Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MANUSIA DAN KEHIDUPAN

DISUSUN OLEH :

1. ERY ANGREYNI
2. FERDI

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN


MUHAMMADIYAH PONTIANAK
PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi
para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah
isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh
karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Hakikat Manusia Dalam Pandangan Islam ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah Al Islam dan Kemuhammadiyahan. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Manusia dan Kehidupan
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Fathul Khair,S.Sos.I.,M.Pd
selaku dosen mata kuliah Al Islam dan Kemuhammadiyahan yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Pontianak,13 september 2019


Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang sempurna karena ia mempunyai jasad
(fisik) yang indah dan dilengkapi dengan jiwa/ruh (psikhis). Kesempurnaan
manusia ini dapat dilihat dari fungsi yang menyatu antara jasad dan ruh dalam
tubuh manusia. sebagai contoh mari kita lihat penyatuan jasad dan ruh dari fungsi
panca indra kulit. Kulit bila di cubit akan menimbulkan rasa sakit, sakit yang
dirasakan ternyata merupakan sesuatu yang dirasakan oleh jasad dan ruh. Karena,
bila ditelaah lebih dalam siapakah yang merasa sakit jasad atau ruh saja. Jasad
tanpa ruh dapat kita lihat pada manusia yang telah mengalami kematian dan orang
yang mati bila dicubit maka ia tidak akan merasakan apa-apa karena organ-organ
tubuhnya telah mati rasa. Begitu pula pada ruh, ruh tanpa jasad tidak dapat
dicubit, karena ruh itu ghaib dan tidak kasat mata. Namun Allah Swt.
menciptakan rasa sakit dalam hidup manusia bila ia dicubit. Ternyata rasa sakit
pada panca indera kulit bila dicubit adalah rasa yang timbul dari penyatuan antara
jasad dan ruh di dalam tubuh manusia. Manusia dikaruniai Allah suatu kualitas
keutamaan yang membedakan kualitas dirinya dengan makhluk lain. Dengan
keutamaan itu manusia, berhak mendapatkan penghormatan dari pada makhluk
lain. Sebagai makhluk utama dan ciptaan terbaik Tuhan, serta dengan bekal
kemampuan yang dimiliki, manusia diberi tugas sebagai khalifatullah fil ard,
yakni menjadi wakil Allah (Baharuddin, 2007) di muka bumi. Agar mampu
menyelesaikn tugasnya di muka bumi sebaga khalifah manusia diberi
keistimewaan dan potensi yang telah tergambar dalam kisah perjalanannya
menuju tempat tugasnya. Keistimewaannya inilah yang dalam istilah Islam
disebut sebagai fitrah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perjalanan Hidup Manusia dari Alam Ruh hingga Akhirat ?
2. Bagaimana Ragam Orientasi Hidup Manusia ?
3. Apa saja Tujuan dan Fungsi Penciptaan Manusia ?
4. Bagaimana Hidup Sukses dalam Pandangan Al-Qur’an ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Perjalanan Hidup Manusia dari Alam Ruh hingga
Akhirat
2. Untuk mengetahui Ragam Orientasi Hidup Manusia
3. Untuk mengetahui Tujuan dan Fungsi Penciptaan Manusia
4. Untuk Mengetahui Hidup Sukses dalam Pandangan Al-Qur’an
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perjalanan Hidup Manusia dari Alam Ruh hingga Akhirat


Kehidupan manusia merupakan perjalanan panjang, melelahkan, penuh liku-
liku, dan melalui tahapan demi tahapan. Berawal dari alam ruh, alam rahim, alam
dunia, alam kubur sampai pada alam akhirat yang berujung pada tempat
persinggahan terakhir bagi manusia, surga atau neraka. Al-Qur’an dan Sunnah
telah menceritakan setiap fase dari perjalanan panjang manusia itu. Al-Qur’an
diturunkan Allah swt. kepada Nabi Muhammad saw berfungsi untuk memberikan
pedoman bagi umat manusia tentang perjalanan (rihlah) tersebut. Suatu rihlah
panjang yang akan dilalui oleh setiap manusia, tanpa kecuali. Manusia yang
diciptakan Allah swt. dari tidak ada menjadi ada akan terus mengalami proses
panjang sesuai rencana yang telah ditetapkan Allah swt.
1. Alam Ruh
Allah SWT hanya meridhoi sedikit ummat manusia di dunia untuk dapat
mengetahui sedikit pengetahuan tetang alam roh, tempat dimana untuk
menempatkan roh manusia dan mahluk ciptaan Allah, sebelum diturunkan ke
dunia . Di dalam Al Quran dinyatakan bahwa roh itu merupakan urusan Allah,
dan manusia tidak diberi pengetahuan tentang roh kecuali hanya sedikit. Ia
hanyalah sebagian kecil dari rahasia Allah yang telah ditetapkan Allah ke dalam
manusia dari alam surgawi : (QS. Sa d: 72 )
Atas berkat rahmat dari Allah SWT, yang dijembatani oleh seluruh para
Rasul Allah serta jajaran para Malaikat-Nya, sesungguhnya 500 tahun sebelum
umat manusia diturunkan ke alam dunia, Allah telah menempatkan roh umat
manusia itu disuatu tempat yang sangat mulia yaitu di sebuah naungan yang
bernama Pohon Salsabila, pada setiap daun pohon tersebut tertulis catatan riwayat
perjalanan setiap umat manusia. Dimana pohon salsabila tumbuh pada sumber
Mata Air Surga. Pada tahapan ini roh umat manusia telah bersaksi kepada Allah
SWT, dimana tetang hal ini dijelaskan dalam Al-qur’an surat Al-A'raf ayat 173:
Dan ( ingatlah ), ketika Robb mu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka.

Dalam membahas tentang alam ruh ini, kita mulai dengan mentadabburi
firman Allah sebagai berikut:

"Dan mereka kelak akan bertanya kepadamu


(Muhammad) tentang ruh. Katakanlah: "Ruh itu termasuk urusan Tuhanku,
dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (Q.S. al-Isra
[17]: 85)
"Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah
meniupkan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu
kepada-Nya dengan bersujud." (Q.S. al-Hijr [15:29).
Adapun yang dimaksud dengan sujud pada ayat di atas bukan
menyembah, atau sujud seperti halnya dalam shalat, tetapi sebagai
penghormatan kepada Allah . Ayat di atas persis diulang kembali pada
surah Shaad [38]: ayat 72.
.
2. Alam Rahim
Di dalam proses Alam Rahim Allah SWT, memulai memproses bentuk manusia
ke dalam tiga tahapan sesuai penjelasan dalam Al Qur’an surat Az-Zumar, ayat 6
"Dia menjadikan kamu dari diri yang satu (Adam) kemudian darinya Dia jadikan
pasangan dan Dia menjadikan delapan pasang hewan ternak untukmu, Dia
menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga
kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Robb kamu, Robb yang
mempunyai kerajaan. Tidak ada Robb (yang berhak disembah) selain Dia; maka
mengapa kamu dapat dipalingkan ? " . Proses penciptaan manusia di dalam Rahim
dijelaskan dalam Al Qur’an surat Al-Mu'minun ayat 12,13,14. ''Dan,
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah. Kemudian, Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kokoh (rahim). Kemudian, air mani itu Kami jadikan segumpal
darah. Lalu, segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging dan segumpal
daging itu Kami jadikan tulang belulang. Lalu, tulang belulang itu Kami bungkus
daging. Kemudian, Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain sifat dan
keadaannya " . Setelah melalui tahapan NUTFAH (air mani) - ALAQOH
(segumpal darah) kemudian Allah SWT memerintahkan Malaikat-Nya untuk
menempatkan Roh ke dalam tahapan MUDHGAHAH (segumpal daging), tetang
hal ini dijelaskan dalam Al Quran surat SAJADAH
ayat 9, 􀍞Kemudian dibentukNya (janin dalam rahim) dan ditiupkan ke
dalamnya sebagian
dari roh Nya 􀍞. Catatan yang berada didaun SALSABILA disertakan
bersamaan dengan ditiupkannya roh umat manusia tersebut, dimana isi
catatan tersebut meliputi Qodar Laki-laki
atau Perempuan atau campuran keduanya, Umur, Rezeki, Jodoh,

Diciptakan melalui kehamilan dengan adanya ayah secara biologis


semata (penciptaan manusia selain Adam, Hawa dan Isa di atas), adalah
Surat al-Mukminun (23) ayat 12-14 (tentang proses reproduksl manusia
lewat rahim ibu).
Artinya: 12) Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari
suatu saripati (berasal) dari tanah. 13) Kemudian Kami jadikan saripati
itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). 14)
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal
darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu
Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus
dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk)
lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik. (Q.S. an-
Nisa (4)ayat 11) Ayat-ayat tersebut diatas menjelaskan asal kejadian
manusia dalam pandangan Al- Qur`an
3. Alam Dunia
Setelah proses alam rahim dilalui kemudian catatan kehidupan di alam dunia
mulai dilaksanakan, diantaranya catatan kelahiran umat manusia tersebut ketika
terlahir ke dunia si jabang bayi menangis histeris dikarenakan dia ingat akan
ikrarnya dihadapan Allah SWT harus berusaha atau bersusah payah untuk
memulai menjalani proses pilihan jalur dalam kehidupannya. Ketika dia terlahir
dalam lingkungan keluarga yang beriman, taat dan bertaqwa kepada Allah SWT
maka dia akan bersyukur karena memiliki jalan untuk bekal atau modal sehingga
tidak merasa berat dalam menjalani kehidupan dialam dunia. Namun ketika dia
terlahir diluar lingkungan yang beriman maka dia akan sangat sedih sekali karena
akan bersusah payah untuk mendapatkan jalur untuk mencapai ridho Allah SWT.
Terlahir didalam atau diluar lingkungan yang beriman sesungguhnya itu kembali
kepada masing-masing umat manusia itu sendiri bagaimana menjalani alam
kehidupan dunia ini. Tahapan selanjutnya mulailah umat manusia ini merasakan
pahit manisnya perjalanan kehidupan dialam dunia, mulai dari tahapan bayi - anak
kecil – dewasa (Baligh) - Pemuda/Pemudi - Menemukan Jodohnya - Berkeluarga
- dan menjadi Tua. Takdir ajal tiba sebagian datang diakhir tuanya sebagian lagi
dimasa-masa tahapan perjalanan hidup menuju tuanya dengan cara atau jalan
sesuai yang sudah tercatat dalam daun yang tumbuh dialam pohon di Louh
Mahfuz, ketika daun yang melekat di pohon naungan tersebut jatuh, maka telah
tiba waktu ajalnya umat manusia tersebut dalam menjalani proses alam dunia ini.
Alam dunia terbagi ke dalam dua bagian, yaitu alam nyata/manusia dan alam
halus/ghoib. Alam ghoib pun terbagi ke dalam dua bagian yaitu Alam Jin dan
Alam Arwah manusia yang belum diterima disisi Allah SWT. Umat manusia
dengan bangsa halusan keduanya hidup berdampingan atas ijin dan ridho Allah
SWT, mereka bisa saling berinteraksi secara tidak langsung. Inilah proses terberat
umat manusia dalam memilih jalur yang sesuai ridho Allah SWt dikarenakan di
dalam diri setiap umat manusia telah dimodali unsur baik (Positif) dan unsur
buruk (Negatif), dimana dua unsur ini dijadikan bahan ujian dalam menjalani
kehidupan dialam dunia, mampukah umat manusia menyelaraskannya sehingga
bisa mengarungi kehidupan alam dunia ini dengan baik sesuai ridho Allah SWT.
Sesuai ilustrasi gambaran diatas yang dibuat atas berkat rahmat dari Allah SWT,
yang dijembatani oleh seluruh para Rosul Allah SWT beserta jajarannya terkait
dengan risalah milik Allah SWT menjelang akhir jaman.
4. Alam Kubur
Pada tahapan ketika umat manusia telah tiba waktu ajalnya dan kemudian masuk
ke Alam Kubur maka didalam tahapan ini umat ini akan mendapat 9 pertanyaan
Alam Kubur. Apabila pada setiap pertanyaan tidak bisa menjawab maka umat itu
akan mendapat siksa kubur yang sangat pedih sampai dimatikan kembali dan
kemudian dihidupkan kembali, begitu terus sampai 9 kali. Apabila pertanyaan
Malaikat Munkar & Nakir tidak bisa terjawab maka diserahkan kepada Malaikat
penjaga Neraka untuk dimasukan ke dalam Neraka, dimana penentuan lapisannya
ditentukan oleh point amal perbuatannya selama dialam dunia, setelah melalui
proses Alam Neraka kemudian umat tersebut harus melanjutkan proses berikutnya
yaitu melakukan perjalanan menuju Alam Penantian, sebuah tempat dimana
berkumpulnya umat manusia sebelum masuk ke Alam Surga. Hal ini ada akibat
point amalnya tidak cukup untuk menempati Surga. Penjelasan mengenai tanda
atau ciri-ciri umat Manusia yang masuk ke Alam Neraka dan Alam Surga
sesungguhnya sudah dijelaskan dalam Al-Quran secara rinci. Di dalam Al-Quran
dijelaskan terdapat masing-masing 8 (delapan) baris atau kelompok atau golongan
yang bisa memasuki lapisan Neraka atau lapisan Surga sesuai ukuran atau takaran
point amal baik dan buruk yang didapatkannya selama di alam dunia.
5. Alam Akhirat
Allah SWT hanya meridhoi sedikit umat manusia di dunia untuk dapat
mengetahui sedikit pengetahuan tentang Alam Akhirat. Atas berkat rahmat
Allah SWT yang dijembatani oleh seluruh para Rasul Allah SWT dan
seluruh jajarannya yang terkait dengan risalah milik Allah SWT menjelang
akhir jaman.

B. Ragam Orientasi hidup manusia


Hidup di dunia ini tidak berjalan lurus dan abadi. Allah menciptakan kehidupan
penuh dengan warna-warni yang pasti dirasakan oleh setiap manusia. Ada rasa
sedih dan duka, ada pula rasa senang dan gembira yang mewarnai hidup manusia
silih berganti. Tak ada yang tetap. Dari waktu ke waktu pasti lambat laun terus
mengalami perubahan. Kalau diperhatikan orientasi dunia dan akhirat manusia
maka akan terbagi menjadi tiga kelompok besar :
1. Pertama
Kelompok yang menganggap bahwa hidup ini hanya satu kali. Oleh
karena itu mereka beranggapan bahwa hidup ini harus dinikmati
sepuas-puasnya. Mereka tidak meyakini ada kehidupan sesudah mati.
Bila nyawa sudah tak lagi berada di raga, maka berakhirlah dan tak ada
kelanjutannya. Demikian yang termaktub dalam Al Qur’an Surat Al
Jatsiyah : 24.
2. Kedua
Kelompok yang memburu dunia dengan meninggalkan akhirat,
padahal mereka tahu ada kehidupan setelah mati. Akhirnya yang
didapat hanyalah kesia-siaan. Sebab dunia tidak berlaku abadi, pada
akhirnya semua akan musnah. Dunia yang dikejar tak dapat, akhirat
yang ditinggalkan pun hilang begitu saja. Mereka tak memperoleh apa-
apa
3. Ketiga
Kelompok yang menjadikan dunia sebagai sawah ladang untuk
bercocok tanam dan hasilnya akan dinikmati di akhirat nanti. Mereka
beranggapan bahwa dunia hanyalah sebagai tempat persinggahan.
Segalanya akan kembali dan abadi di alam akhirat (QS. Al An’am :
32).
Oleh karena itu hidup di dunia tidak boleh disia-siakan. Untuk menikmati hasil di
akhirat harus melalui dunia sebagai sawah ladangnya. Nah, termasuk kelompok
yang manakah kita? Pada hakekatnya, hidup di dunia ini hanyalah sebuah antrian
panjang menuju pada kehidupan akhirat yang abadi. Sedangkan akhirat hanya bisa
dicapai melalui pintu kematian. Namun jenis antrian yang satu ini saya yakin, tak
ada seorangpun yang senang mendapat gilirannya. Bahkan kalau mungkin
dihindari sejauh-jauhnya. Bagaimanapun, ajal tak akan pernah bisa dihindari,
sebab waktunya telah ditetapkan Allah dan tak bisa diubah lagi. Kita ini hanyalah
sekelompok manusia yang sedang mengalami antrian panjang. Menunggu saatnya
berada di barisan terdepan. Yang lebih dulu dipanggil bukan mereka yang sudah
tua usia. Banyak orang muda segar bugar malah mendahului yang tua. Bahkan
bayi yang baru lahir malah berangkat lebih dahulu. Sedangkan manusia tidak tahu
sudah di baris terdepan atau di barisan yang keberapa. Tak ada yang mengetahui
waktu kematian seseorang selain Allah.
Allah berfirman :
“...Setiap yang berjiwa pasti merasakan mati...” (QS. Ali Imran : 185)
Demikian pula dengan dunia beserta seluruh isinya, planet-planet dan seluruh
semesta yang telah diciptakan Allah tak ada yang kekal. Semuanya pasti
mengalami kehancuran, pada saatnya akan musnah.
Firman Allah :
“Segenap apa yang dibumi akan musnah, sedangkan Dzat Tuhanmu akan tetap
kekal selamanya. Yang penuh dengan Kebesaran dan Kemuliaan” (QS. Ar
Rahman : 26-27). Ketika orang meninggal dunia maka putuslah semua amalnya,
kecuali tiga hal yaitu amal jariyah atau amal kebaikan yang dikerjakan selama
hidup, ilmu yang bermanfaat, yang dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat dan
anak yang sholeh, yang selalu mendoakan kedua orangtuanya. Hanya tiga itulah
yang pahalanya selalu mengalir bagi mereka yang telah meninggal dunia. Insya
Allah doa yang baik dari seorang anak untuk orangtuanya pasti sampai. Satu
catatan yang perlu digarisbawahi adalah bahwa setiap orang pasti merasakan
kehilangan orang yang dicintainya dan pasti merasakan akhir dari kehidupannya.
C. Tujuan dan Fungsi Penciptaan Manusia
Tujuan utama penciptaan manusia adalah agar manusia itu mengabdi kepada
Allah artinya sebagai hamba Allah agar menuruti apa saja yang diperintahkan oleh
Allah swt. Allah SWT menciptakan segala sesuatu baik alam maupun manusia
tiada yang sia-sia, segalanya memiliki maksud
dan tujuan. Sebagaimana firman Allah SWT:
‫ترجعون ال إلينا أنكم و عبثا خلقنكم أنما أفحسبتم‬
“Maka apakah kamu mengira,
bahwa Sesungguhnya Kami menciptakan
kamu secara main-main
(saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (Q.S.
Al-Mukminun: 115)
Sedangkan fungsi dari penciptaan manusia ini secara global kami menyebutkan
tiga kalsifikasi, yaitu:
1. Manusia sebagai Khalifah Allah di muka bumi
Khalifah disini maksudnya menjadi penguasa untuk mengatur dan mengendalikan
segala isinya. Sebagai pedoman hidup manusia dalam melaksanakan tugas itu,
Allah menurunkan agama-Nya. Agama menjelaskan dua jalan yaitu jalan yang
bahagia dan jalan yang akan membahayakannya. Perbedaan tingkat yang akan
diadakan oleh Allah di dalam masyarakat manusia, bukanlah suatu kesempatan
bagi si kuat untuk menganiaya si lemah atau si kaya tidak memperdulikan si
miskin, melainkan suatu penyusunan masyarakat ke arah kebaikan hidup bersama
melalui tolong menolong. Dalam hal ini akan dikemukakan beberapa ayat yaitu:
QS. al-Baqarah ayat 30
‫خليفة األرض في جاعل إني للملئكة ربك قال إذ و‬
‫و الدمآء يسفك و فيها يفسد من فيها أتجعل قالوا‬
‫ماال أعلم إني قال لك نقدس و بحمدك نسبح نحن‬
‫تعلمون‬
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

2. Manusia sebagai Warosatul Anbiya’


Kehadiran Nabi Muhammad saw. di muka bumi ini mengemban misi
sebagai ‘Rahmatal lil ‘Alamiin’ yakni suatu misi yang membawa dan
mengajak manusia dan seluruh alam untuk tunduk dan taat pada syari’at-
syari’at dan hukum-hukum Allah swt. guna kesejahteraan perdamaian, dan
keselamatan dunia akhirat. Misi tersebut berpijak pada trilogy hubungan
manusia, yaitu:
a. Hubungan manusia dengan Tuhan, karena manusia sebagai makhluk
ciptaan-Nya.
b. Hubungan manusia dengan masyarakat, karena manusia sebagai
anggota masyarakat.
c. Hubungan manusia dengan alam sekitarnya, karena manusia selaku
pengelola, pengatur, serta pemanfaatan kegunaan alam.
3. Manusia sebagai ‘Abd (Pengabdi Allah)
Fungsi ini mengacu pada tugas-tugas individual manusia sebagai hamba
Allah swt. Tugas ini diwujudkan dalam bentuk pengabdian ritual kepada
Allah swt. Dengan penuh keikhlasan. Secara luas konsep ‘abd ini meliputi
seluruh aktivitas manusia dalam kehidupannya. Semua yang dilakukan
oleh manusia dalam kehidupannya dapat dinilai sebagai ibadah jika semua
yang dilakukan (perbuatan manusia) tersebut semata-mata hanya untuk
mencari ridha Allah swt

D. Hidup Sukses dalam Pandangan Al-Qur’an


Di dalam al-qur’an terdapat empat istilah tentang sukses yaitu al-falah, al-
fauz, hasan dan khair. Lafadz al-falah, hasan, dank hair digunakan untuk
menggambarkan kesuksesan dunia dan akhirat, sedangkan lafadz al-fauz hanya
digunakan untuk menggambarkan kesuksesan akhirat saja. Sukses di dunia dapat
berupa hal-hal yang bersifat materi seperti harta kekayaan, jabatan serta
pendidikan yang tinggi, kesehatan dan pekerjaan yang baik dan keluarga yang
baik. Sedangkan suukses di akhirat adalah segala macam bentuk kenikmatan yang
akan diterima manusia di akhirat disebabkan oleh perbuatan-perbuatan baik
mereka di dunia yang pada puncaknya kesuksesan tersebut adalah mendapatkan
ridha Allah dan surga serta kekal didalamnya.

Untuk mendefinisikan kesuksesan, tiap-tiap orang akan mempunyai


interpretasi sendiri, bergantung dari pengalaman dan visi hidupnya. Ada yang
menyebut bahwa sukses adalah ketika orang berhasil meraih apa pun yang dia
inginkan; ada pula yang menyebut bahwa sukses adalah ketika kita mampu
menjadi orang yang bernilai. Tak jarang pula yang menyebut bahwa sukses dalam
hidup adalah ketika banyak uang. Apa pun pandangan orang tentang kesuksesan
patut diapresiasi, selama takrif tersebut terarah untuk meraih kedekatan dengan
Sang Pencipta. Al-Quran sendiri mempunyai standard dan indikator kesuksesan
seseorang dalam hidup. Sukses menurut al-Quran tak terletak pada banyaknya
properti, uang, lahan bisnis, kekuasaan, atau jua popularitas.
“Demi masa, sungguh manusia dalam (keadaan) bangkrut, kecuali mereka yang
beriman, mengerjakan kebajikan, saling menganjurkan (untuk menerima)
kebenaran, dan saling manganjurkan (supaya tetap) sabar,” (QS. al-Ashr [103]: 1-
3)
Jika tak bangkrut berarti untung atau sukses. Oleh sebab itu, dari surah di atas
indikator kesuksesan seseorang yang pertama menurut al-Qur’an adalah iman,
berikut rangkaian ibadah yang sudah digariskan. Pasalnya, pernyataan ketauhidan
bahwa Allah adalah sesembahan Yang Mahaesa dan Muhammad adalah rasulNya
adalah kunci keselamatan seorang hamba. Tanpa keduanya, orang hanya akan
mendapat sukses di dunia. Padahal, kehidupan yang utama adalah setelah
berakhirnya alam fana ini. Sementara itu, untuk membuktikan bahwa iman telah
bersemayam dalam dada orang harus menampakkan kebajikan dalam segala hal.
Kebajikan adalah akhlak, yang merupakan tujuan beragama. Tanpa akhlak atau
kebajikan, iman seseorang akan rusak atau bahkan batal.
“Maka berlomba-lombalah kalian (dalam berbuat) kebajikan,” (QS. al-Baqarah
[2]:148).
Untuk memastikan selalu dalam kondisi terbaik guna melakukan kebajikan, orang
kerap membutuhkan bantuan dan motivasi dari orang lain. Maka, sangat masuk
akal ketika ada penegasan bahwa indikator ketiga adalah saling menganjurkan
untuk menerima kebenaran, dari siapa saja.
Dari ayat ini, anjuran atau dakwah tak hanya menjadi monopoli seseorang atas
lainnya. Setiap insan mempunyai kewajiban yang sama untuk saling
mengingatkan, sekaligus untuk menerima peringatan dari siapa pun.
Kesadaran ini berfaedah karena dalam masyarakat kita, ada kecenderungan bahwa
pemberi nasehat atau motivator adalah profesi, sehingga orang yang tak memiliki
lisensi sebagai juru ceramah tak boleh memberikan masukan. Di saat yang sama,
orang yang sudah telanjur menjadi tukang ceramah merasa tak sudi menerima
nasehat dari yang lain.
Jika orang sudah berada di koridor yang benar, dia membutuhkan keuletan dan
keteguhan untuk terus berada di lajur tersebut. Setiap saat, telinga menerima
bisikan dan mata mendapat godaan. Sehingga, orang membutuhkan penyemangat
dan stimulus untuk selalu dapat bertahan pada trek.
Demikian kesuksesan yang dikehendaki al-Quran. Hanya orang-orang baik yang
menggenggam iman kehidupannya akan sempurna, di dunia dan akhirat. Jadi,
sukses dalam Islam adalah nilai, bukan materi. Mengomentari pentingnya
menghayati pesan Allah di surah ini, Imam Syafi’i berkata,
“Jika al-Qur’an tak memiliki surah lain selain al-Ashr, cukuplah surah ini sebagai
petunjuk untuk manusia.”
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengertian manusia menurut pandangan Islam, manusia itu makhluk yang
mulia dan terhormat di sisi-Nya, yang diciptakan Allah dalam bentuk yang amat
baik. Manusia diberi akal dan hati, sehingga dapat memahami ilmu yang
diturunkan Allah, berupa al-Quran menurut sunah rasul. Dengan ilmu manusia
mampu berbudaya. Allah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya
(at-Tiin : 95:4). Manusia adalah makhluk yang sadar diri. Ini berarti bahwa ia
adalah satu-satunya makhluk hidup yang mempunyai pengetahuan atas
kehadirannya sendiri. Ia mampu mempelajari, manganalisis, mengetahui dan
menilai dirinya.
Manusia diciptakan Allah SWT bertujuan di antaranya adalah untuk
beribadah kepada-Nya dan menjadi khalifah Allah SWT di muka bumi (Khalifah
Allah fi al-Ardh). Dalam menjalankan kedua misi tersebut, manusia juga diberi
beban yang cukup berat, yaitu berupa al-amanah atau beban takhlif. Semua itu
akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT berupa pahala dan dosa atau
balasan syorga dan neraka sesuai dengan kadar al-ibadah, al-khalifah dan al-
amanah yang ia lakukan selama hidup di dunia.

B. Saran
Setelah mengetahui asal usul dan bagaimana proses manusia itu diciptakan,
hendaknya setiap manusia bisa sadar akan tujuan hidupnya yaitu untuk mencari
keridhaan Allah SWT, karena jiwa yang memperoleh keridhaan Allah adalah jiwa
yang berbahagia, mendapat ketenangan, serta akan memperoleh imbalan surga.
Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya: “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah
kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhainya. Maka masuklah dalam
jamaah hamba-hambaku. Dan masuklah ke dalam surgaku.” (QS Al Fajr : 27-30
Selama hidup di dunia manusia wajib beribadah, menghambakan diri kepada
Allah. Seluruh aktivitas hidupnya harus diarahkan untuk beribadah kepada Allah
SWT sebagai pencipta semua makhluk. Semoga dapat menjadi pembelajaran bagi
kita semua sehingga kita menjadi manusia yang senantiasa beriman dan bertaqwa
kepada Allah SWT. Dengan terselesaikannya makalah ini semoga bermanfaat
bagi semuanya dan pembaca khususnya. Penyusun menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan yang harus dibenahi.
.
DAFTAR PUSTAKA

http://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/09/19/proses-kejadian-manusiadan-
nilai-nilai-pendidikan-di-dalamnya/

http://www.gudangmateri.com/2010/12/proses-penciptaan-manusia-menurut-
islam.html

http://alhayaat.wordpress.com/2009/05/28/proses-penciptaan-manusia-menurut-
islam-dan-iptek/

http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/195810161986011-
ABAS_ASYAFAH/PROSES%20KEHIDUPAN%20MANUSIA%20DAN%20NI
LAI%20EKSISTENSIALNYA.pdf

http://rimanews.com/budaya/agama/read/20150521/214024/Indikator-
Kesuksesan-menurut-Al-Quran

Anda mungkin juga menyukai