Disusun Oleh :
Dosen pengampu:
Dr. Elizar, S.Pd., M.Ed(MT)
Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan segala rahmat, taufiq dan hidayah-Nya berupa kesehatan sehingga pada
kesempatan yang baik ini saya dapat menulis tugas berupa paper/makalah.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Psikologi Pendidikan oleh Ibu Dr. Elizar, S.Pd., M.Ed(MT) Selain itu, tujuan
pembuatan makalah ini juga untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi para
pembaca.
Dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, maka saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi sempurnanya
makalah ini.
Apabila ada kata-kata yang kurang berkenan, kami meminta maaf yang sebesar-
besarnya. Terimakasih atas perhatiannya, semoga makalah ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
2.1 KECERDASAN.......................................................................................................3
2.1.1 Pengertian Kecerdasan.......................................................................................3
2.1.2 Ciri-Ciri serta Faktor yang mempengaruhi Kecerdasan....................................4
2.1.3 Perbedaan Intelegensi (Kecerdasan)..................................................................5
2.2 INTELLIGENCE QUOTIENT................................................................................5
2.2.1 Pengertian Intelligence Quotient........................................................................5
2.2.2 Sejarah Intelligence Quotient.............................................................................6
2.2.3 Jenis-Jenis Intelligence Quotient.......................................................................7
2.3 EMOTIONAL QUOTIENT.....................................................................................7
2.3.1 Pengertian Emotional Quotient..........................................................................7
2.3.2 Sejarah Emotional Quotient...............................................................................8
2.3.3 Jenis-Jenis Emotional Quotient..........................................................................9
2.4 TRANSCENDENTAL QUOTIENT........................................................................9
2.4.1 Pengertian Transcendental Quotient..................................................................9
2.4.2 Sejarah Transcendental Quotient.....................................................................10
2.4.3 Jenis-Jenis Transcendental Quotient................................................................10
2.5 Dampak IQ, EQ dan TQ terhadap hasil belajar.....................................................12
BAB III...........................................................................................................................14
PENUTUP......................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................14
3.2 Saran.......................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
a) Mengetahui pengertian kecerdasan,
b) Mengetahui apa yang dimaksud dengan IQ, EQ dan TQ,
c) Memahami dampak IQ, EQ dan TQ dalam hasil pembelajaran.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KECERDASAN
3
Banyak definisi yang dikemukakan para ahli tentang inteligensi, kadangkala pengertian
pengertian yang mereka bangun berdasarkan hasil penelitian atau pendekatan yang dilakukan.
Menurut William Stern inteligensi adalah kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada
kebutuhan baru dengan menggunakan alat alat berfikir yang sesuai dengan tujuan. (Agus
Sujanto,1986:66). Sementara itu penelitian yang berkenaan dengan inteligensi dilakukan oleh
para ahli selalu dikaitkan dengan masalah masalah konsep tentang berbagai hal yang
menyangkut perilaku kemampuan berfikir seseorang. Banyaknya lahir konsep tentang
inteligensi ini digolongkan menjadi lima golongan yakni:
a. Konsepsi konsepsi yang bersifat spekulatif
b. Konsepsi konsepsi yang bersifat pragmatis
c. Konsepsi konsepsi yang didasarkan atas analisis faktor yang kiranya dapat kita sebut
konsepsi-konsepsi faktor
d. Konsepsi konsepsi yang bersifat operasional, dan
e. Konsepsi konsepsi yang didasarkan atas analisis fungsional, yang kiranya dapat kita
sebut konsepsi fungsional.
Intelegensi adalah salah satu kemampuan mental, pikiran atau intelektual dan
merupakan bagian dari proses-proses kognitif pada tingkatan yang lebih tinggi. Secara umum
inteligensi dapat dipahami sebagai kemampuan untuk beradaptasi dengan situasi yang baru
secara cepat dan efektif, kemampuan untuk menggunakan konsep yang abstrak secara efektif,
dan kemampuan untuk memahami hubungan dan mempelajarinya dengan cepat.
Dalam proses pendidikan di sekolah, inteligensi diyakini sebagai unsur penting yang
sangat menentukan keberhasilan belajar peserta didik. Namun inteligensi merupakan salah satu
aspek perbedaan individual yang perlu dicermati. Setiap peserta didik memiliki inteligensi yang
berlainan. Ada anak yang memiliki inteligensi tinggi, sedang dan rendah.
Dengan adanya perbedaan individual dalam aspek inteligensi ini, maka guru di sekolah
akan mendapati anak dengan kecerdasan yang luar biasa, anak yang mampu memecahkan
masalah dengan cepat, mampu Kunci Sukses Guru dan Peserta didik dalam Interaksi berpikir
abstrak dan kreatif. Sebaliknya, guru juga akan menghadapi anakanak yang kurang cerdas,
sangat lambat dan bahkan hampir tidak mampu mangatasi suatu masalah yang mudah
sekalipun.
5
Intelligence Quotient atau yang biasa kita sebut dengan IQ merupakan suatu indikator
untuk mengukur kecerdasan seseorang. Kecerdasan yang dimaksud, yaitu kecerdasan yang
terbentuk atas proses pembelajaran dan pengalaman hidup.
IQ menggambarkan kemampuan seseorang dalam berpikir, mengingat, memahami,
mengevaluasi, mengolah, menguasai lingkungan, dan bertindak secara terarah. Biasanya, IQ
memiliki kaitan yang erat dengan intelektual, logika, kemampuan menganalisis, pemecahan
masalah matematis, dan strategis.
Konsep tes kecerdasan intelektual ini diciptakan dan terpikirkan pertama kali
oleh Francis Galton (sepupu Charles Darwin sang Bapak Evolusi). Galton mengambil
landasan dari teori Darwin mengenai konsep survival individu dalam suatu spesies.
Sederhananya, yaitu teori mengenai cara bertahan hidup masing-masing orang, karena
keunggulan dari sifat-sifat tertentu yang dimilikinya dan merupakan turunan dari orang tua
mereka. Galton pun menyusun sebuah tes yang mengukur intelegensi manusia dari aspek
kegesitan dan refleks otot-ototnya. Baru lah di awal abad ke-20, Alfred Binet, seorang psikolog
dari Perancis, mengembangkan alat ukur intelegensi manusia yang sekarang telah dipakai oleh
banyak orang.
Di tahun 1983, penelitian mengenai konsep tes intelegensi manusia ini pun berlanjut
oleh psikolog Harvard, Howard Gardner. Ia menyebutkan, bahwa kecerdasan manusia bukan
merupakan sebuah konsep tunggal atau bersifat umum.
Menurutnya, kecerdasan tersebut merupakan beberapa set kemampuan yang spesifik dan
berjumlah lebih dari satu. Semua itu merupakan fungsi dari bagian-bagian dari otak yang
terpisah, serta merupakan hasil dari evolusi manusia selama jutaan tahun. Seiring
perkembangan zaman, orang-orang mulai sadar akan pentingnya intelegensi dan pengetesannya.
6
Banyak para ahli psikologi yang mulai meneliti dan membuat berbagai hipotesis tentang
kecerdasan. Muncullah perbedaan pendapat dengan masing-masing bukti yang dianggap kuat
oleh masing-masing pihak.
Mengutip Very Well Mind, menurut Howard Gardner awalnya ada delapan jenis
kecerdasan manusia. Kedelapan jenis IQ itu antara lain, sebagai berikut.
Seiring berjalannya waktu, akhirnya Gardner menambahkan satu lagi aspek kecerdasan
kesembilan, yaitu eksistensial (existential). Kecerdasan yang mencakup sisi spiritual dan
transendental. Walaupun akhirnya jenis kecerdasan ini mulai populer, tapi teori mengenai
eksistensial ini mendapat banyak kritik karena kurangnya bukti empiris.
Oleh karena itu, sampai sekarang para ahli belum sepakat dalam mendefinisikan apa itu
kecerdasan, diukur menggunakan alat apa, serta apa arti dari skor kecerdasan seseorang. Di
beberapa negara maju, sekarang banyak yang sudah tidak memakai istilah tes IQ lagi. Alih-alih,
mereka menyebutnya dengan tes tertentu, seperti tes kemampuan akademik, tes kecerdasan
verbal, dan sebagainya.
7
2.3.1 Pengertian Emotional Quotient
Emotional Quotient atau EQ merupakan kecerdasan emosional yang berkaitan dengan
karakter. Kecerdasan ini berhubungan dengan kemampuan diri dalam mengontrol perasaan,
mengenali perasaan orang lain, adaptasi, disiplin, tanggung jawab, kerja sama, dan juga
komitmen. EQ pun terkait dengan kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola,
dan mengontrol emosi dirinya serta emosi terhadap orang-orang di sekitarnya.
Seseorang yang tidak memiliki EQ yang baik, tidak akan bisa mengontrol amarah, kurang
terbuka, sulit bekerja sama dengan orang lain, mudah curiga, susah memaafkan, hingga tidak
bisa berempati, dan lain sebagainya.
Banyak hal dalam hidup yang dibangun oleh kecerdasan emosional daripada kecerdasan
intelektual. Para peneliti pun mengatakan, bahwa EQ mempunyai posisi lebih penting daripada
IQ. Sebab, IQ tidak sama dengan EQ. Bisa saja seseorang yang memiliki IQ rendah, tapi ia
memiliki EQ yang amat tinggi. Di samping itu, EQ juga bukan turunan maupun bawaan sejak
lahir. EQ dapat diasah, diperkuat, serta diajarkan kapan saja melalui pendidikan karakter,
memahami perasaan orang lain, dan sebagainya. Begitu juga dalam dunia kerja. EQ menjadi
satu hal yang sangat penting. Sebab, kamu tentu tidak akan bekerja seorang diri. Kamu akan
berhubungan dan berkomunikasi dengan banyak pihak, seperti rekan kerja, atasan, hingga klien.
Maka dari itu, kecerdasan emosional yang baik diperlukan agar kamu bisa menjalin kerja sama
yang baik pula.
Kesadaran diri,
Kontrol diri,
Kemampuan sosial,
Empati,
Motivasi.
Menurut Goleman, orang yang memiliki IQ tinggi tanpa kelima kemampuan ini, akan
terhambat dalam kegiatan akademik serta pekerjaannya.
9
Kecerdasan transendental pada dasarnya harus tercermin pada perilaku manusia.
Pemahaman filosofis terhadap kecerdasan transendental dan penerapannya secara konsekuen
dan konsisten, memberikan banyak terhadap perilaku manusia di dalam berbagai kondisi. Selain
perilaku dalam menjalankan ibadah, perilaku seseorang dengan kecerdasan transendental tinggi
juga tercermin pada akhlak mereka yang mulia.
10
1. Hanya menyembah Allah SWT.
2. Menjalankan kewajiban agama.
Bagi para pencipta konsep kecerdasan transendental ini, manusia yang memiliki TQ tinggi
maka secara otomatis memiliki EQ, SQ, dan Quotient lainnya dengan tingkat yang tinggi pula.
Namun, manusia itu belum tentu memiliki IQ yang tinggi, tapi termasuk orang yang cerdas.
Orang-orang yang memiliki TQ tinggi telah memahami dan mengamalkan aturan transendental
11
secara sungguh-sungguh. Tata aturan bagi manusia untuk menjalankan hidup, yaitu
memperoleh kesuksesan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Aturan tersebut mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, baik dalam menjalankan
ibadah maupun dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Mereka menjalankan kehidupan
dengan selalu mengerahkan akal-budi, menjaga kesadaran diri, mengedepankan etika dan
moral, dilandasi iman dan takwa, mengacu kepada aturan trasendental, dan selalu mengiringi
perjuangan hidupnya dengan doa dan ibadah. Semua perilaku di atas adalah komponen
kecerdasan transendental (TQ).
12
2.5.2 Dampak EQ terhadap hasil belajar
Kecerdasan emosional (EQ) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi
akademik dan prestasi belajar. Penelitian telah menunjukkan bahwa EQ berkontribusi terhadap
keberhasilan akademis, khususnya dalam mata pelajaran seperti pendidikan jasmani dan
kesehatan. EQ juga memainkan peran penting dalam mengembangkan keterampilan sosial,
empati, dan kesadaran diri, yang penting untuk membangun hubungan positif dan mengelola
emosi. Penelitian juga menunjukkan bahwa EQ berpengaruh positif dan signifikan terhadap
prestasi akademik di berbagai mata pelajaran, termasuk matematika, biologi, dan akuntansi
Siswa dengan tingkat EQ yang tinggi cenderung memiliki prestasi akademik yang lebih
baik, motivasi yang lebih tinggi, dan kebiasaan belajar yang lebih baik
Ringkasnya, EQ mempunyai dampak yang signifikan terhadap prestasi akademik dan kinerja
pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran yang memerlukan keterampilan sosial dan
pengelolaan emosi. Oleh karena itu, pendidik harus mempertimbangkan untuk memasukkan
strategi untuk mengembangkan dan menyeimbangkan EQ dalam proses pembelajaran untuk
mencapai hasil pembelajaran yang sukses.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
IQ, EQ, dan TQ merupakan jenis kecerdasan berbeda yang dapat mempengaruhi hasil
belajar. IQ mengukur kecerdasan intelektual, EQ mengukur kecerdasan emosional, dan TQ
mengukur kecerdasan dari sudut pandang agama
Meskipun IQ pernah dianggap sebagai satu-satunya penentu kecerdasan, kini diketahui
bahwa ada banyak faktor yang berkontribusi terhadap kecerdasan dan kesuksesan seseorang.
EQ dianggap oleh beberapa peneliti lebih penting daripada IQ, karena dapat mempengaruhi
kemampuan individu untuk mengendalikan emosi, bekerja dengan orang lain, dan berempati
dengan orang lain. EQ dapat dikembangkan dan diperkuat melalui pendidikan karakter dan
pemahaman perasaan orang lain
Dalam konteks pembelajaran, penting bagi pendidik untuk menyeimbangkan IQ, EQ,
dan TQ untuk mencapai hasil pembelajaran yang sukses, pendekatan yang seimbang terhadap
kecerdasan dapat membantu pendidik menjadi manajer dan pemimpin yang sukses dalam
proses pembelajaran. Penelitian menunjukkan bahwa baik IQ maupun EQ mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap hasil belajar pendidikan jasmani
3.2 Saran
Pentingnya keseimbangan antara IQ, EQ, dan SQ dalam proses pembelajaran harus
ditekankan kembali karena ketiga jenis kecerdasan ini saling melengkapi dan harus
dikembangkan secara seimbang untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal. IQ, EQ, dan
TQ memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan mempengaruhi proses
pembelajaran.
Kecerdasan intelektual (IQ) tidak lagi dianggap sebagai satu-satunya penentu
kecerdasan seseorang, karena kecerdasan emosional (EQ) juga memainkan peran penting dalam
keberhasilan seseorang. Oleh karena itu, pendidik perlu memahami pentingnya keseimbangan
antara IQ, EQ, dan SQ dalam proses pembelajaran dan mengembangkan ketiganya secara
seimbang untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal.
14
DAFTAR
PUSTAKA
Danaeefard, H., Salehi, A., Hasiri, A., & Noruzi, M. R. (2012). How emotional intelligence
and organizational culture contribute to shaping learning organization in public
service organizations. African Journal of Business Management , 6(5), 1921-1931.
Kumolohadi R, Suseno MN. Intelligenz struktur test dan standard progressive matrices: (dari
konsep intelegensi yang berbeda menghasilkan tingkat intelegensi yang sama). Jurnal
inovasi dan kewirausahaan. 2012;1:79-85.
Goleman. (2001). Emotional Intelligence untuk Mencapai Puncak Prestasi. Alih Bahasa:
Alex Tri K.W. Jakarta: PT. Gramedia Pustakan Utama.
Eni Fariyatul Fahyuni, dan Istikomah. Psikologi Belajar dan Mengajar: Kunci Sukses Guru
dan Peserta Didik dalam Interaksi Edukatif. Sidoarjo: Nizamia Learning Center,
2016.
Nurfarhanah.(2018). Hakikat dan Konsep -komsep Dasar Psikologi Pendidikan, Belajar dan
,serta faktor-faktor yang mempengaruhinya : Universitas Negri Padang.
15
TANYA
JAWAB
2. Di tahun 1983, penelitian mengenai konsep tes intelegensi manusia ini pun berlanjut oleh
psikolog Harvard, Ia menyebutkan, bahwa kecerdasan manusia bukan merupakan sebuah
konsep tunggal atau bersifat umum. Siapakah tokoh tersebut?
a. Keith Beasley
b. Howard Gardner
c. Syahmuharnis dan Harry
d. Goleman
3. Menurut Goleman, orang yang memiliki IQ tinggi tanpa kelima kemampuan akan terhambat
dalam kegiatan akademik serta pekerjaannya. Apa saja kemampuan tersebut?
16
4. Seseorang yang tidak memiliki kecerdasan yang baik, tidak akan bisa mengontrol amarah,
kurang terbuka, sulit bekerja sama dengan orang lain, mudah curiga, susah memaafkan, hingga
tidak bisa berempati, dan lain sebagainya. Kecerdasan apa yang dimaksud?
a. IQ
b. EQ
c. TQ
d. AQ
5. Penelitian juga menunjukkan bahwa tingkat IQ yang tinggi dapat menghasilkan kinerja
akademik yang lebih baik dalam berbagai mata pelajaran, termasuk matematika, sains, dan
bahasa. Namun, penting untuk dicatat bahwa IQ bukanlah satu-satunya faktor yang
mempengaruhi kinerja akademik. Faktor lain seperti motivasi, kebiasaan belajar, dan
lingkungan belajar juga berperan penting dalam menentukan keberhasilan akademik.
Kecerdaan apa yang memenuhi faktor tersebut?
a. IQ
b. EQ
c. TQ
d. AQ
17