Anda di halaman 1dari 21

Makalah Agama

TANGGUNG JAWAB MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH

Di Susun

Oleh Kelompok 2:

1. Cindalia Ibcha (13404320026)

2. Dedek Irwanto (13404320029)

3. Dian Marli (13404320034)

4. Dina Arifina (13404320035)

Dosen Pembimbing

Dr. Cut Suryani, M.A

PROGRAM STUDI DIPLOMA (D3) AKADEMI KEPERAWATAN

KESEHATAN DAERAH MILITER (AKPER KESDAM)

ISKANDAR MUDA BANDA ACEH

TA 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat allah swt. Yang mana atas berkat rahmat dan karunia-
Nya lah kita masih diberikan umur dan kesempatan untuk mengerjakan aktifitas
kita sehari-hari, dan kelompok 2 dapat menyelesaikan tugas makalah Agama yang
berjudul “Tanggungjawab Manusia Sebagai Khalifah”.
Dan tidak lupa pula kita sanjung sajikan selawat berbingkaikan salam
kepangkuan nabi besar kita nabi Muhammad saw. Yang mana telah menuntun kita
dari alam kebodohan kealam yang berilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan
pada saat ini.
Kepada ibu Dr. Cut Suryani, M.A kelompok 2 mengucapkan ribuan terima
kasih karena beliau lah yang telah bersusahpaya membimbing dan mendidik kami
untuk mengerjakan tugas makalah ini hingga tugas makalah ini selesai.
Dan buat kelompok-kelompok lain, kelompok 2 juga mengucapkan
terimakasih karena telah mau mendengarkan dan berpartisipasi dalam diskusi ini,
kelompok 2 menyadari bahwasannya pemahaman dan pengetahuan kami masih
belum ada apa-apanya dan dalam penulisan makalah ini mungkn terdapat banyak
kesalahan, kelompok 2 meminta kritik dan saran yang dapat membangun atau
memotivasi kelompok 2 untuk bisa lebih baik lagi karena kelompok 2 masih
dalam proses pembelajaran.

Banda Aceh, 07 Oktober 2020

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................3
A. Latar Belakang..........................................................................................3
B. Rumusan Masalah....................................................................................6
C. Tujuan Penulisan......................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................7
A. Pengertian Tanggungjawab......................................................................7
B. Pengertian Manusia.................................................................................10
C. Pengertian Khalifah.................................................................................11
D. Pengertian Tanggungjawab Manusia Sebagai Khalifah..........................15
E. Ayat Yang Menjelaskan Tanggungjawab Manusia Sebagai Khalifah....15

BAB III PENUTUP...........................................................................................19


A. Simpulan..................................................................................................19
B. Saran .......................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini kehidupan bangsa Indonesia sedang dilanda krisis di berbagai

aspek kehidupan, seperti aspek sosial, ekonomi, budaya, politik, ilmu

pengetahuan, pendidikan dan lain sebagainya. Misalnya saja penyalahgunaan

dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang pada akhirnya memberikan

dampak negatif dalam kehidupan manusia. Terjadinya kriminalitas dalam bidang

pendidikan, keadaan yang demikian tentu jauh dari harapan pendidikan bangsa

ini, yang berusaha membentuk manusia yang beriman dan bertakwa serta

beakhlak mulia.

Untuk mengatasi masalah tersebut di atas maka jalan yang paling tepat

ialah melalui pendidikan. Namun Usaha untuk menciptakan suatu sistem

pendidikan yang dapat memindahkan nilai-nilai kebudayaan yang dikehendaki

belum sepenuhnya dapat mencapai hasil yang maksimal serta memuaskan.

Dengan kata lain, sistem pendidikan yang benarbenar mapan dapat diterima

secara universal, bentuk nilai- nilai falsafi, serta serasi dengan fitrah manusia dan

tatanan masyarakat masih belum ditemui.

Pendidikan Islam sebagai sarana dalam membentuk manusia sebagai

hamba dan khalifah Allah di bumi diharapkan memberikan kontribusi dan

perananannya dalam membantu tercapainya tujuan hidup manusia. Pendidikan

akan dapat terlaksana dengan baik, jelas tujuannya, efektif serta efisien sistem

dan metode yang digunakannya, serta berkesinambungan isi kurikulumnya,

apabila pendidikan dilaksanakan dengan mengacu pada suatu landasan yang kuat.

3
4

Sebagaimana yang telah kita pahami bersama bahwa hakikat pendidikan

adalah humanisasi yaitu “proses transformasi nilai yang memanusiakan

manusia”, maka sanagt penting untuk memahami hakikat manusia sebagai salah

satu landasannya. Konsep dan pandangan akan hakikat manusia yang dianut akan

berimplikasi terhadap konsep dan praktek pendidikan yang diterapkan, baik

dalam pelaksanaannya maupun dalam merumuskan komponenkomponen

pendidikan. Manusia dan pendidikan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisah-

pisahkan. Manusia membutuhkan pendidikan untuk membantu pengembangan

aktualisasi dirinya.

Sebaliknya keberadaan pendidikan tergantung pada keberadaan manusia

itu sendiri. Artinya eksisnya pendidikan karena eksisnya manusia, sehingga dapat

dikatakan bahwa pendidikan mulai eksis saat eksisnya manusia itu sendiri.

Persoalan yang kemudian muncul adalah cara pandang atau konsep manusia yang

digunakan dalam menentukan konsepkonsep lanjutan pada suatu disiplin ilmu

tertentu. Begitu juga apabila menelaah pendidikan, maka setiap aliran, teori atau

sistem pendidikan berakar pada sebuah pandangan falsafah manusia yang

digunakan.

Perbedaan dalam memandang manusia menyebabkan perbedaan dalam

memformulisasikan apa itu pendidikan, dan pada gilirannya akan menentukan

langkah dalam memberikan “treatment” kepadanya. Demikian pula dalam

pendidikan Islam. Manusia adalah bagian dari alam. Asal kejadian ini justru

harus dijadikan pangkal tolak dalam menetapkan pandangan hidup.

Kemudian dalam merumuskan berbagai komponen pendidikan, mulai

dari visi, misi, tujuan, kurikulum, tenaga pendidik, peserta didik, proses belajar

mengajar, kepemimpinan, pengelolaan, dan lingkungan senantiasa bertitik tolak


5

dari pandangan atau pemikiran tentang manusia. Karena itu menentukan tentang

pandangan atau pemikiran tentang manusia ini menjadi amat penting. Corak dari

pandangan atau pemikiran tentang manusia akan menentukan corak pemikiran

tentang berbagai konsep mengenai komponen pendidikan tersebut.

Agama Islam yang diwahyukan kepada Rasullah Muhammad Saw.

mengandung implikasi kependidikan yang bertujuan untuk menjadi rahmat

bagi sekalian alam. Dalam agama Islam terkandung suatu potensi yang

mengacu pada fenomena perkembangan yaitu, potensi psikologi dan

pedagogis yang mempengaruhi manusia untuk menjadi pribadi yang

berkualitas baik dan menyandang derajat mulia melebihi makhluk-

makhluk lainnya dan potensi pengembangan kehidupan manusia sebagai

khalifah di muka bumi, yang dinamis dan kreatif serta responsif terhadap

lingkungan sekitarnya.

Untuk mengaktulaisasikan dan memfungsikan potensi tersebut di

atas diperlukan ikhtiyar kependidikan yang sistematis berencana

berdasarkan pendekatan dan wawasan yang interdisipliner. Pendidikan

Islam sebagai sarana dalam membentuk manusia sebagai hamba dan

khalifah Allah di bumi diharapkan memberikan kontribusi dan

perananannya dalam membantu tercapainya tujuan hidup manusia.

Manusia dan pendidikan merupakan dua hal yang tidak bisa

dipisah-pisahkan. Manusia membutuhkan pendidikan untuk membantu

pengembangan aktualisasi dirinya. Sebaliknya keberadaan pendidikan

tergantung pada keberadaan manusia itu sendiri.


6

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tanggungjawab?
2. Apa yang dimaksud dengan manusia?
3. Apa yang dimaksud dengan dengan khalifah?
4. Apa saja tanggungjawab manusia sebagai khalifah?
5. Ayat apa saja yang menjelaskan tanggungjawab manusia sebagai
khalifah?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi syarat pembelajaran Mata Kuliah Agama
2. Untuk melanjutkan Mata Perkuliahan
3. Untuk menambah pemahaman tentang tanggungjawab manusia
sebagai khalifah
4. Untuk saling mengingatkan tentang pentingnya tugas manusia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tanggung Jawab

Tanggung Jawab memiliki arti yaitu berkewajiban untuk

menanggung dan memikul jawab. Secara sederhananya tanggung jawab

adalah menanggung segala sesuatu yang telah atau sudah terjadi dan

dialami. Tanggung jawab adalah kesadaran diri manusia terhadap semua

tingkah laku dan perbuatan yang disengaja atau pun tidak di sengaja.

Tanggung jawab juga harus berasalah dari dalam hati dan kemauan diri

sendiri atas kewajiban yang harus dipertanggungjawabkan.

Contohnya adalah seorang mahasiswa, memiliki kewajiban untuk

belajar agar mahasiswa itu sendiri dapat bertanggung jawab atas hasilnya

nanti apakah dia akan mendapat nilai A, B, C, D,atau E dan setelah lulus

nanti mahasiswa harus bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri.

Timbulnya tanggung jawab itu karna seseorang bermasyarakat

dengan yang lainnya dan hidup bersama dilingkungan alam. Manusia tidak

boleh dan tidak bisa berbuat semaunya terhadap sesama manusia atau alam

sekitarnya. Manusia harus menciptakan keseimbangan, keselarasan antara

sesama manusia di lingkungan sekitar.

Tanggung Jawab bersifat kodrati yaitu sudah pasti tanggung jawab

itu harus ada didalam diri setiap manusia, bahwa setiap manusia pasti

dibebani dengan rasa tanggung jawab yang besar.

7
8

Apabila ia tidak mau dan tidak bisa bertanggung jawab, maka ada
pihak lain yang harus memaksa tanggung jawab itu. Dengan demikian
tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi yang berbuat
dan dari sisi yang kepentingan pihak lain.
Dari sisi si pembuat ia harus menyadari akibat-akibat perbuatannya
itu dengan demikian ia sendiri juga yang harus merubah ke dalam keadaan
baik. Dari sisi pihak lain apabila si pembuat tidak mau dan tidak bisa
bertanggung jawab, pihak lain yang akan membuat menjadi lebih baik
dengan cara individual ataupun dengan cara kemasyarakat.
Tanggung jawab adalah ciri-ciri manusia yang beradab atau
(berbudaya). Manusia merasa bertanggung jawab karena adanya rasa sadar
dan menyadari akibat baik atau buruk perbuatannya itu dan menyadari
bahwa pihak lain pasti memerlukan pengabdian atau pengorbanannya.
Untuk memperoleh atau meningkatkan kesadaran bertanggung jawab perlu
ditempuh dan diusahakan melalui pendidikan, penyuluhan, keteladanan
dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Manusia itu berjuang adalah memenuhi keperluannya sendiri atau
untuk keperluan pihak lain. Ada 5 macam tanggung jawab yaitu:

1.Tanggung jawab terhadap diri sendiri

Tanggung jawab terhadap diri sendiri adalah sikap kesadaran


setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam
mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi. Dengan demikian
bisa memevahkan masalah-masalah kemanusiaan mengenai dirinya
sendiri.

2.Tanggung jawab terhadap keluarga

Tanggung jawab terhadap keluarga adalah sikap kesadaran yang


tidak untuk individu lagi tetapi sikap kesadaran untuk bertanggung jawab
terhadap beberapa orang (keluarga). Contoh : sikap tanggung jawab
seorang ayah terhadap kehidupan seorang istri dan semua anak-anaknya
9

3.Tanggung jawab terhadap masyarakat

Tanggung jawab terhadap masyarakat adalah sikap manusia disini


merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung
jawab seperti anggota masyarakat yang lain agar dapat melangsungkan
hidupnya dalam masyarakat tersebut.

4.Tanggung jawab terhadap bangsa/negara

Tanggung jawab terhadap bangsa dan negara adalah Suatu sikap


kenyataan bahwa setiap manusia dan setiap individu adalah warga negara
suatu negara. Dalam berpikir, berbuat, bertindak, bertingkah laku manusia
tidak dapat berbuat semaunya sendiri. Bila perbuatan itu salah, maka ia
harus bertanggung jawab kepada negara.

5.Tanggung jawab terhadap Tuhan.

Tanggung jawab terhadap Tuhan adalah suatu sikap kenyataan


setiap umat manusia,setiap perbuatan manusia didunia itu harus
dipertanggung jawabkan nanti di akhirat kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Pengabdian adalah perbuatan dan sikap berupa pikiran dan tenaga


sebagai perwujudan rasa setia,dan menunjukan rasa kasih sayang,hormat
dan dilakukan dengan ikhlas contoh : pengabdian terhadap Agama dan
Tuhan, dan pengabdian terhadap bangsa dan negara kita
Pengorbanan yang berarti berkorban atau memberikan sesuatu
tanpa pamrih dan mengandung rasa ikhlas dan memberikan dengan rasa
tulus.
10

B. Pengertian Manusia
Manusia = Hamba dan khalifah
Di antara dua peran penting manusia adalah sebagai hamba dan
khalifah. Sebagai hamba Allah, posisi manusia adalah sama dengan
makhluk-makhluk lain. Hakikat penghambaan adalah ketundukan dan
ketaatan total kepada Allah. Hamba Allah yang baik senantiasa ingat
bahwa ibadah secara bagus dan istiqamah itulah tujuan penciptaan dirinya.
Sebagaimana dijelaskan dalam Quran Surah Az-Zariyat : 56
َ ِ ‫ت ْٱل ِج َّن َوٱإْل‬
‫ن‬Gِ ‫نس ِإاَّل ِليَ ْعبُدُو‬ ُ ‫َو َما خَ لَ ْق‬

Yang artinya : “aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali


untuk beribadah kepada-Ku”
Selain peran sebagai hamba yang bersifat vertikal, manusia juga
mempunyai peran horizontal, yaitu sebagai khalifah Allah di muka bumi.
Tugas khalifah adalah menjadi wakil Allah untuk mengelola dan
memakmurkan bumi.
Karena Allah telah menyediakan semua yang ada di bumi untuk
kesejahteraan manusia, sudah seharusnya manusia merawat dan
melestarikan segala fasilitas dari Allah sebagai bentuk syukur sekaligus
pelaksanaan peran kekhalifahan.
Kedua peran di atas tidak bisa dibalik. Dengan kata lain,
ketuntasan tugas sebagai hamba akan menentukan keberhasilan tugas
sebagai khalifah. Manusia yang tidak beres menunaikan peran sebagai
hamba mustahil mampu menjalankan peran sebagai khalifah. Sementara
ada manusia yang begitu bagus sebagai hamba saja sering gagal sebagai
khalifah. Menjalankan peran sebagai khalifah sungguh tidak mudah.
Ada sebuah hadits yang artinya “Sebaik-baik manusia adalah yang
paling baik akhlaknya dan paling bermanfaat bagi manusia.” Akhlak baik
terbentuk karena manusia telah menunaikan peran sebagai hamba secara
paripurna. Tegasnya, tidak ada akhlak baik bagi manusia yang tidak mau
11

tunduk dan taat kepada Allah secara total sebagai bukti penghambaan.
Sementara itu, kebermanfaatan diri diperoleh karena manusia
sukses menjalankan peran sebagai khalifah secara sempurna. Tugas
kekhalifahan tidak harus selalu bermakna menjadi pejabat atau pemimpin
politik, melainkan bisa dari lingkup kecil, seperti keluarga. Bahkan,
memimpin diri sendiri agar tetap berada dalam rel kebaikan jelas wujud
pelaksanaan tugas kekhalifahan juga.
Adanya dua peran tersebut secara tidak terpisah menandakan
bahwa Islam tidak menganjurkan umatnya untuk sekadar menjadi shalih
secara individu. Shalih secara sosial dengan cara menjalankan tanggung
jawab keumatan lebih dipuji oleh Islam. Karena itu, seluruh rangkaian
ibadah yang dilakukan manusia pasti berujung pada kebaikan dan
kesejahteraan tatanan hidup umat.
Dalam Muhammadiyah, pelaksanaan peran sebagai hamba dan
khalifah secara padu sudah dimulai sejak KH Ahmad Dahlan satu abad
silam. Muhammadiyah jelas organisasi yang ketat dalam urusan tauhid dan
ibadah.
Namun, dunia telah mengakui, tidak ada organisasi yang memiliki
amal usaha lebih kaya dari Muhammadiyah hingga hari ini. Sangat jelas
bahwa Muhammadiyah tidak hanya gigih mengajak pengikutnya shalih
secara individu, namun juga maju secara sosial. Dan, itulah makna tauhid
fungsional.

C. Pengertian Khalifah
Kata khalifah dalam bentuk tunggal terulang dua kali dalam al-
qur‟an yaitu pertama dalam surah Al-Baqarah ayat 30 :
ٰٓ
ُ ِ‫ض َخلِيفَةً ۖ قَالُ ٓو ۟ا أَتَجْ َع ُل فِيهَا َمن يُ ْف ِس ُد فِيهَا َويَ ْسف‬
‫ك‬ ِ ْ‫َوإِ ْذ قَا َل َربُّكَ لِ ْل َملَئِ َك ِة إِنِّى َجا ِع ٌل فِى ٱأْل َر‬
َ‫ك ۖ قَا َل إِنِّ ٓى أَ ْعلَ ُم َما اَل تَ ْعلَ ُمون‬
َ َ‫ك َونُقَدِّسُ ل‬
َ ‫ٱل ِّد َمٓا َء َونَحْ نُ نُ َسبِّ ُح بِ َح ْم ِد‬
12

Yang artinya : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para


Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di
muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Pengertian khalifah dalam ayat diatas, menurut ar-Razi yang
dikutip oleh. Umar shihab ada dua: pertama Adam sebagai pengganti jin
untuk menempati dunia, setelah jin ditiadakan sebagai penghuni bumi
terdahulu. Kedua Adam adalah penguasa Bumi, sebagai pengganti Allah
dalam menegakkan hukum-hukumnya diatas bumi.

Muhammad Baqir al-Sadar sebagaimana yang dikutip oleh Quraish


Shihab mengemukakan bahawa kekhalifahan yang terkandung dalam ayat
diatas mempunyai tiga unsur yang saing terkait ditambahkan unsur
keempat yang berada diluar, namun dapat menentukan arti kekhalifahan
dalam pandangan al-qur‟an. Ketiga unsur tersebut yaitu:
1. Manusia, yang dalam hal ini dinamai khalifah
2. Alam raya, yang ditunjuk oleh ayat Al-Baqarah sebagai ardh
3. Hubungan antara manusia dan alam dan segala isinya termasuk
manusia

Yang berada diluar digambarkan dengan kata inni ja‟il/inna


ja‟alnaka khalifat, yaitu yang memberi penugasan, yakni Allah swt. dan
yang kedua dalam

Qur’an Surah As-Shad ayat 26

‫ضلَّكَ عَن‬ِ ُ‫ق َواَل تَتَّبِ ِع ْٱلهَ َو ٰى فَي‬ ِّ ‫اس بِ ْٱل َح‬
ِ َّ‫ض فَٱحْ ُكم بَ ْينَ ٱلن‬ َ َ‫ٰيَدَا ُوۥ ُد إِنَّا َج َع ْل ٰن‬
ِ ْ‫ك َخلِيفَةً فِى ٱأْل َر‬
‫ب‬ ۟ ‫ضلُّونَ عَن َسبي ِل ٱهَّلل ِ لَهُ ْم َع َذابٌ َش ِدي ۢ ٌد بما نَس‬
ِ ‫ُوا يَوْ َم ْٱل ِح َسا‬ ِ َ‫َسبِي ِل ٱهَّلل ِ ۚ إِ َّن ٱلَّ ِذينَ ي‬
َِ ِ
13

Yang artinya : “Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu


khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di
antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu,
karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-
orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena
mereka melupakan hari perhitungan.”

Dalam ayat ini khalifah diartikan sebagai pengganti dari orang-


orang yang terdahulu. Ayat yang lain juga menyebutkan dalam Qur’an
Surah Az Zukhruf ayat 60 :

ٰٓ
ِ ْ‫َولَوْ نَ َشٓا ُء لَ َج َع ْلنَا ِمن ُكم َّملَئِ َكةً فِى ٱأْل َر‬
َ‫ض يَ ْخلُفُون‬

Yang artinya : “Dan kalau Kami kehendaki benar-benar Kami


jadikan sebagai gantimu di muka bumi malaikat-malaikat yang turun
temurun.”

Dalam konsep Islam, manusia adalah khalifah yakni sebagai wakil,


pengganti atau duta tuhan di muka bumi.dengan kedudukannya sebagai
khalifah Allah swt dimuka bumi, manusia akan dimintai tanggungjawab
dihadapannya. Tentang bagaimana ia melaksanakan tugas suci
kekhalifahannya.

Oleh sebab itu dalam melaksanakan tanggungjawab itu manusia


dilengkapi dengan berbagai potensi seperti akal pikiran yang memberikan
kemampuan bagi manusia berbuat demikian.

Kata khalifah juga mengandung makna pengganti nabi Muhammad


saw dalam fungsinya sebagai kepala Negara, yaitu pengganti Nabi Saw
dalam jabatan kepala pemerintahan dalam Islam baik urusan agama
maupun dunia. Seperti yang telah di sampaikan di atas, ayat-ayat yang
14

berbicara tentang pengangkatan khalifah dalam Alquran ditujukan kepada


Nabi Adam

Khalifah pertama adalah manusia pertama (Adam) dan ketika itu


belum ada masyarakat manusia, berbeda dengan keadaan pada masa Nabi
Daud. Beliau menjadi khalifah setelah berhasil membunuh Jalut.

Ayat sesungguhnya aku akan mengangkat khalifah di bumi (QS


Al- Baqarah 2:30 menginformasikan juga unsur-unsur kekhalifahan
sekaligus kewajiban sang khalifah. Unsur-unsur tersebut adalah (1) bumi
atau wilayah, (2) khalifah (yang diberi kekuasaan politik atau mandataris),
serta (3) hubungan antara pemilik kekuasaan dengan wilayah, dan
hubungannya dengan pemberi kekuasaan (Allah swt.).

Kekhalifahan itu baru dinilai baik apabila sang khalifah


memperhatikan hubungan-hubungan tersebut. Selain ayat-ayat di atas
terdapat beberapa hadis yang membicarakan tentang khalifah, diantaranya:
Yang artnya : “…Sesungguhnya dunia manis dan hijau, dan
sesungguhnya Allah akan menjadikan kalian sebagai pemimpinnya. maka
(Allah) akan memperhatikan apa yang kalian lakukan, ingat, takutlah
pada dunia, dan takutlah pada wanita…..”

Hadis lain :

Yang artinya : Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:


"Tidak ada seorang pemimpinpun kecuali ia memiliki dua orang teman
karib, seorang teman yang menyuruhnya berbuat kebaikan dan
melarangnya dari perbuatan mungkar, dan seorang teman yang
mengajaknya berbuat kerusakan, maka barangsiapa yang terjaga dari
keburukannya maka ia telah terjaga dan ia termasuk diantara yang
menang diantara keduanya."
15

D. Pengertian Tanggungjawab Manusia Sebagai Khalifah


Manusia adalah mahkluk sentral di Planet ini.selain penciptaannya
yang paling sempurna dan seimbang, mahkluk-mahkluk lain yang ada
seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan diciptakan untuk kepentingannya,
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Hak pemakmuran dan pengelolaan bumi beserta isinya diberikan
kepada manusia sebagai konsekuensi logis atas kesediaannya memangku
amanah Allah.
Alquran dalam ungkapannya yang sederhana namun tegas
menekankan individualitas dan uniknya manusia, dan mempunyai
pandangan yang pasti tentang peran dan nasib manusia sebagai suatu
kesatuan hidup. Adalah akibat dari pandangan bahwa manusia adalah
suatu individualitas yang unik yang menjadikan mustahil bagi indvidu itu
untuk menangung beban orang lain, dan ia hanya berhak menerima buah
atau akibat dari perbuatannya sendiri.
Sebagai seorang khalifah, apa yang dilakukan tidak boleh hanya
untuk kepentingan diri pribadi dan tidak hanya bertanggung jawab pada
diri sendiri saja. Oleh karena itu semua yang dilakukan harus untuk
kebersamaan sesama umat manusia dan hamba Allah, serta pertanggung
jawabannya pada tiga instansi, yaitu:
1. Pertanggung jawaban pada diri sendiri.
2. Pertanggung jawaban pada masyarakat.
3. Pertanggung jawaban pada Allah.

E. Ayat Yang Menjelaskan Tanggungjawab Manusia Sebagai Khalifah


Ada empat sifat manusia yang diterangkan dalam al- qur‟an:
Pertama, bahwa manusia itu adalah mahkluk yang dipilih oleh
tuhan. Dalam Qur’an Surat Tahaa ayat 122
َ ‫ثُ َّم ٱجْ تَ ٰبَهُ َربُّ ۥهُ فَت‬
‫َاب َعلَ ْي ِه َوهَد َٰى‬
16

Yang artinya : “Kemudian Tuhannya memilih dia maka Dia


menerima taubatnya dan memberinya petunjuk.”

Kedua, bahwa manusia dengan segala kelalaiannya diharapkan


supaya menjadi wakil tuhan di bumi (khalifah). Dalam surat al-baqarah
ayat 30:

ٰٓ
ُ ِ‫ض َخلِيفَةً ۖ قَالُ ٓو ۟ا أَتَجْ َع ُل فِيهَا َمن يُ ْف ِس ُد فِيهَا َويَ ْسف‬
‫ك‬ ِ ْ‫ك لِ ْل َملَئِ َك ِة إِنِّى َجا ِع ٌل فِى ٱأْل َر‬ َ ُّ‫َوإِ ْذ قَا َل َرب‬
َ‫ك ۖ قَا َل إِنِّ ٓى أَ ْعلَ ُم َما اَل تَ ْعلَ ُمون‬
َ َ‫ك َونُقَدِّسُ ل‬
َ ‫ٱل ِّد َمٓا َء َونَحْ نُ نُ َسبِّ ُح بِ َح ْم ِد‬
Yang artinya : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para
Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di
muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Dalam tafsir al-Misbah dijelaskan bahwa kata Khalifah pada


mulanya berarti yang menggantikan atau yang datang sesudah siapa yang
datang sebelumnya. Atas dasar ini, ada yang memahami kata khalifah
disini dalam arti yang menggantikan Allah dalam menegakkan kehendak-
Nya dan menerapkan ketetapan-ketetapan-Nya, tetapi bukan karena Allah
tidak mampu atau menjadikan manusia berkedudukan sebagai tuhan,
namun karena Allah bermaksud menguji manusia dan memberinya
penghormatan.
Adalagi yang memahaminya dalam art yang menggantikan
mahkluk lain dalam menghuni bumi ini. Betapapun, ayat ini menunjukkan
bahwa kekhalifahan terdiri dari wewenang yang dianugerahkan Allh swt,
makhluk yang diserahi tugas yakni Adam as dan anak cucunya. Serta
17

wilayah tempat bertugas, yakni bumi yang terhampar ini.

Jika demikian, kekhalifahan mengharuskan mahkluk yang diserahi


tugas itu melaksanakan tugasnya sesuai dengan petunjuk Allah yang
memberinya tugas dan wewenang. Kebijaksanaan yang tidak sesuai
dengan kehendak-Nya adalah pelanggaran terhadap makna dan tugas
kekhalifahan. Dalam Qur’an Surah Al-An’am ayat 165:

ٰٓ
ٍ ‫ْض َد َر ٰ َج‬
‫ت لِّيَ ْبلُ َو ُك ْم فِى َمٓا َءاتَ ٰى ُك ْم‬ َ ْ‫ْض ُك ْم فَو‬
ٍ ‫ق بَع‬ ِ ْ‫ۗ َوهُ َو ٱلَّ ِذى َج َعلَ ُك ْم َخلَئِفَ ٱأْل َر‬
َ ‫ض َو َرفَ َع بَع‬

ِ ‫ك َس ِري ُع ْٱل ِعقَا‬


‫ب َوإِنَّهۥُ لَ َغفُو ٌر َّر ِحي ۢ ٌم‬ َ َّ‫إِ َّن َرب‬

Yang artinya : “Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-


penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas
sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa
yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat
siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.”

Ketiga, bahwa manusia sebagai kepercayaan Tuhan, sekalipun


resikonya besar. Qur’an Surat Al-Ahzab ayat 72:
‫ض َو ْٱل ِجبَا ِل فَأَبَ ْينَ أَن يَحْ ِم ْلنَهَا َوأَ ْشفَ ْقنَ ِم ْنهَا‬
ِ ْ‫ت َوٱأْل َر‬
ِ ‫إِنَّا َع َرضْ نَا ٱأْل َ َمانَةَ َعلَى ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬
‫ظلُو ًما َجهُواًل‬ َ َ‫َو َح َملَهَا ٱإْل ِ ن ٰ َسنُ ۖ إِنَّ ۥهُ َكان‬

Yang artinya : “ Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat


kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk
memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan
dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat
zalim dan amat bodoh,”
18

Keempat, untuk itu manusia kemudian diberi kemampuan untuk


mengetahui semua nama dan konsep benda yang malaikat sendiri tidak
mampu. Karena itu malaikat sujud dan hormat kepadanya.

Dalam Qur’an Surat Al Baqarah ayat 31:


ٓ
‫ؤُٓاَل ِء إِن ُكنتُ ْم‬G َٓ‫ َمٓا ِء ٰه‬G ‫ُٔونِى بِأ َ ْس‬Gُ‫ا َل أَ ۢنبِٔـ‬GGَ‫ ِة فَق‬G‫هُ ْم َعلَى ْٱل َم ٰلَئِ َك‬G ‫ض‬
َ ‫ا ثُ َّم َع َر‬GGَ‫ َمٓا َء ُكلَّه‬G ‫َو َعلَّ َم َءا َد َم ٱأْل َ ْس‬
َٰ
َ‫ص ِدقِين‬
Yang artinya : “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama
(benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para
Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu
jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"

Ayat ini menginformasikan bahwa manusia dianugerahi Allah


potensi untuk mengetahui nama atau fungsi dan karakteristik benda-benda,
misalnya fungsi api, fungsi angin dan sebagainya. Dia juga dianugerahi
potensi untuk berbahasa. Sistem pengajaran bahasa kepada manusia (anak
kecil) bukan dimulai dengan mengajarkan kata kerja, tetapi mengajarnya
terlebih dahulu nama-nama.

Dengan ini jelas bahwa ada empat sifat manusia yang diberikan
kepada manusia, yaitu:
1. Manusia adalah mahkluk terpilih
2. Sebagai khalifah Allah di bumi
3. Diberikan kepercayaan melaksanakan amanat yang semua makhluk
tidak tersedia
4. Manusia diberi kemampuan mengetahui nama semua benda, yang
malaikat pun tidak tahu
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah diuraikan di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa dalam konsep Islam, manusia adalah khalifah yakni
sebagai wakil, pengganti atau duta Tuhan di muka bumi. dengan
kedudukannya sebagai khalifah Allah swt dimuka bumi, manusia akan
dimintai tanggungjawab dihadapannya. Tentang bagaimana ia
melaksanakan tugas suci kekhalifahannya. Oleh sebab itu dalam
melaksanakan tanggungjawab itu manusia dilengkapi dengan berbagai
potensi seperti akal pikiran yang memberikan kemampuan bagi manusia
berbuat demikian.

B. Saran
Berdasakan penjelasan di atas mengenai tanggung jawa manusia sebagai
khalifah, pada bagian ini penulis ingin memberi saran yang sekiranya
dapat berguna bagi kita semua.
1. Pengembangan pemahaman tentang tanggung jawab manusia sebagai
khalifah dapat diperdalam lagi dengan metode studi khusus. Atau
dengan menggunakan media internet (google atau youtube).
2. Untuk media internet, ada baiknya memperhatikan pengarsipan
berita secara tersistematis supaya dengan melalui media online kita
dapat mengemban ilmu yang bermanfaat.

19
DAFTAR PUSTAKA

https://media.neliti.com/media/publications/285121-manusia-sebagai-khalifah-
dalam-persfekti-a463de5e.pdf

http://www.suaramuhammadiyah.id/2019/10/29/manusia-hamba-dan-khalifah/

http://immdakwahpwt.blogspot.com/2011/09/babi-pendahuluan-manusiaadalah-
makhluk.html?m=1

https://www.kompasiana.com/rizkyadiwibowo/553002646ea8345e068b45ae/arti-
sebuah-rasa-tanggung-jawab?page=1

https://www.kompasiana.com/rizkyadiwibowo/553002646ea8345e068b45ae/arti-
sebuah-rasa-tanggung-jawab?page=2

Anda mungkin juga menyukai