Anda di halaman 1dari 4

Nama : Aulia R Hamzah

NIM : 12060122194
Kelas : Psikologi 3G
Mata Kuliah : Dasar dasar psikologi islam

Resume

D. Bashiroh (Mata Hati)

Apakah Bashiroh itu?

Ditinjau dari aspek etimologi, kata Bashiroh berasal dari bahasa Arab, yaitu “Bashoro” =
jendela hati. Jika kata Bashoro itu dihubungkan dengan kata qolb “Bashoro al qolb”=
pandangan/ lintasan hati. Jika kata Bashoro itu dihubungkan dengan nama2 asmaul husna,
maka berarti: Allah melihat sesuatu secara total, baik yang tampak maupun tidak tampak
tanpa memerlukan alat. Jika kata Bashiroh itu dihubungkan dengan manusia, maka akan
berarti
1. Ketajaman hati
2. Kecerdasan
3. Kemantapan dalam agama
4. Keyakinan hati dlm agama dan realita

Dalam bahasa arab, meskipun kata Bashoro itu berarti melihat, tetapi jarang sekali
digunakan untuk indra penglihatan tanpa disertai pandangan hati.
Jadi, secara etimologi Bshiroh berarti: pandangan mata hati sebagai lawan dari pandangan
mata kepala
Ditinjau dari aspek terminologi, bashiroh adalah:
1. Menurut Mubarok
Yaitu: pandangan mata bathin atau pandangan mata hati sebagai lawan dari pandangan
mata kepala

2. Menurut Ibnu qayyim al jauzy


Yaitu: cahaya yang ditempatkan Allah di dalam Qalb, sehingga karena itu ia mampu
memandang hakikat kebenaran seperti pandangan mata

3. Menurut al farra n fakhr ar razi


Bashiroh jika dihubungkan dengan sistem nafs manusia, maka bashiroh berarti = mata batin
atau akal sehat

Karena bashiroh itu ditempatkan di dalam Qolb, maka jika qolbnya sehat dan digunakan
secara optimum, memungkinkan qolb itu mencapai kebenaran karena qolb memiliki keuatan
yang sekuat pandangan mata batin. Sebaliknya jika qalbnya sakit karena penuh dengan
dosa, maka tidak akan memperoleh pandangan mata hati (bashiroh) ini karena terhijab oleh
dinding hitam atau bintik2 hitam (dosa)

Apa perbeadaan karakteristik bashiroh jika dibanding dengan qolb?


Qalb mempunyai karakter yang tidak konsisten sehingga qalb itu masih dapat menipu diri,
pura2 tidak tahu, meski tahu kebenaran tetapi masih berusha mengelak dengan
mengemukakan berbagai alasan. Sedangkan bashiroh itu selalu konsisten, jujur dan peka,
tetap bekerja melihat meskipun qalb manusia berusaha untuk menutup-nutupi kesalahannya
atau berdalih alasanalasan.

Mengapa bashiroh itu mempunyai kekuatan yang konsisten?

Menurut Ibn qoyyim al jauzy krn bashiroh itu adlah nur Allah yang ditiupkan ke dalam qolb.
Bagaimana keberadaan bashiro di dalam sistem Nafasini manusia?
Berdasarkan keterangan Al-qur’an, struktur bashiroh dalam sistem Nafs manusia dapat di
ilustrasikan sbb:
• Manusia memiliki dimensi ruhani yang terdiri dari Nafs, qalb, akal, ruh dan bashiroh
• Nafs diibaratkan sebagai ruangan yang sangat luas dalam alam ruhani manusia. Dari
dalam Nafs itulah manusia digerakkan untuk menagkap fenomena yang dijumpai,
menganalisanya dan mengambil keputusan
• Kerja Nafs dilakukan melalui jaringan qalb, akal dan bashiroh, tetapi kesemuanya itu
berfungsi jika ruh berada dalam jasad dan fungsi kejiwaan telah sempurna
• Qolb merupakan bagian dari Nafs yang bekerja memahami, mengolah, menampung realita
sekelilingnya dan memutuskan sesuatu
• Sesuai dengan potensinya, maka qolb merupakan kekuatan yang santat dinamis, tetapi
tempramental, fluktuatif, emosional danpasang surut
• Untuk memecahkan masalah masalah yang dihadapi, qolb bekerja denganjaringan akal,
tetapi kondisi qolb dan akal kadang tidak optimal sehingga dimungkinkan terkontaminasi
oleh pengaruh syahwat atau oleh motif kepada hal hal yang bersifat negatif, dan dalam
keadaan demikian qalb dan akal dapat melakukan helah mental, yaitu memandang sesuatu
yang salah dengan alasan alasan yang dibuat-buat, seakan yang salah itu menjadi wajar
• Bashiroh bekerja mengkoreksi penyimpangan yang dilakukan oleh qalb dan akal, selama
qalb dan akalnya sehat.
Jadi, kondisi qalb dan akal yang tingkat keshatannya optimum itulah yg disebut Bashiroh.

E. Syahwat

Apakah syahwat itu?

Kalimat syahwat disebut dalam Alquran dalam berbagai kata bentukannya sbnyak 13 X, 5 X
diantaranya dalam bentuk masdar
Secara etimologi, dalam bahasa Arab, syahwat berasal dari kata “syaha-yasha-syahwatan”
=menyukai atau menyenangi. Jika dihubungkan dengan manusia, maka syahwat bearti:
kerinduan Nafs terhadap apa yang dikehendakinya.
Secara terminologi, syahwat mengandung arti:
1. Mubarok
Yaitu: merupakan fitrah kecenderungan yang bersifat universal. Jadi, menjalankan sesuatu
yang mengikuti fitrah ini seperti menyukai lawan jenis, menyenangi anak, dll. Apabila
dilakukan secara benar akan bernilai ibadah atau sekurang2nya mubah.

2. Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir


Yaitu: suatu daya yang berpotensi untuk mengindeksi diri dari segala yang menyenangkan
Di dalam Alquran, kata syahwat digunakan untuk beberapa arti:
a. Digunakan dalam kaitannya dengan pikiran pikiran, yaitu: mengikuti pikiran orang karena
mengikuti hawa nafsu
b. Dihubungkan dengan keinginan manusia terhadap kelezatan dan kesenangan
c. Berhubungan dgn perilaku seks menyimpang

dapat disimpulkan, maka syahwat itu merupakan dorongan2 yang mendesak yang ada
dalam diri manusia untuk melakukan halhal yang memberikan kepuasan, baik kepuasaan
seksual, kepuasan kepemilikan, kepuasan kenyamanan, kepuasan harga diri, dll.
Jadi, syahwat yang merupakan motif penggerak tingkahlaku ini, jika terkendali akan
berdampak positif. sebaliknya jika tidak bisa dikendalikan, maka akan merusak dan
membahayakan.

Apa kaitan antara syhawat dengan Hawa/ hawa nafsu?

Menurut Mubarok, dorongan syahwat kepada sesuatu yang bersifat rendah, segera dipenuhi
dan tidak mengindahkan nilainilai moral itulah yang disebut dengan “Hawa/ Hawa Nafsu”

Apakah Hawa itu?

Dalam bahasa Arab, kata hawa mengandung arti turun dari atas ke bawah, lebih
mengandung konotasi negatif. Sedangkan menurut Al-isfahani, hawa mengandung arti:
pemiliknya akan jatuh ke dalam keruwetan besar ketika hidup di dunia dan diakhirat
dimasukkan kedalam neraka hawiyah.
Dalam Alquran kata hawa untuk menyebut ciri tingkahlaku negatif.

Apa ciri orang yang mengikuti dan tidak mengikuti hawa:


a. Ciri org yg mengikuti hawa:
• Mendustakan Nabi Muhammad
• Tidak mempercayai ketetapan Allah
•Selalu menduga-duga/berprasangka
• Suka berbicara yang tidak berguna
• Memandang baik perbuatan yang buruk
• Mendustakan para rasul
• Menyia-nyiakan sholat

b. ciri ciri orang yang tidak mengikuti hawa:


• Takut kepada kebesaran Allah
• Mengikuti syariat
• Tidak mengikuti orang yang hatinya telah dilalaikan Allah
• Menjadi saksi karena Allah
• Tidak mendustakan ayatayat Allah
• Berlomba lomba berbuat kebajikan
• Memakan makanan yang halal

Apa dampak orang yang mengikuti hawa?

• Allah mengunci hatinya


• Allah akan membiarkannya dalam kesesatan
• Allah akan menutupi pendengaran san penglihatannya
• Menyesatkan oran lain

Anda mungkin juga menyukai