Anda di halaman 1dari 36

IMPLEMENTASI INTELEGENSI DAN BAKAT PADA SISWA

Makalah ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah

“PSIKOLOGI PENDIDIKAN”

Dosen : Drs. Cipto Hadi, M.Pd

Disusun oleh:

Aulia R Hamzah : 12060122194


M Dadi Durohmad : 12060117328
Tiara Varilla Anjani : 12060120599

KELAS 3-G
PROGRAM S.1 PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2021
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan. Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “ IMPLEMENTASI INTELEGENSI DAN
BAKAT PADA SISWA”. Kami berterima kasih kepada Dosen Pengampu Bapak Cipto Hadi
serta orang tua, dan teman-teman yang sudah mendukung kami.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada Dosen pengampu dan semua pihak
yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aaamiiin.

PEKANBARU, 22 September 2021

Penyusun
3

Daftar Isi
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
A. PENDAHULUAN...............................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH............................................................................................5
1.3 TUJUAN PENULISAN..............................................................................................6
1.4 MANFAAT PENULISAN...............................................................................................6
B. PEMBAHASAN...................................................................................................................7
2.1 PENGERTIAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN (INTELEGENSI)..................................................7
2.2 PENGERTIAN INTELEGENSI................................................................................................7
2.3 TEORI TEORI INTELEGENSI.................................................................................................9
2.4 FAKTOR FAKTOR YG MEMPENGARUHI INTELEGENSI.......................................................13
2.5 PENGUKURAN INTELEGENSI............................................................................................15
2.6 HUBUNGAN INTELEGENSI DENGAN KEMAMPUAN ANAK ?.............................................16
2.7 HUBUNGAN INTELEGENSI PADA BELAJAR DAN IQ........................................................17
2.8 IMPLIKASI PADA PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN (INTELEGENSI).............................18
2.9 HUBUNGAN INTELEGENSI DAN KREATIVITAS..................................................................20
2.10 KLASIFIKASI TES INTELEGENSI......................................................................................20
2.11 TES BINET......................................................................................................................21
2.12 PERAN PENDIDIK DALAM PERKEMBANGAN KECERDASAN...........................................21
2.13 PENGERTIAN BAKAT DARI PARA AHLI.........................................................................24
2.14 JENIS-JENIS BAKAT.......................................................................................................26
2.15 BAGAIMANA MENGENALI BAKAT ANAK......................................................................27
2.16 CIRI-CIRI ANAK BERBAKAT.........................................................................................30
2.17 HUBUNGAN ANTARA BAKAT DENGAN PRESTASI.........................................................31
2.18 IMPLIKASI BAKAT.........................................................................................................31
2.19 KEGUNAAN TES BAKAT.................................................................................................32
2.20 KETERBATASAN TES BAKAT.........................................................................................32
2.21 MACAM MACAM TES BAKAT.........................................................................................33
C. PENUTUP..........................................................................................................................33
KESIMPULAN....................................................................................................................33
SARAN.................................................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................34

A. PENDAHULUAN
4

1.1 LATAR BELAKANG


Setiap manusia telah mendapat anugerah dari Tuhan berupa potensi dasar dan
kapasitas yang berbeda-beda untuk berperilaku inteligen. Seiring perjalanan hidupnya,
potensi tersebut berkembang sesuai pengalaman-pengalaman yang diperolehnya. Dalam
perkembangannya anak makin meningkatkan berbagai kemampuan untuk mengurangi
ketergantungan dirinya pada orang lain dan berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhannya
sendiri.

Kecerdasan (intelegensi) individu berkembang sejalan dengan interaksi antara aspek


perkembangan yang satu dengan aspek perkembangan yang lainnya dan antara individu yang
satu dengan individu yang lainnya, begitu juga dengan alamnya. Maka dengan itu individu
mempunyai kemampuan untuk belajar dan meningkatkan potensi kecerdasan dasa yang
dimiliki. Sebagai mahasiswa atau calon guru, kita hendaklah memahami atau setidaknya
mempelajari ilmu mengenai intelegensi dan bakat yang dimiliki seorang anak didik.

1.2 RUMUSAN MASALAH


a. Apa pengertian psikologi pendidikan ?
b. Apa pengertian intelegensi?
c. Apa teori teori intelegensi ?
d. Apa faktor faktor yg mempengaruhi intelegensi ?
e. Bagaimana pengukuran intelegensi ?
f. Bagaimana hubungan Intelegensi dengan Kemampuan Anak ?
g. Bagaimana pengaruh Intelegensi pada belajar ?
h. Bagaimana implikasi pada pendidikan dan pembelajaran (Intelegensi) ?
i. Bagaimana peran pendidik dalam perkembangan kecerdasan ?
j. Apa pengertian bakat dari para ahli ?
k. Apa saja jenis-jenis bakat ?
l. Bagaimana Mengenali Bakat Anak ?
m. Bagaimana ciri-ciri anak berbakat ?
n. Bagaimana hubungan antara bakat dengan Prestasi ?
o. Bagaimana implikasi bakat ?
p. Bagaimana hubungan intelegensi dengan IQ ?
q. Bagaimana hubungan intelegensi dengan kreativitas ?
r. Bagaimana klasifikasi tes intelegensi ?
5

s. Apa itu tes binet ?


t. Bagaimana kegunaan tes bakat ?
u. Bagaimana keterbatasan tes bakat ?
v. Apa saja macam macam tes bakat ?

1.3 TUJUAN PENULISAN


a. Untuk mengetahui pengertian psikologi pendidikan
b. Untuk mengetahui pengertian intelegensi
c. Untuk mengetahui teori teori intelegensi
d. Untuk mengetahui faktor faktor yg mempengaruhi intelegensi
e. Untuk mengetahui pengukuran intelegensi
f. Untuk mengetahui hubungan Intelegensi dengan Kemampuan Anak
g. Untuk mengetahui pengaruh Intelegensi pada belajar
h. Untuk mengetahui implikasi pada pendidikan dan pembelajaran (Intelegensi)
i. Untuk mengetahui peran pendidik dalam perkembangan kecerdasan
j. Untuk mengetahui pengertian bakat dari para ahli
k. Untuk mengetahui jenis-jenis bakat
l. Untuk mengetahui Mengenali Bakat Anak
m. Untuk mengetahui ciri-ciri snak berbakat
n. Untuk mengetahui hubungan antara bakat dengan Prestasi
o. Untuk mengetahui implikasi bakat
p. Untuk mengetahui hubungan intelegensi dengan IQ
q. Untuk mengetahui hubungan intelegensi dengan kreativitas
r. Untuk mengetahui klasifikasi tes intelegensi
s. Untuk mengetahui tes binet
t. Untuk mengetahui kegunaan tes bakat
u. Untuk mengetahui keterbatasan tes bakat
v. Untuk mengetahui macam macam tes bakat

1.4 MANFAAT PENULISAN


Manfaat penulisan makalah ini terbagi menjadi dua, antara lain :
6

Secara teoritis yaitu diharapkan hasil penulisan ini dapat digunakan untuk pengembangan
psikologi pendidikan. Secara praktis yaitu diharapkan penulisan ini dapat dimanfaatkan oleh
para pendidik (guru) dan dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan di lembaga pendidikan
untuk merumuskan kebijakan serta mengetahui bakat dan intelegensi para siswanya.

B. PEMBAHASAN

2.1 pengertian psikologi pendidikan (intelegensi)

Psikologi pendidikan merupakan sebuah ilmu yang khusus mempelajari kejiwaan pada
masyarakat pendidikan baik dari mulai input, proses sampai dengan output bahkan outcome.
Kesuksesan maupun kegagalan masyarakat pendidikan dapat dilihat lebih khusus dari proses
itu semua. Berikut ini pandangan tentang psikologi pendidikan menurut para ahli antara lain:
H. C. Whitherington berpendapat bahwa psikologi pemdidikan merupakan proses-proses dan
faktor-faktor sistematis yang berhubungan dengan input, proses, output dan outcame pada
pembentukan jati diri manusia seutuhnya. Selanjutnya Lester. D. Crow dan Alice Crow
berpendapat Educational psychology can be regarded as an applied science in that is seeks to
explain learning according to scienfitically determined principles and facts concerning
human behavior (psikologi pendidikan dapat dipandang sebagai ilmu pengetahuan praktis,
yang berguna untuk menerangkan belajar sesuai dengan prinsip-prinsip yang ditetapkan
secara ilmiah dan fakta- fakta sekitar tingkah laku manusia) dan tingkah laku manusia
dengan dunia sekitarnya. Carter V. Good berpendapat lebih spesifik bahwa Psikologi
pendidikan penekanannya pada hakekat belajar. Sedangkan WS. Winkel S. J., berpendapat
secara komprehensif menyangkut prasyarat- prasyarat bagi peserta didik, jenis belajar dan
fase-fase proses belajar. Jadi determinasi psikologi pendidikan lebih pada proses
pembentukan perilaku individu peserta didik itu sendiri dari mulai dari input, proses, output
serta outcome sehingga mereka ke depannya dapat memaksimalkan potensi

yang dimiliki agar mampu beradaptasi dan survive di masa dan di mana mereka berada.

2.2 pengertian intelegensi


7

Perkataan inteligensi dari kata latin intelligere yang berarti mengorganisasikan,


menghubungkan atau menyatukan satu dengan yang lain (to organize, to relate, to bind
together).intelegensi atau kecerdasan intelektual adalah suatu kemampuan mental yang
melibatkan proses berpikir secara rasional, oleh karena itu itelegensi tidak dapat diamati
secara lansung melainkan harus di simpulkan dari berbagaitindakan nyata Istilah inteligensi
kadang-kadang atau justru sering memberikan pengertian yang salah, yang memandang
inteligensi sebagai kemampuan yang mengandung kemampuan tunggal, padahal menurut
para ahliinteligensi mengandung bermacam-macam kemampuan. Namun demikian
pengertian inteligensi itu sendiri memberikan berbagai macam arti bagi para ahli.

Menurut panitia istilah padagogik yang mengangkat pendapat Stern yang dimaksud
dengan inteligensi adalah “daya menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan
menggunakan alat-alat berpikir menurut tujuannya”. Dari pengertian ini dapat dilihat bahwa
Stern menitikberatkan masalah inteligensi pada soal adjustment atau penyesuaian diri
terhadap masalah yang dihadapinya. Pada orang yang inteligen akan lebih cepat dalam
menyelesaikan masalah-masalah baru apabila dibandingkan dengan orang yang kurang
inteligen. Dalam menghadapi masalah atau situasi baru orang yang inteligen akan cepat dapat
mengadakan adjustment terhadap masalah atau situasi yang baru tersebut.

Thorndike mengemukakan pendapatnya bahwa orang dianggap inteligen apabila


responnya merupakan respon yang baik atau sesuai terhadap stimulus yang diterimanya.
Terman memberikan pengertian inteligensi sebagai ability yang berkaitan dengan hal-hal
yang kongkrit dan ability yang berkaitan dengan hal-hal yang abstrak. Individu itu inteligen
apabila dapat berpikir secara abstrak secara baik. Ini berarti bahwa apabila individu kurang
mampu berpikir abstrak, individu bersangkutan inteligensinya kurang baik.

C.P. Chaplin mengartikan inteligensi itu sebagai kemampuan menghadapi dan


menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif. Anita E. Woolfolk
mengemukakan bahwa menurut teoriteori lama, inteligensi itu meliputi tiga pengertan, yaitu
(1) kemampuan untuk belajar
(2) keseluruhan pengetahuan yang diperoleh
(3) kemampuan untuk beradaptasi secara berhasil dengan situasi atau lingkungan pada
umumnya.
8

Selanjutnya Woolfolk mengemukakan inteligensi itu merupakan satu atau beberapa


kemampuan untuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan dalam rangka menyelesaikan
masalah dan beradaptasi dengan lingkungan. Clarrade dan Stern berpendapat bahwa
inteligensi adalah menyesuaikan diri secara mental terhadap situasi atau kondisi baru.
David Wechsler mengartikan inteligensi sebagai kumpulan atau totalitas kemampuan untuk
bertindak secara terarah, berpikir secararasional dan menghadapi lingkungan secara efektif.
Banyak tokoh yang mendeskripsikan inteligensi sebagai kemampuan individu memecahkan
masalah (problem solving) dan ada juga pakar yangmendeskripsikan inteligensi sebagai
kemampuan beradaptasi dan belajar dari pengalaman sehari-hari. Jadi, dapat kita simpulkan
bahwa Inteligensi ialah kemampuan individu dalam mendayagunakan potensi yang ada pada
dirinya sebagai upaya memecahkan suatu permasalahan untuk beradaptasi pada
lingkungannya.

2.3 teori teori intelegensi

a. Teori Faktor (Spearman)


Menurut teori ini kecerdasan terdiri atas dua faktor utama, yaitu faktor general
dan faktor spesific. Faktor general yang mencakup semua kegiatan intelektual yang
dimiliki oleh setiap orang dalam berbagai derajat tertentu, dan faktor spesifik yang
mencakup berbagai faktor khusus yang relevan dengan tugas tertentu. Orang yang memiliki
faktor “g” luas, memiliki kapasitas untuk mempelajari bermacam-macam pelajaran seperti
matematika, bahasa, sains, sejarah, dan sebagainya dengan menggunakan berbagai simbol
abstrak.

b. Teori Uni Faktor (Wilhem Stem)


Menurut teori ini, kecerdasan merupakan kapasitas atau kemampuan umum. Oleh karena itu,
cara kerja kecerdasan juga bersifat umum. Reaksi atau tindakan seseorang dalam
menyesuaikan diri terhadap lingkungan atau memecahkan suatu masalah adalah bersifat
umum pula. Kapaitas umum itu timbul akibat pertumbuhan fisologis ataupun akibat dari
belajar.
9

c. Entity Teory
Menurut teori ini kecerdasan merupakan kesatuan yang tetap dan tidak dapat berubah-ubah.

d. Incremental Theory
Menurut teori ini, seseorang dapat meningkatkan kecerdasannya melalui belajar.

e. Teori Multifaktor (Thorndike)


Menurut teori ini, kecerdasan terdiri atas bentuk hubungan neural, antara stimulus dan
respons. Hubungan neural disini adalah jumlah koneksi aktual dan potensial di dalam sistem
saraf. Tingkah laku seseorang tergantung atas sejumlah hubungan-hubungan atau peristiwa-
peristiwa yang terjadi dalam otak dan susunan urat-urat syaraf sesuatu yang mutlak harus
ada bagi aktivitas intelektualnya. Thorndike mengatakan bahwa kecerdasan terdiri atas
sejumlah kemampuan khusus, yang bisa digolongkan menjadi 3, yaitu:

1. Social intelligence merupakan kemampuan untuk bergaul secara efektif dengan orang
lain.
2. Mechanical intelligence merupakan kemampuan yang berhubungan dengan kerja mekanik
dan kerja yang ada hubungannya dengan indra penggerak.
3. Abstract intelligence merupakan kemampuan yang berhubungan dengan idea dan simbol.

Thorndike menyatakan bahwa inteligensi terdiri atas sejumlah proses tak terhingga, yang ada
hubungannya dengan proses neurologis.

f. Teori Primary Mental Ability (Thurstone)


Thurstone mengelompokkan kecerdasan menjadi 7, yaitu:

1. Number
Merupakan kemampuan yang digunakan dalam perhitungan.

2. Word fluency
Merupakan kemampuan untuk membaca dan menulis.

3. Verbal meaning
10

Merupakan kemampuan untuk menangkap ide yang dinyatakan lewat bahasa.

4. Memory
Merupakan kemampuan untuk mengingat.

5. Reasoning
Merupakan kemampuan untuk memecahakan masalah yang kompleks, merencanakan
kegiatan yang baru.

6. Space
Merupakan keterampilan mekanik

7. Perceptual speed
Merupakan kemampuan untuk mengenali dan melengkapi bagian-bagian yang kurang
lengkap.
Menurut teori ini kecerdasan merupakan penjelmaan dari ketujuh kemampuan pribadi
tersebut. Masing-masing dari ketujuh kemampuan pribadi tersebut menjadikan fungsi-fungsi
pikiran menjadi berbeda atau berdiri sendiri.

g. Teori Sampling (Godfrey H. Thomson)


Teori ini menjelaskan bahwa kecerdasan terdiri atas sejumlah kemampuan yang independen,
ada kemampuan khusus yang berhubungan satu sama lain dan ada yang tidak.

h. Teori Struktur Intelektual (Guilford)


Teori ini dikembangkan oleh Guilford, dia mengatakan bahwa setiap kemampuan memiliki
jenis keunikan tersendiri dalam aktifitas Mental atau pikiran (operation), isi informasi
(content), dan hasil informasi (product). penjelasannya adalah sbb :

a. Operation (aktivitas pikiran atau mental)


1.Cognition yaitu aktivitas mencari, menemukan, mengetahui dan memahami informasi.
Misalnya mengetahui makna kata “adil” atau “krisis”
2. Memory yakni menyimpan informasi dalam pikiran dan mempertahankannya
3. Divergent production yakni proses menghasikan sejumlah alternative informasi dari
11

gudang ingatan untuk memenuhi kebutuhan, misalnya mengusulkan sejumlah judul sebuah
cerita
4. Convergent production yaitu penggalian informasi khusus secara penuh dari gudang
ingatan. Misalkan menemukan kata – kata yang cocok untuk jawaban TTS
5. Evaluation yakni memutuskan yang paling baik dan yang cocok dengan tuntunan
berpikir logis.

b. Content (isi informasi)


1. Visual yaitu informasi – informasi yang muncul secara langsung dari stimulasi
yang diterina oleh mata
2. Auditory yakni informasi – informasi yang muncul secara langsung dari stimulasi yang
diterina oleh system pendengaran (telinga)
3. Simbolic yaitu item – item informasi yang tersusun urut bersamaan dengan item – item
yang lain.
4. Sematic biasanya berhubungan dengan makna atau arti tetapi tidak melekat pada symbol
– symbol kata
5. Behavioral yakni item informasi mengenai keadaan mental dan perilaku individu yang
dipindahkan melalui tindakan dan bahasa tubuh.

c. Product (bentuk informasi yang dihasilkan)


1.Unit yaitu suatu kesatuan yang memiliki suatu keunuikan didalam kombinasi sifat dan
atributnya,
2.Class yakni sebuah konsep dibalik sekumpulan obyek yang serupa.
3. Relation yakni hubungan antara dua item.
4.Sistem yakni tiga item atau lebih berhubungan dalam suatu susunan totalitas.
5.Transformation yaitu setiap perubahan atau pergantian item informasi
6.Implication yakni item informasi diusulkan oleh item informasi yang sudah ada.

i. Teori Kognitif
Teori ini dikembangkan oleh Sternberg menurutnya inteligensi dapat dianalisis kedalam
beberapa komponen yang dapat membantu seseorang untuk memecahkan masalahnya
diantaranya :
12

a. Metakomponen
Proses pengendalian yang terletak pada urutan lebih tinggi yang digunakan untuk
melaksanakan rencana, memonitor, dan mengevaluasi kinerja dalam suatu tugas.

b. Komponen kinerja
Proses-proses pada urutan lebih rendah yang digunakan untuk melaksanakan berbagai
strategi bagi kinerja dalam tugas.

c. Komponen perolehan pengetahuan


Proses-proses yang terlibat dalam mempelajari informasi baru dan penyimpanannya dalam
ingatan.

j. Teori Multiple Intelligence (Gardner)


Menurut teori ini, kecerdasan manusia memiliki tujuh dimensi yang semiotonom, yaitu
linguistik, musik, metematik logis, visual spesial, kinestetik fisik, sosial interpersonal, dan
intrapersonal. Setiap dimensi tersebut, merupakan kompetisi yang eksistensinya berdiri
sendiri dalam sistem neuron.

2.4 faktor faktor yg mempengaruhi intelegensi


a. Faktor Bawaan atau Keturunan.

Faktor ini jelas dibawa sejak lahir. Limit kemampuan tiap-tiap individu dalam
menemukan solusi salah satunya diidentifikasi dari faktor bawaan. Oleh sebab itu, seirngkali
ditemui di dalam kelas anak cenderung dominan otak kanan dan cenderung otak kiri,
walaupun terkadang juga ada anak yg mempunyai kedua-duanya. Adapun penelitian
terdahulu menyatakan bahwa terdapat hubungan nilai IQ dari satu keluarga sekitar 0,50. Bila
hubungan nilai IQ terdapat pada anak kembar, maka hubungan nilai IQnya relatif tinggi
sekitar 0,90. Penelitian lain menyatakan terdapat pada anak yang diadopsi IQ merek
mempunyai sekitar 0,40 - 0,50 dengan ayah dan ibu yang sebenarnya, dan hanya 0,10-0,20
dengan ayah dan ibu angkatnya. Penelitian berikutnya terjadi pada anak kembar yang
dibesarkan secara terpisah, terdapat hubungan IQ yang relatif tinggi. walaupun mungkin
mereka tidak pernah saling kenal, misalnya dalam menyelesaikan soal ujian, dengan soal
yang sama, materi yang sama, waktu yang sama, ada siswa yang cepat selesai, ada yang
13

lambat, ada yang nilainya bagus, dan ada nilainya yang jelek.

b. Kematangan
Setiap bagian tubuh organ dalam tubuh manusia mengalami perubahan dan progres.
Bagian tubuh manusia dapat dianggap progres yang baik bila sudah mampu melakukan tugas
masing- masing perannya. Oleh sebab itu, ada beberapa anak belum bisa menyelesaikan soal
matematika dikelas empat sekolah dasar, karena soal soal itu masih tergolong sulit oleh anak.
Bagian tubuh anak belum mampu dan belum sempurna untuk mengerjakan soal tersebut.
Kematangan berkorelasi dengan faktor umur. Kecerdasan bersifat dinamis yang bertumbuh
dan berkembang. Bertumbuh dan berkembang intelegensi berhubungan erat dengan
perkembangan jasmaniah Tumbuh dan berkembangnya intelegensi sedikit banyak sejalan
dengan perkembangan jasmani, umur dan kemampuan-kemampuan yang telah dicapai
(kematangannya), misalnya anak yang berusia 6 tahun, bila diberikan soal tentang
menjumlahkan dan mengurangkan dengan angka 100 adakalanya mampu karena
dipengaruhi oleh faktor kematangan. Namun, apabila ia dihadapkan pada soal matematika
untuk anak SLTP, seperti 2x + 10= 2, berapa x? Jelas anak tersebut akan kesulitan karena
belum matang untuk berpikir abstrak.

c. Pembentukan
Pembentukan perkembangan individu berdampak pada faktor lingkungan.
Pembentukan ialah sebuah situasi berada diluar diri individu dan memberikan dampak pada
perkembangan intelegensi. Dalam hal ini dikategorikan pada pembentukan yang tidak
dipersiapkan sebelumnya, seperti dampak pada lingkungan. Karakteristiknya sudah ada
sedari lahir, faktanya berdampak pada transformasi yang bermakna. Inteligensi tentunya
tidak bisa terlepas dari otak. Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang
dikonsumsi. Selain gizi, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari
lingkungan juga memegang peranan yang amat penting

d. Kebebasan
Dalam kebebasan terdapat sebuah cara untuk menentukan sebuah tindakan dalam
menyelesaikan sebuah persoalan. Selain iru bebas menentukan persoalan sesuai dengan
keinginan. Berdaasarkan lima aspek di atas saling berhubungan di antara satu dengan yang
lainnya. Dengan demikian, untuk menetapkan sebuah kecerdasan dalam diri manusia, tidak
14

hanya mengacu pada salah satu faktor di atas. Akan tetapi seluruh faktor mempunyai korelasi
yang penting karena intelegensi adalah faktor mutlak dari keseluruhan faktor. Keseluruhan
faktor berpartisipasi dalam menetapkan level intelegensi seseorang. Intelegensi rangsangan
untuk meningkatkan kompetensi seseorang.

2.5 Pengukuran intelegensi


Pengukuran inteligensi adalah prosedur pengukuran yang meminta peserta untuk
menunjukkan penampilan maksimum, sehingga pengukuran inteligensi dilakukan
menggunakan tes yang dikenal dengan tes inteligensi. Tes inteligensi awalnya dikembangkan
oleh Sir Francis Galton. Dia tertarik dengan perbedaan individu dari teori evolusi Charles
Darwin.

Dilihat dari segi pelaksanaannya tes inteligensi dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu tes individual dan kelompok. Termasuk dalam tes individual adalah skala Stanford-
Binet dan Wechler. Tes kelompok diberikan kepada sejumlah siswa dengan jawaban tertulis.
Tes ini pertama kali digunakan di Amerika Serikat selama Perang Dunia I berupa Army
Alpha Test dan Army Beta Test. Army Alpha Test digunakan untuk menyeleksi calon
prajurit yang dapat membaca, menulis dan berbahasa Inggris. Army Beta Test digunakan
untuk menyeleksi calon prajurit yang buta huruf dan tidak bisa berbahasa Inggris

Inteligensi diramalkan berhubungan dengan prestasi, baik dalam kehidupan maupun di


sekolah. Oleh karenanya prestasi yang hendak diramalkan oleh tes inteligensi dapat bersifat
umum dan khusus. Prestasi umum adalah keberhasilan hidup secara umum. Secara khusus
prestasi adalah prestasi dalam bidang tertentu disekolah, misalnya matematika, bahasa, dan
sebagainya. Oleh karenanya Winkel membagi tes inteligensi menjadi tes inteligensi umum
(general ability test) dan tes inteligensi khusus (specific ability test). Tes inteligensi umum
terdiri dari butir soal dal am berb agai bidang penggunaan seperti bahasa, bilangan,
ruang, dan se bagainya. Tes inteligensi khusus mengarah untuk menyelidiki siswa yang
mempunyai bakat khusus dalam bidang studi tertentu seperti bahasa, matematika, dan
sebagainya. Tes-tes inteligensi biasanya mengacu pada konsep inteligensi sebagai inteligensi
umum. Terdapat bermacam-macam tes inteligensi yang dapat digunakan, diantaranya tes
Stan-ford-Binet dan Wechler.
15

Tes pertama yang merupakan tes inteligensi moderen dikembangkan oleh ahli
psikologi Perancis Alfred Binet pada tahun 1881. Pada saat itu pemerintah Perancis
mengeluarkan Undang- undang yang mewajibkan semua anak masuk sekolah. Pemerintah
meminta Binet untuk membuat tes guna mendeteksi anak-anak yang ter-lambat intelektualnya
(Atkinson, Atkinson, Smith dan Bem, t.th: 152). Tes-tes inteligen-si kemudian banyak
mengacu pada tes yang telah dikembangkan oleh Binet. Tes inteligensi Binet mengalami
beberapa kali revisi. Revisi terakhir adalah revisi yang dikerjakan bersama Terman dari
Universitas Stanford yang dikenal dengan tes inteligensi Stanford-Binet. Tes terdiri dari 17
subtes yang dikelompokkan dalam empat area teoretik yaitu penalaran verbal, penalaran
kuantitatif, penalaran abstrak-visual, dan ingatan jangka pendek Wechler menyusun tes
inteligensi karena beberapa kelemahan yang terdapat pada tes intekegensi Stanford-Binet.
Kelemahan itu: 1) tes Stanford - Binettidak dapat digunakan untuk mengukur inteligensi
orang dewasa; 2) tes Stanford - Binet terlalu tergatung pada kemampuan bahasa (Atkinson,
Atkinson, Smith dan Bem, t.th: 157). Wechler menyusun tiga tes inteligensi yaitu 1) the
Wechler Preschool and Pri- mary Scale of Intelligence (WPPI). Tes ini digunakan untuk
mengukur inteligensi anak prasekolah atau pada umur 4 – 5 tahun, 2) the Wechler
Intelligence Scale for Children (WISC). Tes ini digunakan untuk mengukur inteligensi anak-
anak umur 5 – 15 tahun, dan 3) the Wechler Adult Intelligence Scale (WAIS). Tes ini
digunakan untuk orang dewasa di atas umur 15 tahun. Menurut Abrorskala Wechler dibagi
menjadi dua kelompok subtes yaitu tes verbal dan tes perbuatan (performance). Tes verbal
terdiri dari enam macam yaitu tes informasi, tes pemahaman umum, tes penalaran berhitung,
tes analogi, tes lamanya mengingat angka, dan tes perbendaharaan kata sebanyak

40 buah kata yang disusun menurut urutan kesulitan. Tes perbuatan terdiri dari lima
macam yait u tes simbol-angka yang meminta subjek untuk menjodohkan simbol dengan
angka, tes menyempurnakan gambar, tes potongan balok, tes menyusun gambar, dan tes
pemasangan objek.

2.6 Hubungan Intelegensi dengan Kemampuan Anak


Intelegensi itu merupakan kemampuan untuk berbuat atau bertindak atau untuk
memecahkan masalah dan melaksanakan tugas yang taraf kwalitas kemampuannya diukur
dengan kecepatan, ketepatan dan keberhasilan dalam pelaksanaannya.Intelegensi sebagai
suatu kemampuan bukan hanya dapat di wujudkan setelah manusia menjadi dewasa atau
16

seteiah potensi intelegensi berkembang saja, tatapi kemampuan inteligensi tersebut juga dapat
di fungsikan para taraf kehidupan/ perkembangan yang lebih yaitu pada masa anak-anak,
semenjak bayi mengalami proses perkembangan.

Dengan demikian intelegensi sebagai kemampuan mentalitas individu dapat berupa


sebagai kemampuan potensialIbawaan yang akan mempengaruhi tempo
pertumbuhanIperkembangan anak. sebagai kemampuan reall acquired sebagai hasil
perkembangan akan merupakan kemampuan nyata untuk berbuat/ bertindak atau
memecahkan masalah atau dalam melaksanakan tugas yang di hadapai.Dalam proses
perkembangan dan kehidupan anak sehari- hari tampak adanya aan kemeampuan dalam
melaksanakan aktifitas-aktifitas dan dlam menyelesaikan masalah-masalah pada umumnya
anak-anak yang memiliki inteligensi yang tinggi akan mampu dengan cepat dan berhaisl
dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugas, tetapi sebaliknya anak-anak yang
kurang atau rendah intelegensinya pada urnurnnya kurang mampu sehingga lambat atau sulit
dan kurang berhasil dalam rnenyelesaikan tugas-tugas. Sangat erat kaitannya denagn
kemampuan mental anak bukan kemampuan psikomotorik. Tingkat intelegensi si anak akan
mernpengaruhi tingkat kemampuan anak melaksanakan dan menyelesaikan tugas. Tingkat
inte1egensi anak juga akan akan mempengaruhia anak Juga akan mempengaruhi tempo dan
taraf kwalitas penyelesaian/masalah/tugas. Oleh karena itu disekolah intelegensi anak juga
akan mempengaruhi tempo belajar dan Iitasnya prestasi hasil belajar mereka. tetapi masih
perIu di tunjang oleh factor~ factor lain g memepengaruhi be1ajar selain intelegensi tersebut.

2.7 hubungan Intelegensi Pada Belajar dan IQ


Inteligensi adalah kemampuan mencapai prestasi dalam berbagai bidang kehidupan.
Sedang dalam arti sempit, inteligensi adalah kemampuan untuk mencapai prestasi di
sekolah.Intelegensi seseorang ini, diyakini sangat berpengaruh pada keberhasilan belajar
yang dicapainya.Berdasarkan hasil penelitian, prestasi belajar biasanya berkolerasi searah
dengan tingkat intelegensi.Artinya, semakin tinggi tingkat intelegensi seseorang, maka
semakin tinggi prestasi belajar yang dicapainya.Bahkan menurut sebagian besar ahli,
intelegensi merupakan modal utama dalam belajar dan mencapai hasil yang optimal.Anak
yang memiliki skor IQ dibawah 70 tidak mungkin dapat belajar dan mencapai hasil belajar
seperti anak-anak dengan skor IQ normal, apalagi dengan anak-anak jenius.Kenyatannya
bahwa anak-anak memiliki IQ yang berbede-beda. Ada anak-anak yang cepat menerima
17

informasi baru dan ada anak yang lamban dalam menerima informasi baru. Dalam bidang
akademis, tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) seorang individu tidak dapat diragukan
lagi sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar individu tersebut.Semakin tinggi
kemampuan intelegensi individu tersebut tersebut maka semakin besar peluangnya untuk
meraih sukses dibidang akademis.Tentunya, perbedaan tersebut menjadi warna di dalam
kelas. Maka dari itu guru harus menyesuaikan tujuan pembelajarannya dengan kapasitas
intelegensi siswa. Perbedaan intelegensi yang dimiliki oleh siswa bukan berarti membuat
guru harus memandang rendah pada siswa yang kurang, tetapi guru harus mengupayakan
agar pembelajaran yang diberikan dapat membantu semua siswa, tentu saja dengan perlakuan
metode yang beragam. 

2.8 Implikasi Pada Pendidikan dan Pembelajaran (Intelegensi)


Dalam perkembangannya inteligensi yang diimplikasikan dalam pendidikan selalu
dijadikan tolak ukur dalam keberhasilan pembelajaran, implikasi dalam pendidikan
menggunakan tes inteligensi yang tersusun sedemikian rupa.Menurut Sumadi Suryabrata
(2004:136) dalam penggunaan tes inteligensi orang bersifat naif, yaitu menggunakan tes
inteligensi tanpa mengingat kelemahan-kelemahan yang mungkin terkandung di
dalamnya.Tes inteligensi dianggap sebagai sesuatu yang serba dapat menentukan, dan tes
inteligensi juga dianggap dapat dipakai sebagai dasar yang kuat dalam menentukan berbagai
hal mengenai kemampuan manusia.

Kelemahan-kelemahan tes inteligensi tersebut secara lengkap menurut Suryabrata


(2004:140) sebagai berikut.

1. Tes inteligensi tergantung pada kebudayaan

2. Tes inteligensi hanya cocok untuk jenis tingkah laku tertentu

3. Tes inteligensi hanya cocok untuk tipe kepribadian tertentu

4. Perbandingan kecerdasan atau IQ yang merupakan hasil yang ditunjukkan oleh tes
inteligensi tidaklah semata-mata tergantung kepada keturunan.

Dalam pendidikan, inteligensi seseorang pelajar ditentukan berdasarkan hasil tes


inteligensi, baik itu hasil belajar seorang pelajar maupun dalam penyaringan siswa
18

baru.Selain itu tes inteligensi dalam dunia pendidikan dapat digunakan jauh lebih luas lagi,
tes inteligensi dapat digunakan dalam penggolongan pelajar, dan pemilihan/penentuan
jurusan.Anak yang memiliki inteligensi abnormal, baik sangat tinggi (superior) maupun yang
sangat rendah (inferior) sama-sama menimbulkan masalah bila ditinjau dari dunia
pendidikan. Pentingnya makna perbedaan individual, khususnya dalam hal inteligensi,
membawa kesadaran dalam dunia pendidikan akan perlunya perlakuan khusus terhadap anak
didik yang tergolong memiliki tingkat inteligensi tidak biasa. Anak yang memiliki inteligensi
begitu rendah sehingga kemampuan belajarnya sangat terbatas memerlukan program khusus
yang memungkinkan mereka belajar dengan beban kecepatan yang sesuai dengan
keterbatasan mereka. Pada sisi lain, anak yang memiliki kemampuan superior pun
memerlukan program khusus yang memungkinkan mereka mengembangkan segenap potensi
lebih yang mereka punyai sehingga dapat mencapai prestasi yang optimal dan tidak
menimbulkan problem psikologis lain (Azwar, 2004:170).

Konsep kecerdasan ganda, bila dipahami dengan baik, akan membuat semua guru
memandang potensi anak lebih positif. Terlebih lagi, para guru pun dapat menyiapkan sebuah
lingkungan yang menyenangkan dan memberdayakan di sekolah.Untuk mengembangkan
kecerdasan unik anak-anak lewat konsep ini, yang dibutuhkan sebenarnya sudah tersedia di
lingkungan sekitar.Di sekolah, anak bisa diajak keluar kelas untuk mengamati setiap
fenomena yang terjadi di dunia nyata.Konsep Multiple Intelligences juga mengajarkan
kepada anak bahwa mereka bisa belajar apapun yang mereka ingin ketahui.Apapun yang
ingin diketahuinya itu dapat ditemui di dalam kehidupan nyata yang dapat mereka alami
sendiri.Bagi guru yang dibutuhkan hanya kreativitas dan kepekaan untuk mengasah
kemampuan anak.Guru juga harus mau berpikir terbuka, keluar dari paradigma tradisional
(bahwa kecerdasan hanya dilihat dari kemampuan intelektual/kognitif).

Soal manfaat lingkungan untuk membantu proses belajar ini, sudah diteliti oleh
beberapa orang peneliti kegiatan belajar. Ada Vernon A. Magnesen tahun 1983 dan
sekelompok peneliti seperti Bobbi De Porter; Mark Reardon, dan Sarah tahun 2000. Mereka
menjelaskan bahwa kita sebenarnya mendapat pengetahuan dari apa yang kita baca (10%),
dari apa yang kita dengar (20%), dari apa yang kita lihat (30%), dari apa yang kita lihat dan
dengar (50%), dari apa yang kita katakan (70%) dan dari apa yang kita katakan dan lakukan
(90%).
19

Dari situ terlihat aktivitas seperti apa kita lebih banyak mendapatkan pengetahuan?
Tentunya dari yang kita lihat dan dengar serta dari praktik yang kita lakukan. Belajar dengan
menggunakan teori kecerdasan ganda bukan cuma menegaskan “it’s how smart they are” tapi
“It’s how they are smart!” Bukan ‘seberapa pintar anak’ tapi ‘bagaimana mereka bisa
menjadi pintar’.

Setelah mengulas informasi tentang inteligensi ini, kepada para pendidik hendaknya
dapat memahami dengan baik tentang inteligensi yang sesungguhnya, dan dapat
memanfaatkan serta mengimplikasikannya dalam pendidikan/ pembelajaran.Jadi, bukan
masalah seberapa tinggi tingkat inteligensi seorang anak tetapi seberapa besar usaha kita
dalam memberdayakan inteligensi yang ada pada diri pelajar seoptimal mungkin. Bagi
masyarakat awam, agar dapat memahami apa sebenarnya inteligensi dan manfaatnya.

2.9 Hubungan intelegensi dan kreativitas


Intelegensi menyagkut pada cara berpikir konvergen (memusat) sedangkan kreativitas
berkenaan dengan cara berpikir divergen ( menyebar). Penelitian Torrance (1965)
mengungkapkan bahwa anak yang kreativitasnya tinggi mempunyai taraf intelegensi (IQ) di
bawah rata-rata IQ teman sebayanya. Dalam konteks keberbakatan, ia menyatakan bahwa IQ
tidak dapat dijadikan sebagai criteria tungal untuk mengidentifikasi orang-orang yang
berbakat.

Berbagai penelitian mengenai hubungan intelegensi dan kreativitas melaporkan hasil


yang berbeda – beda. Pada intinya, penelitian itu membuktikan bahwa sampai tingkat tertentu
terdapat hubungan antara intelegensi dan kreativitas. Namun, pada tingkat IQ di atas 120,
hamper tidak ada hubungan antara keduanya.Artinya, orang yang IQ-nya tinggi, mungkin
kreativitasnya rendah atau sebaliknya. Dengan demikian, kreativitas dan intelegensi
merupakan dua domain kecakapan manusia yang berbeda. Baik intelegensi maupun
kreativitas, dijadikan criteria untuk menentukan bakat seseorang

2.10 klasifikasi tes intelegensi

Menurut Phares:1998 Intelegensi merupakan sebuah konsep abstrak yang sulit


didefinisikan secara memuaskan. Hingga sekarang, masih belum dijumpai sebuah definisi
tentang intelegensi yang dapat diterima secara universal. Meskipun demikian, dari sekian
20

banyak definisi tentang intelegensi yang dirumuskan oleh para ahli, secara umum dapat
dimasukkan ke dalam salah satu dari tiga klasifikasi berikut:

(1) kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan, beradaptasi dengan situasi-situasi


baru atau menghadapi situasi-situasi yang sangat beragam;

(2) kemampuan untuk belajar atau kapasitas untuk menerima pendidikan; dan

(3) kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menggunakan konsep-konsep

2.11 Tes binet

Tes Binet Simon dipublikasikan pertama kali pada tahun 1905 di Paris-Prancis. Tes ini
digunakan untuk mengukur kemampuan mental seseorang. Inteligensi digambarkan oleh
Alfred Binet sebagai sesuatu yang fungsional. Komponen dalam inteligensi sendiri terdiri
dari tiga hal, yaitu kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau tindakan, kemampuan untuk
mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah dilaksanakan dan kemampuan untuk
mengkritik diri sendiri. Tes Binet yang digunakan di Indonesia saat ini adalah Stanford Binet
Intelligence Scale Form L-M, di mana tes tersebut merupakan hasil revisi ketiga dari Terman
dan Merril pada tahun 1960 (Nuraeni, 2012).

Tes Binet dengan skala Stanford–Binet berisi materi berupa sebuah kotak yang berisi
berbagai macam mainan yang akan diperlihatkan pada anak-anak, dua buah buku kecil yang
berisi cetakan kartu-kartu, sebuah buku catatan yang berfungsi untuk mencatat jawaban
beserta skornya, dan sebuah petunjuk pelaksanaan dalam pemberian tes. Pengelommpokkan
tes-tes dalam skala Stanford–Binet dilakukan menurut berbagai level usia, dimulai dari usia 2
tahun sampai dengan usia dewasa.Meski begitu, skala ini tidak cocok untuk dikenakan pada
orang dewasa, sekalipun terdapat level usia dewasa dalam tesnya. Hal ini karena level
tersebut merupakan level intelektual dan hanya dimaksudkan sebagai batas-batas dalam usia
mental yang mungkin dicapai oleh anak-anak.
21

2.12 Peran Pendidik dalam Perkembangan Kecerdasan


Menurut Winataputra (2008:5.14), menjelaskan ada tiga cara yang dapat dilakukan
untuk menciptakan suasana belajar yang mengembangkan semua kecerdasan yaitu:

1. Mengaktifkan seluruh indra pembelajar.

Ada tiga cara dapat dilakukan untuk mengaktifkan seluruh indra pembelajar, yaitu:

1. Melatih cara mendengar yang efektif. Telinga bagi manusia adalah instrumen yang luar
biasa. Melalui telinga, otak menerima bunyi dan membuat duplikat bunyi tersebut dan
mengulang seluruh bunyi tersebut seperti suatu simponi. Selain itu, pendengaran juga
merupakan salah satu unsur pokok dalam pembentukan imaginasi dan kreativitas.

2. Melatih mata untuk membaca cepat dan efektif. Mata merupakan bukti keajaiban
mekanisme biologis. Melalui mata otak dapat menerima fakta-fakta yang menakjubkan yang
dapat memberikan rangsangan yang lebih kaya sehingga dapat melihat dengan jeli, analistis
dan akurat. Mata sangat erat hubungannya dengan kemampuan membaca. Kecepatan
membaca orang normal rata-rata 300 kata per menit, dengan kemampuan 40-70% dari
seluruh isi bacaan. Bagi seseorang yang terampil, kecepatan membacanya dapat mencapai
600 kata per menit dengan kemampuan mengingat isi bacaan secara utuh.

3. Melatih keterampilan menulis atau membuat catatan yang cepat dan tepat. Mengenai
keterampilan menulis dan membuat catatan yang cepat dan tepat ini, penelitian menunjukkan
hasil sebagai berikut:

a. Ada pembelajar yang tidak mencatat sama sekali.

b. Ada pembelajar yang diberikan catatan lengkap yang dibuatkan oleh guru

c. Ada pembelajar yang membuat catatan lengkap sendiri.

d. Ada pembelajar yang diberikan catatan berupa rangkuman

e. Ada pembelajar yang membuat catatan berupa rangkuman sendiri.

f. Ada pembelajar yang diberikan catatan berupa kata-kata kunci dari guru.

g. Ada pembelajar yang membuat catatan berupa kata-kata kunci sendiri.


22

2. Melatih silang intelegensi/kecerdasan yang berbeda.

Yang dimaksud dengan "silang" di sini adalah setiap intelegensi pembelajar tidak
dikembangkan secara bersamaan, tetapi dikembangkan satu per satu secara terpisah.
Tujuannya adalah agar pembelajar dapat mengasah setiap bagian intelegensinya selama
waktu tertentu. Ini dapat dilakukan secara individu dan kelompok atau dapat juga di dalam
atau luar jam pelajaran. Melatih silang intelegensi dapat dilakukan dengan membangun
stasiun-stasiun intelegensi untuk setiap jenis intelegensi yang berbeda. Yang dimaksud
dengan "stasiun" di sini bukanlah stasiun pemancar, tetapi semacam display dengan
memanfaatkan sudut-sudut/ruang-ruang yang mudah terlihat oleh anak didik dari segala arah.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membangun "stasiun/pusat" intelegensi adalah


sebagai berikut:

1. Pilih materi/isi pelajaran yang khusus berdasarkan tingkat kesulitannya.

2. Identifikasi semua kemampuan yang ada dalam setiap intelegensi.

3. Klasifikasikan isi/bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan-kemampuan yang ada di

setiap intelegensi, sampai menghasilkan satu-satu stasiun intelegensi.

4. Tempatkanlah setiap stasiun intelegensi ini di tempat-tempat yang sering dikunjungi


pembelajar atau yang mudah terlihat dari berbagai arah. Dengan melatih silang intelegensi
pembelajar yang berbeda ini berarti guru memberi kesempatan kepada pembelajar untuk
melatih setiap bagian intelegensinya sesuai dengan kebutuhannya.

3. Melatih intelegensi secara berimbang

Langkah yang harus dilakukan adalah:

a. Mengidentifikasi intelegensi primer pembelajar dengan observasi perilaku pembelajar

baik di kelas/luar kelas, studi dokumentasi data pembelajar, memberikan tes/angket.

b. Menyusun rencana pembelajaran/satuan pelajaran/silabus yang dapat mengembang-

kan beberapa intelegensi seperti:


23

1. Mengorganisasikan isi/materi pelajaran menjadi menarik dan dapat merangsang

indra secara maksimal.

2. Memilih strategi pembelajaran yang dapat mengembangkan seluruh potensi

intelegensi.

3. Merancang dan membuat tugas/penilaian yang dapat menggali seluruh potensi

intelegensi.

c. Melaksanakan pembelajaran yang dapat mengembangkan seluruh intelegensi

pembelajar, dengan cara:

1. menerapkan rencana pelajaran yang telah dirancang untuk mengembangkan

beberapa intelegens

2. menerapkan keterampilan dasar mengajar yang dapat mengembangkan berbagai


intelegensi pembelajar.

Program pembelajaran yang mengakomodasi perkembangan kecerdasan adalah:

• Program pembelajaran dalam kecerdasan majemuk harus berorientasi pada siswa

bukan pada materi/dirinya sendiri.

• Program pembelajaran meliputi rencana pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan

hasil dari pengembangan program pembelajaran. Dapat berupa langsung/tatap muka,

program video, audio dan lain-lain.

• Setiap intelegensi bekerja dalam sistem otak yang relatif otonom/mengelola informasi

secara parsial, namun pada saat mengeluarkannya/memproduksi kembali ke delapan


intelegensi yang ada, intelegensi bekerja sama secara unik untuk menghasilkan informasi yg
dibutuhkan.

Penerapan strategi pembelajaran berbasis intelegensi meliputi:

1. Memberdayakan semua intelegensi yang dimiliki setiap siswa dan


24

2. Mengoptimalkan pencapaian mata pelajaran tertentu berdasarkan intelegensi


yangmenonjol pada setiap siswa.

2.13 Pengertian Bakat dari Para Ahli


1. Menurut William B. Michael
Menurut William, bakat adalah kapasitas yang ada pada diri seseorang yang mana dalam
melakukan tugas serta melakukannya dipengaruhi oleh latihan yang sudah dijalaninya.
2. Menurut S.C Utami Munandar (1985)
Bakat atau aptitude dapat diartikan sebagai sebuah kemampuan bawaan dari seseorang yang
mana sebagai potensi yang maish perlu untuk dikembangkan lebih lanjut dan dilatih agar
dapat mencapai impian yang ingin diwujudkan
3. Kartini Kartono (1979)
Menurutnya, bakat merupakan hal yang mencakup segala faktor yang ada di dalam diri
individu yang dimiliki sejak awal pertama kehidupannya dan kemudian menumbuhkan
perkembangan keahlian, ketrampilan, dan kecakapan tertentu. Bakat ini sifatnya laten
potensial, sehingga masi bisa tumbuh dan dikembangkan.

4. Menurut Suganda Pubakawatja (1982)

Menurut Suganda, bakat merupakan benih yang berasal dari suatu sifat yang mana baru akan
tampak nyata jika seseorang tersebut mendapat sebuah kesempatan dan kemungkinan untuk
dapat mengembangkannya. (baca juga: Perilaku Abnormal)

5. Menurut Sarwono (1986)

Menurut Sarwono, bakat merupakan kondisi yang ada di dalam diri seseorang yang mana
memungkinkannya dengan latihan latihan khusus dalam mencapai pengetahuan, ketrampilan
khusus, serta kecakapan. (baca juga: Teori Nativisme)

6. Menurut Woodworth dan Marquis


25

Menurutnya, bakat adalah sebuah prestasi yang mana dapat diramalkan serta diukur dengan
melalui sebuah tes khusus.Oleh karena itu, bakat bisa dikategorikan sebagai sebuah
kemampuan atau ability. Ability sendiri sebenarnya memiliki 3 arti, antara lain adalah:

Achievement merupakan actual ability, yang mana dapat diukur langsung dengan
menggunakan alat ataupun tes tes tertentu. (baca juga: Cara Mendidik Anak Hiperaktif)

Capacity, merupakan potential ability yang mana hal tersebut dapat diukur dengan cara tidak
langsung yaitu melalui kecakapan individu yang mana kecakapan ini dapat dikembangkan
dengan perpaduan antara dasar dengan latihan yang intensif serta pengalaman.

Aptitude, merupakan kualitas yang mana hanya dapat diukur dengan tes tes yang emmang
ditujukan untuk tujuan tersebut. (baca juga: Cara Menghilangkan Kebiasaan Buruk)

7. Menurut Guidford (Dalam Suryabrata, 1995)

Definisi dari bakat adalah sebuah hal yang memiliki corak yang berbeda, bakat merupakan
kemampuan kinerja yang mana mencakup dimensi psikomotor, dimensi intelektual, serta
dimensi perseptual. (baca juga: Ciri Ciri Bipolar Disorder)

8. Menurut Brigham (Dalam Suryabrata 1995)

Bakat merupakan sesuatu yang menjadi titik berat yang sudah dimiliki setiap manusia yang
sudah didapatkan dari latihan latihan tertentu dari peforma ataupun kinerjanya. (baca juga:
Cara Membahagiakan Diri Sendiri)

9. Menurut Crow dan Crow (1989)

Bakat merupakan sebuah kualitas yang dimiliki oleh setiap orang yang mana dalam tingkatan
yang sangat beragam satu sama lainnya. (baca juga: Cara Menjaga Hubungan Jarak Jauh)

10. Menurut M. Ngalim Purwanto (Menurut Buku Psikologi Pendidikan


26

Kata bakat lebih dekat definisinya dengan aptitude yang memiliki arti kecakapan
pembawaan, yang mana mengenai kesanggupan dan potensi tertentu yang dimiliki oleh
seseorang.

2.14 Jenis-Jenis Bakat


Jenis-jenis bakat antara lain :

● Bakat intelektual umum adalah seseorang yang mempunyai taraf intelegensi yang
tinggi,memiliki daya konsentrasi yang tinggi, mandiri dalam belajar dan bekerja serta
menunjukkan prestasi sekolah yang menonjol.
● Bakat akademik khusus adalah kemampuan seseorang yang cenderung pada arah
akedemis.
● Bakat kreatif-produktif adalah kemampuan dan menciptakan sesuatu yang baru.
● Bakat seni adalah kemampuan yang berkaitan dengan berbagai bidang seni.
● Bakat kinestetik/psikomotorik adalah kemampuan yang cenderung pada kinerja
seseorang.
● Bakat social atau kepemimpinan adalah kemampuan seseorang yang mengarah pada
interaksi dengan orang di sekitarnya.

2.15 Bagaimana Mengenali Bakat Anak


Setiap anak berbakat dalam satu atau lain cara, meskipun beberapa bakat mungkin lebih
menonjol dari pada yang lain. Misalnya, seorang anak mungkin berbakat dalam menyanyi
dan yang lainnya dalam mendengarkan. Namun, dapat di analogikan sebagai hadiah bunga
yang cantik jika tidak dipupuk dengan baik dan benar, maka tidak akan mekar sesuai dengan
keinginan. Karenanya, sebagai orang tua dan guru perlu mulai mengasah, mengenali dan
mengidentifikasi bakat anak sejak usia dini. Greensprings School dan British International
School menjelaskan cara-cara dalam mengenali bakat anak dari usia dini.

a) Pay Attention (memberikan perhatian)


Orang tua harus terus memberikan perhatikankepada anak-anak mereka selama aktivitas
bermainnya, seperti aktivitas apa yang disukai anak saat bermain?, orang tua harus dapat
mengidentifikasi apa yang disukai anak. Apakah dia lebih suka berlarian atau duduk dengan
tenang? Mana yang akan dia tuju terlebih dahulu: piano, tablet elektronik, atau
27

ayunan?.Memperhatikan anak selama bermain membantu orang tua memahami minatnya,


yang kemudian dapat dikembangkan menjadi bakat.
b) Encourage Expressions (mendorong ekspresi)
Bagaimana seorang anak mengekspresikan dirinya di rumah?, dan apa yang dilakukan anak
ketika dia kembali ke rumah. Misalnya, jika seorang anak suka menggambar atau melukis,
dia mungkin berbakat dalam seni atau memiliki minat yang membutuhkan perawatan, dan
jika anak-anak suka lari-lari, memukul-mukul bola, dan atau menendang bola, dia mungkin
juga berminat dalam olahraga atau aktivitas fisik. Sekarang penting bahwa orang tua
mendorong anak untuk melanjutkan keahlian itu; dengan mendapatkan krayon, pensil
gambar, dan lembaran kertas polos, sarana dan prasarana olahraga (seperti menyediakan bola,
tongkat pemukul, dan lainnya) untuk menginspirasi anak-anak kebesaran. Yang tidak kalah
pentingya adalah orang tua terus memberikan kesempatan anak-anak untuk selalu berekspresi
tentang apa yang mereka sukai dan memberikan lingkungan (nurture) yang baik untuk anak
mengembangkan bakatnya (jika orang tua suka bermain tenis, orang tua bisa mengajak anak
untuk berlari-lari di lapangan tenis dan mengajak anak untuk melempar-lempar nola tenis).
Hal tersebut akan meningkatkan kemampuan multilateral anak dan merawat bakat anak
sejak dini, ini akan memudahkan anak untuk menjadi lebih akrab dan percaya diri dengan
bakatnya. Bila keterlibatan wali dan pendidik dalam kegiatan yang menarik minatnya, anak
akan mengembangkan rasa percaya diri dan siap mengambil risiko dan mencoba hal-hal baru.
c) Choose a School that Provides Quality & Well-Rounded Education (memilih sekolah
yang menyediakan pendidikan berkualitas& menyeluruh)
Sekolah yang dipilih untuk anak sangat penting bagi kesuksesan mereka. Kebanyakan orang
tua memiliki banyak hal yang mereka perhatikan ketika memilih sekolah; beberapa
memperhatikan jenis kurikulum yang ditawarkan oleh sekolah, sementara yang lain
memperhatikan metode pengajaran, pembelajaran, kesehatan dan keselamatan, keamanan,
keramahan lingkungan, dan lain-lain.

Namun, jika Anda ingin memupuk bakat anak, alangkah baiknya jika mengirim anak ke
sekolah yang menawarkan pembelajaran menyeluruh, karena jenis pembelajaran ini akan
mampu membawa anak melampaui keunggulan akademis. Dalam pembelajaran menyeluruh
atau pembelajaran multilateral ini juga menghadapkan anak pada olahraga, kewirausahaan,
musik, seni pertunjukan dan pengabdian masyarakat, dan lain lainya untuk mengembangkan
dan memberikan stimulus terhadap kemampuan anak. Pendidikan yang menyeluruh
memainkan peran penting dalam perkembangan anak secara total. Para orang tua juga harus
28

berusaha untuk mendaftarkan anak-anak mereka untuk kegiatan ekstrakurikuler, karena ini
akan membantu mengembangkan bakat mereka. Bakat anak tidak boleh dibiarkan begitu saja,
melainkan harus dirangkul dan didukung.Dorong anak untuk melatih bakat mereka sampai
mereka merasa nyaman dan mampu melanjutkan sendiri. Usaha Mengatasi Disimilaritas
Individu dalam Pendidikan

Berdasarkan penjabaran di atas, dalam progres proses belajar mengajar ada beberapa sisa
dengan disimilaritas tiap-tiap individu .Disimilaritas tersebut normal terjadi dan tidak dapat
dielakan.Seorang siswa yang baik, pendidik tidak dapat mengelak dari disimilaritas tersebut
beranggap semua kecerdasan siswa adalah serupa.Oleh sebab itu, diperlukan usaha untuk
mengatasi atas disimilaritas tiap-tiap individu. Usaha itu seperti cara membimbing yang
beragam. Usaha mengatasi disimilaritas antara antara siswa laki-laki dan perempuan di kelas
dengan harapan pendidik menyampaikan pemahaman bahwa belajar matematika tidak hanya
untuk siswa laki-laki. Pendidik berlaku adil dengan tidak hanya berpihak pada siswa laki-laki
saja, yaitu memberikan tanggung jawab kepada siswa perempuan untuk berpartisipasi dalam
proses belajar mengajar. Partisipasinya merupakan usaha untuk membantu siswa yang tidak
paham tentang suatu pelajaran. Jamaris Martini memodifikasi sebuah orientasi baru dalam
psikologi pendidikan, mengatasi disimilaritas kompetensi siswa di dalam kelas dapat
dilakukan dengan cara yang beragam dalam hal memberikan materi pembelajaran. Siswa
dengan IQ yang tinggi dapat menerima materi yang diajarkan dengan cepat.akan tetapi, siswa
yang memiliki IQ dibawah rata-rata diperlukan dua kali pemahaman dalam proses
pembelajaran. Siswa memerlukan perlakuan khusus untuk mengatasi kesenjangan dengan
siswa lainnya.Pendidikan menguraikan materi pembelajaran untuk semua siswa, selanjutnya
pendidik menyuruh siswa untuk mengerjakan soal-soal latihan yang berkaitan dengan materi
pembelajaran.Berikutnya guru memberikan pertanyaan kepada siswa jika materi yang
disampaikan masih belum dipahami siswa.

Usaha mengatasi ini, siswa dibutuhkan pemikiran yang matang dan metode yang tepat unntuk
berkomunikasi dengan siswa lain agar dapat menemukan jawaban benar dan memberikan
cara kepada perlu diperhatikan bawah keinginan siswa yang satu terhadap siswa yang lainnya
tidak boleh dipaksakan karena akan menjadi sebuah tekanan bagi mereka. Pendidik
hendaknya memberi semangat kepada sisiwa untuk meningkatkan kompetensi mereka
melalui pretasi yang dicapai.Berdasarkan hasil penelitian membuktikan bahwa disimilaritas
tiap-tiap individu merupakan hal yang wajar ditemui dalam situasi yang tidak
29

ditentukan.Dalam hal ini perlakuan dan tanggung jawab baru lebih berguna dalam mengatasi
disimilaritas tersebut. Pendidik berlaku bijak dalam mengatasi usaha disimilaritas dengan
kata lain guru bertindak dan berperilaku sesuai dengan ciri dan karakteristik relavan dengan
yang diperlukan siswa dan memberikan perlakuan yang khusus pada siswa yang kurang.
Pendidik juga hendaknya memberikan materi pembelajaran relevan dengan disimilaritas pada
tiap-tiap siswa. Usaha mengatasi disimilaritas ini dapat dilakukan dengan penerapan mastery
learning mengacu kualitas pembelajaran dengan kata lain pendidik dan siswa mencapai
sebuah kesepakatan tentang waktu dan materi pembelajaran yang dicapai oleh siswa. Dalam
hal ini kompetensi siswa diperlukan untuk berkomunikasi dengan materi pembelajaran yang
diberikan siswa. Dengan demikian, siswa yang belum paham diberi kesempatan untuk
melakukan pengulangan terhadap materi yang sama. Cara ini merupakan salah satu cara bagi
pendidik untuk berkomunikasi dengan siswa sekaligus mengetahui cara berpikir siswa dalam
sekolah maupun di luar sekolah. Usaha mengatasi ini dapat dikatan sukses karena telah
melibatkan siswa dan guru melalui dua cara, yaitu kualitas pembelajaran mengacu pada
diskusi kelompok dan partisipasi dalam bentuk pertanyaan oleh siswa.

2.16 Ciri-Ciri Anak Berbakat


Berikut ini ciri-ciri anak berbakat :

1. Membaca pada usia lebih muda


2. Membaca lebih cepat dan lebih banyak
3. Memiliki perbendaharaan kata yang luas
4. Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat
5. Mempunyai minat yang luas. Juga terhadap masalah dewasa
6. Mempunyai inisiatif, dapat bekerja sendiri
7. Menunjukkan keaslian dalam ungkapan verba
8. Memberijawaban-jawaban yang baik
9. Dapat memberikan banyak gagasan luwes dalam berpikir
10. Terbuka terhadap rangsangan dari lingkungan
11. Mempunyai pengamatan yang tajam
12. Dapat berkonsentrasi untukj angka waktu yang panjang, terutama terhadap tugas atau
bidang yang diamati
13. Berpikir kritis juga terhadap diri sendiri
30

14. Senang mencoba hal-hal baru


15. Mempunyai daya abstraksi, dan sintesis yang tinggi
16. Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan masalah
17. Cepat menangkap hubungan-hubungan (sebabakibat)
18. Berperilaku terarah kepada tujuan
19. Mempunyai daya imajinasi yang kuat
20. Mempunyai banyak kegemaran
21. Mempunyai daya ingat yang kuat
22. Tidak cepat puas dengan prestasinya
23. Peka (sensitif) dan menggunakan firasat
24. Kebebasan dalam perakan dan tindakan

2.17 Hubungan Antara Bakat dengan Prestasi


Dengan adanya bakat, seseorang dapat mencapai prestasi tertentu, tetapi diperlukan
latihan, pengalaman, pengetahuan dan dorongan atau kesempatan untuk
menggembangkannya.Misalnya, orangtua menyadari bahwa anak mempunyai bakat
menggambar.Maka orang tua mengusahakan agar anaknya mendapatkan pengalaman sebaik-
baiknya untuk mengembangkan bakatnya, selain itu anak tersebut juga minat untuk
mengikuti pendidikan menggambar.Maka anak itu dapat mencapai prestasi yang unggul,
bahkan bisa menjadi pelukis terkenal.Keunggulan dalam salah satu bidang tertentu
merupakan hasil interaksi bakat yang dibawa sejak lahir dengan factor lingkungan yang
menunjang.

2.18 implikasi Bakat


Dari sekian banyak pesrta didik, jika dituangkan kedalam kurva normal, kemampuan
individualnya akan membentuk distribusi normal. Artinya, sebagian besar berada pada
kemampuan rata-rata, sebagian kecil berda dibawah rata-rata, dan sebagian kecil lagi berada
diatas rata-rata. Dilihat dari perspektif ini, peserta didik yang memiliki bakat khusus berada
didalam kelompok diatas rata-rata. Agar dapat mengimplikasikan bakat khusus seseorang
atau individu secara optimal, mereka memerlukan progam pendidikan khusus seseuai dengan
bakatnya. Program pendidikan untuk mengembangkan individu berbakat khusus agar
31

mencapai prestasi unggul biasanya dikenal dengan istila h pendidkan berdiferensi.Program


pendidkan ini merupakan peayanan di luar jangkauan program pendidikan biasa agar dapat
merealisasikan bakat dan kemampuannya secara optimal,baik untuk pengembangan diri
maupun untuk memeberikan sumbangan yang berarti bagi kemajuan bangsa dan negara
(Cony Semiawan (1987) dan Utami Munandar (1992). Kurikulumya dalam program
pendidikan ini pun di sebut kurikuum berdiferensiasi. Ada sejumlah langkah-langkah yang
perlu dilakukan untuk mengembangkan bakat khusus individu, yaitu sebagai berikut:

-Mengembangkan situasi dan kondisi yang memberikan kesempatan bagi anak-anak dan
remaja untuk mengembangkan bakat khususnya dengan mengusahakan dukungan baik
psikologis maupun fisik.

-Berupaya menumbuhkembangkan minat dan motif berprestasi tinggi dikalangan anak dan
remaja baik dalam lingkungan keluarga sekolah maupun masyarakat.

-Meningkatkan daya juang kegigihan pada diri anak pada remaja dala menghadapai tantangan
dan kesulitan.

-Mengembangkan program pendidikan berdiferensi disekoah dengan kurikulum


berdiferensiasi pula,guna memberikan pelayanan secara lebih lebih efektif kepada anak dan
remaja yang memiliki bakat khusus.

Bila semua aspek diatas dapat terpenuhi maka, pengembangan anak yang mempunyai bakat
khusus akan bisa berkembang secara optimal, dan memberikanprestasi yang memuaskan
terhadap orang tua lingkungan social serta lingkungan pendidikan.

2.19 Kegunaan tes bakat


Kegunaan mengetahui tes bakat adalah untuk dapat melakukan diagnosis dan prediksi.
Tujuan kegunaan tes bakat yang pertama adalah untuk melakukan diagnosis, mengetahui
bakat seseorang maka akan dipahami potensi yang ada pada diri seseorang. Dengan demikian
dapat membantu untuk menganalisis permasalahan yang dihadapi testee di masa kini secara
lebih cermat. Permasalahan itu baik dalam pendidikan, klinis maupun industri. Dengan
bantuan tes bakat ini maka diharapkan psikolog dapat memberikan suatu treatment yang tepat
bagi kliennya. Tujuan kegunaan tes bakat yang kedua untuk prediksi, yaitu untuk
memprediksi kemungkinan kesuksesan atau kegagalan seseorang dalam bidang tertentu di
32

masa depan. Prediksi meliputi seleksi, penempatan, dan klasifikasi. Pada dasarnya prediksi
adalah mempertemukan potensi seseorang dengan persyaratan yang ditun tut oleh suatu
lembaga.Tes Bakat muncul mengurangi kelemahan tes inteligensi yang mengukur
kemampuan umum seseorang,tes bakat dibuat dalam seri multiple bakat yang merupakan
sejumlah tes yang dipakai untuk mengukur berbagai macam bakat seseorang, tidak hanya
satu bakat saja

2.20 Keterbatasan tes bakat

1. Hanya mengukur sample perilaku yg dtunjukkan oleh sample butir tes


2. Standarisasi tes tergntung pada keadaan sample standarisasi perkembangan budaya &
kemajuan teknologi berpengaruh thd validitas tes
3. Koefisien reliabilitas tes = 1 jarang terjadi pengetesan lebih dari 1 kali padaseseorang
tidak akan menunjukkan hasil yang sama persis
4. Pengukuran bakat bukan barti telah memahami kondisi psikologis seseorang secara
komprehensif

2.21 Macam macam tes bakat


 Differential Aptitude Tes (DAT)General Aptitude Tes battery (GATB)
 Flanagan Aptitude Classification Test(FACT)
 Academic Promise Tests (APT)
 Flanagan Industrial Tests (FIT)Guilford-Zimmerman Aptitude Survey
 Nonreading Aptitude

C. PENUTUP
33

KESIMPULAN
Intelegensi dan bakat merupakan salah satu hal yang mempengaruhi prestasi
akademik seorang siswa. Tingkat tinggi dan rendahnya intelegensi dan bakat dapat diukur
untuk dapat memudahkan seseorang siswa mengetahui cara belajar dan talenta serta
kemampuan yang dimilikinya. Rata-rata seorang siswa dengan keterbakatan yang tinggi juga
memiliki tingkat intelegensi yang tinggi sehingga dapat memudahkan dirinya untuk dapat
mencapai keberhasilan dan memiliki kesempatan lebih besar untuk menjadi sukses.
Sebaliknya, rata-rata siswa yang memiliki keterbakatan rendah juga memiliki tingkat
intelegensi yang rendah sehingga membuat siswa tersebut sulit dalam hal pembelajaran di
sekolah dan memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk dapat meraih sukses di masa yang
akan datang. Namun intelgensi dan bakat merupakan merupakan faktor utama untuk dapat
meraih kesuksesan karena ada banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi suksesnya
seseorang di masa yang akan datang.

SARAN
Sebaiknya, untuk mengetahui tingkat perkembangan intelek seseorang harus
dilakukan berdasarkan tahap-tahapnya, sesuai dengan perkembangan umur mereka.
Walaupun intelegensi tersebut merupakan bawaan sejak lahir atau yang dikenal dengan faktor
hereditas, namun faktor lingkungan juga sangat berpengaruh dalam perkembangan intelek
seseorang. Untuk itu, agar perkembangan intelek berkembang dengan baik maka harus
diperhatikan faktor-faktor tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
34

Afniola, Salwa. Rusnala, Wiwit Artika. 2020. INTELEGENSI DAN BAKAT PADA
PRESTASI SISWA. Aceh : Universitas Syiah Kuala

Anjarsari, Dita Dwi., Robik Anwar D, dkk. Pengembagan Bakat Khusus dan Implikasinya
Dalam Pendidikan

Asrori. 2020. Psikologi Pendidikan Pendekatan Multidisiplin

Azizah, Adinda Bilqis., Desyka D., dkk. Pengaruh Intelegensi terhadap Keberhasilan Peserta
Didik. Universitas Muhammadiyah Tangerang

Badwi, Ahmad. Pengaruh Bakat dalam Pencapaian Prestasi Belajar. Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar (UINAM)

Dosen Psikologi. Teori Bakat dalam Psikologi. " https://dosenpsikologi.com/teori-bakat-


dalam-psikologi "

F, Vindo., Isnania Lestari. 2015. Pengaruh Intelegensi dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil
Belajar Pada Mata Kuliah Analisis Data Statistik. Jurnal Pendidikan Informatika dan Sains,
Vol.4, No. 2, Desember 2015

Fauziah Amni, Asih R., Samsul A. 2017. Hubungan Antara Motivasi Belajar dengan Minat
Belajar Siswa Kelas IV SDN PORIS GAGA 05 Kota Tangerang. Jurnal JPSD vol. 4 No. 1
Tahun 2017. Universitas Muhamadiyah Tangerang

Haryati, Sri. Pengembanga Intelegensi Majemuk dalam Proses Pembelajaran. FKIP


UNTIDAR

Isnaini, Nidya F., Mellisa, dkk. Perbedaan Invididu : Intelegensi dan Bakat Serta
Implikasinya dalam Pengajaran. Jurnal Dedikasi Pendidikan Vol. 5, No. 1, Januari 2021 :
313-321. STITNU Sakinah Dharmasraya, Dharmasraya, Universitas Negeri, Padang
Universitas Muhammadiyah Riau

Jurnal IAIN Bone. Intelegensi dan Bakat. " Jurnal.IAIN-bone.ac.id "

Jurnal IAIN Ponorogo. Tes Intelegensi dan Pemanfaatannya dalam Dunia Pendidikan "
http://jurnal.iainponorogo.ac.id/index.php/cendekia/article/view/869 "
35

Jurnal Yapri. Imlementasi Bimbingan Pendidikan Berdasarkan Bakat, Minat berbasis IT dalm
Memahami Diri Siswa. " https://jurnal.yapri.ac.id/index.php/semnassmipt/article/view/88 "

Khairiah, Dina. Perkembangan Fisik, Intelegensi, Emosi dan Bahasa AUD. Al Athfal, Vol. 1,
No. 1, Januari-Juni, 2018.

Konsultan Psikologi. Pengertian Intelegensi, Minat, dan Bakat. "


https://www.konsultanpsikologijakarta.com/pengertian-inteleengsi-minat-dan-bakat/ "

Kurniawan, Agung R. Peran Guru dalam Mengembangkan Bakat Siswa di Sekolah Dasar
Negeri

Maftuh, 2015. Intelegensi Sebagai Faktor Belajar. MIYAH VOL.XI NO. 02 AGUSTUS
TAHUN 2015

Maunah, Binti. 2014. Psikologi Pendidikan

Mufidah, Diana., Suharto, Bara S. Pengaruh Kemampuan Intelegensi Dan Task Commitment
Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XII MAN 1 Jember

Murniati, Erni. 2020. Pengertian Bakat, Ciri-Ciri Anak Berbakat, dan Implikasi Pendidikan.

Magdalena Ina, Jihan F., Salsa Adinda O., dkk. Peran Guru dalam Mengembangkan Bakat
Siswa. Pandawa : Jurnal Pendidikan dan Dakwah Volume 2, Nomor 1, Januari 2020; 61-69 :
Universitas Muhammadiyah Tangerang

Nurjan, Syarifan. 2015. Psikologi Belajar

Purnomo, Halim. 2019. Psikologi Pendidikan

Purwanto. 2010. Intelegensi : Konsep dan Pengukurannya. Jurnal Pendidikan dan


Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 4, Juli 2010

Rahmawati, Arti Penting Intelegensi dalam Dunia Pendidikan

Rufaidah, Anna. 2015. Pengaruh Intelegensi dan Minat Siswa Terhadap Putusan Pemilihan
Jurusan. Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. II No. 2 Juli 2015

Suralaga, Fadhilah. 2021. Psikologi Pendidikan Implikasi dalam Pembelajaran

Thahir, Andi. 2014. Psikologi Belajar Buku Pengantar Dalam Memahami Psikologi Belajar
36

Tayibu, Nur Q. 2017. Pengaruh Intelegensi, Task Commitment dan Self Efficacy Terhadap
Hasil Belajar Matenatika Siswa SMA. Journal of EST, Volume 2, Nomor 3 Desember 2017
hal 132-143

V, Ivan., Sarwono, dkk. 2018. HUBUNGAN TINGKAT INTELEGENSI (IQ) DAN


MOTIVASI BELAJAR GEOGRAFI DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI SINGKAWANG KOTA TAHUN AJARAN
2016/2017 Jurnal GeoEco Vol. 4, No. 1 (Januari 2018) Hal. 41-50 . Universitas Sebelas
Maret

Yusfandaria. UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BAKAT


MELALUIbLAYANAN BIMBINGAN KARIR DENGAN STRATEGI PROBLEM
SOLVING PESERTA DIDIK KELAS X IPS.2 SMA NEGERI 18 PALEMBANG. .JUANG:
Jurnal Wahana Konseling (Vol. 2, No. 1, Maret 2019)

34/I Teratai. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 12 (2) : 166 - 173 : Universitas Jambi

Anda mungkin juga menyukai