Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“Iman dan Pengaruhnya dalam Kehidupan”

OLEH KELOMPOK 4:

Muhammad Ridho Iriantoro 202010330311112


Kania Putri Dewitasari Hadi 202010330311113
Andy Darajat Hidayatullah 202010330311114

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN PENDIDIKAN DOKTER
2021
KATA PENGANTAR

Terlebih dahulu kami mengucapkan Puji Syukur kepada Allah SWT.,


Tuhan Alam Semesta, Tuhan yang telah mengajarkan apa yang tidak diketahui
oleh manusia, dan Tuhan yang menggenggam nyawa setiap insan di dunia. Serta
Selawat dan Taslim tak lupa kami haturkan kepada Baginda Rasulullha SAW.,
seorang Rasul yang diutus kepermukaan bumi ini untuk menjadi pengajar bagi
setiap manusia yang tidak tahu, menjadi pembela bagi setiap manusia yang
tertindas, dan sebagai petunjuk bagi setiap manusia yang tersesat.
Kami menyusun Makalah Al-Islam dan Kemuhammadiyahan dengan
judul Iman dan Pengaruhnya dalam Kehidupan ini, guna menyelesaikan tugas
yang diberikan oleh dosen pengampuh untuk mata kuliah Al-Islam dan
Kemuhammadiyahan II, Dra. Sukanah, M.A.
Dalam penyusunan makalah ini tentunya kami mengalami banyak
kesulitan mulai dari kesulitan mencari sumber refrensi yang benar-benar tepat
dengan kebutuhan kami, sampai dengan kesulitan- kesulitan lainnya. Namun
semua kesulitan itu menjadi tidak berarti lagi, tatkala kami membangun kerjasama
kelompok yang baik, dan tentunya dengan bantuan dari berbagai pihak lainnya.
Maka dari itu kami juga mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak
yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Dan pada akhirnya kami berharap dengan hadirnya makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada kita semua dan utamanya kepada kami, sehingga
dapat menambah wawasan kita khususnya dalam bidang Al-Islam dan
Kemuhammadiyahan.

Malang, 23 April 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................1

DAFTAR ISI....................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................3

A. Latar Belakang.......................................................................................................3

B. Rumusan Masalah..................................................................................................4

C. Tujuan Penulisan....................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................5

A. Hakikat Iman..........................................................................................................5

B. Hubungan Iman, Ilmu, dan Amal...........................................................................6

1. Iman...................................................................................................................6

2. Ilmu....................................................................................................................7

3. Amal...................................................................................................................7

C. Karakteristik dan Sifat Orang Beriman..................................................................8

D. Hal-hal yang dapat Merusak dan Meniadakan Iman.............................................11

1. Syirik................................................................................................................ 11

2. Takabbur atau Sombong................................................................................... 12

3. Khianat............................................................................................................. 12

4. Berbohong........................................................................................................ 13

5. Jaza’................................................................................................................. 13

BAB III PENUTUP......................................................................................................... 15

A. Kesimpulan........................................................................................................... 15

B. Saran..................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 17

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemberitaan di Indonesia akhir-akhir ini banyak menayangkan berita
mengenai Korupsi, yang terasa tiada akhir. Orang-orang yang beragama, berilmu,
dan berpendidikan satu persatu mulai secara rutin berkunjung ke gedung KPK,
entah untuk menjadi saksi untu kasus tertentu, atau bahkan menjadi tersangka.
Belum lagi masalah Korupsi, masalah baru mulai muncul melanda negeri
berpenduduk muslim tersebar ini. Kerusakan remaja akibat pergaulan bebas
semakin membengkak, membuat harapan bangsa terasa akan redup. Padahal
harapan bangsa ada ditangan remaja, setidaknya itu yang dikatakan oleh para ahli.
Dan masalah bencana alam juga merupakan bencana yang terasa menjadi
langganan buat negeri ini. Mulai dari banjir di Jakarta dan Manado, Gunung
meletus di Sumatra dan Kediri, kabut asap di Riau, dan bencana lain yang
menyelimuti negeri ini.
Dengan banyaknya masalah yang menimpah negeri ini, terkadang
membuat sebagian orang tersadar akan sebuah kekuatan yang memiliki kehendak
yang luar biasa, yaitu ALLAH SWT. Sehingga, disamping mereka melakukan
penanggulangan bencana dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, mereka juga
meminta bantuan kepada Sang Pemiliki alam semesta.
Namun, tidak sedikit pula yang tidak menyadarinya, yang memandang
semua bencana ini secara teoritis yang berlebihan sehingga membuat semua Ilmu
Pengertahuan itu sebagai solusi akan bencana ini. Dan membuat mereka lupa akan
suatu kekuatan yang mengenggam semua alam semesta.
Sehingga, tentunya dalam menyikapi setiap bencana ini kita ingin masuk
dalam golongan orang pertama, yang menghadapi bencana tidak dengan teknologi
semata, tapi dengan cara spritual, memimta kepada Allah SWT. Namun, smua itu
akan lebih mudah dilakukan oleh orang-orang tertentu, yang kemudian kita sebut
dengan orang-orang beriman.

3
Maka daripada itu, kami akan memberikan penjelasan mengenai apakah
pengaruh iman dalam kehidupan. Dan kemudian sampai ke pertanyaan mengenai
apa itu iman?, apa hubungan iman, ilmu, dan amal?, untuk menjadi orang beriman
itu, karakteristiknya bagaimana?, dan apa saja yang bisa merusak iman?. Dengan
harapan bahwa terjawabnya semua pertanyaan diatas, kita semua bisa memaknai
kehidupan ini dengan dua sisi, habluminnas dan habluminallah.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang ingin kami
pecahkan yaitu, apa yang dimaksud dengan Iman dan pengaruhnya dalam
kehidupan.

C. Tujuan Penulisan
Merujuk kepada rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin kami capai,
adalah untuk mengetahui tentang apa yang dimaksud Iman dan pengaruhnya
dalam kehidupan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Iman
Menurut definisinya, kata iman berarti membenarkan, mempercayai.
Artinya, membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan dan dibuktikan
dengan perbuatan. Dasarnya adalah hadits riwayat Ibnu Majah dari Ali R.A,
bahwa iman itu ma‟rifat di hati, pengakuan dengan lisan, dan pekerjaan dengan
anggota tubuh.
Ibnu Taimiyah ketika ditanya tentang iman, beliau menjawab: Ucapan
yang disertai dengan perbuatan, diiringi dengan ketulusan niat, dan dilandasi
dengan Sunnah. Sebab, iman itu apabila hanya ucapan tanpa disertai perbuatan
adalah kufur, apabila hanya ucapan dan perbuatan tanpa diiringi ketulusan niat
adalah nifaq, sedang apabila hanya ucapan, perbuatan dan ketulusan niat, tanpa
dilandasi dengan sunnah adalah bid‟ah (Al-Islam, 1999a).
Dari pengertian iman secara syari’at dan hakikat ini, imam Ghazali
membagi iman manusia kepada tiga tingkatan:
Iman tingkat pertama adalah imannya orang-orang awam yaitu imannya
kebanyakan orang yang tidak berilmu. Mereka beriman karena taklid semata.
Sebagai perumpamaan iman tingkat pertama ini, kalau kamu diberi tahu oleh
orang yang sudah kamu uji kebenarannya dan kamu mengenal dia belum pernah
berdusta serta kamu tidak merasa ragu atas ucapannya, maka hatimu akan puas
dan tenang dengan berita orang tadi dengan semata-mata hanya mendengar saja.
Iman yang semacam ini tidak jauh berbeda dengan imannya orang-orang
Yahudi dan Nasrani yang juga merasa tenang dengan hal-hal yang mereka dengar
dari ibu, bapak dan guru-guru mereka. Bedanya adalah mereka memperoleh
ajaran yang salah dari orang tua dan guru-guru mereka, sedangkan orang-orang
Islam mempercayai kebenaran itu bukan karena melihat kebenaran karena
penyaksiannya terhadap Allah, tetapi karena mereka telah diberikan ajaran yang
haq, yang benar.
Selanjutnya iman tingkat kedua yaitu imannya orang-orang ahli Ilmu
Kalam yaitu dimana mereka beriman cukup berdasarkan dalil aqli dan naqli, dan

5
mereka merasa puas dengan itu. Iman tingkat kedua ini tidak jauh berbeda
derajatnya dengan iman tingkat pertama. Sebagai contoh, apabila ada orang yang
mengatakan kepadamu bahwa Zaid itu di rumah, kemudian kamu mendengar
suaranya, maka bertambahlah keyakinanmu, karena suara itu menunjukkan
adanya Zaid di rumah tersebut. Lalu hatinya menetapkan bahwa suara orang
tersebut adalah suara si Zaid.
Iman pada tingkat ini adalah iman yang bercampur baur dengan dalil dan
kesalahan pun juga mungkin terjadi karena mungkin saja ada yang berusaha
menirukan suara tadi, tetapi yang mendengarkan tadi merasa yakin dengan apa
yang telah di dengarnya, karena ia tidak berprasangka buruk sama sekali dan ia
tidak menduga ada maksud penipuan dan peniruan. Jadi imannya orang-orang ahli
ilmu kalam masih terdapat kesalahan dan kekeliruan padanya.
Adapun Iman tingkat ketiga yaitu imannya orang-orang ahli makrifat yang
telah mempelajari tarekat. Mereka beriman kepada Allah dengan pembuktian
melalui penyaksian kepada Allah. Sebagai perumpamaan: Apabila kamu masuk
ke dalam rumah, maka kamu akan melihat dan menyaksikan Zaid itu dengan
pandangan mata kamu. Inilah makrifat yang sebenarnya dan inilah yang dikatakan
iman yang sebenarnya. Karena mereka beriman dengan pembuktian melalui
penyaksian mata hatinya, maka mustahil mereka terperosok ke jurang kesalahan.

B. Hubungan Iman, Ilmu, dan Amal


Ketika membahasa masalah hubungan antara suatu hal dengan hal yang
lainnya, maka tentunya pertama kita harus memahami hal tersebut satu persatu,
agar bisa menemukan kesamaan yang bisa menghubungkan hal-hal tersebut.
Begitu pula dalam mencari hubungan antara Iman, Ilmu, dan Amal.
1. Iman
Seperti yang telah penulis bahas diatas, Iman artinya percaya atau
yakin. Sedangkan menurut istilah Iman adalah membenarkan dan meyakini
dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan dilakukan dengan amal.
Sehingga, iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati kalau Allah
SWT itu ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaan yang melekat

6
kepada-Nya, mengakuinya dengan ikrar secara lisan, dan memwujudkannya
dengan bukti secara amal atau tindakan.
Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman)
sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan diatas. Apabila seseorang
mengaku dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan
dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak
dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur tersebut
merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.
2. Ilmu
Kata ilmu berasal dari kata kerja dalam Bahasa Arab yaitu alima yang
artinya memperoleh hakikat imu, mengetahui, dan yakin. Ilmu, yang dalam
bentuk jamak adalah „ulum, artinya ialah memahami sesuatu dengan
hakikatnya, dan itu berarti keyakinan dan pengetahuan. Dengan keyakinan
inilah manusia melakukan perbuatan amalnya. Jika manusia memiliki ilmu
yang kaya, namun miskin dalam mengamalkannya manak, ilmunya itu sia-sia.
Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus
tentang apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu
dapat disebut sebagai ilmu. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu, banyak
dipengaruhi oleh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu.
3. Amal
Secara bahasa Amal berasal dari Bahasa Arab yang berarti perbuatan
atau tindakan, sedangkan saleh berarti yang baik atau yang patut. Menurut
istilah, amal saleh adalah perbuatan baik yang memberikan manfaat kepada
pelakunya di dunia dan balasan pahala di akhirat. Pengertian amal dalam Islam
adalah setiap amal saleh, atau setiap tindakan kebajikan yang diridhahi Allah
SWT. dengan demikian, amal dalam Islam tidak hanya terbatas pada ibadah
seperti shalat dan puasa semata. Mulai dari berdagang, belajar, bahkan
berpolitik merupakan tindakan amal selama semua itu dijalakan selaras dengan
ridha Allah SWT.
Islam memandang bahwa amal adalah manifestasi keimanan seseorang
kepada Allah SWT. Islam bukan sekedar keyakinan, melainkan amalan saleh
menegaskan prinsip-prinsip keimanan dalam serangkaian aturan-aturan Allah

7
SWT. Sedangkan amal saleh yang dilakukan tampa keimanan kepada Allah
SWT akan tidak bernilai disisi-Nya.
Dari penjelasan diatas mengenai Iman, Ilmu, dan Amal, dapat ditarik
benang merah yang bisa menghubungkan mereka. Sehingga bisa membuktikan
kalau Iman, Ilmu, dan Amal merupakan tiga kesatuan yang utuh yang tida bisa
dipisahkan satu sama yang lainnya.
Beriman yang berarti meyakini kebenaran Allah SWT dan Rasulullah
SAW, harus dijalani dengan penuh ketaatan untuk melaksanakan ajaran Islam.
Untuk menjalankan ajaran Islam, terlebih dahulu kita perlu memahami ajaran
Islam tersebut dengan benar, sehingga tidak menyimpang dari apa yang
dikehendaki Allah dan Rasul-Nya.Sehingga kemudian muncul keterkaitan antara
Iman dan Ilmu yang dimana dengan adanya Ilmu, Iman kita akan lebih mantap,
dan dengan adanya Iman, Ilmu kita bisa lebih terkontrol dan tidak membuat kita
menjadi orang yang sombong akan Ilmu kita.
Sama hal Iman dan Ilmu, Iman dan Amal juga memiliki keterkaitan yang
erat, dimana Amal merupakan wujud dari keimanan seseorang yang dilakukan
dengan penuh hati. Sehingga orang yang beriman harus menjalankan amalan
keislaman, seperti shalat, puasa, haji, zakat, dan lain-lain.
Namun, untuk mejalankan amalan islam, tentunya kita perlu ilmu tentang
ajaran islam tersebut. Sehingga, amalan yang kita lakukan akan berjalan sesuai
dengan hukum yang telah ditetapkan Allah SWT, dan akan menekan yang nama.y
Bid’ah dalam ibadah. Selain itu juga, amalan yang dilandasi dengan ilmu akan
lebih bernilai, begitu pula sebaliknya ketika ilmu itu diamalkan akan lebih bernilai
kepada kita dan orang lain disekitar kita.

C. Karakteristik dan Sifat Orang Beriman


Orang yang beriman kepada Allah swt memiliki ciri ciri tersendiri. Sama
halnya dengan rusa yang diburu tanduknya, gajah yang diincar gadingnya serta
badak yang diambil culanya. Tanpa tanda tersebut, maka hilanglah keindahan
yang dimiliki oleh binatang tersebut.
Begitu pula dengan manusia yang beriman. Dalam Al-Qur an Surah Al-
Anfal ayat 2, dijelaskan tanda-tanda orang yang beriman.

8
‫ت َع َلي ِْه ْم ٰا ٰي ُت ٗه‬ ْ ‫ِا َّن َما ْالم ُْؤ ِم ُن ْو َن الَّ ِذي َْن ِا َذا ُذك َِر هّٰللا ُ َو ِج َل‬
ْ ‫ت قُلُ ْو ُب ُه ْم َوا َِذا ُتلِ َي‬
‫َزادَ ْت ُه ْم ِا ْي َما ًنا وَّ َع ٰلى َرب ِِّه ْم َي َت َو َّكلُ ْو ۙ َن‬
Artinya: “Sesungguhnya orang- orang yang beriman ialah mereka yang
bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-
ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah
mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang
menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.”

Dalam ayat di atas dikatakan bahwa ciri orang yang beriman ialah,
pertama bergetar hatinya, apabila disebut nama Allah. Bagaimana hati manusia
bisa bergetar saat disebut nama Allah? Dalam hidup Allah hanya memberikan satu
hati kepada manusia. Di hati itu terkumpul sejuta rasa. Apa yang mengambil
tempat terbesar di hati, maka itulah yang membuat hati kita bergetar kepada hal
tersebut.
Jadi apabila hati sebagian besar diisi dengan harta, atau diisi dengan
kekuasaan dan jabatan, maka itulah yang akan membuat hati bergetar, sementara
orang yang beriman sebagian besar hatinya diisi oleh Allah, sehingga pabila
disebut nama Allah, maka bergetarlah hatinya.
Realita yang terjadi adalah, manusia terkadang mengetahui kesalahan yang
diperbuatnya dan cenderung merasa takut perbuatannya diketahui oleh sesama
manusia sendiri ketimbang diketahui oleh Allah swt.
Pejabat yang melakukan korupsi lebih takut akan hukuman yang akan ia
timpa ketika di dunia dibandingkan hukuman yang akan ia timpa di akhiran kelak.
Hal ini dikarenakan hati manusia tidak terpengaruh atau tidak tergugah jika nama
Allah disebutkan kepadanya. Mereka berpikiran jika Allah tahu mereja melakukan
korupsi Allah tidak ribut, sedangkan jika manusia yang mengetahuinya, maka
gegernya minta ampun. Beginilah jadinya jika sebagian besar hati hanya diisi
dengan harta dan kekusaan.

9
Yang kedua ciri orang yang beriman ialah, apabila dibacakan kepadanya
ayat-ayat Allah, maka bertambah keimanannya. Ayat seperti apa yang dimaksud?
Ada dua ayat yang dimaksud, yaitu ayat yang diucapkan oleh Allah dan ayat yang
diciptakan Allah melalui alam. Jika ayat ini dibacakan kepadanya, maka
bertambahlah keimanannya.
Laut yang membentang luas dengan ombak yang bergulung-gulung begitu
indah dipandang mata, jikalau laut itu begitu indah, begitu luas, maka bagaimana
dengan yang menciptakan laut? Kita tidak mengagumi laut melainkan mengagumi
yang menciptakan laut.
Manusia sering khatam Al-Qur an membaca ayat-ayat yang diucapkan
Allah, namun pernakah kita membaca ayat-ayat yang terdapat pada alam ciptaan
Allah?
Bumi ini ayat Allah begitu pula dengan bulan dan matahari, itu semua
ialah tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang beriman.
Yang ketiga, ciri-ciri orang beriman ialah dia berserah diri hanya kepada
Allah, berserah diri artinya ialah menyerahkan hasil usahanya kepada Allah,
bukan menyerahkan diri, pasrah terhadap apa saja hasil usahanya kepada Allah.
Tawakkal ialah berserah diri setelah semua yang kita lakukan sudah maksimal.
Kita sudah berusaha sebaik mungkin, mengenai hasil berdoalah kepada Allah.
Yang keempat, ciri-ciri orang yang beriman ialah ia mendirikan shalat.
Mendirikan shalat maksudnya melakukan shalat dengan syarat dan rukunnya
kemudian mengimplementasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari.
Implementasi dari shalat yang dimaksudkan ialah dengan sikap dan
perbuatan. Manusia akan dipertanyakan shalatnya jika dalam hidup hanya bisa
mencuri harta orang lain. Seusai shalat sifat tamaknya jalan lagi. Bukan shalat
seperti ini yang dimaksud. Shalat tidak semata-mata menyembah Allah tanpa ada
maksud lain dari hal tersebut. Dirikanlah shalat sehingga shalat itu dapat
membekas dalam kehidupan sehari-hari.
Yang kelima, orang yang beriman ialah orang yang menginfakkan
sebagian hartanya di jalan Allah. Harta dan segalanya yang kita miliki
sesungghunya bukan milik kita sebenarnya. Namun, bagi manusia yang beriman

10
harta bisa menjadi milik manusia seutuhnya yaitu dengan menginfakkan hartanya
di jalan Allah.
Harta yang ada di bank, uang yang ada di dompet hanya bersifat
sementara, besok-besok pindah lagi ke tangan orang lain, namun harta yang kita
belanjakan ke jalan Allah, maka itulah harta kita yang sebenarnya. Mari kita
renungkan bersama, berapa banyakkah kekayaan kita yang sesungguhnya?

D. Hal-hal yang dapat Merusak dan Meniadakan Iman


Pada dasarnya hal yang dapat merusak iman adalah segala hal yang
menjadi larangan Allah SWT. Karena iman merupakan wujud keyakinan kita
kepada Allah, sehingga ketika kita melakukan sesuatu yang menjadi larangan
Allah maka keyakinan kita akan Allah itu dapat berkurang atau diragukan.
Namun, pada Makalah kami ini kami akan menjabarkan beberapa larangan
Allah yang umum dilakukan manusia dan hal tersebut dapat merusak iman kita
terhadap Allah.
1. Syirik
Syirik secara etimologi berarti menyekutukan atau menyamakan, dan
secara terminologi berarti menyamakan selain Allah dengan Allah dalam hal-
hal yang merupakan kekhususan Allah, misalnya berdoa kepada selain Allah di
samping berdoa kepada Allah, mempersembahkan ibadah kepada selain Allah.
Selain itu syirik merupakan induk dari segala dosa besar, sebagaimana
yang dijelaskan Allah dalam firman-Nya, Q.S An-Nisa: 48:
ْ‫ك ِبهٖ َو َي ْغ ِف ُر َما ُد ْو َن ٰذل َِك لِ َمنْ َّي َش ۤا ُء ۚ َو َمنْ ُّي ْش ِرك‬ ‫هّٰللا‬
َ ‫اِنَّ َ اَل َي ْغ ِف ُر اَنْ ُّي ْش َر‬
‫ِباهّٰلل ِ َف َق ِد ا ْف َت ٰ ٓرى ا ِْثمًا َعظِ ْيمًا‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan

Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa
yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah,
Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.”

11
2. Takabbur atau Sombong
Lawan dari sikap tawadhu‟ adalah takbur atau sombong, yaitu sikap
yang menganggap diri lebih dan meremehkan orang lain. Karena sikapnya
itu orang sombong akan menolak kebenaran, kalau kebenaran itu datang dari
orang yang dianggap statusnya lebih rendah darinya.
Sifat sombong adalah warisan dari Iblis yag menolak Allah SWT. untuk
bersujud kepada Adam As. Karena Iblis mengklaim karena dirinya lebih mulia
dari Adam, karena Adam diciptakan dari tanah sedangkan Iblis diciptakan api.
Sebagaimana firman Allah dalam Q.S Al-Baqarah: 34 yang artinya:

“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat:

"Sujudlah kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia


enggan dan takabur dan adalah ia Termasuk golongan orang-orang
yang
kafir.”
Karena kesombongannya itulah Iblis dikutuk oleh Allah SWT, dan
karena kesombongannya itu pula dia tidak berniat untuk meminta ampun
kepada Allah SWT. Oleh sebab itu para ulama mengatakan sifat sombong
adalah induk dosa-dosa.
3. Khianat
Lawan dari amanah adalah khianat, yang merupakan sebuah sifat yang
sangat tercela. Sifat khianat adalah sifat kaum munafik yang sangat dibenci
oleh Allah SWT, apalagi kalau yang dikhiantinya adalah Allah dan Rasul-Nya.
Oleh sebab itu Allah melarang orang-orang beriman untuk mengkhianati Allah,
Rasul dan amanh mereka sendiri, sebagaimana Firman-Nya dalam Q.S. Al-
Anfal: 27:

‫ٰ ٓيا َ ُّي َها الَّ ِذي َْن ٰا َم ُن ْوا اَل َت ُخ ْو ُنوا هّٰللا َ َوالرَّ س ُْو َل َو َت ُخ ْو ُن ْٓوا اَ ٰم ٰن ِت ُك ْم َواَ ْن ُت ْم َتعْ َلم ُْو َن‬
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu
mengkhianati Allah dan Rasul dan (juga) janganlah kamu mengkhianati
amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.”

12
4. Berbohong

Sifat bohong adalah sifat yang tercela yang merupakan kebalikan dari
shidiq. Rasulullah SAW. menyatakan, (mestinya) mukmin tidak mungkin jadi
pembohong. Rasulullah ditanya oleh para sahabat “apakah ada orag mukmin
yang penakut? Nabi bersabda: “Ada”. Beliau ditanya lagi: “apakah ada orang
mukmin yang kikir? Nabi menjawab “Ada”. Kemudian ditanya lagi: “Apakah
ada orang mukmin yang pembohong? Nabi menjawab: “Tidak Ada”.
(HR. Malik)
Seorang mukmin harus menjauhi segala menjauhi segala bentuk
kebohongan, baik dalam bentuk pengkhianatan, mungkir janji, kesaksian palsu,
fitnah, gunjing atau bentuk-bentuk lainnya.
5. Jaza’
Lawan dari sifat sabar adalah jaza‟ yang berarti gelisah, sedih, keluh
kesah, cemas, dan putus asa. Sebagaimana dalam firman Allah, dalam Q.S
Ibrahim: 21 dan Q.S. Al-Ma’arij: 19-22 yang artinya:
“....sama saja bagi kita, Apakah kita mengeluh ataukah
bersabar. sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan
diri".

13
Artinya: “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi

kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia


mendapat kebaikan ia Amat kikir”.
Ketidaksabaran dengan segala bentuknya adalah sifat yang tercela.
Orang yang dihinggapi sifat ini, bila menghadapi hambatan dan mengalami
kegagalan akan mudah goyah, berputus asa dan mundur dari medan
perjuangan.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam menjalani kehidupan di dunia yang fana ini, kita perlu menyadari
akan sebuah kekuatan yang tidak akan pernah bisa kita kalahkan, yaitu kekuatan
Allah SWT. Sehingga dalam kehidupan ini kita tidak bisa terlepas dari yang
namanya Allah, yang merupakan hal mutlak dalam hidup kita. Namun, hal ini
tidak akan bisa disadari oleh orang-orang yang tidak percaya, atau tidak yakin
akan Allah, yang kemudian kita sebut debagai orang yang tidak beriman.
Orang yang beriman adalah orang yang percaya dan yakin akan Allah
SWT. Baik yakin akan keberadaan Allah, akan ajaran Allah, maupun yakin akan
wahyu yang diturunkan-Nya. Namun, keyakinan kita atau iman kita tentunya
tidak hanya diyakini dengan hati, namun juga diikrarkan dengan lisan dan
wujudkan dengan tindakan amal saleh. Sehingga, keimanan itu tidak menjadi hal
yang tinggal dihati semata.
Untuk mewujudkan keimanan, kita perlu yang namanya ilmu dan amal,
yang kemudian mengikat iman, ilmu, dan amal dalam satu kesatuan yang utuh.
Yang dimana untuk menajalni keimanan dalam bentuk ajaran Islam, kita butuh
ilmu akan ajaran tersebut. Yang kemudian kita wujudkan dalam bentuk amal saleh
dalam kehidupan kita. Ketika kita bisa mewujudkan Iman dalam bentuk tindakan
amal saleh, maka disinilah letak dari hakikat sebuah iman, yang kemudian bisa
menuntun kehidupan kita ke arah yang diridhahi Allah SWT.

B. Saran
Ketika kita mampu untuk mewujudkan keimanan dalam kehidupan kita,
maka hidup ini akan lebih berarti untuk orang lain, maupun untuk diri kita sendiri.
Namun, untuk mewujudkan itu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan,
karena akan ada hal-hal yang kemudian bisa merusak bahkan meniadakan iman.
Sehingga, untuk menghindari hal tersebut, penulis akan memberikan beberapa
saran agar bisa mempertahankan iman kita, antara lain:

15
1. Menjalankan segala perintah Allah, baik yang wajib seperti shalat,
puasa ramadhan, dan zakat, maupun yang sunnah seperti puasa senin-
kamis.
2. Menjauhi segala yang menjadi larangan Allah SWT.
3. Menjalankan semua amalan saleh dengan benar baik secara ilmu
maupun secara pelaksanaannya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Fathoni, Ahmad. Dkk. 2012. Al-Islam dan Kemuhammadiyahan II Aqidah dan


Ibadah. Malang: UMM Press.

Budianto, Elham. 2013. Iman, Ilmu, dan Amal. [Online]. Ditulis dala:
http://prezi.com/l5te-mpd5xxm/iman-ilmu-dan-amal/. Diakses pada 7
Maret 2014.

____________. 2012. Hakikat Iman. [Online]. Ditulis


dalam:http://sufiroad.blogspot.com/2012/09/hakikat-iman.html. Diakses
pada 7 Maret 2014.

____________. 2013. Ciri-ciri Orang Beriman. [Online]. Ditulis dala:


http://www.islamnyamuslim.com/2013/06/ciri-ciri-orang-
beriman.html?m=1. Diakses pada 7 Maret 2014.

17

Anda mungkin juga menyukai