Anda di halaman 1dari 21

BELAJAR DAN PEBELAJARAN

PENDEKATAN IQ, SQ, EQ, CQ DAN AQ

Disusun oleh:

Kelompok 9

1. Wilza Ayu (A1C220014)


2. Arika Septianingrum (A1C220044)
3. Nur Vella Putri Islami (A1C220075)

Dosen pengampu :

Rina Kusuma Dewi, S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia yang dilimpahkan kepada penulis,
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun judul dari makalah
kami adalah “PENDEKATAN IQ, SQ, EQ, CQ dan AQ”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu, kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Serta ucapan
terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah “Belajar dan
Pembelajaran” yang terhormat ibu Rina Kusuma Dewi, S.Pd.,M.Pd.
dimana atas bimbingan beliau kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala kritik dan saran
yang membangun dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat serta referensi pembelajaran maupun inspirasi bagi pembaca.

Jambi, 17 Oktober 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................. ii

BAB I : PENDAHULUAN ........................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 1
1.3 Tujuan ................................................................................................... 2

BAB II : PEMBAHASAN ......................................................................... 3

2.1 Intellegence Quotient/IQ ....................................................................... 3


2.2 Spiritual Quotient/SQ ............................................................................ 4
2.3 Emotional Quotient/EQ ......................................................................... 6
2.4 Creativitas Quentiont/CQ ...................................................................... 8
2.5 Adversity Quotient/AQ ......................................................................... 11

BAB III : PENUTUP ................................................................................. 15

3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 15


3.2 Saran ..................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Derasnya laju informasi, ilmu pengetahuan dan tekhnologi memicu
dan memacu setiap orang untuk menjadi cerdas.Pada dasarnya manusia
memiliki tiga potensi yang harus dikembangkan dalam menjalankan
eksistensi kehidupanya di muka bumi. Ketiga potensi tersebut adalah
kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ) , dan kecerdasan
spiritual (SQ).
Kita perlu mengembangkan IQ menyangkut pengetahuan dan
keterampilan, namun kita juga harus menampilkan EQ yang sebaik-
baiknya karena EQ harus dilatih.Untuk meningkatkan EQ dan IQ agar
dapat membina hati nurani yang baik kita juga harus mengembangkan SQ
yang merupakan cerminan dari hubungan kita dengan Allah SWT.Jadi
perpaduan antara EQ, IQ, dan SQ inilah yang sangat penting dalam meniti
karir agar menjadi lebih baik.Disamping itu, kita juga perlu
mengembangkan AQ (Adversity Quotient) yang dapat mengajarkan
kepada kita bagaimana menjadikan tantangan bahkan ancaman menjadi
peluang, jadi yang ideal memang kita perlu menyeimbangkan antara EQ,
IQ, SQ dan AQ.
Oleh karena itu, makalah ini penulis susun agar pembaca terkhusus
para pelajar dan pengajar perlu mengetahui apa yang membedakan
pendekatan IQ, SQ, EQ, CQ, dan AQ dalam proses pembelajaran.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas, adapaun rumusan masalahnya
adalah sebagai berikut.
1. Apa pengertian dari IQ dan faktor-faktor yang mempengaruhi
intelegensi seseorang!

1
2. Apapengertian dan karakteristik dari SQ! Serta bagaimana pengaruh
SQ terhadap pembelajaran matematika?
3. Apa pengertian dari EQ! dan bagaimana keterkaitan EQ dalam
pembelajaran matematika?
4. Apa pengertian dari CQ? Dan apa saja faktor yang mempengaruhi
kreativitas belajar siswa? Serta bagaimana cara meningkatkan
kreativitas tersebut?
5. Jelaskan pengertian dan aspek-aspek dari AQ! Serta bagaimana
hubungan antara AQ dengan prestasi belajar matematika?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari makalah ini adalah
sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian dari IQ dan memahami faktor-faktor
yang mempengaruhi intelegensi seseorang.
2. Untuk mengetahui pengertian dan karakteristik dari SQ, serta
memahami pengaruh SQ terhadap pembelajaran matematika.
3. Untuk mengetahun Pengertian dari EQ dan memahami keterkaitan EQ
dslam pembelajaran matematika.
4. Untuk mengetahui pengertian dan faktor-faktor yang mempengaruhi
kreativitas siswa serta memahami cara meningkatkan kreativitas
tersebut.
5. Untuk mengetahui pengertian dan aspek-aspek dari AQ, serta
memehami hubungan antara AQ dengan prestasi belajar matematika.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Intellegence Quotient/IQ


2.1.1 Pengertian Intellegence Quotient/IQ

Menurut John. W. Santrock (2010), inteligensi adalah keahlian


memecahkan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi pada
pengalaman hidup serta belajar dari pengalaman hidup sehari-hari.
Wechsler mengemukakan bahwa kecerdasan intelektual adalah
kemampuan global yang dimiliki oleh individu agar bisa bertindak secara
terarah dan berpikir secara bermakna serta bisa berinteraksi dengan
lingkungan secara efisien (Manu & Agus, 2019)

IQ adalah sebuah kecerdasan formal yang mempelajari cara


memanipulasi dan menggunakan aturan-aturan formal, seperti aturan-
aturan tata bahasa atau aturan aritmatika (Zohar dan Marshall, 2005: 184).
Selain itu, Dwijayanti (2009) mendefinisikan IQ sebagai kemampuan
seseorang untuk memperoleh pengetahuan, menguasai dan menerapkannya
dalam menghadapi masalah.Sehingga dapat disimpulkan bahwa IQ adalah
salah satu bentuk kecerdasan manusia yang membuat manusia mampu
untuk melakukan kegiatan terstruktur dan mampu berfikir logis dan
rasional, serta dapat menyimpulkan suatu hal (Risela, 2017).

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intelegensi Seseorang


a. Pembawaan
Pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat yang telah ada sejak
lahir.Hal demikian terjadi karena kemampuan peserta didik yang
berbeda yaitu memiliki kecerdasan yang baik dan tidak memiliki
kecerdasan yang kurang baik.
b. Kematangan
Kematangan itu dapat disebut sebagai kesanggupan organ tubuh
dalam menjalankan fungsinya masing-masing.Misalnya, seorang siswa

3
menerima soal namun tidak dapat mengerjakan dengan baik, dan
merasa sukar karena soal tersebut masih sangat sukar baginya. Hal
demikian terjadi karena, kapasitas soal yang diterima belum sesuai
dengan usia anak didik.
c. Pembentukan
Pembentukan dapat diartikan sebagai segala keadaan diluar diri
seseorang yang mempengaruhi perkembangan
inteligensi.Pembentukan itu dapat dilakukan dengan sengaja (belajar
disekolah) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar).
d. Minat dan pembawaan yang khas
Minat mengarahkan perbuatan manusia kepada tujuan yang hendak
dicapai.Dalam diri manusia terdapat dorongan –dorongan yang
mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar.
e. Kebebasan
Kebebasan berarti manusia dapat memilih metode-metode yang
hendak digunakan dalam memecahkan masalah.

2.2 Spiritual Quotient/SQ


2.2.1 Pengertian Spiritual Quotient/SQ

Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan


memecahkan persoalan makna dan nilai.Kecerdasan yang memberi makna,
yang melakukan kontektualisasi, dan bersifat transformatif.Mereka
mengatakan kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita
dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya.Dan kecerdasan itu untuk
menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna
dibandingkan dengan yang lain (Zohar dan Marshall, 2007:52).

Spiritual intellegence (SQ, spiritual quotient) adalah paradigma


kecerdasan spiritual. Artinya, segi dan ruang spritual kita bisa
memancarkan cahaya spritual (spiritual light) dalam bentuk kecerdasan
spiritual.Kecerdasan spiritual melibatkan kemampuan menghidupkan

4
kebenaran yang paling dalam.Itu berarti mewujudkan hal yang terbaik,
utuh, dan paling manusiawi dalam batin (Sukidi, 2004:49).

Sedangkan menurut Agustian (2008), kecerdasan spiritual adalah


kemampuan seseorang dalam memberi makna ibadah terhadap setiap
perilaku dan kegiatan, melalui langkah-langkah dan pemikiran yang
bersifat fitrah menuju manusia seutuhnya (hanif), dan memiliki pola
pemikiran tauhid (integralistik), serta berprinsip “hanya karena Allah”

2.2.2 Karakteristik Spiritual Quotient/SQ

Menurut Zohar dan Marshall (2007), ciri-ciri dari kecerdasan


spiritual yang telah berkembang dengan baik secara umum adalah sebagai
berikut:

a. Kemampuan bersikap fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif)


b. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan untuk
menghadapi dan melampaui rasa takut.
c. Kualitas hidup yang diilhami oleh kualitas visi dan nilai.
d. Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu
e. Kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal
(berpandangan holistik).
f. Kecenderungan nyata untuk bertanya “mengapa? atau bagaimana
jika?” untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar.
g. Kepemimpinan yang penuh pengabdian dan tanggung jawab
2.2.3 Pengaruh Kecerdasan Spritual Terhadap Pembelajaran
Matematika
Untuk meningkatkan prestasi belajar matematika salah satunya
dengan meningkatkan kecerdasan spiritual.Dengan kecerdasan spiritual,
diharapkan siswa dapat lebih cermat dalam mengambil keputusan.Sebab
dengan kecerdasan spiritual siswa dituntut untuk memahami dan terampil
dalam memilih dan mengidentifikasi masalah-masalah yang ada.Dengan
demikian diharapkan siswa terampil menghadapi masalah dan berusaha

5
memecahkannya, serta memiliki pengetahuan yang berguna untuk
kehidupan kelak di masyarakat, dan hasil akhirnya adalah di tangan Tuhan
Yang Maha Pemberi Ilmu (Basuki, 2015).
Jadi, kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap pembelajaran
matematika, kecerdasan spiritual adalah suatu kecerdasan seseorang dalam
memecahkan suatu permasalahan yang ada, dengan adanya kecerdasan
spiritual ini peserta didik diharapkan mampu menyelesaikan soal soal
matematika yang diberikan.
2.3 Emotional Quotient/EQ
2.3.1 Pengertian Kecerdasan Emosional (EQ)
Kecerdasan emosional atau yang biasa dikenal dengan EQ adalah
kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta
mengontrol emosi dirinya dan orang lain di sekitarnya. Selama ini banyak
orang berpikiran kecerdasan seseorang hanya dipengaruhi oleh IQ
(Intelligence Quotient).Ternyata banyak penelitian psikologi yang
menyatakan bahwa kecerdasan seseorang dipengaruhi oleh dua
kecerdasan, yaitu IQ (Intelligence Quotient) dan EQ (Emotional Quotient).
Kedua kecerdasan tersebut sangat berpengaruh terhadap proses
pembelajaran di sekolah, khususnya pada pembelajaran matematika.
Bagaimanapun kecerdasan tidaklah berarti apa-apa bila emosi yang
berkuasa. Kecerdasan emosional menambahkan jauh lebih banyak sifat-
sifat yang membuat kita lebih manusiawi (Widyastika &Kusuma ,2019).
Kecerdasan emosional mempunyai peran yang sangat penting
dalam lingkungan pendidikan baik itu lingkungan pendidikan formal
maupun non formal dalam meraih kesuksesan pribadi peserta didik.
Kecerdasan emosional yang rendah akan sulit untuk memusatkan
perhatian (konsentrasi) pada saat proses pembelajaran matematika
sehingga menyebabkan rendahnya prestasi belajar peserta didik. Jadi
kecerdasan emosional pada peserta didik harus menjadi perhatian khusus
bagi para pendidik dalam proses pembelajaran (Putri, 2017).
2.3.2 Kemampuan Kecerdasan Emosional

6
Menurut Nur (2008), dalam jurnalnya berpendapat bahwa beberapa
kemampuan utama yang harus dimiliki yang berhubungan dengan
kecerdasan emosional. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup lima
wilayah utama kecerdasan emosional yaitu sebagai berikut.
a. Mengenali emosi diri
Kesadaran diri dalam mengenali perasaan sewaktu perasaan itu
terjadi merupakan dasar kecerdasan emosional.
b. Mengelola Emosi
Mengelola emosi berarti menangani perasaan agar perasaan dapat
terungkap dengan tepat, hal ini merupakan kecakapan yang sangat
bergantung pada kesadaran diri.
c. Memotivasi Diri
Dengan kemampuan memotivasi diri yang dimilikinya maka
seseorang akan cenderung memiliki pandangan yang positif dalam
menilai segala sesuatu yang terjadi dalam dirinya.
d. Mengenali Emosi Orang Lain
Empati atau mengenal emosi orang lain dibangun berdasarkan pada
kesadaran diri. Jika seseorang terbuka pada emosi sendiri, maka dapat
dipastikan bahwa ia akan terampil membaca perasaan orang lain.
e. Membina Hubungan dengan Orang Lain
Seni dalam membina hubungan dengan orang lain merupakan
keterampilan sosial yang mendukung keberhasilan dalam pergaulan
dengan orang lain.
2.3.3 Keterkaitan Kecerdasan Emosional dalam Matematika

Cooper dan Sawaf (2001), membuat satu konsep bahwa


“Kecerdasan emosional” dianggap akan dapat membantu siswa dalam
mengatasi hambatan-hambatan psikologis yang ditemuinya dalam belajar.
Kecerdasan emosional yang dimiliki siswa sangat berpengaruh terhadap
hasil belajar, karena emosi memancing tindakan seorang terhadap apa
yang dihadapinya. Pembelajaran matematika merupakan pengembangan

7
pikiran yang rasional bagaimana kita dapat merefleksikan dalam
kehidupan sehari-hari.

Intelegensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan


keberhasilan hidup seseorang.IQ tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa
partisipasi emosional terhadap mata pelajaran yang disampaikan
guru.Namun biasanya IQ dan EQ saling melengkapi.Matematika
merupakan kunci utama dari pengetahuan-pengetahuan lain yang dipelajari
siswa di sekolah.Sering kita mendengar bahwa pelajaran matematika itu
sulit, padahal kesulitan itu dapat diatasi dengan memperbanyak latihan
mengerjakan soal di rumah.Matematika menjadi pelajaran penting dalam
pendidikan dan wajib dipelajari pada setiap jenjang
pendidikan.Kecerdasan emosional dapat mengatasi hambatan-hambatan
psikologis yang ditemui siswa dalam belajar.

Jadi, Kecerdasan Emosional adalah kecerdasan atau kemampuan


seseorang dalam mengelola emosi. Kemampuan emosional dibagi menjadi
lima yaitu mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri,
mengenali emosi orang lain, membina hubungan dengan orang lain.
Kecerdasan emosional sangat berkaitan dengan pembelajaran terutama
matematika, dengan menganggap bahwa pelajaran matematika itu tidak
rumit maka akan membangkitkan motivasi diri untuk mempelajari
matematika.

2.4 Creativitas Quentiont/CQ


2.4.1 Pengertian Kreativitas

Menurut Utami Munandar (1999), pengertian kreativitas


menunjukkan ada tiga tekanan kemampuan, yaitu yang berkaitan dengan
kemampuan untuk mengkombinasi, memecahkan/menjawab masalah dan
cerminan kemampuan operasional anak kreatif.Semiawan (2002)
menjelaskan bahwa Kreativitas adalah kemampuan untuk memberikan
gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan

8
masalah.Kreativitas meliputi baik ciri-ciri aptitude seperti kelancaran
(fluency), keluwesan (flexibility), dan keaslian (originality) dalam
pemikiran, maupun ciri-ciri non aptitude, seperti rasa ingin tahu, senang
mengajukan pertanyaan dan selalu ingin mencari pengalaman-pengalaman
baru.

Dunbar dan Weisberg (dalam Matlin, 2003) menyatakan bahwa


kreativitas merujuk pada penggunaan kemampuan berpikir dalam
pemecahan masalah sehari-hari yang dapat dilakukan oleh individu
berkemampuan biasa.Kreativitas dapat dikembangkan tanpa
memperhatikan level kreativitasnya. Pendapat terakhir ini
menginformasikan bahwa level kreativitas individu berbeda-berbeda.
Pengembangan kreativitas dimaksudkan untuk mengembangkan potensi
kreatif individu sesuai levelnya.

Jadi,kreativitas adalah kemampuan individu untuk melihat


permasalahan dari sudut pandangnya dan menemukan solusi dari masalah
tersebut dengan mengungkapkan gagasan-gagasan barunya kemudian
menerapkannya dalam penyelesaian permasalahan itu. Masing-masing
individu pun memiliki kemampuan berkreativitas dibidangnya sendiri,
yang mana hal tersebut dapat menghasilkan produk yang kreatif dan
inovatif.

2.4.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kreativitas Belajar Siswa

Menurut Rogers (dalam Munandar, 2009), faktor-faktor yang dapat


mendorong terwujudnya kreativitas individu diantaranya:

a. Dorongan dari dalam diri sendiri (motivasi intrinsik)


b. Dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik)

Sedangkan, Menurut Amabile(Munandar, 2004), ada beberapa


faktor yang mempengaruhi kreativitas belajar siswa,yaitu:

9
a. Sikap orang tua terhadap kreativitas anaknya
Orang tua menghargai prestasi anak, mereka mendorong anak
untuk berusaha sebaik-baiknya dan menghsilkan karya-karya yang
baik.Seperti dalam pembelajaran matematika, terdapat pengaruh tidak
langsung antara partisipasi aktif orangtua pada penguasaan konsep
kognitif matematika.Partisipasi aktif orangtua secara tidak langsung
berpengaruh juga terhadap kemampuan berpikir kreatif matematika
melalui penguasaan konsep kognitif matematika, hal ini karena
orangtua memberikan dukungan dalam bentuk perhatian ataupun
bantuan dalam membimbing /pembinaan dirumah seperti misalnya
mendaftarkan untuk les atau bimbingan belajar yang dapat membantu
anak belajar dan menyenangi matematika.
b. Strategi mengajar guru
Guru adalah tokoh yang bermakna dalam pengembangan
kreativitas siswa, guru yang kreatif adalah guru yang secara kreatif
mampu menggunakan berbagai pendekatan dalam proses belajar
mengajar dan dalam membimbing siswanya. Menurut Yeni
Rachmawati(2011) terdapat beberapa hal yang mendukung peran guru
dalam pengembangan kreativitas siswa yaitu sikap percaya diri,
mencoba hal yang baru(berinovasi), memberikan contoh, menyadari
keragaman karakteristik siswa, memberikan kesempatan siswa untuk
berekspresi dan bereksplorasi, possitif thingking.
2.4.3 Cara Meningkatkan Kreativitas Siswa
Proses pengajaran yang terintegrasi akan menolong para siswa
untuk mengembangkan keterampilan dalam mengekspresikan dan
merealisasikannya dalam kehidupan nyata sehari-hari, menemukan contoh
dalam kehidupan nyata untuk membuktikan apa yang telah mereka
pelajari, dan menghubungkan apa yang mereka pelajari dengan berbagai
pengalaman kehidupan. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan
seharusnya memusatkan pada peningkatan keterampilan untuk

10
menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan dengan membebaskan
kreatifitas para siswa.
2.5 Adversity Quotient/AQ
2.5.1 Pengertian Adversity Quotient
Menurut Agustian (2001), Adversity Quotient (AQ) dikembangkan
pertama kali oleh Paul G. Stoltz. seorang konsultan yang sangat terkenal
dalam topic- topic kepemimpinan di dunia kerja dan dunia pendidikan
berbasis skill, Ia menganggap bahwa IQ dan EQ tidaklah cukup dalam
meramalkan kesuksesan seseorang. Karena ada faktor lain berupa motivasi
dan dorongan dari dalam, serta sikap pantang menyerah. Faktor itu disebut
Adversity Quotient.
Adversity Quotient (AQ) merupakan faktor yang dapat
menentukan bagaimana, jadi atau tidaknya, serta sejauh mana sikap,
kemampuan, dan kinerja individu terwujud di dunia. Pendek kata, orang
yang memiliki Adversity Quotient (AQ) tinggi akan lebih mampu
mewujudkan cita-citanya dibandingkan orang yang Adversity Quotient
(AQ)nya lebih rendah. Individu yang satu dengan lainnya mempunyai
kecerdasan adversitas (AQ) yang berbeda-beda.
Menurut Supardi (2013) keberhasilan siswa dalam pembelajaran
tergantung pada bagaimana cara siswa mengatasi kesulitan yang ada. Cara
mengatasi kesulitan setiap orang berbeda-beda.Demikian pula, tingkat
kecerdasan seseorang relative berbeda.Kecerdasan dalam menghadapi
suatu kesulitan termasuk salah satu jenis adversity quotient.Adversity
quotient merupakan kecerdasan individu dalam mengatasi setiap kesulitan
yang muncul.Adversity quotient sering diindentikkan dengan daya juang
untuk melawan kesulitan.Adversity quotient dianggap sangat mendukung
keberhasilan siswa dalam meningkatkan prestasi belajar.
Jadi, adversity quotient (AQ) merupakan kecerdasan individu
dalam mengatasi kesulitan yang sedang ia hadapi, mulai dari
mengamati,mengelolah kesulitan itu dengan kecerdasan yang dimiliki agar
dapat terselesaikan.

11
2.5.2 Aspek-aspek Adversity Quotient

Menurut Stolz(2000), Adversity Quotient memiliki empat dimensi,


yaitu sebagai berikut :

a. Control (Kendali)
Control atau kendali adalah kemampuan seseorang dalam
mengendalikan dan mengelola sebuah peristiwa yang menimbulkan
kesulitan di masa mendatang.Kendali yang sebenarnya dalam situasi tak
mungkin diukur, kendali yang dirasakan jauh lebih penting. Sulit untuk
menaksir besar kekuatan dari kendali yang dirasakan itu, tetapi tanpa
kendali semacam itu harapan dan tindakan akan hancur. Dengan kendali
semacam itu, hidup dapat diubah dan tujuan-tujuan akan terlaksana.
Mereka yang AQ-nya lebih tinggi merasakan kendali yang lebih besar
atas peristiwa-peristiwa dalam hidup, dibandingkan dengan mereka
yang ber-AQ rendah.
b. Origin (asal-usul) dan ownership (pengakuan)
Menjelaskan mengenai bagaimana seseorang memandang sumber
masalah yang ada. Apakah ia cenderung memandang masalah yang
terjadi bersumber dari dirinya atau ada faktor-faktor lain di luar dirinya.
Aspek ini menyatakan dua hal yaitu siapa atau apa yang menjadi asal-
usul kesulitan dan sejauh mana seseorang mengakui akibat-akibat dari
kesulitan itu. Orang yang memiliki AQ rendah cenderung menempatkan
rasa bersalah yang tidak semestinya atas peristiwa peristiwa buruk yang
menimpanya.Dalam banyak hal mereka melihat bahwa dirinyalah
penyebab dari kesulitan tersebut.
c. Reach (Jangkauan)
Menjelaskan sejauh mana kesulitan akan menjangkau bagian-
bagian lain dalam kehidupan seseorang. Respon respon dari AQ rendah
dapat membuat kesulitan menjadi luas ke segi-segi lain dalam

12
kehidupan seseorang. Semakin besar jangkauan seseorang maka
semakin besar kemungkinan seseorang membatasi jangkauan
masalahnya pada suatu peristiwa yang ia hadapi. Membatasi jangkauan
kesulitan akan memungkinkan seseorang untuk berpikir jernih dan
mengambil tindakan.
d. Endurance (daya tahan)
Aspek ini menjelaskan tentang bagaimana seseorang memandang
jangka waktu berlangsungnya masalah yang muncul. Apakah ia
memandang masalah tersebut terjadi secara permanen dan
berkelanjutan atau hanya dalam waktu yang singkat saja.Semakin
rendah endurance seseorang, maka semakin besar kemungkinan orang
itu menganggap kesulitan dan penyebabnya akan berlangsung lama.
Sebaliknya jika endurance seseorang itu tinggi maka akan semakin
besar kemungkinan orang itu akan menganggap kesulitan adalah hal
yang akan berlalu dan tidak berlangsung lama.
2.5.3 Hubungan Antara Adversity Quotient dengan Prestasi Belajar
Matematika
Berdasarkan Jurnal Formatif vol. 3(1), terdapat pengaruh Adversity
Quotient terhadap prestasi belajar matematika.Hasil ini juga didukung oleh
temuan dari tokoh penelitian, menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang signifikansi antara adversity qoutient dan motivasi berprestasi
terhadap prestasi belajar matematika. Jelas terlihat bahwa terdapat
pengaruh adversity quotient dan motivasi berprestasi terhadap prestasi
belajar matematika, karena prestasi belajar bila tidak disertai dengan
adversity quotient maka akan mendapatkan prestasi yang kurang baik,
sebaliknya jika disertai dengan adversity quotient maka prestasi belajar
akan lebih baik.
Prestasi belajar matematika siswa juga tentunya dipengaruhi oleh
adversity quotient dalam belajar, karena jika siswa memiliki adversity
quotient dalam belajar terutama dalam pelajaran matematika prestasi
belajar yang dihasilkan akan lebih baik dan mendapatkan nilai yang

13
memuaskan, karena dalam belajar matematika siswa dituntut menanamkan
kedisiplinan dalam kegiatannya, mengingat dengan adanya kedisiplinan
siswa akan lebih menghargai waktu. Kedisiplinan yang terdapat pada
siswa sangat mempengaruhi siswa dalam menghadapi masalah dan
hambatan dalam proses belajarnya, karena siswa tersebut sudah terbiasa
belajar dengan teratur sehingga hambatan-hambatan dalam pengerjaan soal
dengan mudah dapat diatasi dan diselesaikan dengan baik, inilah peran
adversity quontient pada siswa, dimana siswa dapat mengubah hambatan-
hambatan dalam belajar menjadi peluang.
Stoltz (2000) mengatakan bahwa individu dengan dimensi control
(kendali), dirinya selalu berpikir optimis, selalu ada jalan, serta berupaya
menyelesaikanmasalah. Sifat tersebut, yaitu tidak mudah menyerah dalam
menyelesaikan suatu tugas, tidak pernah memberi dirinya kesempatan
untuk berpangku tangan, mencurahkan perhatian sepenuhnya pada tugas
yang sedang dikerjakan, memiliki tenaga untuk terlibat terus menerus
dalam suatu tugas.Optimisme dan kegigihan untuk menyelesaikan masalah
mengakibatkan seseorang tertantang untuk melakukan kerja keras, mencari
cara-cara baru untuk memperbaiki kinerjanya terbuka pada gagasan,
pandangan, dan penemuanpenemuan baru yang dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan kinerjanya.

14
BAB III

PENUTUP

1.4 Kesimpulan
1. IQ adalah salah satu bentuk kecerdasan manusia yang membuat manusia
mampu untuk melakukan kegiatan terstruktur dan mampu berfikir logis
dan rasional, serta dapat menyimpulkan suatu hal. Sedangkan faktor-faktor
yang mempengaruhi intelegensi seseorang yaitu pembawaan, kematangan,
pembentukan, minat dan pembawaan yang khas, serta kebebasan.
2. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan jiwa yang membantu seseorang
untuk mengembangkan dirinya secara utuh melalui penciptaan
kemungkinan untuk menerapkan nilai-nilai positif. Terdapat bebarapa ciri
umum dalam kecerdasan ini diantaranya Kemampuan bersikap fleksibel
(adaptif secara spontan dan aktif), Kemampuan untuk menghadapi dan
memanfaatkan penderitaan. Untuk meningkatkan prestasi belajar
matematika salah satunya dengan meningkatkan kecerdasan spiritual.
Dengan kecerdasan spiritual, diharapkan siswa dapat lebih cermat dalam
mengambil keputusan. Sebab dengan kecerdasan spiritual siswa dituntut
untuk memahami dan terampil dalam memilih dan mengidentifikasi
masalah-masalah yang ada.
3. Kecerdasan emosional atau yang biasa dikenal dengan EQ adalah
kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta
mengontrol emosi dirinya dan orang lain di sekitarnya.Kecerdasan
emosional sangat berkaitan dengan pembelajaran terutama matematika,
dengan menganggap bahwa pelajaran matematika itu tidak rumit maka
akan membangkitkan motivasi diri untuk mempelajari matematika.
4. Kreativitas adalah kemampuan individu untuk melihat permasalahan dari
sudut pandangnya dan menemukan solusi dari masalah tersebut dengan
mengungkapkan gagasan-gagasan barunya kemudian menerapkannya

15
dalam penyelesaian permasalahan itu. Terdapat faktor-faktor yang dapat
mendorong terwujudnya kreativitas individudiantaranya dorongan dari
dalam diri sendiri(motivasi diri) dan dorongan yang berasal dari luar
(peran orang tua dan strategi guru). Proses pengajaran yang terintegrasi
akan menolong para siswa untuk mengembangkan keterampilan dalam
mengekspresikan dan merealisasikannya dalam kehidupan nyata sehari-
hari.
5. Adversity quotient (AQ) merupakan kecerdasan individu dalam mengatasi
kesulitan yang sedang ia hadapi, mulai dari mengamati,mengelolah
kesulitan itu dengan kecerdasan yang dimiliki agar dapat terselesaikan.
Adversity Quotient memiliki empat dimensi, yaitu control, origin dan
ownership, reach dan endurance. pengaruh adversity quotient dan motivasi
berprestasi terhadap prestasi belajar matematika, karena prestasi belajar
bila tidak disertai dengan adversity quotient maka akan mendapatkan
prestasi yang kurang baik, sebaliknya jika disertai dengan adversity
quotient maka prestasi belajar akan lebih baik.
1.5 Saran
Demikianlah pembahasan dari makalah yang penulis buat, penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini dikarenakan
keterbatasan sumber.Maka, dari itu penulis masih membutuhkan saran dan
kritik membangun dari pmbaca untuk menjadikan makalah ini lebih baik
lagi.

16
DAFTAR PUSTAKA

Agustian, Ary Ginanjar. 2008. Rahasia Sukses Membangun ESQ Power, Sebuah
Inner Journey Melalui Ihsan.Jakarta : Penerbit Arga.

Agustian, Ary Ginanjar.2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi


dan Spiritual ESQ: Emotional Quotient Berdasarkan Enam Rukun Iman
dan Lima Rukun Islam. Jakarta: Arga.

Basuki, Kasih Haryo. 2015. Pengaruh Kecerdasan Spiritual dan Motivasi Belajar
Terhadap Prestasi Belajar Matematika.Jurnal Formatif, Vol. 5 (2).

Cooper , Sawaf. 2001. Executif Eq Kecerdasan emosional, terj.Kantjono. Jakarta:


Gramedia.

Dwijayanti, Arie Pangestu. 2009. Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan


Intelektual, Kecerdasan Spiritual, dan Kecerdasan Sosial Terhadap
Pemahaman Akuntansi. Skripsi S1 :Universitas Pembangunan Nasional
Jakarta.

Manu, Theodora Sarlotha N., & Agus Maramba Meha. 2019. Integrasi dan
Pendidikan Karakter Melalui Pendekatan Kontekstual Dalam Mata Kuliah
Profesi Pendidikan Terhadap IQ Dengan Mengendalikan EQ dan SQ
Mahasiswa. Scholaroia : Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol 9
(3).249-258.

Matlin, M. W. 2003. Cognition. New York: John Wiley & Sons Inc.

Munandar, Utami. 2004. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:


Rineka Cipta.

Munandar, Utami. 2009. Perkembangan Kreativitas anak berbakat. Jakarta:


Rineka Cipta.

17
Munandar, Utami.1999. Kreativitas dan Keberbakatan: Strategi Mewujudkan
Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Nur, I. F., & Ekasari, A. 2008.Hubungan antara konsep diri dengan kecerdasan
emosional pada remaja. SOUL.Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi.
Vol 1(2), 15-31.

Putri, Sry Symyati. 2017. Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Hasil


Belajar Matematika Peserta Didik Kelas V SD Inpres Bontomanai Kota
Makasar.Undergraduate (S1) thesis.Makasar : Universitas Islam Negri
Alauddin Makasar.

Rachmawati, Yeni. 2011. Strategi Pengembangan Kreatifitas Pada Anak Usia


Taman Kanak-Kanak. Jakarta:Kencana.

Risela, Deska Amaralia. 2017. Pengaruh IQ, EQ, dan SQ Terhadap Persepsi Etis
Mahasiswa Mengenai Akuntansi Kreatif. Jurnal Nominal, Vol 6(1), 50-65.

Semiawan, R. C. 2002. Belajar dan pembelajaran dalam taraf usia dini. Jakarta:
PT Ikrar Mandiri Abadi.

Stoltz. 2000. Adversity quotient Mengubah Hambatan Menjadi Peluang.


Grasindo: Jakarta.

Sukidi. 2004. Kecerdasan Spiritual; Mengapa SQ Lebih Penting daripada IQ dan


EQ. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Supardi, U.S. 2013. Pengaruh Adversity quotient Terhadap Prestasi Belajar


Matematika.Jurnal Formatif, Vol 3(1), 61-71.

Widyastika, Renada.2019. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap


Pembelajaran Matematika. Prosiding Sendika Bidang Pendidikan
Matematika.Vol.5 (1).

Zohar, D. Marshall, I. 2007.SQ: Kecerdasan Spiritual. Bandung: Mizan.

18

Anda mungkin juga menyukai