Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

BERBURUK SANGKA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Studi Hadist

Dosen Pengampu : M. Bik Muhtaruddin, M.Th.I

Oleh :

DENY PUTRA SETYAWAN (932221618)

JURUSAN TADRIS BAHASSA INGGRIS

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan
rahmat dan inayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini
dengan lancar. Seiring dengan itu, Sholawat serta salam semoga terlimpahkan kepada
utusan-Nya, yakni Nabi Muhammad SAW sebagai contoh teladan, mengangkat
manusia dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh dengan pengetahuan.

Sudah menjadi suatu kewajiban bagi mahasiswa untuk menyelesaikan tugas


mata kuliahnya, yakni membuat makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
sehingga dapat lulus mata kuliah tersebut. Adapun judul makalah yang saya angkat
adalah “BERBURUK SANGKA”.

Dalam rangka usaha penyelesaian makalah ini, saya sepenuhnya menyadari


bahwa banyak kesulitan dan kekurangan yang ada dalam makalah ini. Namun saya
juga menyadari, berkat kerja sama serta bantuan dari berbagai pihak akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan.

Akhirnya, saya mengharapkan makalah ini dapat memberi manfaat bagi


pembaca dan kepada saya khususnya. Semoga Allah berkenan menilainya sebagai
amal usaha yang positif. Amin.

Kediri, 4 Maret 2019

Penulis

DENY PUTRA SETYAWAN


NIM : 932221618
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB 1: PEDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


1.2 RUMUSAN MASALAH

BAB 2

PEMBAHASAN

1. Definisi Buruk sangka, Hukum Buruk Sangka


2. Ciri-ciri Buruk sangka
3. Jenis-Jenis buruk sangka

BAB 3

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Al-Qur‟an adalah kitab suci terakhir, pedoman serta petunjuk bagi umat
manusia dalam menghadapi persoalan kehidupan. 1 Para ulama telah menyebutkan
definisi yang khusus bagi al-Qur‟an, yaitu; “Al-Qur‟an adalah kalam Allah Swt yang
diturunkan kepada nabi Muhammad Saw, yang pembacaannya menjadi suatu
ibadah”.1

Ditinjau dari aspek kebahasaan, ayat-ayat al-Qu’an tersusun dengan


kosakata bahasa Arab. Salah satu masalah yang hendak dibahas
dalam al-Qur’an adalah persoalan lafal su’udzan. Kata su’udzan dalam al-Qur‟an
disebutkan dengan beragam bentuk serta ditemukan mempunyai makna yang
beragam pula. Istilah su’udzan dilihat tidak konsisten baik dari segi bentuk maupun
arti. Adapun begitu, pembuatan makalah ini adalah bertujuan memberikan
pembahasan dan pemahaman secara jelas terhadap makna kata su’udzan.

1.2 Rumusan Masalah

1) Apa definisi buruk sangka ?

2) Apa saja ciri-ciri dan jenis-jenis buruk sangka ?

3) Bagaimana hukum buruk sangka ?

1
Ibid.,464
BAB 2

PEMBAHASAN

1. Definisi Buruk Sangka

Buruk sangka adalah lawan dari baik sangka. Disebut buruk sangka adalah
anggapan, pendapat, atau sikap yang bertentangan dengan kebenaran dan kebaikan.
Orang yang berburuk sangka berarti adalah orang yang memiliki angggapan,
pendapat, atau sikap yang buruk terhadap suatu keadaan atau seseorang dimana
keadaan atau seseorang tersebut sesungguhnya menunjukkan hal yang sebaliknya.2

Bila dikatakan seseorang pemimpin itu suka melakukan korupsi maka


perkataan yang demikian inilah yang disebut buruk sangka. Buruk sangka disebut
buruk karena dia adalah prasangkaan buruk. Telah dijelaskan dalam ayat al-Qur’an
yang menyatakan bahwa terhadap prasangkaan saja kita diperintahkan untuk
menjauhi apalagi terhadap buruk sangka.3

2
Imam Nawawi, Terjemah Riyadush Shalihin, Vol 2 (Jakarta : Pustaka Amani, 1994), 463.
3
Ibid,464
Hukum Buruk Sangka

Buruk sangka tidak semata mata buruk secara sosial, tetapi buruk pula secara
agama. Secara social tidak ada yang mengakui bahwa buruk sangka itu baik. Bahkan
orang atheis sekalipun meyakini bahwa buruk sangka merupakan sejenis kejahatan
perasaan yang harus dijauhi dan dihindari oleh semua orang. Secara agama, buruk
sangka juga merupakan keburukan, oleh karena dia merupakan sifat yang
menunjukkan dua jenis penganiayaan, yakni terhadap diri sendiri dan penganiayaan
terhadap orang lain.

Seperti ayat-ayat al-Qur’an berikut ini :

  ‫اس َت ْغ َف ُروا لِ ُذنُوهِبِ ْم َو َم ْن َي ْغ ِف ُر‬ ِ


ْ َ‫ين ِإ َذا َف َعلُ وا فَاح َش ةً َْأو ظَلَ ُم وا َأْن ُف َس ُه ْم ذَ َك ُروا اللَّهَ ف‬
ِ َّ
َ ‫َوالذ‬
ِ ‫الذنُوب ِإال اللَّه ومَل ي‬
)١٣٥( ‫صُّروا َعلَى َما َف َعلُوا َو ُه ْم َي ْعلَ ُمو َن‬ ُْ َُ َ ُّ

Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau


menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap
dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada
Allah ? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka
mengetahui.4 (Surat Al-Imran ayat 135)

Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuanpun tentang itu, mereka


tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan sedang sesungguhnya persangkaan itu
tiada berfaedah sedikitpun terhadap kebenaran.5

4
Kementrian Agama RI, al-Qur'an dan Terjemahannya (Bandung : CV Pustaka Agung Harapan, 2006),
3:135, 84.
5
Ibid.,53:2, 763
Rasulullah SAW bersabda :
ِ ِ
‫والَحَتَ َّس ُس وا َوآلجَتَ َّس ُس ْوا‬، ُ ‫ِإيَّا ُك ْم َوالظَّ َّن فَ ا َّن الظَّ َّن اَ ْك َذ‬
َ ‫ب احْلَ ديث‬
ِ ‫وآلحَت اس ُدوا وآلتَ َدابرواوآلَتبا َغض وا و ُكونُ وا ِعب اد‬
‫اهلل ِإ ْخ َوانً ا (رواه‬ َ َ ْ ْ َ ُ َ َ َُ َ َ َ َ
)‫البخارى‬

Rasulullah SAW bersabda : Hindarilah berprasangka, karena prasangka itu


adalah perkataan yang paling dusta, dan janganlah saling mematai, janganlah saling
menghasut, janganlah saling membenci, janganlah saling putus-memutuskan , dan
jadilah kamu hamba Allah yang bersaudara.

2. Ciri-ciri Buruk Sangka


Buruk sangka merupakan keburukan jiwa. Ia disebut buruk karena jiwa
cenderung kea rah keburukan. Dalam hal ini, jiwa yang dimaksud adalah akal.
Yakni, kecenderungan akal ke arah keburukan, adapun ciri-ciri buruk sangka
sebagai berikut :
1. Tidak didasari atas kebenaran. Ciri ini biasanya berlaku pada
orang-orang yang tidak secara langsung mengetahui atau melihat
sebuah fakta dan biasanya orang-orang ini hanya mengetahui dari
kabar yang dia dengar semata.6
2. Sebelum menyatakan pikiran, anggapan atau pendapat, orang yang
berburuk sangka telah memiliki anggapan yang buruk, sebaliknya

anggapan yang baik akan melahirkan prasangka yang baik.


Sebenarnya satu-satunya makhluk yang dikaruniai Allah
6
Masan al fat, Akidah Akhlak (Semarang: PT Karya Toha Putra,1995),176.
kemampan untuk berpikir, beranggapan, dan berpendapat adalah
manusia. Kemampuan ini merupakan kecerdasan akal atau muncul
dari kekuatan akal. Binatang memang punya beranggapan, tetapi
tidak punya kemampuan untuk berpikir dan berpendapat.
3. Tidak sesuai dengan kenyataan, ini menjadi ciri lain yang penting
apakah sebuah sikap, ucapan, atau perkataan itu merupakan buruk
sangka atau bukan. Sekiranya sebuah sikap ucapan atau perkataan
seseorang itu tidak sesuai dengan kenyataan, maka dia telah
berburuk sangka. Buruk sangka yang demikian disebut juga
dengan istilah tuhmah atau tuduhan, sehingga jelas bahwa
seseorang itu menuduh orang lain atas apa yang tidak diperbuat
oleh orang lain sebagai perbuatannya, maka tuduhan ini menjadi
fitnah. Ketiga hal ini adalah buruk sangka, tuhmah, atau tuduhan
dan fitnah menjadi tiga hal yang saling berkaitan.
4. Didasari oleh pengalaman ciri ini merupakan sebab dari
munculnya buruk sangka ada banyak sebab lagi bagi kemunculan
buruk sangka ketika seseorang memiliki anggapan yang buruk atas
orang lain tersebut berdasarkan pengalamannya. Misal bila suatu
ketika si A membohongi seseorang maka orang itu biasanya akan
menilai A sebagai seorang pembohong. Penilaian orang itu atas si
A mungkin saja tidak benar, sebab setelah peristiwa kebohongan
yang dilakukan si A, dan si A taubat untuk tidak berbohong lagi.
Namun, karena watak setiap manusia memiliki kecenderungan kea
rah keburukan, maka buruk sangka terhadap si A bisa terjadi.7
Keempat ciri yang dipaparkan tersebut merupakan ciri yang
pokok dan penting untuk mengenali apakah sebuah sikap, ucapan,
atau perilaku itu mencerminkan buruk sangka atau bukan.

7
Ibid.,177
Rasulullah SAW bersabda :
ِ ِ
‫والَحَتَ َّس ُس وا َوآلجَتَ َّس ُس ْوا‬، ُ ‫ِإيَّا ُك ْم َوالظَّ َّن فَ ا َّن الظَّ َّن اَ ْك َذ‬
َ ‫ب احْلَ ديث‬
ِ ‫وآلحَت اس ُدوا وآلتَ َدابرواوآلَتبا َغض وا و ُكونُ وا ِعب اد‬
‫اهلل ِإ ْخ َوانً ا (رواه‬ َ َ ْ ْ َ ُ َ َ َُ َ َ َ َ
)‫البخارى‬
Rasulullah SAW bersabda : Hindarilah berprasangka, karena
prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta, dan
janganlah saling mematai, janganlah saling menghasut,
janganlah saling membenci, janganlah saling putus-
memutuskan , dan jadilah kamu hamba Allah yang bersaudara.8

3. Jenis-jenis Buruk Sangka


Jenis-jenis buruk sangka di sini adalah objek yang potensional menjadi
sasaran buruk sangka seseorang ada empat jenis buruk sangka itu, yakni :
1) Buruk sangka terhadap diri sendiri, merupakan sejenis kekurangan
dalam berpikir hingga memandang lemah dan rendah terhadap
kemampuan diri sendiri. Buruk sangka terhadap diri sendiri
merupakan sebentuk kebencian terhadap diri sendiri.9 Disebut
kebencian terhadap diri sendiri sebab seseorang memandang lemah
dan rendah terhadap kemampuan yang dimilikinya, sehingga
kemampuan tersebut yang seharusnya bisa diaktualisasikan menjadi
tertutup sedemikian rupa, sehingga melahirkan bentuk-bentuk

8
Imam Muslim, Shahih Mjuslim, Vol 16 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah), 118-119
9
Al-Hafiz Ibnu Hajar, Terjemahan Bulughul Maram, (Semarang : CV Toha Putra 1995), 198.
kepasrahan yang tidak pada tempatnya, penolakan, dan tidak percaya
diri.
2) Buruk sangka terhadap orang lain merupakan buruk sangka yang lebih
muda untuk dipahami daripada buruk sangka kepada diri sendiri.
Kurang atau lemahnya berpikir, kepentingan tertentu, perasaan
cemburu dan iri, kemarahan, dan hal-hal yang sejenis dengan ini
menjadi penyebab munculnya rasa buruk sangka terhadap orang lain.10
Orang lain di sini bisa menunjukkan anak kepada orang tuam atasan
kepada bawahan, bahkan suatu kelompok terhadap kelimpok yang
lain. Seperti firman Allah SWT berikut :

‫َّص َارى َحىَّت َتتَّبِ َع ِملََّت ُه ْم قُ ْل ِإ َّن ُه َدى اللّ ِه ُه َو اهْلُ َدى َولَِئ ِن‬
َ ‫ود َوالَ الن‬
ُ ‫نك الَْي ُه‬
َ ‫ض ى َع‬
َ ‫َولَن َت ْر‬
ِ َ‫ك ِمن اللّ ِه ِمن ويِل ٍّ والَ ن‬
‫ص ٍري‬ ِ ِ َ ‫اتَّبعت َأهواءهم بع َد الَّ ِذي ج‬
َ َ َ َ َ‫اءك م َن الْع ْل ِم َما ل‬ َ َْ ُ َ ْ َ ْ َ
"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu
mengikuti agama mereka. Katakanlah “sesungguhnya petunjuk Allah
itulah petunjuk (yang benar) dan sesungguhnya jika kamu mengikuti
kemauan mereka setelah pengetahuan dating kepadamu. Maka Allah
tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu."
3) Buruk sangka terhadap keadaan, anggapan terhadap keadaan yang
selalu saja tidak mendukung menjadikan niat perbuatan baik menjadi
sia-sia, misal disebut cuaca mendung mahasiswa banyak yang
membatalkan niat untuk tidak masuk kuliah karena ditakutkan
jatuhnya hujan lebat sementara hujan belum turun, maka
sesungguhnya ini yang dikatakan buruk sangka terhadap keadaan.
4) Buruk sangka terhadap Allah ini terjadi kepada pemeluk agama Islam,
ketika kita merasa bahwa Allah berbuat tidak adil terhadap kehidupan
kita, maka saat itulah kita telah jatuh pada perasaan buruk sangka
10
Al-Hafiz Ibnu Hajar, Terjemahan Bulughul Maram,.199
kepada Allah. Perwujudannya pun menolak untuk melakukan
kewajiban agama Islam dalam hal ini beribadah, karena merasa bahwa
kewajiban agama yang kita lakukan sia-sia, dan merasa bahwa takdir
selalu buruk terhadap kita. Buruk sangka kepada Allah adalah dosa
besar dan mampu membuat seseorang menjadi musyrik, munafik, dan
kafir.11

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Prasangka buruk merupakan pendapat anggapan yang tidak baik mengenai sesuatu
sebelum mengetahui, menyaksikan, atau menyelidiki sendiri. Hal ini sebenarnya
dapat merusak ukhuwah dan tali silaturahim, karena dapat menimbulkan fitnah dan
itu dapat merugikan orang lain. Oleh karena itu, hal ini sangat ditentang dalam Islam.

Allah SWT melarang hamba-hamba-Nya untuk berprasangka buruk dan mencari-cari


kesalahan orang lain. Allah SWT menyuruh hamba-hamba-Nya serta bertaubat atas
segala kesalaham-kesalahan-Nya karena Allah SWT maha menerima taubat lagi
maha penyayang.

3.2. Saran

Dari hadist dan ayat ini kita dapat pelajaran yang bermanfaat diantaranya kita bisa
mengetahui bahwa berprasangka buruk serta mencari-cari kesalahan orang lain
merupakan perbuatan yang sangat dilarang dan dibenci Allah SWT sehingga kita
sebagai orang yang beriman harus bisa menghindari dan menjauhi perbuatan-
perbuatan tersebut agar terhindar dari dosa.

11
Al Hafiz Ibnu Hajar, Terjemahan Bulughul Maram,.199
DAFTAR PUSTAKA

Sohari, dkk. 2006. Hadis Tematik.Jakarta: Diadit Media

Al Fat, Masan 1995. Akidah Akhlak. Semarang: PT.Karya Toha Putra

Arifin,Johar. Jurnal Ushuluddin vol XVII No.1 Januari 2011, (Riau: UIN SUSKA).

Anda mungkin juga menyukai