Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

BELAJAR DAN LATIHAN


Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi Manajemen
Dosen Pengampu : Dra. Hj. Mukhlisoh, M.M. Pd.

Disusun oleh Kelompok 5/A :

Ade Meylinda (2281090014)

Khofipa Indah Prawang Sah (2281090019)

Izzatul Kamelia (2281090028)

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SYEKH NURJATI CIREBON

2023/2024

Jl. Perjuangan, Sunyaragi, Kec. Kesambi, Kota Cirebon, Jawa Barat 4513
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Semesta Alam,
yang telah memberikan rahmat, petunjuk, serta kekuatan kepada kami untuk menyelesaikan
karya tulis berjudul "Belajar dan Latihan".

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Dra. Hj. Mukhlisoh, M.M. Pd. Selaku
dosen pengampu Mata Kuliah Psikologi Manajemen yang membimbing kami dalam
pengerjaan tugas makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.

Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami ketahui.
Maka dari itu kami mohon saran & kritik dari teman-teman maupun dosen. Demi tercapainya
makalah yang sempurna.

Cirebon, 15 Oktober 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2

A. Kecerdasan Emosional............................................................................................2
1. Pengertian Kecerdasan Emosional....................................................................2
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kecerdasan Emosional..............................5
B. Latihan dan Penilaian..............................................................................................6
1. Pengertian Latihan.............................................................................................6
2. Metode Latihan..................................................................................................6
3. Pengertian Penilaian..........................................................................................8
4. Prinsip-Prinsip Penilaian...................................................................................8
5. Karakteristik Penilaian......................................................................................10
6. Teknik Penilaian................................................................................................10

BAB III PENUTUP...........................................................................................................11

A. Kesimpulan..............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur
dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang
diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana dalam rangka pencapaian
tujuan pendidikan tersebut. Melalui sekolah, siswa belajar berbagai macam hal yang pada
akhirnya bertujuan meningkatkan prestasi belajar. Prestasi belajar adalah tingkat
kemampuan anak didik dalam menerima suatu jenis pelajaran yang diberikan oleh guru
dalam kegiatan belajar mengajar. Melalui prestasi belajar seorang siswa dapat mengetahui
kemajuan-kemajuan yang telah dicapainya dalam belajar.
Proses belajar di sekolah adalah proses yang sifatnya kompleks dan menyeluruh.
Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang tinggi dalam belajar,
seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, karena inteligensi
merupakan bekal potensial yang akan memudahkan dalam belajar dan pada gilirannya
akan menghasilkan prestasi belajar yang optimal. Menurut Binet dalam buku Winkel,
"hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu
tujuan, untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu, dan untuk
menilai keadaan diri secara kritis dan objektif."
Kenyataannya, dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ditemukan siswa yang
tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan inteligensinya. Ada
siswa yang mempunyai kemampuan inteligensi tinggi tetapi memperoleh prestasi belajar
yang relatif rendah, namun ada siswa yang walaupun kemampuan inteligensinya relatif
rendah, dapat meraih prestasi belajar yang relatif tinggi. Itu sebabnya taraf inteligensi
bukan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan seseorang, karena
ada faktor lain yang mempengaruhi. Menurut Goleman, kecerdasan intelektual (IQ) hanya
menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-
kekuatan lain, di antaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ)
yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati,
mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerja sama.
Dalam proses belajar siswa, kedua inteligensi itu sangat diperlukan. IQ tidak dapat
berfungsi dengan baik tanpa partisipasi penghayatan emosional terhadap mata pelajaran
yang disampaikan di sekolah. Namun biasanya kedua inteligensi itu saling melengkapi.

1
Keseimbangan antara IQ dan EQ merupakan kunci keberhasilan belajar siswa di sekolah.
Pendidikan di sekolah bukan hanya perlu mengembangkan rational intelligence, yaitu
model pemahaman yang lazimnya dipahami siswa saja, melainkan juga perlu
mengembangkan emotional intelligence siswa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Kecerdasan Emosional?
2. Apa yang dimaksud Latihan dan Penilaian?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud Kecerdasan Emosional
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud Latihan dan Penilaian

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kecerdasan Emosional
1. Pengertian Kecerdasan Emosional
Emosi secara etimologi berasal dari kata "e" yang berarti energi dan "Motion"
yang berarti getaran. Dalam hal ini, emosi dapat diartikan sebagai suatu energi yang
terus bergerak dan bergetar. Secara terminologi emosi diartikan sebagai setiap
kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu dari setiap keadaan mental yang
hebat atau meluap-luap. Pendapat lain menyebutkan emosi berasal dari bahasa Latin,
yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Kata ini dapat diartikan bahwa
kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Emosi merujuk pada
suatu perasaan yang berkaitan dengan keadaan biologis dan psikologis dan
serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
kecerdasan berasal dari kata cerdas yang berarti pintar dan cerdik, cepat
tanggap terhadap permasalahan, dan cepat memahami ketika mendengar suatu
informasi. Kecerdasan adalah kesempurnaan perkembangan intelektual. Kecerdasan
merupakan kemampuan seseorang dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi,
dalam hal ini permasalahan yang memerlukan kemampuan pikiran, “Kecerdasan atau
biasa disebut dengan kecerdasan berasal dari bahasa latin “intelligence” yang berarti
keterhubungan atau solidaritas (organisasi), menghubungkan, menghubungkan
bersama). Bagi para peneliti profesional, istilah intelijen memiliki banyak arti
berbeda. Menurut mereka, kecerdasan merupakan konsep yang dapat diamati namun
merupakan konsep yang paling sulit diterapkan, karena kecerdasan bergantung pada
konteks atau lingkungan.
Secara kuantitatif, kecerdasan merupakan suatu proses belajar memecahkan
masalah yang dapat diukur dengan tes intelegensi, sedangkan secara kualitatif,
kecerdasan adalah cara berpikir dengan membentuk konsep-konsep, Konsep
bagaimana menghubungkan dan mengelola informasi eksternal yang sesuai dengan
diri kita. Howard Gardner berpendapat kecerdasan adalah kemampuan untuk
memecahkan atau menciptakan sesuatu yang bernilai bagi budaya tertentu.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kecerdasan mengacu pada
kecerdasan, tindakan cerdas, kesempurnaan perkembangan intelektual (seperti
kecerdasan, ketajaman, akal) Konsep ini memerlukan kesempurnaan Kebaikan

3
"pikiran dan jiwa meliputi kepandaian dan optimalisasi berfikir. kecerdasan
(intelligence) adalah seperangkat kemampuan mental, bakat atau kecakapan mental.
Kemampuan di sini khususnya adalah kemampuan berhitung, khususnya kemampuan
memproses suatu jenis informasi tertentu. Kemampuan ini didasarkan pada
neurobiologi dan psikologi manusia. Sebagai kemampuan intelektual, kecerdasan
tidak muncul dan berkembang secara alamiah, melainkan dikaitkan dengan konteks
sosial budaya serta proses pendidikan dan pendewasaan.
Kecerdasan emosional merupakan dua produk dan dua keterampilan utama,
yang satu adalah keterampilan kesadaran diri dan keterampilan manajemen diri dalam
kemampuan pribadi, dan yang lainnya adalah keterampilan kesadaran sosial dan
keterampilan manajemen hubungan sosial dalam kemampuan sosial. Kemampuan
pribadi lebih fokus pada diri sendiri sebagai individu, sedangkan kemampuan sosial
lebih fokus pada hubungan dengan orang lain (Bradberry dan Greaver, 2007:63).
Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengelola emosi, memahami
situasi, bertindak berdasarkan persepsi tersebut, dan menentukan potensi seseorang
untuk mempelajari keterampilan praktis berdasarkan kesadaran diri dan motivasi.
Regulasi diri. Empati dan keterampilan membangun hubungan dengan orang lain
(Goleman, 2007).
Jadi, pada hakikatnya Kecerdasan Emosional merupakan kemampuan untuk
mencari tahu bagaimana caranya mengelola emosi yang ada pada diri seseorang
dengan baik untuk bisa menentukan potensi yang ada pada diri seseorang.
Menetapkan kecerdasan pribadi (Gardner) dalam definisi dasar tentang
kecerdasan emosional yang dicetuskannya dan memperluas kemampuan tersebut
menjadi lima kemampuan utama, yaitu:
a. Kemampuan mengenali emosi
Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali
perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari
kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai
metamood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Menurut Mayer
dalam Goleman, kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana hati maupun
pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu menjadi mudah
larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri memang belum
menjamin penguasaan emosi, namun merupakan salah satu prasyarat penting
untuk mengendalikan emosi sehingga individu mudah menguasai emosi.

4
b. Kemampuan mengelola emosi
Manajemen emosi merupakan kemampuan individu dalam mengelola emosinya
agar dapat diungkapkan secara tepat atau harmonis, sehingga tercapai
keseimbangan dalam diri individu. Mengontrol emosi yang menyusahkan adalah
kunci kebahagiaan emosional. Emosi yang berlebihan, yang intensitasnya
meningkat terlalu lama, mengganggu stabilitas kita. Kemampuan ini mencakup
kemampuan menghibur diri, melepaskan rasa cemas, sedih atau dendam serta
akibat yang ditimbulkannya, serta kemampuan memulihkan perasaan stres.
c. Kemampuan memotivasi diri sendiri
Prestasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu, yang
berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan
mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang positif,
yaitu antusianisme, gairah, optimis dan keyakinan diri.
d. Kemampuan mengenali emosi orang lain
Kemampuan mengenali emosi orang lain disebut juga dengan empati.
Menurut Goleman, kemampuan seseorang untuk mengenali atau peduli terhadap
orang lain menunjukkan kapasitas empatinya. Individu yang berempati lebih
mampu menangkap isyarat sosial implisit yang menunjukkan apa yang dibutuhkan
orang lain agar lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap
emosi orang lain dan menjadi lebih baik. Rosenthal dalam penelitiannya, telah
menunjukkan bahwa orang yang lebih mampu membaca emosi dan sinyal
nonverbal lebih mudah beradaptasi secara emosional, lebih disukai, dan lebih
mudah bersosialisasi. Nowicki, seorang psikolog, menjelaskan bahwa anak-anak
yang tidak bisa membaca dengan baik atau mengekspresikan emosi akan terus
merasa frustrasi. Seseorang yang bisa membaca emosi orang lain juga memiliki
kesadaran diri yang sangat baik. Semakin seseorang mampu membuka diri
terhadap emosinya sendiri, memahami dan mengenali emosinya sendiri, maka
semakin mampu pula seseorang membaca emosi orang lain.
e. Kemampuan membina hubungan
Kemampuan membangun hubungan adalah keterampilan yang mendukung
popularitas, kepemimpinan, dan kesuksesan individu. Keterampilan komunikasi
adalah kemampuan inti untuk membangun hubungan yang sukses. Sulit bagi
individu untuk mencapai apa yang diinginkannya dan juga sulit untuk memahami
keinginan dan keinginan orang lainnya. Orang-orang yang hebat dalam

5
keterampilan membina hubungan ini akan sukses dalam bidang apapun. Orang
berhasil dalam pergaulan karena mampu berkomunikasi dengan lancar pada orang
lain. Orang-orang ini populer dalam lingkungannya dan menjadi teman yang
menyenangkan karena kemampuannya berkomunikasi. Ramah tamah, baik hati,
hormat dan disukai orang lain dapat dijadikan petunjuk positif bagaimana siswa
mampu membina hubungan dengan orang lain. Sejauh mana kepribadian siswa
berkembang dilihat dari banyaknya hubungan interpersonal yang dilakukannya.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kecerdasan Emosional
Ary Ginanjar Agustina menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi kecerdasan emosional seseorang, di antaranya adalah:
a. Faktor Psikologis
Faktor psikologis merupakan faktor yang berasal dari dalam diri seseorang.
Faktor internal ini akan membantu setiap orang dalam mengelola, mengendalikan
mengkoordinasikan keadaan emosi agar terbentuk dalam perilaku secara efektif.
b. Faktor pelatihan diri
Pelatihan emosi ini dilakukan untuk mengelola emosi. Sebagai contoh, dalam
menghadapi marah atau stres dapat dilakukan melalui penelitian relaksasi.
Pelatihan ini adalah untuk menurunkan tingkat ketegangan psikis yang menekan
dan menggantinya dengan keadaan santai dan tenang. Jika tubuh kita dalam
keadaan santai dan relaks, keadaan emosi kita juga akan menjadi relatif lebih
santai.
c. Faktor Pendidikan
Pendidikan dapat menjadi salah satu sarana belajar seseorang untuk
mengembangkan kecerdasan emosional. Seseorang mulai dikenalkan dengan
berbagai bentuk emosi dan bagaimana mengelolanya melalui pendidikan.
Pendidikan tidak hanya berlangsung disekolah, tetapi juga dilingkungan keluarga
dan masyarakat.
d. Temperamen Yang Dimiliki Seseorang
Temperamen dapat dirumuskan sebagai suasana hati yang mencirikan
kehidupan emosional seseoranag. Temperamen merupakan bawaan sejak lahir dan
setiap orang memiliki kisaran emosi yang berbeda dengan orang lain. Setiap orang
memiliki perbedaan dalam hal seberapa mudah emosi yang dipicu, berapa lama
emosi itu berlangsung dan seberapa sering emosi itu muncul.

6
B. Latihan dan Penilaian
1. Pengertian Latihan
Latihan adalah aktivitas yang dilakukan untuk memperbaiki keterampilan dan
pengetahuan seseorang. Ini merupakan proses belajar dan berlatih secara teratur untuk
mencapai tujuan tertentu dam bidang pendidikan. Latihan dapat membantu
meningkatkan kemampuan seseorang dan mempersiapkannya untuk tugas atau
tantangan yang lebih besar.
2. Metode Latihan
Metode pemberian latihan merupakan tugas atau pekerjaan yang sengaja
diberikan kepada siswa untuk dilaksanakan dengan baik. Latihan itu diberikan kepada
siswa untuk memberikan kesempatan kepada mereka menyelesaikan tugas yang
didasarkan pada petunjuk langsung dari guru yang sudah dipersiapkan sehingga dapat
menjalani secara nyata dan melaksanakan tugas tersebut sampai tuntas. Latihan yang
diberikan kepada siswa dapat diberikan secara perorangan atau kelompok.
Metode Latihan diterapkan secara maksimal dan bermakna bahwa metode
latihan adalah sebuah metode pembelajaran dengan pemberian tugas yang tidak hanya
sekedar menjawab soal-soal yang diberikan oleh guru, melainkan harus mempunyai
unsur latihan, dikerjakan dan dilaporkan hasilnya sebagai pertanggungjawaban dari
hasil belajar serta mempunyai unsur didaktis pedagogis bagi para siswa. Tugas yang
diberikan dapat dikerjakan di kelas, di perpustakaan, di rumah, atau di tempat-tempat
lain dalam kaitannya dengan materi pokok yang diberikan atau yang ditugaskan
(Hastuti, 1998:13).
Dari segi kekuatan, mengajar dengan menggunakan metode latihan manfaatnya
adalah:
a. Mengembangkan kemandirian siswa
b. Siswa aktif dalam proses belajar
c. Lebih memperdalam materi yang dipelajari
d. Membina kebiasaan siswa untuk mencari dan mengelola informasi.
e. Membina tanggungjawab dan disiplin siswa
Selain kekuatan ada juga keterbatasan metode latihan, antara lain:
a. Sulit memberikan latihan yang sesuai dengan kamampuan individu siswa.
b. Tugas yang monoton akan membosankan siswa.

7
c. Sering memberikan soal-soal yang terlalu banyak dapat mengakibatkan siswa
putus asa.
d. Tugas kelompok hanya akan dikerjakan oleh siswa yang rajin dan yang pintar.
e. Sulit mengontrol siswa apakah tugasnya dikerjakan sendiri atau orang lain.
Dalam memberikan tugas kepada siswa sebaiknya guru memperhatikan 6 saran
seperti yang dikemukakan oleh Raymond (2004:112) yaitu :
a. buatlah tugas-tugas secara langsung dan relevan dengan pelajaran atau unit yang
dilaksanakan dikelas.
b. memberikan tugas-tugas yang jelas dan memerlukan kecakapan dan pengetahuan
yang ada dalam wilayah kemampuan siswa.
c. berikan tugas-tugas yang menantang dan member stimulus.
d. perhatikan kemampuan siswa dalam penyelesaian tugas
e. berilah komentar atas tugas yang terselesaikan baik secara lisan maupun tulisan.
f. terangkan secara singkat mengenai fungsi dan harapan-harapan dari tugas-tugas
tersebut.
3. Pengertian Penilaian
Penilaian adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan
berkesinambungan yang mengumpulkan informasi tentang pembelajaran dan hasil
siswa untuk mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu.
Griffin dan Nix, mengemukakan penilaian adalah suatu pernyataan
berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan tentang karakteristik seseorang atau
sesuatu. Namun Haryati berpendapat bahwa penilaian merupakan istilah yang
mencakup semua metode yang biasa dipakai untuk mengetahui keberhasilan belajar
siswa dengan cara menilai untuk kerja individu peserta didik atau kelompok.
Dalam dunia pendidikan, Gronlund dan Linn mendefinisikan tentang sebuah
penilaian sebagai suatu proses yang sistematis dan mencakup kegiatan
mengumpulkan, menganalisis, serta menginterpretasikan informasi untuk menentukan
seberapa jauh seorang siswa atau sekelompok siswa mencapai tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan, baik aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan.
Pengertian penilaian dapat disimpulkan sebagai seperangkat informasi menyeluruh
yang diberikan secara terus menerus untuk mengetahui kemampuan atau keberhasilan
siswa dalam belajar dengan cara mengevaluasi kinerja siswa baik secara individu
maupun kelompok. Penilaian harus mendapat perhatian lebih dari guru, oleh karena

8
itu harus dilakukan dengan baik, karena merupakan komponen penting atau kunci
dalam proses pengembangan pribadi, baik pribadi maupun kelompok.
4. Prinsip-prinsip Penilaian
Penilaian yang dilakukan pada setiap pembelajaran harus menganut, prinsip-prinsip
sebagai berikut:
a. Shahih
Penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur
b. Objektif
Penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi oleh
subjektivitas penilai.
c. Adil
Penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan
khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, adat istiadat, status sosial
ekonomi dan gender.
d. Terpadu
Penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tidak terpisahkan
dari kegiatan pembelajaran. Penilaian dapatb dijadikan sebuah dasar dalam proses
pembelajaran. Jika hasil penilaian yang digunakan menunjukkkan peserta didik
banyak yang gagal, sedangkan instrumen penilaian yang digunakan sudah sesuai
dengan persyaratan secara kualitatif, artinya proses pembelajaran yang dilakukan
kurang baik. Untuk itu guru perlu memperbaiki dan merancang ulang pelaksanaan
pembelajaran.
e. Terbuka
Prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat
diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
f. Menyeluruh dan berkesinambungan
Penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan
berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan
kemampuan peserta didik.
g. Sistematis
Penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-
langkah baku.
h. Beracuan kriteria
Penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan.

9
i. Akuntabel
Penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun
hasilnya.
5. Karakteristik Penilaian
Karakteristik penilaian menurut Sudjana Nana terbagi menjadi 7 jenis, yaitu sebagai
berikut:
a. Konsisten kegiatan belajar mengajar menggunakan kurikulum
Proses belajar mengajar yang berlangsung mengacu pada kurikulum yang telah
ditetapkan.
b. Keterlaksanaannya oleh guru
Berlangsungnya proses kegiatan belajar mengajar sesuai dengan kegiatan program
yang telah dilaksanakan oleh seorang guru tanpa mengalami hambatan.
c. Keterlaksanaannya oleh peserta didik
Implementasinya oleh peserta didik dapat dilihat dari beberapa sudut pandang,
yaitu pemahaman dan kepatuhan terhadap instruksi guru, partisipasi siswa dalam
kegiatan pembelajaran, keberhasilan penyelesaian tugas pembelajaran dan
pemanfaatan sumber belajar yang disediakan guru.
d. Motivasi belajar peserta didik
Keberhasilan proses pembelajaran tidak lepas dari motivasi yang diberikan guru
kepada siswa sebelum proses pembelajaran dimulai. Motivasi belajar siswa dapat
dilihat dari minat dan perhatiannya terhadap pelajaran, semangatnya dalam
mengerjakan pekerjaan rumah, rasa tanggung jawab dalam mengerjakan pekerjaan
rumah, dan semangatnya dalam mengerjakan pekerjaan rumah.
e. Keaktifan peserta didik
Penilaian dilakukan salah satunya dengan melihat keaktifan peserta didik saat
berlangsungnya pembelajaran.
f. Interaksi guru dengan peserta didik
Hubungan timbal balik dua arah antara guru dengan peserta didik dalam proses
pembelajaran sangat mempengaruhi penilaian.
g. Kemampuan guru mengajar
Kemampuan atau keterampilan guru mengajar adalah hal yang penting, dalam
mentransfer ilmunya kepada peserta didik serta mampu melihat kondisi peserta
didik saat berlangsungnya pembelajaran.
6. Teknik Penilaian

10
Teknik penilaian sekolah dasar mencakup hal – hal sebagai berikut:
a. Penilaian sikap
Penilaian sikap merupakan penilaian yang digunakan seorang guru untuk menilai
perilaku peserta didik saat pembelajaran berlangsung atau di luar kelas. Penilaian
sikap mengacu spiritual dan tentang sikap sosial.
b. Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan yang dilakukan untuk mengukur penguasaan peserta didik
yang mencakup dimensi pengetahuan faktual, prosedural, konseptual dan
metakognisi dalam berbagai tingkatan proses berpikir.
c. Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan dilakukan dengan teknik penilaian kinerja, penilaian
proyek dan portofolio.

11
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengelola emosi, memahami situasi,
bertindak berdasarkan persepsi tersebut, dan menentukan potensi seseorang untuk
mempelajari keterampilan praktis berdasarkan kesadaran diri dan motivasi. Regulasi diri.
Empati dan keterampilan membangun hubungan dengan orang lain (Goleman, 2007).
Menetapkan kecerdasan pribadi (Gardner) dalam definisi dasar tentang kecerdasan
emosional yang dicetuskannya dan memperluas kemampuan tersebut menjadi lima
kemampuan utama, yaitu: (1) Kemampuan mengenali emosi (2) Kemampuan mengelola
emosi (3) Kemampuan memotivasi diri sendiri (4) Kemampuan mengenali emosi orang
lain (5) Kemampuan membina hubungan.
Ary Ginanjar Agustina menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi kecerdasan emosional seseorang, di antaranya adalah (1) Faktor
Psikologis (2) Faktor pelatihan diri (3) Faktor Pendidikan (4) Temperamen Yang Dimiliki
Seseorang.
Latihan adalah aktivitas yang dilakukan untuk memperbaiki keterampilan dan
pengetahuan seseorang. Ini merupakan proses belajar dan berlatih secara teratur untuk
mencapai tujuan tertentu dam bidang pendidikan.
Penilaian adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan
berkesinambungan yang mengumpulkan informasi tentang pembelajaran dan hasil siswa
untuk mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu. Penilaian
yang dilakukan pada setiap pembelajaran harus menganut, prinsip-prinsip sebagai berikut:
Shahih, Objektif, Adil, Terpadu, Terbuka, Menyeluruh dan berkesinambungan,
Sistematis, Beracuan kriteria, dan Akuntabel.
Karakteristik penilaian menurut Sudjana Nana terbagi menjadi 7 jenis, yaitu
sebagai berikut: (1) Konsisten kegiatan belajar mengajar menggunakan kurikulum. (2)
Keterlaksanaannya oleh guru. (3) Keterlaksanaannya oleh peserta didik. (4) Motivasi
belajar peserta didik. (5) Keaktifan peserta didik. (6) Interaksi guru dengan peserta didik.
(6) Kemampuan guru mengajar.
Teknik penilaian sekolah dasar mencakup hal – hal sebagai berikut: (1) Penilaian
sikap. (2) Penilaian Pengetahuan. (3) Penilaian Keterampilan.

12
13
DAFTAR PUSTAKA

Awang, I. S., Merpirah, M., & Mulyadi, Y. B. (2019). Kecerdasan Emosional Peserta Didik
Sekolah Dasar. Profesi Pendidikan Dasar, Vol. 6 (1), hlm. 42.

Goleman, D. (2000). Kecerdasan Emosional. Gramedia Pustaka Utama.

Habibullah, N. (2020). Psikologi Manajemen dalam Pendidikan. Jurnal penelitian sosial dan
keagamaan, Vol. 10 (2), hlm. 32-34.

Hikmah, A.S, Muhammad, I., Pahrul, H. (2002). Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap
perkembangan Sosial. Jurnal Penelitian Tarbawi: Pendidikan Islam dan Isu-isu Sosial,
Vol. 7 (2), hlm. 46-47.

Karlinda. (2013). Penerapan Metode Latihan Dalam Meningkatkan Kemampuan. Jurnal


Kreatif Tadulako Online, Vol. 4 (8), hlm 318-319.

Sukatin, dkk. (2021). Psikologi Manajemen. Yogyakarta : Deepublish.

Thaib, E. N. (2013). Hubungan antara Prestasi Belajar dengan Kecerdasan Emosional.


Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA, Vol. XIII (2), hlm. 392-396.

14

Anda mungkin juga menyukai