Makalah ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
“PSIKOLOGI PENDIDIKAN”
Disusun oleh:
KELAS 3-G
PROGRAM S.1 PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2021
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan. Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “ IMPLEMENTASI INTELEGENSI DAN
BAKAT PADA SISWA”. Kami berterima kasih kepada Dosen Pengampu Bapak Cipto Hadi
serta orang tua, dan teman-teman yang sudah mendukung kami.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada Dosen pengampu dan semua pihak
yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aaamiiin.
Penyusun
3
Daftar Isi
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
A. PENDAHULUAN...............................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH............................................................................................5
1.3 TUJUAN PENULISAN..............................................................................................6
1.4 MANFAAT PENULISAN...............................................................................................6
B. PEMBAHASAN...................................................................................................................7
2.1 PENGERTIAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN (INTELEGENSI)..................................................7
2.2 PENGERTIAN INTELEGENSI................................................................................................7
2.3 TEORI TEORI INTELEGENSI.................................................................................................9
2.4 FAKTOR FAKTOR YG MEMPENGARUHI INTELEGENSI.......................................................13
2.5 PENGUKURAN INTELEGENSI............................................................................................15
2.6 HUBUNGAN INTELEGENSI DENGAN KEMAMPUAN ANAK ?.............................................16
2.7 HUBUNGAN INTELEGENSI PADA BELAJAR DAN IQ........................................................17
2.8 IMPLIKASI PADA PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN (INTELEGENSI).............................18
2.9 HUBUNGAN INTELEGENSI DAN KREATIVITAS..................................................................20
2.10 KLASIFIKASI TES INTELEGENSI......................................................................................20
2.11 TES BINET......................................................................................................................21
2.12 PERAN PENDIDIK DALAM PERKEMBANGAN KECERDASAN...........................................21
2.13 PENGERTIAN BAKAT DARI PARA AHLI.........................................................................24
2.14 JENIS-JENIS BAKAT.......................................................................................................26
2.15 BAGAIMANA MENGENALI BAKAT ANAK......................................................................27
2.16 CIRI-CIRI ANAK BERBAKAT.........................................................................................30
2.17 HUBUNGAN ANTARA BAKAT DENGAN PRESTASI.........................................................31
2.18 IMPLIKASI BAKAT.........................................................................................................31
2.19 KEGUNAAN TES BAKAT.................................................................................................32
2.20 KETERBATASAN TES BAKAT.........................................................................................32
2.21 MACAM MACAM TES BAKAT.........................................................................................33
C. PENUTUP..........................................................................................................................33
KESIMPULAN....................................................................................................................33
SARAN.................................................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................34
A. PENDAHULUAN
4
Secara teoritis yaitu diharapkan hasil penulisan ini dapat digunakan untuk pengembangan
psikologi pendidikan. Secara praktis yaitu diharapkan penulisan ini dapat dimanfaatkan oleh
para pendidik (guru) dan dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan di lembaga pendidikan
untuk merumuskan kebijakan serta mengetahui bakat dan intelegensi para siswanya.
B. PEMBAHASAN
Psikologi pendidikan merupakan sebuah ilmu yang khusus mempelajari kejiwaan pada
masyarakat pendidikan baik dari mulai input, proses sampai dengan output bahkan outcome.
Kesuksesan maupun kegagalan masyarakat pendidikan dapat dilihat lebih khusus dari proses
itu semua. Berikut ini pandangan tentang psikologi pendidikan menurut para ahli antara lain:
H. C. Whitherington berpendapat bahwa psikologi pemdidikan merupakan proses-proses dan
faktor-faktor sistematis yang berhubungan dengan input, proses, output dan outcame pada
pembentukan jati diri manusia seutuhnya. Selanjutnya Lester. D. Crow dan Alice Crow
berpendapat Educational psychology can be regarded as an applied science in that is seeks to
explain learning according to scienfitically determined principles and facts concerning
human behavior (psikologi pendidikan dapat dipandang sebagai ilmu pengetahuan praktis,
yang berguna untuk menerangkan belajar sesuai dengan prinsip-prinsip yang ditetapkan
secara ilmiah dan fakta- fakta sekitar tingkah laku manusia) dan tingkah laku manusia
dengan dunia sekitarnya. Carter V. Good berpendapat lebih spesifik bahwa Psikologi
pendidikan penekanannya pada hakekat belajar. Sedangkan WS. Winkel S. J., berpendapat
secara komprehensif menyangkut prasyarat- prasyarat bagi peserta didik, jenis belajar dan
fase-fase proses belajar. Jadi determinasi psikologi pendidikan lebih pada proses
pembentukan perilaku individu peserta didik itu sendiri dari mulai dari input, proses, output
serta outcome sehingga mereka ke depannya dapat memaksimalkan potensi
yang dimiliki agar mampu beradaptasi dan survive di masa dan di mana mereka berada.
Menurut panitia istilah padagogik yang mengangkat pendapat Stern yang dimaksud
dengan inteligensi adalah “daya menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan
menggunakan alat-alat berpikir menurut tujuannya”. Dari pengertian ini dapat dilihat bahwa
Stern menitikberatkan masalah inteligensi pada soal adjustment atau penyesuaian diri
terhadap masalah yang dihadapinya. Pada orang yang inteligen akan lebih cepat dalam
menyelesaikan masalah-masalah baru apabila dibandingkan dengan orang yang kurang
inteligen. Dalam menghadapi masalah atau situasi baru orang yang inteligen akan cepat dapat
mengadakan adjustment terhadap masalah atau situasi yang baru tersebut.
c. Entity Teory
Menurut teori ini kecerdasan merupakan kesatuan yang tetap dan tidak dapat berubah-ubah.
d. Incremental Theory
Menurut teori ini, seseorang dapat meningkatkan kecerdasannya melalui belajar.
1. Social intelligence merupakan kemampuan untuk bergaul secara efektif dengan orang
lain.
2. Mechanical intelligence merupakan kemampuan yang berhubungan dengan kerja mekanik
dan kerja yang ada hubungannya dengan indra penggerak.
3. Abstract intelligence merupakan kemampuan yang berhubungan dengan idea dan simbol.
Thorndike menyatakan bahwa inteligensi terdiri atas sejumlah proses tak terhingga, yang ada
hubungannya dengan proses neurologis.
1. Number
Merupakan kemampuan yang digunakan dalam perhitungan.
2. Word fluency
Merupakan kemampuan untuk membaca dan menulis.
3. Verbal meaning
10
4. Memory
Merupakan kemampuan untuk mengingat.
5. Reasoning
Merupakan kemampuan untuk memecahakan masalah yang kompleks, merencanakan
kegiatan yang baru.
6. Space
Merupakan keterampilan mekanik
7. Perceptual speed
Merupakan kemampuan untuk mengenali dan melengkapi bagian-bagian yang kurang
lengkap.
Menurut teori ini kecerdasan merupakan penjelmaan dari ketujuh kemampuan pribadi
tersebut. Masing-masing dari ketujuh kemampuan pribadi tersebut menjadikan fungsi-fungsi
pikiran menjadi berbeda atau berdiri sendiri.
gudang ingatan untuk memenuhi kebutuhan, misalnya mengusulkan sejumlah judul sebuah
cerita
4. Convergent production yaitu penggalian informasi khusus secara penuh dari gudang
ingatan. Misalkan menemukan kata – kata yang cocok untuk jawaban TTS
5. Evaluation yakni memutuskan yang paling baik dan yang cocok dengan tuntunan
berpikir logis.
i. Teori Kognitif
Teori ini dikembangkan oleh Sternberg menurutnya inteligensi dapat dianalisis kedalam
beberapa komponen yang dapat membantu seseorang untuk memecahkan masalahnya
diantaranya :
12
a. Metakomponen
Proses pengendalian yang terletak pada urutan lebih tinggi yang digunakan untuk
melaksanakan rencana, memonitor, dan mengevaluasi kinerja dalam suatu tugas.
b. Komponen kinerja
Proses-proses pada urutan lebih rendah yang digunakan untuk melaksanakan berbagai
strategi bagi kinerja dalam tugas.
Faktor ini jelas dibawa sejak lahir. Limit kemampuan tiap-tiap individu dalam
menemukan solusi salah satunya diidentifikasi dari faktor bawaan. Oleh sebab itu, seirngkali
ditemui di dalam kelas anak cenderung dominan otak kanan dan cenderung otak kiri,
walaupun terkadang juga ada anak yg mempunyai kedua-duanya. Adapun penelitian
terdahulu menyatakan bahwa terdapat hubungan nilai IQ dari satu keluarga sekitar 0,50. Bila
hubungan nilai IQ terdapat pada anak kembar, maka hubungan nilai IQnya relatif tinggi
sekitar 0,90. Penelitian lain menyatakan terdapat pada anak yang diadopsi IQ merek
mempunyai sekitar 0,40 - 0,50 dengan ayah dan ibu yang sebenarnya, dan hanya 0,10-0,20
dengan ayah dan ibu angkatnya. Penelitian berikutnya terjadi pada anak kembar yang
dibesarkan secara terpisah, terdapat hubungan IQ yang relatif tinggi. walaupun mungkin
mereka tidak pernah saling kenal, misalnya dalam menyelesaikan soal ujian, dengan soal
yang sama, materi yang sama, waktu yang sama, ada siswa yang cepat selesai, ada yang
13
lambat, ada yang nilainya bagus, dan ada nilainya yang jelek.
b. Kematangan
Setiap bagian tubuh organ dalam tubuh manusia mengalami perubahan dan progres.
Bagian tubuh manusia dapat dianggap progres yang baik bila sudah mampu melakukan tugas
masing- masing perannya. Oleh sebab itu, ada beberapa anak belum bisa menyelesaikan soal
matematika dikelas empat sekolah dasar, karena soal soal itu masih tergolong sulit oleh anak.
Bagian tubuh anak belum mampu dan belum sempurna untuk mengerjakan soal tersebut.
Kematangan berkorelasi dengan faktor umur. Kecerdasan bersifat dinamis yang bertumbuh
dan berkembang. Bertumbuh dan berkembang intelegensi berhubungan erat dengan
perkembangan jasmaniah Tumbuh dan berkembangnya intelegensi sedikit banyak sejalan
dengan perkembangan jasmani, umur dan kemampuan-kemampuan yang telah dicapai
(kematangannya), misalnya anak yang berusia 6 tahun, bila diberikan soal tentang
menjumlahkan dan mengurangkan dengan angka 100 adakalanya mampu karena
dipengaruhi oleh faktor kematangan. Namun, apabila ia dihadapkan pada soal matematika
untuk anak SLTP, seperti 2x + 10= 2, berapa x? Jelas anak tersebut akan kesulitan karena
belum matang untuk berpikir abstrak.
c. Pembentukan
Pembentukan perkembangan individu berdampak pada faktor lingkungan.
Pembentukan ialah sebuah situasi berada diluar diri individu dan memberikan dampak pada
perkembangan intelegensi. Dalam hal ini dikategorikan pada pembentukan yang tidak
dipersiapkan sebelumnya, seperti dampak pada lingkungan. Karakteristiknya sudah ada
sedari lahir, faktanya berdampak pada transformasi yang bermakna. Inteligensi tentunya
tidak bisa terlepas dari otak. Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang
dikonsumsi. Selain gizi, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari
lingkungan juga memegang peranan yang amat penting
d. Kebebasan
Dalam kebebasan terdapat sebuah cara untuk menentukan sebuah tindakan dalam
menyelesaikan sebuah persoalan. Selain iru bebas menentukan persoalan sesuai dengan
keinginan. Berdaasarkan lima aspek di atas saling berhubungan di antara satu dengan yang
lainnya. Dengan demikian, untuk menetapkan sebuah kecerdasan dalam diri manusia, tidak
14
hanya mengacu pada salah satu faktor di atas. Akan tetapi seluruh faktor mempunyai korelasi
yang penting karena intelegensi adalah faktor mutlak dari keseluruhan faktor. Keseluruhan
faktor berpartisipasi dalam menetapkan level intelegensi seseorang. Intelegensi rangsangan
untuk meningkatkan kompetensi seseorang.
Dilihat dari segi pelaksanaannya tes inteligensi dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu tes individual dan kelompok. Termasuk dalam tes individual adalah skala Stanford-
Binet dan Wechler. Tes kelompok diberikan kepada sejumlah siswa dengan jawaban tertulis.
Tes ini pertama kali digunakan di Amerika Serikat selama Perang Dunia I berupa Army
Alpha Test dan Army Beta Test. Army Alpha Test digunakan untuk menyeleksi calon
prajurit yang dapat membaca, menulis dan berbahasa Inggris. Army Beta Test digunakan
untuk menyeleksi calon prajurit yang buta huruf dan tidak bisa berbahasa Inggris
Tes pertama yang merupakan tes inteligensi moderen dikembangkan oleh ahli
psikologi Perancis Alfred Binet pada tahun 1881. Pada saat itu pemerintah Perancis
mengeluarkan Undang- undang yang mewajibkan semua anak masuk sekolah. Pemerintah
meminta Binet untuk membuat tes guna mendeteksi anak-anak yang ter-lambat intelektualnya
(Atkinson, Atkinson, Smith dan Bem, t.th: 152). Tes-tes inteligen-si kemudian banyak
mengacu pada tes yang telah dikembangkan oleh Binet. Tes inteligensi Binet mengalami
beberapa kali revisi. Revisi terakhir adalah revisi yang dikerjakan bersama Terman dari
Universitas Stanford yang dikenal dengan tes inteligensi Stanford-Binet. Tes terdiri dari 17
subtes yang dikelompokkan dalam empat area teoretik yaitu penalaran verbal, penalaran
kuantitatif, penalaran abstrak-visual, dan ingatan jangka pendek Wechler menyusun tes
inteligensi karena beberapa kelemahan yang terdapat pada tes intekegensi Stanford-Binet.
Kelemahan itu: 1) tes Stanford - Binettidak dapat digunakan untuk mengukur inteligensi
orang dewasa; 2) tes Stanford - Binet terlalu tergatung pada kemampuan bahasa (Atkinson,
Atkinson, Smith dan Bem, t.th: 157). Wechler menyusun tiga tes inteligensi yaitu 1) the
Wechler Preschool and Pri- mary Scale of Intelligence (WPPI). Tes ini digunakan untuk
mengukur inteligensi anak prasekolah atau pada umur 4 – 5 tahun, 2) the Wechler
Intelligence Scale for Children (WISC). Tes ini digunakan untuk mengukur inteligensi anak-
anak umur 5 – 15 tahun, dan 3) the Wechler Adult Intelligence Scale (WAIS). Tes ini
digunakan untuk orang dewasa di atas umur 15 tahun. Menurut Abrorskala Wechler dibagi
menjadi dua kelompok subtes yaitu tes verbal dan tes perbuatan (performance). Tes verbal
terdiri dari enam macam yaitu tes informasi, tes pemahaman umum, tes penalaran berhitung,
tes analogi, tes lamanya mengingat angka, dan tes perbendaharaan kata sebanyak
40 buah kata yang disusun menurut urutan kesulitan. Tes perbuatan terdiri dari lima
macam yait u tes simbol-angka yang meminta subjek untuk menjodohkan simbol dengan
angka, tes menyempurnakan gambar, tes potongan balok, tes menyusun gambar, dan tes
pemasangan objek.
seteiah potensi intelegensi berkembang saja, tatapi kemampuan inteligensi tersebut juga dapat
di fungsikan para taraf kehidupan/ perkembangan yang lebih yaitu pada masa anak-anak,
semenjak bayi mengalami proses perkembangan.
informasi baru dan ada anak yang lamban dalam menerima informasi baru. Dalam bidang
akademis, tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) seorang individu tidak dapat diragukan
lagi sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar individu tersebut.Semakin tinggi
kemampuan intelegensi individu tersebut tersebut maka semakin besar peluangnya untuk
meraih sukses dibidang akademis.Tentunya, perbedaan tersebut menjadi warna di dalam
kelas. Maka dari itu guru harus menyesuaikan tujuan pembelajarannya dengan kapasitas
intelegensi siswa. Perbedaan intelegensi yang dimiliki oleh siswa bukan berarti membuat
guru harus memandang rendah pada siswa yang kurang, tetapi guru harus mengupayakan
agar pembelajaran yang diberikan dapat membantu semua siswa, tentu saja dengan perlakuan
metode yang beragam.
4. Perbandingan kecerdasan atau IQ yang merupakan hasil yang ditunjukkan oleh tes
inteligensi tidaklah semata-mata tergantung kepada keturunan.
baru.Selain itu tes inteligensi dalam dunia pendidikan dapat digunakan jauh lebih luas lagi,
tes inteligensi dapat digunakan dalam penggolongan pelajar, dan pemilihan/penentuan
jurusan.Anak yang memiliki inteligensi abnormal, baik sangat tinggi (superior) maupun yang
sangat rendah (inferior) sama-sama menimbulkan masalah bila ditinjau dari dunia
pendidikan. Pentingnya makna perbedaan individual, khususnya dalam hal inteligensi,
membawa kesadaran dalam dunia pendidikan akan perlunya perlakuan khusus terhadap anak
didik yang tergolong memiliki tingkat inteligensi tidak biasa. Anak yang memiliki inteligensi
begitu rendah sehingga kemampuan belajarnya sangat terbatas memerlukan program khusus
yang memungkinkan mereka belajar dengan beban kecepatan yang sesuai dengan
keterbatasan mereka. Pada sisi lain, anak yang memiliki kemampuan superior pun
memerlukan program khusus yang memungkinkan mereka mengembangkan segenap potensi
lebih yang mereka punyai sehingga dapat mencapai prestasi yang optimal dan tidak
menimbulkan problem psikologis lain (Azwar, 2004:170).
Konsep kecerdasan ganda, bila dipahami dengan baik, akan membuat semua guru
memandang potensi anak lebih positif. Terlebih lagi, para guru pun dapat menyiapkan sebuah
lingkungan yang menyenangkan dan memberdayakan di sekolah.Untuk mengembangkan
kecerdasan unik anak-anak lewat konsep ini, yang dibutuhkan sebenarnya sudah tersedia di
lingkungan sekitar.Di sekolah, anak bisa diajak keluar kelas untuk mengamati setiap
fenomena yang terjadi di dunia nyata.Konsep Multiple Intelligences juga mengajarkan
kepada anak bahwa mereka bisa belajar apapun yang mereka ingin ketahui.Apapun yang
ingin diketahuinya itu dapat ditemui di dalam kehidupan nyata yang dapat mereka alami
sendiri.Bagi guru yang dibutuhkan hanya kreativitas dan kepekaan untuk mengasah
kemampuan anak.Guru juga harus mau berpikir terbuka, keluar dari paradigma tradisional
(bahwa kecerdasan hanya dilihat dari kemampuan intelektual/kognitif).
Soal manfaat lingkungan untuk membantu proses belajar ini, sudah diteliti oleh
beberapa orang peneliti kegiatan belajar. Ada Vernon A. Magnesen tahun 1983 dan
sekelompok peneliti seperti Bobbi De Porter; Mark Reardon, dan Sarah tahun 2000. Mereka
menjelaskan bahwa kita sebenarnya mendapat pengetahuan dari apa yang kita baca (10%),
dari apa yang kita dengar (20%), dari apa yang kita lihat (30%), dari apa yang kita lihat dan
dengar (50%), dari apa yang kita katakan (70%) dan dari apa yang kita katakan dan lakukan
(90%).
19
Dari situ terlihat aktivitas seperti apa kita lebih banyak mendapatkan pengetahuan?
Tentunya dari yang kita lihat dan dengar serta dari praktik yang kita lakukan. Belajar dengan
menggunakan teori kecerdasan ganda bukan cuma menegaskan “it’s how smart they are” tapi
“It’s how they are smart!” Bukan ‘seberapa pintar anak’ tapi ‘bagaimana mereka bisa
menjadi pintar’.
Setelah mengulas informasi tentang inteligensi ini, kepada para pendidik hendaknya
dapat memahami dengan baik tentang inteligensi yang sesungguhnya, dan dapat
memanfaatkan serta mengimplikasikannya dalam pendidikan/ pembelajaran.Jadi, bukan
masalah seberapa tinggi tingkat inteligensi seorang anak tetapi seberapa besar usaha kita
dalam memberdayakan inteligensi yang ada pada diri pelajar seoptimal mungkin. Bagi
masyarakat awam, agar dapat memahami apa sebenarnya inteligensi dan manfaatnya.
banyak definisi tentang intelegensi yang dirumuskan oleh para ahli, secara umum dapat
dimasukkan ke dalam salah satu dari tiga klasifikasi berikut:
(2) kemampuan untuk belajar atau kapasitas untuk menerima pendidikan; dan
Tes Binet Simon dipublikasikan pertama kali pada tahun 1905 di Paris-Prancis. Tes ini
digunakan untuk mengukur kemampuan mental seseorang. Inteligensi digambarkan oleh
Alfred Binet sebagai sesuatu yang fungsional. Komponen dalam inteligensi sendiri terdiri
dari tiga hal, yaitu kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau tindakan, kemampuan untuk
mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah dilaksanakan dan kemampuan untuk
mengkritik diri sendiri. Tes Binet yang digunakan di Indonesia saat ini adalah Stanford Binet
Intelligence Scale Form L-M, di mana tes tersebut merupakan hasil revisi ketiga dari Terman
dan Merril pada tahun 1960 (Nuraeni, 2012).
Tes Binet dengan skala Stanford–Binet berisi materi berupa sebuah kotak yang berisi
berbagai macam mainan yang akan diperlihatkan pada anak-anak, dua buah buku kecil yang
berisi cetakan kartu-kartu, sebuah buku catatan yang berfungsi untuk mencatat jawaban
beserta skornya, dan sebuah petunjuk pelaksanaan dalam pemberian tes. Pengelommpokkan
tes-tes dalam skala Stanford–Binet dilakukan menurut berbagai level usia, dimulai dari usia 2
tahun sampai dengan usia dewasa.Meski begitu, skala ini tidak cocok untuk dikenakan pada
orang dewasa, sekalipun terdapat level usia dewasa dalam tesnya. Hal ini karena level
tersebut merupakan level intelektual dan hanya dimaksudkan sebagai batas-batas dalam usia
mental yang mungkin dicapai oleh anak-anak.
21
Ada tiga cara dapat dilakukan untuk mengaktifkan seluruh indra pembelajar, yaitu:
1. Melatih cara mendengar yang efektif. Telinga bagi manusia adalah instrumen yang luar
biasa. Melalui telinga, otak menerima bunyi dan membuat duplikat bunyi tersebut dan
mengulang seluruh bunyi tersebut seperti suatu simponi. Selain itu, pendengaran juga
merupakan salah satu unsur pokok dalam pembentukan imaginasi dan kreativitas.
2. Melatih mata untuk membaca cepat dan efektif. Mata merupakan bukti keajaiban
mekanisme biologis. Melalui mata otak dapat menerima fakta-fakta yang menakjubkan yang
dapat memberikan rangsangan yang lebih kaya sehingga dapat melihat dengan jeli, analistis
dan akurat. Mata sangat erat hubungannya dengan kemampuan membaca. Kecepatan
membaca orang normal rata-rata 300 kata per menit, dengan kemampuan 40-70% dari
seluruh isi bacaan. Bagi seseorang yang terampil, kecepatan membacanya dapat mencapai
600 kata per menit dengan kemampuan mengingat isi bacaan secara utuh.
3. Melatih keterampilan menulis atau membuat catatan yang cepat dan tepat. Mengenai
keterampilan menulis dan membuat catatan yang cepat dan tepat ini, penelitian menunjukkan
hasil sebagai berikut:
b. Ada pembelajar yang diberikan catatan lengkap yang dibuatkan oleh guru
f. Ada pembelajar yang diberikan catatan berupa kata-kata kunci dari guru.
Yang dimaksud dengan "silang" di sini adalah setiap intelegensi pembelajar tidak
dikembangkan secara bersamaan, tetapi dikembangkan satu per satu secara terpisah.
Tujuannya adalah agar pembelajar dapat mengasah setiap bagian intelegensinya selama
waktu tertentu. Ini dapat dilakukan secara individu dan kelompok atau dapat juga di dalam
atau luar jam pelajaran. Melatih silang intelegensi dapat dilakukan dengan membangun
stasiun-stasiun intelegensi untuk setiap jenis intelegensi yang berbeda. Yang dimaksud
dengan "stasiun" di sini bukanlah stasiun pemancar, tetapi semacam display dengan
memanfaatkan sudut-sudut/ruang-ruang yang mudah terlihat oleh anak didik dari segala arah.
intelegensi.
intelegensi.
beberapa intelegens
• Setiap intelegensi bekerja dalam sistem otak yang relatif otonom/mengelola informasi
Menurut Suganda, bakat merupakan benih yang berasal dari suatu sifat yang mana baru akan
tampak nyata jika seseorang tersebut mendapat sebuah kesempatan dan kemungkinan untuk
dapat mengembangkannya. (baca juga: Perilaku Abnormal)
Menurut Sarwono, bakat merupakan kondisi yang ada di dalam diri seseorang yang mana
memungkinkannya dengan latihan latihan khusus dalam mencapai pengetahuan, ketrampilan
khusus, serta kecakapan. (baca juga: Teori Nativisme)
Menurutnya, bakat adalah sebuah prestasi yang mana dapat diramalkan serta diukur dengan
melalui sebuah tes khusus.Oleh karena itu, bakat bisa dikategorikan sebagai sebuah
kemampuan atau ability. Ability sendiri sebenarnya memiliki 3 arti, antara lain adalah:
Achievement merupakan actual ability, yang mana dapat diukur langsung dengan
menggunakan alat ataupun tes tes tertentu. (baca juga: Cara Mendidik Anak Hiperaktif)
Capacity, merupakan potential ability yang mana hal tersebut dapat diukur dengan cara tidak
langsung yaitu melalui kecakapan individu yang mana kecakapan ini dapat dikembangkan
dengan perpaduan antara dasar dengan latihan yang intensif serta pengalaman.
Aptitude, merupakan kualitas yang mana hanya dapat diukur dengan tes tes yang emmang
ditujukan untuk tujuan tersebut. (baca juga: Cara Menghilangkan Kebiasaan Buruk)
Definisi dari bakat adalah sebuah hal yang memiliki corak yang berbeda, bakat merupakan
kemampuan kinerja yang mana mencakup dimensi psikomotor, dimensi intelektual, serta
dimensi perseptual. (baca juga: Ciri Ciri Bipolar Disorder)
Bakat merupakan sesuatu yang menjadi titik berat yang sudah dimiliki setiap manusia yang
sudah didapatkan dari latihan latihan tertentu dari peforma ataupun kinerjanya. (baca juga:
Cara Membahagiakan Diri Sendiri)
Bakat merupakan sebuah kualitas yang dimiliki oleh setiap orang yang mana dalam tingkatan
yang sangat beragam satu sama lainnya. (baca juga: Cara Menjaga Hubungan Jarak Jauh)
Kata bakat lebih dekat definisinya dengan aptitude yang memiliki arti kecakapan
pembawaan, yang mana mengenai kesanggupan dan potensi tertentu yang dimiliki oleh
seseorang.
● Bakat intelektual umum adalah seseorang yang mempunyai taraf intelegensi yang
tinggi,memiliki daya konsentrasi yang tinggi, mandiri dalam belajar dan bekerja serta
menunjukkan prestasi sekolah yang menonjol.
● Bakat akademik khusus adalah kemampuan seseorang yang cenderung pada arah
akedemis.
● Bakat kreatif-produktif adalah kemampuan dan menciptakan sesuatu yang baru.
● Bakat seni adalah kemampuan yang berkaitan dengan berbagai bidang seni.
● Bakat kinestetik/psikomotorik adalah kemampuan yang cenderung pada kinerja
seseorang.
● Bakat social atau kepemimpinan adalah kemampuan seseorang yang mengarah pada
interaksi dengan orang di sekitarnya.
Namun, jika Anda ingin memupuk bakat anak, alangkah baiknya jika mengirim anak ke
sekolah yang menawarkan pembelajaran menyeluruh, karena jenis pembelajaran ini akan
mampu membawa anak melampaui keunggulan akademis. Dalam pembelajaran menyeluruh
atau pembelajaran multilateral ini juga menghadapkan anak pada olahraga, kewirausahaan,
musik, seni pertunjukan dan pengabdian masyarakat, dan lain lainya untuk mengembangkan
dan memberikan stimulus terhadap kemampuan anak. Pendidikan yang menyeluruh
memainkan peran penting dalam perkembangan anak secara total. Para orang tua juga harus
28
berusaha untuk mendaftarkan anak-anak mereka untuk kegiatan ekstrakurikuler, karena ini
akan membantu mengembangkan bakat mereka. Bakat anak tidak boleh dibiarkan begitu saja,
melainkan harus dirangkul dan didukung.Dorong anak untuk melatih bakat mereka sampai
mereka merasa nyaman dan mampu melanjutkan sendiri. Usaha Mengatasi Disimilaritas
Individu dalam Pendidikan
Berdasarkan penjabaran di atas, dalam progres proses belajar mengajar ada beberapa sisa
dengan disimilaritas tiap-tiap individu .Disimilaritas tersebut normal terjadi dan tidak dapat
dielakan.Seorang siswa yang baik, pendidik tidak dapat mengelak dari disimilaritas tersebut
beranggap semua kecerdasan siswa adalah serupa.Oleh sebab itu, diperlukan usaha untuk
mengatasi atas disimilaritas tiap-tiap individu. Usaha itu seperti cara membimbing yang
beragam. Usaha mengatasi disimilaritas antara antara siswa laki-laki dan perempuan di kelas
dengan harapan pendidik menyampaikan pemahaman bahwa belajar matematika tidak hanya
untuk siswa laki-laki. Pendidik berlaku adil dengan tidak hanya berpihak pada siswa laki-laki
saja, yaitu memberikan tanggung jawab kepada siswa perempuan untuk berpartisipasi dalam
proses belajar mengajar. Partisipasinya merupakan usaha untuk membantu siswa yang tidak
paham tentang suatu pelajaran. Jamaris Martini memodifikasi sebuah orientasi baru dalam
psikologi pendidikan, mengatasi disimilaritas kompetensi siswa di dalam kelas dapat
dilakukan dengan cara yang beragam dalam hal memberikan materi pembelajaran. Siswa
dengan IQ yang tinggi dapat menerima materi yang diajarkan dengan cepat.akan tetapi, siswa
yang memiliki IQ dibawah rata-rata diperlukan dua kali pemahaman dalam proses
pembelajaran. Siswa memerlukan perlakuan khusus untuk mengatasi kesenjangan dengan
siswa lainnya.Pendidikan menguraikan materi pembelajaran untuk semua siswa, selanjutnya
pendidik menyuruh siswa untuk mengerjakan soal-soal latihan yang berkaitan dengan materi
pembelajaran.Berikutnya guru memberikan pertanyaan kepada siswa jika materi yang
disampaikan masih belum dipahami siswa.
Usaha mengatasi ini, siswa dibutuhkan pemikiran yang matang dan metode yang tepat unntuk
berkomunikasi dengan siswa lain agar dapat menemukan jawaban benar dan memberikan
cara kepada perlu diperhatikan bawah keinginan siswa yang satu terhadap siswa yang lainnya
tidak boleh dipaksakan karena akan menjadi sebuah tekanan bagi mereka. Pendidik
hendaknya memberi semangat kepada sisiwa untuk meningkatkan kompetensi mereka
melalui pretasi yang dicapai.Berdasarkan hasil penelitian membuktikan bahwa disimilaritas
tiap-tiap individu merupakan hal yang wajar ditemui dalam situasi yang tidak
29
ditentukan.Dalam hal ini perlakuan dan tanggung jawab baru lebih berguna dalam mengatasi
disimilaritas tersebut. Pendidik berlaku bijak dalam mengatasi usaha disimilaritas dengan
kata lain guru bertindak dan berperilaku sesuai dengan ciri dan karakteristik relavan dengan
yang diperlukan siswa dan memberikan perlakuan yang khusus pada siswa yang kurang.
Pendidik juga hendaknya memberikan materi pembelajaran relevan dengan disimilaritas pada
tiap-tiap siswa. Usaha mengatasi disimilaritas ini dapat dilakukan dengan penerapan mastery
learning mengacu kualitas pembelajaran dengan kata lain pendidik dan siswa mencapai
sebuah kesepakatan tentang waktu dan materi pembelajaran yang dicapai oleh siswa. Dalam
hal ini kompetensi siswa diperlukan untuk berkomunikasi dengan materi pembelajaran yang
diberikan siswa. Dengan demikian, siswa yang belum paham diberi kesempatan untuk
melakukan pengulangan terhadap materi yang sama. Cara ini merupakan salah satu cara bagi
pendidik untuk berkomunikasi dengan siswa sekaligus mengetahui cara berpikir siswa dalam
sekolah maupun di luar sekolah. Usaha mengatasi ini dapat dikatan sukses karena telah
melibatkan siswa dan guru melalui dua cara, yaitu kualitas pembelajaran mengacu pada
diskusi kelompok dan partisipasi dalam bentuk pertanyaan oleh siswa.
-Mengembangkan situasi dan kondisi yang memberikan kesempatan bagi anak-anak dan
remaja untuk mengembangkan bakat khususnya dengan mengusahakan dukungan baik
psikologis maupun fisik.
-Berupaya menumbuhkembangkan minat dan motif berprestasi tinggi dikalangan anak dan
remaja baik dalam lingkungan keluarga sekolah maupun masyarakat.
-Meningkatkan daya juang kegigihan pada diri anak pada remaja dala menghadapai tantangan
dan kesulitan.
Bila semua aspek diatas dapat terpenuhi maka, pengembangan anak yang mempunyai bakat
khusus akan bisa berkembang secara optimal, dan memberikanprestasi yang memuaskan
terhadap orang tua lingkungan social serta lingkungan pendidikan.
masa depan. Prediksi meliputi seleksi, penempatan, dan klasifikasi. Pada dasarnya prediksi
adalah mempertemukan potensi seseorang dengan persyaratan yang ditun tut oleh suatu
lembaga.Tes Bakat muncul mengurangi kelemahan tes inteligensi yang mengukur
kemampuan umum seseorang,tes bakat dibuat dalam seri multiple bakat yang merupakan
sejumlah tes yang dipakai untuk mengukur berbagai macam bakat seseorang, tidak hanya
satu bakat saja
C. PENUTUP
33
KESIMPULAN
Intelegensi dan bakat merupakan salah satu hal yang mempengaruhi prestasi
akademik seorang siswa. Tingkat tinggi dan rendahnya intelegensi dan bakat dapat diukur
untuk dapat memudahkan seseorang siswa mengetahui cara belajar dan talenta serta
kemampuan yang dimilikinya. Rata-rata seorang siswa dengan keterbakatan yang tinggi juga
memiliki tingkat intelegensi yang tinggi sehingga dapat memudahkan dirinya untuk dapat
mencapai keberhasilan dan memiliki kesempatan lebih besar untuk menjadi sukses.
Sebaliknya, rata-rata siswa yang memiliki keterbakatan rendah juga memiliki tingkat
intelegensi yang rendah sehingga membuat siswa tersebut sulit dalam hal pembelajaran di
sekolah dan memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk dapat meraih sukses di masa yang
akan datang. Namun intelgensi dan bakat merupakan merupakan faktor utama untuk dapat
meraih kesuksesan karena ada banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi suksesnya
seseorang di masa yang akan datang.
SARAN
Sebaiknya, untuk mengetahui tingkat perkembangan intelek seseorang harus
dilakukan berdasarkan tahap-tahapnya, sesuai dengan perkembangan umur mereka.
Walaupun intelegensi tersebut merupakan bawaan sejak lahir atau yang dikenal dengan faktor
hereditas, namun faktor lingkungan juga sangat berpengaruh dalam perkembangan intelek
seseorang. Untuk itu, agar perkembangan intelek berkembang dengan baik maka harus
diperhatikan faktor-faktor tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
34
Afniola, Salwa. Rusnala, Wiwit Artika. 2020. INTELEGENSI DAN BAKAT PADA
PRESTASI SISWA. Aceh : Universitas Syiah Kuala
Anjarsari, Dita Dwi., Robik Anwar D, dkk. Pengembagan Bakat Khusus dan Implikasinya
Dalam Pendidikan
Azizah, Adinda Bilqis., Desyka D., dkk. Pengaruh Intelegensi terhadap Keberhasilan Peserta
Didik. Universitas Muhammadiyah Tangerang
Badwi, Ahmad. Pengaruh Bakat dalam Pencapaian Prestasi Belajar. Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar (UINAM)
F, Vindo., Isnania Lestari. 2015. Pengaruh Intelegensi dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil
Belajar Pada Mata Kuliah Analisis Data Statistik. Jurnal Pendidikan Informatika dan Sains,
Vol.4, No. 2, Desember 2015
Fauziah Amni, Asih R., Samsul A. 2017. Hubungan Antara Motivasi Belajar dengan Minat
Belajar Siswa Kelas IV SDN PORIS GAGA 05 Kota Tangerang. Jurnal JPSD vol. 4 No. 1
Tahun 2017. Universitas Muhamadiyah Tangerang
Isnaini, Nidya F., Mellisa, dkk. Perbedaan Invididu : Intelegensi dan Bakat Serta
Implikasinya dalam Pengajaran. Jurnal Dedikasi Pendidikan Vol. 5, No. 1, Januari 2021 :
313-321. STITNU Sakinah Dharmasraya, Dharmasraya, Universitas Negeri, Padang
Universitas Muhammadiyah Riau
Jurnal IAIN Ponorogo. Tes Intelegensi dan Pemanfaatannya dalam Dunia Pendidikan "
http://jurnal.iainponorogo.ac.id/index.php/cendekia/article/view/869 "
35
Jurnal Yapri. Imlementasi Bimbingan Pendidikan Berdasarkan Bakat, Minat berbasis IT dalm
Memahami Diri Siswa. " https://jurnal.yapri.ac.id/index.php/semnassmipt/article/view/88 "
Khairiah, Dina. Perkembangan Fisik, Intelegensi, Emosi dan Bahasa AUD. Al Athfal, Vol. 1,
No. 1, Januari-Juni, 2018.
Kurniawan, Agung R. Peran Guru dalam Mengembangkan Bakat Siswa di Sekolah Dasar
Negeri
Maftuh, 2015. Intelegensi Sebagai Faktor Belajar. MIYAH VOL.XI NO. 02 AGUSTUS
TAHUN 2015
Mufidah, Diana., Suharto, Bara S. Pengaruh Kemampuan Intelegensi Dan Task Commitment
Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XII MAN 1 Jember
Murniati, Erni. 2020. Pengertian Bakat, Ciri-Ciri Anak Berbakat, dan Implikasi Pendidikan.
Magdalena Ina, Jihan F., Salsa Adinda O., dkk. Peran Guru dalam Mengembangkan Bakat
Siswa. Pandawa : Jurnal Pendidikan dan Dakwah Volume 2, Nomor 1, Januari 2020; 61-69 :
Universitas Muhammadiyah Tangerang
Rufaidah, Anna. 2015. Pengaruh Intelegensi dan Minat Siswa Terhadap Putusan Pemilihan
Jurusan. Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. II No. 2 Juli 2015
Thahir, Andi. 2014. Psikologi Belajar Buku Pengantar Dalam Memahami Psikologi Belajar
36
Tayibu, Nur Q. 2017. Pengaruh Intelegensi, Task Commitment dan Self Efficacy Terhadap
Hasil Belajar Matenatika Siswa SMA. Journal of EST, Volume 2, Nomor 3 Desember 2017
hal 132-143
34/I Teratai. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 12 (2) : 166 - 173 : Universitas Jambi