untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain.

8
F. Aspek-Aspek Kecerdasan Emosi

Goleman menggambarkan kecerdasan emosi dalam 5 aspek kemampuan


utama, yaitu :

1. Mengenali emosi diri. Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan
untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini
merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan
kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya
sendiri. Menurut Mayer (Goleman, 2000) kesadaran diri adalah waspada terhadap
suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka
individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi.
Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi, namun merupakan
salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi sehingga individu
mudah menguasai emosi.
2. Mengelola emosi. Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam
menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga
tercapai keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan
tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan,
yang meningkat dengan intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita
(Goleman, 2009). Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri
sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-
akibat yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-
perasaan yang menekan.
3. Memotivasi diri sendiri. Prestasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam
diri individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap
kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi
yang positif, yaitu antusianisme, gairah, optimis dan keyakinan diri.
4. Mengenali emosi orang lain. Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain
disebut juga empati. Menurut Goleman (2009) kemampuan seseorang untuk
mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan kemampuan empati seseorang.
Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap
sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang

9
dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang
lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan
orang lain.

Rosenthal (dalam Goleman, 2009) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa orang


orang yang mampu membaca perasaan dan isyarat non verbal lebih mampu
menyesuiakan diri secara emosional, lebih populer, lebih mudah bergaul, dan
lebih peka. Nowicki (dalam Goleman, 2009), ahli psikologi menjelaskan bahwa
anak-anak yang tidak mampu membaca atau mengungkapkan emosi dengan baik
akan terus menerus merasa frustasi. Seseorang yang mampu membaca emosi
orang lain juga memiliki kesadaran diri yang tinggi. Semakin mampu terbuka
pada emosinya sendiri, mampu mengenal dan mengakui emosinya sendiri, maka
orang tersebut mempunyai kemampuan untuk membaca perasaan orang lain.

5. Membina hubungan. Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu


keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar
pribadi (Goleman, 2009). Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan
kemampuan dasar dalam keberhasilan membina hubungan. Individu sulit untuk
mendapatkan apa yang diinginkannya dan sulit juga memahami keinginan serta
kemauan orang lain. Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina
hubungan ini akan sukses dalam bidang apapun. Orang berhasil dalam pergaulan
karena mampu berkomunikasi dengan lancar pada orang lain. Orang-orang ini
populer dalam lingkungannya dan menjadi teman yang menyenangkan karena
kemampuannya berkomunikasi (Goleman,2009). Ramah tamah, baik hati, hormat
dan disukai orang lain dapat dijadikan petunjuk positif bagaimana siswa mampu
membina hubungan dengan orang lain. Sejauh mana kepribadian siswa
berkembang dilihat dari banyaknya hubungan interpersonal yang dilakukannya.

Goleman (2009) juga menambahkan, aspek-aspek kecerdasan emosi meliputi:

1. Kesadaran diri. Mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat dan
menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan untuk diri sendiri
memiliki tolak ukur realitas atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.
2. Pengaturan diri. Menangani emosi kita sedemikian rupa sehingga berdampak
positif kepada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup untuk

10
menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, mampu pulih kembali
dari tekanan emosi.
3. Motivasi. Kemampuan menggunakan hasrat yang paling dalam untuk
menggerakkan dan menuntut kita menuju sasaran, membantu kita mengambil
inisiatif dan bertindak secara efektif dan untuk bertahan menghadapi kegagalan
dan frustasi.
4. Empati. Merasakan yang dirasakan orang lain, mampu memahami prespektif
mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan
bermacam macam orang.
5. Keterampilan sosial. Menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan
orang lain dan cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan
lancar menggunakan keterampilan keterampilan ini mempengaruhi dan
memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan dan untuk bekerja
dalam tim.

G. Faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi, antara lain:

A. Faktor Internal

Faktor internal adalah apa yang ada dalam diri individu yang mempengaruhi
kecerdasan emosinya. Faktor internal ini memiliki dua sumber yaitu segi
jasmani dan segi psikologis. Segi jasmani adalah faktor fisik dan kesehatan
individu, apabila fisik dan kesehatan seseorang dapat terganggu dapat
dimungkinkan mempengaruhi proses kecerdasan emosinya. Segi psikologis
mencakup didalamnya pengalaman, perasaan, kemampuan berfikir dan
motivasi.

B. Faktor Eksternal

Faktor ekstemal adalah stimulus dan lingkungan dimana kecerdasan emosi


berlangsung. Faktor ekstemal meliputi:

11
1. Stimulus itu sendiri, kejenuhan stimulus merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam memperlakukan kecerdasan
emosi tanpa distorsi
2. Lingkungan atau situasi khususnya yang melatarbelakangi proses
kecerdasan emosi. Objek lingkungan yang melatarbelakangi merupakan
kebulatan yang sangat sulit dipisahkan.

H. Cara meningkatkan kecerdasan emosi


1. Membaca situasi. Dengan memperhatikan situasi sekitar, kita akan mengetahui
apa yang harus dilakukan.
2. Mendengarkan dan menyimak lawan bicara. Dengarkan dan simak
pembicaraan dan maksud dari lawan bicara, agar tidak terjadi salah paham
serta dapat menjaga hubungan baik.
3. Siap berkomunikasi. Jika terjadi suatu masalah, bicarakanlah agar tidak terjadi
salah paham.
4. Tak usah takut ditolak. Setiap usaha terdapat dua kemungkinan, diterima atau
ditolak, jadi siapkan diri dan jangan takut ditolak.
5. Mencoba berempati. EQ tinggi biasanya didapati pada orang-orang yang
mampu berempati atau bisa mengerti situasi yang dihadapi orang lain.
6. Pandai memilih prioritas. Ini perlu agar bisa memilih pekerjaan apa yang
mendesak, dan apa yang bisa ditunda.
7. Siap mental. Situasi apa pun yang akan dihadapi, kita harus menyiapkan
mental sebelumnya.
8. Ungkapkan lewat kata-kata. Katakan maksud dan keinginan dengan jelas dan
baik, agar dapat salaing mengerti.
9. Bersikap rasional. Kecerdasan emosi berhubungan dengan perasaan, namun
tetap berpikir rasional.
10. Fokus. Konsentrasikan diri pada suatu masalah yang perlu mendapat
perhatian. Jangan memaksa diri melakukannya dalam 4-5 masalah secara
bersamaan

12
I. Ciri-ciri kecerdasan emosi tinggi atau rendah

Goleman (1995) mengemukakan karakteristik individu yang memiliki


kecerdasan emosi yang tinggi dan rendah sebagai berikut:

1. Kecerdasan emosi tinggi yaitu mampu mengendalikan perasaan marah, tidak


agresif dan memiliki kesabaran, memikirkan akibat sebelum bertindak, berusaha
dan mempunyai daya tahan untuk mencapai tujuan hidupnya, menyadari perasaan
diri sendiri dan orang lain, dapat berempati pada orang lain, dapat mengendalikan
mood atau perasaan negatif, memiliki konsep diri yang positif, mudah menjalin
persahabatan dengan orang lain, mahir dalam berkomunikasi, dan dapat
menyelesaikan konflik sosial dengan cara damai.
2. Kecerdasan emosi rendah yaitu bertindak mengikuti perasaan tanpa memikirkan
akibatnya, pemarah, bertindak agresif dan tidak sabar, memiliki tujuan hidup dan
cita-cita yang tidak jelas, mudah putus asa, kurang peka terhadap perasaan diri
sendiri dan orang lain, tidak dapat mengendalikan perasaan dan mood yang
negatif, mudah terpengaruh oleh perasaan negatif, memiliki konsep diri yang
negatif, tidak mampu menjalin persahabatan yang baik dengan orang lain, tidak
mampu berkomunikasi dengan baik, dan menyelesaikan konflik sosial dengan
kekerasan.

13
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Sikap positif dan kecerdasan emosi adalah dua aspek penting dalam pengembangan
soft skill yang sangat berharga dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan ini membantu
individu untuk menghadapi tantangan dengan lebih baik, membangun hubungan yang kuat,
dan mencapai keberhasilan pribadi dan profesional. Oleh karena itu, penting bagi setiap
individu untuk memahami, mengembangkan, dan memanfaatkan sikap positif dan kecerdasan
emosi dalam hidup mereka.
Sikap positif membantu individu untuk menghadapi tantangan dengan optimisme dan
keyakinan bahwa hal-hal baik akan terjadi. Optimisme ini memotivasi mereka untuk terus
berusaha dan beradaptasi dengan perubahan. Ketahanan yang dimiliki oleh individu dengan
sikap positif membantu mereka untuk pulih dari kegagalan dan kesulitan.
Kecerdasan emosi, atau EQ, memungkinkan individu untuk memahami dan
mengelola emosi, baik emosi diri sendiri maupun emosi orang lain. Hal ini memperkuat
kemampuan berempati dan berkomunikasi dengan baik. EQ juga berperan dalam membangun
hubungan yang kuat dan produktif di berbagai konteks, termasuk di tempat kerja dan dalam
pendidikan.
Sikap positif dan kecerdasan emosi membantu individu untuk mengatasi stres,
kecemasan, dan depresi. Mereka memberikan alat untuk mengelola emosi dengan cara yang
sehat, meningkatkan kesejahteraan mental, dan menciptakan ketahanan terhadap tekanan
psikologis.
Baik sikap positif maupun kecerdasan emosi adalah yang penting dalam
pengembangan individu. Mereka membantu individu untuk menghadapi tantangan,
membangun hubungan yang kuat, dan mencapai kesejahteraan mental. Dengan pemahaman
yang lebih dalam dan praktik yang terarah, individu dapat mengembangkan diri ini dan
mencapai kesuksesan yang lebih besar dalam berbagai aspek kehidupan mereka.

14

Anda mungkin juga menyukai