BERBURUK SANGKA
Oleh :
FAKULTAS TARBIYAH
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan
rahmat dan inayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini
dengan lancar. Seiring dengan itu, Sholawat serta salam semoga terlimpahkan kepada
utusan-Nya, yakni Nabi Muhammad SAW sebagai contoh teladan, mengangkat
manusia dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh dengan pengetahuan.
Penulis
KATA PENGANTAR
BAB 1: PEDAHULUAN
BAB 2
PEMBAHASAN
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
BAB 1
PENDAHULUAN
Al-Qur‟an adalah kitab suci terakhir, pedoman serta petunjuk bagi umat
manusia dalam menghadapi persoalan kehidupan. 1 Para ulama telah menyebutkan
definisi yang khusus bagi al-Qur‟an, yaitu; “Al-Qur‟an adalah kalam Allah Swt yang
diturunkan kepada nabi Muhammad Saw, yang pembacaannya menjadi suatu
ibadah”.1
1
Ibid.,464
BAB 2
PEMBAHASAN
Buruk sangka adalah lawan dari baik sangka. Disebut buruk sangka adalah
anggapan, pendapat, atau sikap yang bertentangan dengan kebenaran dan kebaikan.
Orang yang berburuk sangka berarti adalah orang yang memiliki angggapan,
pendapat, atau sikap yang buruk terhadap suatu keadaan atau seseorang dimana
keadaan atau seseorang tersebut sesungguhnya menunjukkan hal yang sebaliknya.2
2
Imam Nawawi, Terjemah Riyadush Shalihin, Vol 2 (Jakarta : Pustaka Amani, 1994), 463.
3
Ibid,464
Hukum Buruk Sangka
Buruk sangka tidak semata mata buruk secara sosial, tetapi buruk pula secara
agama. Secara social tidak ada yang mengakui bahwa buruk sangka itu baik. Bahkan
orang atheis sekalipun meyakini bahwa buruk sangka merupakan sejenis kejahatan
perasaan yang harus dijauhi dan dihindari oleh semua orang. Secara agama, buruk
sangka juga merupakan keburukan, oleh karena dia merupakan sifat yang
menunjukkan dua jenis penganiayaan, yakni terhadap diri sendiri dan penganiayaan
terhadap orang lain.
4
Kementrian Agama RI, al-Qur'an dan Terjemahannya (Bandung : CV Pustaka Agung Harapan, 2006),
3:135, 84.
5
Ibid.,53:2, 763
Rasulullah SAW bersabda :
ِ ِ
والَحَتَ َّس ُس وا َوآلجَتَ َّس ُس ْوا، ُ ِإيَّا ُك ْم َوالظَّ َّن فَ ا َّن الظَّ َّن اَ ْك َذ
َ ب احْلَ ديث
ِ وآلحَت اس ُدوا وآلتَ َدابرواوآلَتبا َغض وا و ُكونُ وا ِعب اد
اهلل ِإ ْخ َوانً ا (رواه َ َ ْ ْ َ ُ َ َ َُ َ َ َ َ
)البخارى
7
Ibid.,177
Rasulullah SAW bersabda :
ِ ِ
والَحَتَ َّس ُس وا َوآلجَتَ َّس ُس ْوا، ُ ِإيَّا ُك ْم َوالظَّ َّن فَ ا َّن الظَّ َّن اَ ْك َذ
َ ب احْلَ ديث
ِ وآلحَت اس ُدوا وآلتَ َدابرواوآلَتبا َغض وا و ُكونُ وا ِعب اد
اهلل ِإ ْخ َوانً ا (رواه َ َ ْ ْ َ ُ َ َ َُ َ َ َ َ
)البخارى
Rasulullah SAW bersabda : Hindarilah berprasangka, karena
prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta, dan
janganlah saling mematai, janganlah saling menghasut,
janganlah saling membenci, janganlah saling putus-
memutuskan , dan jadilah kamu hamba Allah yang bersaudara.8
8
Imam Muslim, Shahih Mjuslim, Vol 16 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah), 118-119
9
Al-Hafiz Ibnu Hajar, Terjemahan Bulughul Maram, (Semarang : CV Toha Putra 1995), 198.
kepasrahan yang tidak pada tempatnya, penolakan, dan tidak percaya
diri.
2) Buruk sangka terhadap orang lain merupakan buruk sangka yang lebih
muda untuk dipahami daripada buruk sangka kepada diri sendiri.
Kurang atau lemahnya berpikir, kepentingan tertentu, perasaan
cemburu dan iri, kemarahan, dan hal-hal yang sejenis dengan ini
menjadi penyebab munculnya rasa buruk sangka terhadap orang lain.10
Orang lain di sini bisa menunjukkan anak kepada orang tuam atasan
kepada bawahan, bahkan suatu kelompok terhadap kelimpok yang
lain. Seperti firman Allah SWT berikut :
َّص َارى َحىَّت َتتَّبِ َع ِملََّت ُه ْم قُ ْل ِإ َّن ُه َدى اللّ ِه ُه َو اهْلُ َدى َولَِئ ِن
َ ود َوالَ الن
ُ نك الَْي ُه
َ ض ى َع
َ َولَن َت ْر
ِ َك ِمن اللّ ِه ِمن ويِل ٍّ والَ ن
ص ٍري ِ ِ َ اتَّبعت َأهواءهم بع َد الَّ ِذي ج
َ َ َ َ َاءك م َن الْع ْل ِم َما ل َ َْ ُ َ ْ َ ْ َ
"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu
mengikuti agama mereka. Katakanlah “sesungguhnya petunjuk Allah
itulah petunjuk (yang benar) dan sesungguhnya jika kamu mengikuti
kemauan mereka setelah pengetahuan dating kepadamu. Maka Allah
tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu."
3) Buruk sangka terhadap keadaan, anggapan terhadap keadaan yang
selalu saja tidak mendukung menjadikan niat perbuatan baik menjadi
sia-sia, misal disebut cuaca mendung mahasiswa banyak yang
membatalkan niat untuk tidak masuk kuliah karena ditakutkan
jatuhnya hujan lebat sementara hujan belum turun, maka
sesungguhnya ini yang dikatakan buruk sangka terhadap keadaan.
4) Buruk sangka terhadap Allah ini terjadi kepada pemeluk agama Islam,
ketika kita merasa bahwa Allah berbuat tidak adil terhadap kehidupan
kita, maka saat itulah kita telah jatuh pada perasaan buruk sangka
10
Al-Hafiz Ibnu Hajar, Terjemahan Bulughul Maram,.199
kepada Allah. Perwujudannya pun menolak untuk melakukan
kewajiban agama Islam dalam hal ini beribadah, karena merasa bahwa
kewajiban agama yang kita lakukan sia-sia, dan merasa bahwa takdir
selalu buruk terhadap kita. Buruk sangka kepada Allah adalah dosa
besar dan mampu membuat seseorang menjadi musyrik, munafik, dan
kafir.11
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Prasangka buruk merupakan pendapat anggapan yang tidak baik mengenai sesuatu
sebelum mengetahui, menyaksikan, atau menyelidiki sendiri. Hal ini sebenarnya
dapat merusak ukhuwah dan tali silaturahim, karena dapat menimbulkan fitnah dan
itu dapat merugikan orang lain. Oleh karena itu, hal ini sangat ditentang dalam Islam.
3.2. Saran
Dari hadist dan ayat ini kita dapat pelajaran yang bermanfaat diantaranya kita bisa
mengetahui bahwa berprasangka buruk serta mencari-cari kesalahan orang lain
merupakan perbuatan yang sangat dilarang dan dibenci Allah SWT sehingga kita
sebagai orang yang beriman harus bisa menghindari dan menjauhi perbuatan-
perbuatan tersebut agar terhindar dari dosa.
11
Al Hafiz Ibnu Hajar, Terjemahan Bulughul Maram,.199
DAFTAR PUSTAKA
Arifin,Johar. Jurnal Ushuluddin vol XVII No.1 Januari 2011, (Riau: UIN SUSKA).