Anda di halaman 1dari 10

TUGAS PENGANTAR PSIKOLOGI

PERISTIWA KEJIWAAN

OLEH :
YUDHI SETYANTO
201310046
KELAS A

ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS TULANG BAWANG
2021
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................             

DAFTAR ISI ..........................................................................................             

KATA PENGANTAR ..........................................................................

BAB I   PENDAHULUAN ................................................................... 

1.1 LATAR BELAKANG ....................................................................            

BAB II   PERISTIWA-PERISTIWAN KEJIWAAN MANUSIA.......             

A.  Berpikir.............................................................................................         

B.  Intelegensi.........................................................................................            

C.  Perasaan dan Emosi..........................................................................             

D.  Motif................................................................................................            

BAB III  KESIMPULAN ....................................................................            

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya sehingga Saya dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Peristiwa
Kejiwaan” dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Psikologi. Dengan harapan
bahwa saya serta pembaca dapat memperoleh pengetahuan yang cukup tentang beberapa
peristiwa kejiwaan yang sering terjadi dalam diri manusia, dimana dalam makalah ini saya
membahas mengenai berfikir, Intelegensi, Perasaan dan emosi, Motif. saya menyadari bahwa
keberhasilan penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik
langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

Ibu Suhaimi, S.Sos., M.I.KOM selaku dosen Pengantar Psikologi.

Demikianlah, pada akhirnya setiap ikhtiar ini akan kembali kepada Allah Yang Maha Esa.
Saya menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, Saya
membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan tulisan ini dan
jika ada kesalahan kata atau penulisan mohon dimaklumi.

Bandar Lampung, 04 januari 2021

Yudhi setyanto
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Manusia adalah makhluk yang berjiwa, dan kenyataan ini kiranya ada yang membantah dan
kehidupan kejiwaan itu direfleksikan dalam perilaku, aktivitas manusia. Sudah sejak dari
dahulu kala para ahli telah membicarakan masalah ini, antara lain Plato, Aristoteles, sebagai
ahli-ahli piker yang telah membicarakan mengenai soal jiwa ini. Kalau manusia mengadakan
intropeksi kepada diri masing-masing, memang dapat dimengerti bahwa dalam dirinya
manusia merasa senang kalau melihat sesuatu yang indah, berpikir kalau menghadapi sesuatu
masalah, ingin membeli sesuatu kalau membutuhkan sesuatu barang, semua ini memberikan
gambaran bahwa dalam diri manusia berlangsung kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas
kejiwaan.
Ada satu hal yang dapat dikemukakan lagi yaitu bahwa selain manusia mempunyai
kemampuan untuk menerima stimulus dari luar dan menyatakan apa yang diinginkan,
manusia masih dapat melihat efek atau akibat dari stimulus yang menimbulkan state, atau
keadaan yang terdapat dalam jiwa manusia itu; manusia akan merasa senang apabila melihat
sesuatu yang indah atau sebaliknya. Karena itu disamping adanya kognisi dan konasi masih
ada proses kejiwaan manusia yang berhubungan dengan emosi atau perasaan. Walaupun
kemampuan jiwa itu digolong-golongkan, namun haruslah selalu diingat bahwa jiwa manusia
itu merupakan suatu kesatuan, suatu kebetulan atau suatu totalitas.

BAB II
PERISTIWA-PERISTIWA KEJIWAAN MANUSIA

Pada bab ini akan membahas tentang peristiwa-peristiwa kejiwaan pada manusia yang
sewajarnya dan sudah pasti ada bagi setiap manusia yang normal.

A. Berpikir
Berpikir merupakan salah satu fungsi kejiwaan manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk
selain manusia, oleh karena itu melalui berpikir inilah manusia dapat menciptakan kemajuan
peradaban atau kebudayaan yang selalu berkembang, dan dengan berpikir itu pula manusia
mampu beragama dan bertingkah laku susila. Berpikir erat hubungannya dengan daya-daya
jiwa yang lain, seperti tanggapan ingatan, pengertian dan perasaan. Tanggapan memegang
peranan penting dalam berpikir, meskipun adakalanya dapat mengganggu jalannya pikiran.
Ingatan merupakan syarat-syarat yang harus ada dalam pikiran, karena memberikan
pengalaman-pengalaman dan pengalaman yang telah lampau. Perasaan selalu menyertai
pula, ia merupakan dasar yang mendukung suasana hati, atau pemberi keterangan dan
ketekunan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah. Berpikir ialah gejala jiwa yang
dapat menetapkan hubungan-hubungan antara pengetahuan-pengetahuan kita. Berpikir
merupakan suatu proses dialektis, artinya selama kita berpikir, pikiran kita mengadakan tanya
jawab pikiran kita. Untuk dapat meletakkan hubungan-hubungan antara pengetahuan kita
dengan tepat.

Secara sederhana ada dua cara berpikir yaitu berpikir asosiatif dan daya ingat. Berpikir
asosiatif adalah berpikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan lainnya. Berpikir
asosiatif merupakan proses pembentukan hubungan antara rangsangan dengan respons.
Kemampuan seseorang untuk melakukan hubungan asosiatif yang benar amat dipengaruhi
oleh tingkat pengertian atau pengetahuan yang diperoleh dari hasil belajar. Disamping itu,
daya ingat pun merupakan perwujudan belajar, sebab merupakan unsur pokok dalam berpikir
asosiatif. Jadi, seseorang yang telah mengalami proses belajar akan ditandai dengan
bertambah simpanan materi (pengetahuan dan pengertian) dalam memori, serta meningkatnya
kemampuan menghubungan materi tersebut denga situasi atau stimulus yang sedang
dihadapi.[2]

“Berpikir rasional dan kritis adalah perwuudan perilaku belajar terutama yang bertalian
dengan pemecahan masalah. Dalam berpikir rasional, siswa (seseorang) dituntut
menggunakan logika (akal sehat) untuk menentukan sebab akibat, menganalisis, menarik
kesimpulan-kesimpulan, danbahkan juga menciptakan hokum-hukum (kaidah teoritis) dan
ramalan-ramalan. Dalam hal berpikir kritis, siswa (seseorang) dituntut menggunakan strategi
kognitif tertentu yang tepat untuk menguji keandalan gagasan pemecahan masalah dan
mengatasi kesalahan atau kekurangan (Reber, 1988).”

B. Intelegensi
“Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah,
berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif.” Secara garis besar
dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan
proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara
langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan
manifestasi dari proses berpikir rasional itu. Inteligensi merupakan suatu konsep mengenai
kemampuan umum individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam
kemampuan yang umum ini, terdapat kemampuan-kemampuan yang amat spesifik.
Kemampuan-kemampuan yang spesifik ini memberikan pada individu suatu kondisi yang
memungkinkan tercapainya pengetahuan, kecakapan, atau ketrampilan tertentu setelah
melalui suatu latihan. Inilah yang disebut bakat atau aptitude. Karena suatu tes inteligensi
tidak dirancang untuk menyingkap kemampuan-kemampuan khusus ini, maka bakat tidak
dapat segera diketahui lewat tes inteligensi.

Intelegensi menurut “Claparde dan Stern” adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri
secara mental terhadap situasi dan kondisi baru. Berbagai macam tes telah dilakukan oleh
para ahli untuk mengetahui tingkat intelegensi seseorang. Banyak faktor yang dapat
mempengaruhi tingkat intelegensi seseorang. Oleh karena itu banyak hal atau faktor yang
harus kita perhatikan supaya intelegensi yang kita miliki bisa meningkat. menurut Wechler
(1958) intelegensi sebagai "keseluruhan ke-mampuan individu untuk berpikir dan bertindak
secara terarah serta kemampuan mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif.
Intelegensi bukanlah suatu yang bersifat kebendaan, melainkan suatu fiksi ilmiah untuk
mendiskripsikan perilaku individu yang berkaitan dengan kemampuan intelektual. Dalam
mengartikan intelegensi (kecerdasan) ini, para ahli mempunyai pengertian yang beragam.
”Menurut W. Strem, intelegensi adalah suatu daya jiwa untuk dapat menyesuaikan diri
dengan cepat dan tepat di dalam situasi yang baru.”[5] Deskripsi perkembangan fungsi-
fungsi kognitif secara kuantitatif dapat dikembangkan berdasarkan hasil laporan berbagai
studi pengukuran dengan menggunakan tes inteligensi sebagai alat ukurnya.

C. Perasaan dan Emosi

Perasaan dan emosi pada umumnya disifatkan sebagai keadaan (strate) yang ada pada
individu atau organisme pada sesuatu waktu. Misalnya seseorang merasa sedih, senang,
takut, marah ataupun gejala-gejala yang lain setelah melihat, mendengar, atau merasakan
sesuatu. Dengan kata lain perasaan dan emosi disifatkan sebagai suatu keadaan kejiwaan
pada organisme atau individu sebagai akibat adanya peristiwa atau persepsi yang dialami oleh
organisme. Pada umumnya peristiwa atau keadaan tersebut menimbulkan kegoncangan-
kegoncangan dalam diri organisme yang bersangkutan. ”Perasaan adalah keadaan atau state
individu sebagai akibat dari persepsi terhadap stimulus baik eksternal maupun internal.”
Perasaan dialami oleh individu sebagai perasaan senang atau tidak senang sekalipun
tingkatannya dapat berbeda-beda. Perasaan dapat timbul karena aspek intelektual, yaitu
perasaan yang timbul apabila orang dapat memcahkan sesuatu soal, atau mendapatkan hal-hal
baru sebagai hasil kerja dari segi intelektualnya. Perasaan ini juga merupakan pendorong
atau motivasi individu dalam berbuat, dan perasaan ini merupakan motivasi dalam lapangan
ilmu pengetahuan. Orang akan merasa senang dan puas apabila mendapatkan sesuatu
pendapat atau teori yang baru dalam lapangan ilmu pengetahuan. Anak akan merasa senang
dan puas apabila dapat memecahkan soal hitungan yang menurutnya ukurannya merupakan
soal yang sulit. ”Bagi anak-anak perkembangan perasaan itu sanagat cepat dan besar sekali,
sehingga umumnya anak-anak akan lebih emosional dibandingkan dengan orang dewasa.”

Emosi pada umumnya berlangsung dalam waktu yang relatif singkat, sehingga emosi berbeda
dengan mood. Mood atau suasana hati pada umumnya berlangsung dalam waktu yang relatif
lebih lama daripada emosi, tetapi intensitasnya kurang apabila dibandingkan dengan emosi.
Apabila seseorang mengalami marah (emosi), maka kemarahan tersebut tidak segera hilang
begitu saja, tetapi masih terus berlangsung dalam jiwa seseorang (ini yang dimaksud dengan
mood) yang akan berperan dalam diri yang bersangkutan. Namun demikian juga perlu
dibedakan dengan temperamen. Temperamen adalah keadaan psikis seseorang yang lebih
temperamen daripada mood, karena itu temperamen lebih merupakan predisposisi yang ada
pada diri seseorang, dan karena itu temperamen lebih merupakan aspek kepribadian
seseorang apabila dibandingkan dengan mood. ”Emosi merupakan keadaan yang
ditimbulkan oleh situasi tertentu (khusus), dan emosi cenderung terjadi dalam kaitannya
dengan perilaku yang mengarah (approach) atau menyingkiri (avadance) terhadap sesuatu,
dan perilaku tersebut pada umumnya disertai adanya ekspresi kejasmaniah, sehingga orang
lain dapat mengetahui bahwa seseorang sedang mengalami emosi.”

D. Motif

”Motif berasal dari kata Latin yaitu movere yang berarti bergerak atau to move. Karena itu
motif dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong
untuk berbuat.” Motif sebagai pendorong pada umumnya tidak berdiri sendiri, tetapi saling
kait mengait dengan faktor-faktor lain. Hal-hal yang dapat mempengaruhi motif disebut
motivasi. Kalau orang ingin mengetahui mengapa orang berbuat atau berperilaku ke arah
sesuatu seperti yang dikerjakan, maka orang tersebut akan terkait dengan motivasi atau
perilaku yang termotivasi (motivated behavior). Motivasi merupakan keadaan dalam diri
individu atau organisme yang mendorong perilaku ke arah tujuan. Dengan demikian dapat
dikemukakan bahwa motivasi itu mempunyai 3 aspek yaitu: yang pertama, keadaan terdorong
dalam diri organisme (driving state) dimana kesiapan bergerak karena kebutuhan misalnya
jasmani, karena keadaan lingkungan atau karena keadaan mental seperti berpikir dan ingatan.
Yang kedua, perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan ini, dan yang ketiga, goal atau
tujuan yang dituju oleh perilaku tersebut.

Motif juga membantu seseorang untuk mengadakan prediksi tentang perilaku. Apabila
orang dapat menyimpulkan motif dari perilaku seseorang dan kesimpulan tersebut benar,
maka orang dapat memprediksi tentang apa yang akan diperbuuat oleh orang yang
bersangkutan dalam waktu yang akan datang. Misalnya orang yang mempunyai motif
berfaliasi yang tinggi, maka ia akan mencari orang-rang untuk berteman dalam banyak
kesempatan. Jadi, sekalipun motif tidak menjelaskan secara pasti apa yang akan terjadi,
tetapi dapat memberikan ide tentang apa yang sekiranya akan diperbuat oleh seseorang
individu. Misalnya orang yang butuh akan prestasi, maka ia akan bekerja secara keras, secara
baik dalam belajar, bekerja maupun dalam aktivitas-aktivitas yang lain.
BAB III

KESIMPULAN

Banyak hal yang terjadi dalam kehidupan manusia setiap hari, dan manusia dapat
menghadapi kehidupan ini karena sifat-sifat kejiwaan masing-masing. Kejiwaan manusia
sangat banyak sehinggab manusia dapat menjalankan kehidupan ini, tanpa jiwa dalam diri
manusia tidak pernah hidup di dunia ini. Banyak hal kejiwaan-kejiwaan yang ada dalam diri
manusia sehingga manusia terasa hidup dan mampu melakukan aktivitas yang ada. Setiap
kejiwaan yang ada manusian sangat berkaitan sekali satu sama yang lain karena bila salah
satu kejiwaan manusia tidak bisa bekerja atau berfungsi maka orang itu bisa dikatakan tidak
normal. Salah satu kejiwaan pada manusia yaitu emosi dan perasaan, seandainya pada
manusia tidak mengalami saja yang namanya perasaan dan emosi, maka manusia itu
dikatakan tidak normal. Manusia sangat butuh sekali yang namanya perasaan dan emosi,
kalau manusia tidak ketawa dan menangis, senang dan duka, mencintai dan dicintai, atau
merasa ingin memiliki, maka manusia itu tidak seperti manusia yang sewajarnya.

Ada banyak hal peristiwa-peristiwa kejiwaan manusia yang tidak pernah lepas dari pada
kehidupan manusia dan kejiwaan itu sangat berfungsi pada diri manusia setiap hari. Berpikir,
intelegensi, perasaan, emosi, dan motif selalu setiap hari terjadi pada diri manusia,
contohnya saja berpikir, manusia selalu berpikir setiap saat dalam melakukan dan
memikirkan sesuatu hal. Kejiwaan yang ada pada diri manusia tidak ada pada binatang dan
kejiwaan itu hanya ada pada manusia saja.
DAFTAR PUSTAKA
https://text-id.123dok.com/document/lzgg5npnz-latar-belakang-masalah-makalah-kelompok-
1-peristiwa-peristiwa-k.html
Ahmadi, H. Abu dan Supriyono, Widodo, Psikologi Belajar, (Jakarata: Rineka Cipta, 2004)
Bimo Walgito, Pengantar psikologi Umum, (Yogyakarta, ANDI, 2005)
Fadili Yanur,“Intelegensi”, Online: http://fadliyanur.blogspot.com
Sujanto, H. M. Agus, Psikologi Umum, (Bandung: Bumi Aksara, 2001)

Anda mungkin juga menyukai