Disusun oleh:
Kelompok 9
Dosen pengampu :
UNIVERSITAS JAMBI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia yang dilimpahkan kepada penulis,
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun judul dari makalah
kami adalah “PENDEKATAN IQ, SQ, EQ, CQ dan AQ”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu, kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Serta ucapan
terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah “Belajar dan
Pembelajaran” yang terhormat ibu Rina Kusuma Dewi, S.Pd.,M.Pd.
dimana atas bimbingan beliau kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala kritik dan saran
yang membangun dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat serta referensi pembelajaran maupun inspirasi bagi pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2. Apapengertian dan karakteristik dari SQ! Serta bagaimana pengaruh
SQ terhadap pembelajaran matematika?
3. Apa pengertian dari EQ! dan bagaimana keterkaitan EQ dalam
pembelajaran matematika?
4. Apa pengertian dari CQ? Dan apa saja faktor yang mempengaruhi
kreativitas belajar siswa? Serta bagaimana cara meningkatkan
kreativitas tersebut?
5. Jelaskan pengertian dan aspek-aspek dari AQ! Serta bagaimana
hubungan antara AQ dengan prestasi belajar matematika?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari makalah ini adalah
sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian dari IQ dan memahami faktor-faktor
yang mempengaruhi intelegensi seseorang.
2. Untuk mengetahui pengertian dan karakteristik dari SQ, serta
memahami pengaruh SQ terhadap pembelajaran matematika.
3. Untuk mengetahun Pengertian dari EQ dan memahami keterkaitan EQ
dslam pembelajaran matematika.
4. Untuk mengetahui pengertian dan faktor-faktor yang mempengaruhi
kreativitas siswa serta memahami cara meningkatkan kreativitas
tersebut.
5. Untuk mengetahui pengertian dan aspek-aspek dari AQ, serta
memehami hubungan antara AQ dengan prestasi belajar matematika.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
menerima soal namun tidak dapat mengerjakan dengan baik, dan
merasa sukar karena soal tersebut masih sangat sukar baginya. Hal
demikian terjadi karena, kapasitas soal yang diterima belum sesuai
dengan usia anak didik.
c. Pembentukan
Pembentukan dapat diartikan sebagai segala keadaan diluar diri
seseorang yang mempengaruhi perkembangan
inteligensi.Pembentukan itu dapat dilakukan dengan sengaja (belajar
disekolah) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar).
d. Minat dan pembawaan yang khas
Minat mengarahkan perbuatan manusia kepada tujuan yang hendak
dicapai.Dalam diri manusia terdapat dorongan –dorongan yang
mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar.
e. Kebebasan
Kebebasan berarti manusia dapat memilih metode-metode yang
hendak digunakan dalam memecahkan masalah.
4
kebenaran yang paling dalam.Itu berarti mewujudkan hal yang terbaik,
utuh, dan paling manusiawi dalam batin (Sukidi, 2004:49).
5
memecahkannya, serta memiliki pengetahuan yang berguna untuk
kehidupan kelak di masyarakat, dan hasil akhirnya adalah di tangan Tuhan
Yang Maha Pemberi Ilmu (Basuki, 2015).
Jadi, kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap pembelajaran
matematika, kecerdasan spiritual adalah suatu kecerdasan seseorang dalam
memecahkan suatu permasalahan yang ada, dengan adanya kecerdasan
spiritual ini peserta didik diharapkan mampu menyelesaikan soal soal
matematika yang diberikan.
2.3 Emotional Quotient/EQ
2.3.1 Pengertian Kecerdasan Emosional (EQ)
Kecerdasan emosional atau yang biasa dikenal dengan EQ adalah
kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta
mengontrol emosi dirinya dan orang lain di sekitarnya. Selama ini banyak
orang berpikiran kecerdasan seseorang hanya dipengaruhi oleh IQ
(Intelligence Quotient).Ternyata banyak penelitian psikologi yang
menyatakan bahwa kecerdasan seseorang dipengaruhi oleh dua
kecerdasan, yaitu IQ (Intelligence Quotient) dan EQ (Emotional Quotient).
Kedua kecerdasan tersebut sangat berpengaruh terhadap proses
pembelajaran di sekolah, khususnya pada pembelajaran matematika.
Bagaimanapun kecerdasan tidaklah berarti apa-apa bila emosi yang
berkuasa. Kecerdasan emosional menambahkan jauh lebih banyak sifat-
sifat yang membuat kita lebih manusiawi (Widyastika &Kusuma ,2019).
Kecerdasan emosional mempunyai peran yang sangat penting
dalam lingkungan pendidikan baik itu lingkungan pendidikan formal
maupun non formal dalam meraih kesuksesan pribadi peserta didik.
Kecerdasan emosional yang rendah akan sulit untuk memusatkan
perhatian (konsentrasi) pada saat proses pembelajaran matematika
sehingga menyebabkan rendahnya prestasi belajar peserta didik. Jadi
kecerdasan emosional pada peserta didik harus menjadi perhatian khusus
bagi para pendidik dalam proses pembelajaran (Putri, 2017).
2.3.2 Kemampuan Kecerdasan Emosional
6
Menurut Nur (2008), dalam jurnalnya berpendapat bahwa beberapa
kemampuan utama yang harus dimiliki yang berhubungan dengan
kecerdasan emosional. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup lima
wilayah utama kecerdasan emosional yaitu sebagai berikut.
a. Mengenali emosi diri
Kesadaran diri dalam mengenali perasaan sewaktu perasaan itu
terjadi merupakan dasar kecerdasan emosional.
b. Mengelola Emosi
Mengelola emosi berarti menangani perasaan agar perasaan dapat
terungkap dengan tepat, hal ini merupakan kecakapan yang sangat
bergantung pada kesadaran diri.
c. Memotivasi Diri
Dengan kemampuan memotivasi diri yang dimilikinya maka
seseorang akan cenderung memiliki pandangan yang positif dalam
menilai segala sesuatu yang terjadi dalam dirinya.
d. Mengenali Emosi Orang Lain
Empati atau mengenal emosi orang lain dibangun berdasarkan pada
kesadaran diri. Jika seseorang terbuka pada emosi sendiri, maka dapat
dipastikan bahwa ia akan terampil membaca perasaan orang lain.
e. Membina Hubungan dengan Orang Lain
Seni dalam membina hubungan dengan orang lain merupakan
keterampilan sosial yang mendukung keberhasilan dalam pergaulan
dengan orang lain.
2.3.3 Keterkaitan Kecerdasan Emosional dalam Matematika
7
pikiran yang rasional bagaimana kita dapat merefleksikan dalam
kehidupan sehari-hari.
8
masalah.Kreativitas meliputi baik ciri-ciri aptitude seperti kelancaran
(fluency), keluwesan (flexibility), dan keaslian (originality) dalam
pemikiran, maupun ciri-ciri non aptitude, seperti rasa ingin tahu, senang
mengajukan pertanyaan dan selalu ingin mencari pengalaman-pengalaman
baru.
9
a. Sikap orang tua terhadap kreativitas anaknya
Orang tua menghargai prestasi anak, mereka mendorong anak
untuk berusaha sebaik-baiknya dan menghsilkan karya-karya yang
baik.Seperti dalam pembelajaran matematika, terdapat pengaruh tidak
langsung antara partisipasi aktif orangtua pada penguasaan konsep
kognitif matematika.Partisipasi aktif orangtua secara tidak langsung
berpengaruh juga terhadap kemampuan berpikir kreatif matematika
melalui penguasaan konsep kognitif matematika, hal ini karena
orangtua memberikan dukungan dalam bentuk perhatian ataupun
bantuan dalam membimbing /pembinaan dirumah seperti misalnya
mendaftarkan untuk les atau bimbingan belajar yang dapat membantu
anak belajar dan menyenangi matematika.
b. Strategi mengajar guru
Guru adalah tokoh yang bermakna dalam pengembangan
kreativitas siswa, guru yang kreatif adalah guru yang secara kreatif
mampu menggunakan berbagai pendekatan dalam proses belajar
mengajar dan dalam membimbing siswanya. Menurut Yeni
Rachmawati(2011) terdapat beberapa hal yang mendukung peran guru
dalam pengembangan kreativitas siswa yaitu sikap percaya diri,
mencoba hal yang baru(berinovasi), memberikan contoh, menyadari
keragaman karakteristik siswa, memberikan kesempatan siswa untuk
berekspresi dan bereksplorasi, possitif thingking.
2.4.3 Cara Meningkatkan Kreativitas Siswa
Proses pengajaran yang terintegrasi akan menolong para siswa
untuk mengembangkan keterampilan dalam mengekspresikan dan
merealisasikannya dalam kehidupan nyata sehari-hari, menemukan contoh
dalam kehidupan nyata untuk membuktikan apa yang telah mereka
pelajari, dan menghubungkan apa yang mereka pelajari dengan berbagai
pengalaman kehidupan. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan
seharusnya memusatkan pada peningkatan keterampilan untuk
10
menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan dengan membebaskan
kreatifitas para siswa.
2.5 Adversity Quotient/AQ
2.5.1 Pengertian Adversity Quotient
Menurut Agustian (2001), Adversity Quotient (AQ) dikembangkan
pertama kali oleh Paul G. Stoltz. seorang konsultan yang sangat terkenal
dalam topic- topic kepemimpinan di dunia kerja dan dunia pendidikan
berbasis skill, Ia menganggap bahwa IQ dan EQ tidaklah cukup dalam
meramalkan kesuksesan seseorang. Karena ada faktor lain berupa motivasi
dan dorongan dari dalam, serta sikap pantang menyerah. Faktor itu disebut
Adversity Quotient.
Adversity Quotient (AQ) merupakan faktor yang dapat
menentukan bagaimana, jadi atau tidaknya, serta sejauh mana sikap,
kemampuan, dan kinerja individu terwujud di dunia. Pendek kata, orang
yang memiliki Adversity Quotient (AQ) tinggi akan lebih mampu
mewujudkan cita-citanya dibandingkan orang yang Adversity Quotient
(AQ)nya lebih rendah. Individu yang satu dengan lainnya mempunyai
kecerdasan adversitas (AQ) yang berbeda-beda.
Menurut Supardi (2013) keberhasilan siswa dalam pembelajaran
tergantung pada bagaimana cara siswa mengatasi kesulitan yang ada. Cara
mengatasi kesulitan setiap orang berbeda-beda.Demikian pula, tingkat
kecerdasan seseorang relative berbeda.Kecerdasan dalam menghadapi
suatu kesulitan termasuk salah satu jenis adversity quotient.Adversity
quotient merupakan kecerdasan individu dalam mengatasi setiap kesulitan
yang muncul.Adversity quotient sering diindentikkan dengan daya juang
untuk melawan kesulitan.Adversity quotient dianggap sangat mendukung
keberhasilan siswa dalam meningkatkan prestasi belajar.
Jadi, adversity quotient (AQ) merupakan kecerdasan individu
dalam mengatasi kesulitan yang sedang ia hadapi, mulai dari
mengamati,mengelolah kesulitan itu dengan kecerdasan yang dimiliki agar
dapat terselesaikan.
11
2.5.2 Aspek-aspek Adversity Quotient
a. Control (Kendali)
Control atau kendali adalah kemampuan seseorang dalam
mengendalikan dan mengelola sebuah peristiwa yang menimbulkan
kesulitan di masa mendatang.Kendali yang sebenarnya dalam situasi tak
mungkin diukur, kendali yang dirasakan jauh lebih penting. Sulit untuk
menaksir besar kekuatan dari kendali yang dirasakan itu, tetapi tanpa
kendali semacam itu harapan dan tindakan akan hancur. Dengan kendali
semacam itu, hidup dapat diubah dan tujuan-tujuan akan terlaksana.
Mereka yang AQ-nya lebih tinggi merasakan kendali yang lebih besar
atas peristiwa-peristiwa dalam hidup, dibandingkan dengan mereka
yang ber-AQ rendah.
b. Origin (asal-usul) dan ownership (pengakuan)
Menjelaskan mengenai bagaimana seseorang memandang sumber
masalah yang ada. Apakah ia cenderung memandang masalah yang
terjadi bersumber dari dirinya atau ada faktor-faktor lain di luar dirinya.
Aspek ini menyatakan dua hal yaitu siapa atau apa yang menjadi asal-
usul kesulitan dan sejauh mana seseorang mengakui akibat-akibat dari
kesulitan itu. Orang yang memiliki AQ rendah cenderung menempatkan
rasa bersalah yang tidak semestinya atas peristiwa peristiwa buruk yang
menimpanya.Dalam banyak hal mereka melihat bahwa dirinyalah
penyebab dari kesulitan tersebut.
c. Reach (Jangkauan)
Menjelaskan sejauh mana kesulitan akan menjangkau bagian-
bagian lain dalam kehidupan seseorang. Respon respon dari AQ rendah
dapat membuat kesulitan menjadi luas ke segi-segi lain dalam
12
kehidupan seseorang. Semakin besar jangkauan seseorang maka
semakin besar kemungkinan seseorang membatasi jangkauan
masalahnya pada suatu peristiwa yang ia hadapi. Membatasi jangkauan
kesulitan akan memungkinkan seseorang untuk berpikir jernih dan
mengambil tindakan.
d. Endurance (daya tahan)
Aspek ini menjelaskan tentang bagaimana seseorang memandang
jangka waktu berlangsungnya masalah yang muncul. Apakah ia
memandang masalah tersebut terjadi secara permanen dan
berkelanjutan atau hanya dalam waktu yang singkat saja.Semakin
rendah endurance seseorang, maka semakin besar kemungkinan orang
itu menganggap kesulitan dan penyebabnya akan berlangsung lama.
Sebaliknya jika endurance seseorang itu tinggi maka akan semakin
besar kemungkinan orang itu akan menganggap kesulitan adalah hal
yang akan berlalu dan tidak berlangsung lama.
2.5.3 Hubungan Antara Adversity Quotient dengan Prestasi Belajar
Matematika
Berdasarkan Jurnal Formatif vol. 3(1), terdapat pengaruh Adversity
Quotient terhadap prestasi belajar matematika.Hasil ini juga didukung oleh
temuan dari tokoh penelitian, menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang signifikansi antara adversity qoutient dan motivasi berprestasi
terhadap prestasi belajar matematika. Jelas terlihat bahwa terdapat
pengaruh adversity quotient dan motivasi berprestasi terhadap prestasi
belajar matematika, karena prestasi belajar bila tidak disertai dengan
adversity quotient maka akan mendapatkan prestasi yang kurang baik,
sebaliknya jika disertai dengan adversity quotient maka prestasi belajar
akan lebih baik.
Prestasi belajar matematika siswa juga tentunya dipengaruhi oleh
adversity quotient dalam belajar, karena jika siswa memiliki adversity
quotient dalam belajar terutama dalam pelajaran matematika prestasi
belajar yang dihasilkan akan lebih baik dan mendapatkan nilai yang
13
memuaskan, karena dalam belajar matematika siswa dituntut menanamkan
kedisiplinan dalam kegiatannya, mengingat dengan adanya kedisiplinan
siswa akan lebih menghargai waktu. Kedisiplinan yang terdapat pada
siswa sangat mempengaruhi siswa dalam menghadapi masalah dan
hambatan dalam proses belajarnya, karena siswa tersebut sudah terbiasa
belajar dengan teratur sehingga hambatan-hambatan dalam pengerjaan soal
dengan mudah dapat diatasi dan diselesaikan dengan baik, inilah peran
adversity quontient pada siswa, dimana siswa dapat mengubah hambatan-
hambatan dalam belajar menjadi peluang.
Stoltz (2000) mengatakan bahwa individu dengan dimensi control
(kendali), dirinya selalu berpikir optimis, selalu ada jalan, serta berupaya
menyelesaikanmasalah. Sifat tersebut, yaitu tidak mudah menyerah dalam
menyelesaikan suatu tugas, tidak pernah memberi dirinya kesempatan
untuk berpangku tangan, mencurahkan perhatian sepenuhnya pada tugas
yang sedang dikerjakan, memiliki tenaga untuk terlibat terus menerus
dalam suatu tugas.Optimisme dan kegigihan untuk menyelesaikan masalah
mengakibatkan seseorang tertantang untuk melakukan kerja keras, mencari
cara-cara baru untuk memperbaiki kinerjanya terbuka pada gagasan,
pandangan, dan penemuanpenemuan baru yang dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan kinerjanya.
14
BAB III
PENUTUP
1.4 Kesimpulan
1. IQ adalah salah satu bentuk kecerdasan manusia yang membuat manusia
mampu untuk melakukan kegiatan terstruktur dan mampu berfikir logis
dan rasional, serta dapat menyimpulkan suatu hal. Sedangkan faktor-faktor
yang mempengaruhi intelegensi seseorang yaitu pembawaan, kematangan,
pembentukan, minat dan pembawaan yang khas, serta kebebasan.
2. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan jiwa yang membantu seseorang
untuk mengembangkan dirinya secara utuh melalui penciptaan
kemungkinan untuk menerapkan nilai-nilai positif. Terdapat bebarapa ciri
umum dalam kecerdasan ini diantaranya Kemampuan bersikap fleksibel
(adaptif secara spontan dan aktif), Kemampuan untuk menghadapi dan
memanfaatkan penderitaan. Untuk meningkatkan prestasi belajar
matematika salah satunya dengan meningkatkan kecerdasan spiritual.
Dengan kecerdasan spiritual, diharapkan siswa dapat lebih cermat dalam
mengambil keputusan. Sebab dengan kecerdasan spiritual siswa dituntut
untuk memahami dan terampil dalam memilih dan mengidentifikasi
masalah-masalah yang ada.
3. Kecerdasan emosional atau yang biasa dikenal dengan EQ adalah
kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta
mengontrol emosi dirinya dan orang lain di sekitarnya.Kecerdasan
emosional sangat berkaitan dengan pembelajaran terutama matematika,
dengan menganggap bahwa pelajaran matematika itu tidak rumit maka
akan membangkitkan motivasi diri untuk mempelajari matematika.
4. Kreativitas adalah kemampuan individu untuk melihat permasalahan dari
sudut pandangnya dan menemukan solusi dari masalah tersebut dengan
mengungkapkan gagasan-gagasan barunya kemudian menerapkannya
15
dalam penyelesaian permasalahan itu. Terdapat faktor-faktor yang dapat
mendorong terwujudnya kreativitas individudiantaranya dorongan dari
dalam diri sendiri(motivasi diri) dan dorongan yang berasal dari luar
(peran orang tua dan strategi guru). Proses pengajaran yang terintegrasi
akan menolong para siswa untuk mengembangkan keterampilan dalam
mengekspresikan dan merealisasikannya dalam kehidupan nyata sehari-
hari.
5. Adversity quotient (AQ) merupakan kecerdasan individu dalam mengatasi
kesulitan yang sedang ia hadapi, mulai dari mengamati,mengelolah
kesulitan itu dengan kecerdasan yang dimiliki agar dapat terselesaikan.
Adversity Quotient memiliki empat dimensi, yaitu control, origin dan
ownership, reach dan endurance. pengaruh adversity quotient dan motivasi
berprestasi terhadap prestasi belajar matematika, karena prestasi belajar
bila tidak disertai dengan adversity quotient maka akan mendapatkan
prestasi yang kurang baik, sebaliknya jika disertai dengan adversity
quotient maka prestasi belajar akan lebih baik.
1.5 Saran
Demikianlah pembahasan dari makalah yang penulis buat, penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini dikarenakan
keterbatasan sumber.Maka, dari itu penulis masih membutuhkan saran dan
kritik membangun dari pmbaca untuk menjadikan makalah ini lebih baik
lagi.
16
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, Ary Ginanjar. 2008. Rahasia Sukses Membangun ESQ Power, Sebuah
Inner Journey Melalui Ihsan.Jakarta : Penerbit Arga.
Basuki, Kasih Haryo. 2015. Pengaruh Kecerdasan Spiritual dan Motivasi Belajar
Terhadap Prestasi Belajar Matematika.Jurnal Formatif, Vol. 5 (2).
Manu, Theodora Sarlotha N., & Agus Maramba Meha. 2019. Integrasi dan
Pendidikan Karakter Melalui Pendekatan Kontekstual Dalam Mata Kuliah
Profesi Pendidikan Terhadap IQ Dengan Mengendalikan EQ dan SQ
Mahasiswa. Scholaroia : Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol 9
(3).249-258.
Matlin, M. W. 2003. Cognition. New York: John Wiley & Sons Inc.
17
Munandar, Utami.1999. Kreativitas dan Keberbakatan: Strategi Mewujudkan
Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Nur, I. F., & Ekasari, A. 2008.Hubungan antara konsep diri dengan kecerdasan
emosional pada remaja. SOUL.Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi.
Vol 1(2), 15-31.
Risela, Deska Amaralia. 2017. Pengaruh IQ, EQ, dan SQ Terhadap Persepsi Etis
Mahasiswa Mengenai Akuntansi Kreatif. Jurnal Nominal, Vol 6(1), 50-65.
Semiawan, R. C. 2002. Belajar dan pembelajaran dalam taraf usia dini. Jakarta:
PT Ikrar Mandiri Abadi.
18