Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH AI-ISLAM KEMUMAHAMMADIYAHAN

Dakwah Islam di Nusantara dan Asal-usul Muhammadiyah


Dosen Pengampu: Fathul Khair, S.Sos.I., M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 2

Juliat
Ofa Jekrijuli Cagata Putra
Billi Eden Saputra

Program Studi S1 Non Reguler B


Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah
Pontianak 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Dakwah Islam di
Nusantara dan Asal-usul Muhammadiyah ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah Al-Islam Kemuhammadiyahan. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Dakwah Islam di Nusantara dan
Asal-usul Muhammadiyah” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Fathul Khair, S.Sos.I.,M.Pd.
selaku dosen mata kuliah Al-Islam Kemuhammadiyahan yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Pontianak, 19 Februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 3
A. Latar Belakang ................................................................................................ 3
B. Proses Perkembangan Islam ............................................................................. 8
C. Corak Islam Di Nusantara .............................................................................. 12
D. Kedatangan Penjajahan Bangsa Barat ............................................................ 16
E. Asal Usul Muhammadiyah ............................................................................. 19
BAB III PENUTUP ................................................................................................. 22
A. Kesimpulan ................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Umat islam di indonesia menempati jumlah terbanyak dibandingkan umat
agama lain, oleh karena itu sebagian besar aturan perundangan mencerminkan
nilai nilai keislaman. Dan juga sebagian besar pemimppin bangsa berasal dari
agama islam. Tetapi ironisnya ketika melihat kondisi bangsa indonesia yang
semakin lama semakin mempunyai banyak masalah dan malah dalam beberapa
hal tertinggal oleh bangsa lain yang bukan islam.
Sudah 60 tahun lebih indonesia merdeka dan agama islam sendiri jauh lebih
lama mengakar di indonesia dan bahkan Islam sebagai sebuah pemerintahan
hadir di Indonesia sekitar abad ke-12, namun sebenarnya Islam sudah sudah
masuk ke Indonesia pada abad 7 Masehi. Saat itu sudah ada jalur pelayaran yang
ramai dan bersifat internasional melalui Selat Malaka yang menghubungkan
Dinasti Tang di Cina, Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayyah di Asia
Barat sejak abad 7.
Dengan waktu yang selama itu tentu pengaruh dari agama islam seharusnya
mengakar kuat dalam diri umat islam, jika proses dakwah yang berlangsung
selama kurun waktu itu berjalan dengan baik. Memang perjalanan agama islam
di indonesia berlangsung dengan berbagai media, apalagi di tengah era
globalisasi seperti sekarang ini. Tetapi jika kita menilik sejarah islam di
indonesia, peran terbesar dalam penyebaran islam di indonesia adalah melalui
kaum pedagang. Salah satu isyarat yang membenarkan tesisi itu adalah bahwa
pertumbuhan awal komunitas islam itu berada di kota-kota berpelabuhan besar
pada zamannya, isyarat lain juga diperlihatkan oleh peninggalan sejumlah
makam kuno.
Perkembangan dakwah islam indonesia di masa sekarang memang tidak lepas
dari sejarah islam di indonesia sendiri, karena apa yang kita terima sekarang
adalah estafeta ilmu dari generasi yang terdahulu, dan disini akan sedikit
dibahasmengenai perkembangan dakwah islam di indonesia.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di latar belakang penulis merumuskan masalah yaitu :
1. Bagaimana dakwah islam di nusantara dan asal-usul Muhammadiyah?
2. Bagaimana Sejarah terbentuknya Muhamadiyah?
3. Siapakah tokoh-tokoh pendiri Muhammdiyah?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana
dakwah islam di nusantara dan asal-usul muhammadiyah
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa dapat memperdalam pengetahuan tentang dakwah islam
di nusantara dan asal-usul muhammadiyah
b. Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang Sejarah terbentuknya
Muhamadiyah.
c. Agar mahasiswa dapat mengetahui siapa tokoh-tokoh pendiri
Muhammdiyah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang
Seiring perkembangan zaman dakwah islam pun mulai merambah berbagai
media dan metode, tidak seperti dulu yang hanya penyebaran melalui mulut ke
mulut sambil berdagang. Agama islam memang agama yang sangat menghargai
ilmu pengetahuan, karena wahyu yang pertama turun merupakan perintah untuk
membaca, bukan hanya terbatas pada membaca tulisan saja tetapi membaca tanda
tanda kebesaran Allah di dunia.
Pada hakikatnya aktifitas dakwah merupakan hal yang fleksibel dan dapat
dilakukan dengan berbagai cara atau metode dan direncanakan dengan tujuan
mencari kebahagiaan hidup dengan dasar keridhaan Allah swt. Dakwah adalah
usaha peningkatan pemahanman keagamaan untuk mengubah pandangan hidup,
sikap bathin dan perilaku umat yang tidak sesuai menjadi sesuai dengan tuntunan
syariat untuk memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Da‟i harus
mempunyai pemahaman yang mendalam bukan saja menganggap bahwa dakwah
dalam frame “amar ma’ruf nahi mungkar”, sekedar menyampaikan saja
melainkan harus memenuhi beberapa syarat, yakni mencari materi yang cocok,
mengetahui psikologis objek dakwah, memilih metode yang representatif,
menggunakan bahasa yang bijaksana dan sebagainya. Secara konvensional,
subjek dakwah terdiri dari da‟i (mubaligh) dan pengelola dakwah.
Padahal jika kita melihat sejarah perkembangan islam pada masa awal
struktur masyarakat islam di nusantara pada abad 16/17 merupakan kesatuan dari
tiga kekuatan, yaitu ekonomi yang berbasis pada perdagangan di pelabuhan,
politik yang termanifestasi pada keraton atau kerajaan, dan agama sebagaimana
teraktualisasi dalam pesantren di Jawa, dayah di aceh atau surau di Sumatera
Barat dan pusat agama lainnya.
Pada awal perkembangannya saja agama islam tidak hanya mengandalkan
peran seorang dai saja, tetapi di bidang lain pun bisa turut mempengaruhi
perkembangan islam, sebagaimana yang kita lihat sekarang bahwa banyak
lembaga yang mengajarkan agama islam, dan juga banyak majalah majalah yang
bertemakan islam, film religi, dan hal hal lain yang baru muncul di masa
sekarang.
Di jaman dulu juga banyak para sufi yangmenyebarkan agama islam, yang
mempunyai ciri khusus yaitu mereka menyebarkan islam dengan dua cara.
Pertama, dengan membentuk kader, guru dan mubaligh, agar mampu
mengajarkan islam dan menyebarkan islam di daerah asalnya serta meneruskan
jejak gurunya. Kedua, melalui karya karya tulis yang tersebar dan dibaca
diberbagai tempat yang jauh diluar tempat tinggal mereka. Sebagaimana karya
Hamzah Fansuri yang berisi uraian singkat tentang sifat sifat dan inti ilmu kalam
menurut teologi islam.
Namun perlu diketahui bahwa proses masuk dan berkembangnya agama Islam
di Indonesia menurut Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya yang berjudul
Menemukan Sejarah, terdapat 3 teori yaitu teori Gujarat, teori Makkah dan teori
Persia. Ketiga teori tersebut di atas memberikan jawaban tentang permasalah
waktu masuknya Islam ke Indonesia, asal negara dan tentang pelaku penyebar
atau pembawa agama Islam ke Nusantara.
1. Teori Gujarat
Teori berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 dan
pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar dari teori ini
adalah:
a. Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam
penyebaran Islam di Indonesia.
b. Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur
Indonesia – Cambay – Timur Tengah – Eropa.
c. Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun
1297 yang bercorak khas Gujarat. Pendukung teori Gujarat adalah
Snouck Hurgronye, WF Stutterheim dan Bernard H.M. Vlekke. Para ahli
yang mendukung teori Gujarat, lebih memusatkan perhatiannya pada saat
timbulnya kekuasaan politik Islam yaitu adanya kerajaan Samudra Pasai.
Hal ini juga bersumber dari keterangan Marcopolo dari Venesia (Italia)
yang pernah singgah di Perlak ( Perureula) tahun 1292. Ia menceritakan
bahwa di Perlak sudah banyak penduduk yang memeluk Islam dan
banyak pedagang Islam dari India yang menyebarkan ajaran Islam.
2. Teori Makkah
Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap
teori lama yaitu teori Gujarat. Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk
ke Indonesia pada abad ke 7 dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir).
Dasar teori ini adalah:
a. Pada abad ke 7 yaitu tahun 674 di pantai barat Sumatera sudah terdapat
perkampungan Islam (Arab); dengan pertimbangan bahwa pedagang
Arab sudah mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini
juga sesuai dengan berita Cina.
b. Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab Syafi’i, dimana
pengaruh mazhab Syafi’i terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan
Mekkah. SedangkanGujarat/India adalah penganut mazhab Hanafi.
c. Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al malik, yaitu gelar
tersebut berasal dari Mesir. Pendukung teori Makkah ini adalah Hamka,
Van Leur dan T.W. Arnold. Para ahli yang mendukung teori ini
menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan politik Islam, jadi
masuknya ke Indonesia terjadi jauh sebelumnya yaitu abad ke 7 dan yang
berperan besar terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab
sendiri.
3. Teori Persia
Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan
pembawanya berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah kesamaan
budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam Indonesia seperti:
a. Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan
Husein cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang
Syiah/Islam Iran. Di Sumatra Barat peringatan tersebut disebut dengan
upacara Tabuik/Tabut. Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan
pembuatan bubur Syuro.
b. Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari
Iran yaitu Al – Hallaj.
c. Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk
tanda- tanda bunyi Harakat.
d. Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
e. Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik. Leren adalah
nama salah satu Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A.
Hussein Jayadiningrat. Ketiga teori tersebut, pada dasarnya masing-
masing memiliki kebenaran dan kelemahannya. Maka itu berdasarkan
teori tersebut dapatlah disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia
dengan jalan damai pada abad ke – 7 dan mengalami perkembangannya
pada abad 13. Sebagai pemegang peranan dalam penyebaran Islam
adalah bangsa Arab, bangsa Persia dan Gujarat (India). Proses masuk dan
berkembangnya Islam ke Indonesia pada dasarnya dilakukan dengan
jalan damai melalui beberapa jalur/saluran yaitu melalui perdagangan
seperti yang dilakukan oleh pedagang Arab, Persia dan Gujarat.
Pedagang tersebut berinteraksi/bergaul dengan masyarakat Indonesia.
Pada kesempatan tersebut dipergunakan untuk menyebarkan ajaran
Islam. Selanjutnya diantara pedagang tersebut ada yang terus menetap,
atau mendirikan perkampungan, seperti pedagang Gujarat mendirikan
perkampungan Pekojan. Dengan adanya perkampungan pedagang, maka
interaksi semakin sering bahkan ada yang sampai menikah dengan wanita
Indonesia, sehingga proses penyebaran Islam semakin cepat berkembang.
Perkembangan Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama atau
mubaliqh yang menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan
mendirikan pondok-pondok pesantren. Pondok pesantren adalah tempat
para pemuda dari berbagai daerah dan kalangan masyarakat menimba
ilmu agama Islam. Setelah tammat dari pondok tersebut, maka para
pemuda menjadi juru dakwah untuk menyebarkan Islam di daerahnya
masing- masing. Di samping penyebaran Islam melalui saluran yang
telah dijelaskan di atas, Islam juga disebarkan melalui kesenian, misalnya
melalui pertunjukkan seni gamelan ataupun wayang kulit. Dengan
demikian Islam semakin cepat berkembang dan mudah diterima oleh
rakyat Indonesia. Proses penyebaran Islam di Indonesia atau proses
Islamisasi tidak terlepas dari peranan para pedagang, mubaliqh/ulama,
raja, bangsawan atau para adipati. Di pulau Jawa, peranan mubaliqh dan
ulama tergabung dalam kelompok para wali yang dikenal dengan sebutan
walisongo atau wali Sembilan.
4. Teori China
Lain halnya dengan Slamet Mulyana dan Sumanto Al Qurtuby,
mereka berpendapat bahwa sebenarnya kebudayaan Islam masuk ke
Nusantara melalui perantara masyarakat muslim China. Teori ini
berpendapat, bahwa migrasi masyarakat muslim China dari Kanton ke
Nusantara, khususnya Palembang pada abad ke 9 menjadi awal mula
masuknya budaya Islam ke Nusantara. Hal ini dikuatkan dengan adanya bukti
bahwa Raden Patah (Raja Demak) adalah keturunan China, penulisan gelar
raja-raja Demak dengan istilah China, dan catatan yang menyebutkan bahwa
pedagang China lah yang pertama menduduki pelabuhan-pelabuhan di
Nusantara.
5. Teori Maritim
Berawal dari N.A. Baloch sejarahwan asal Pakistan, berpendapat
masuknya Islam ke Nusantara akibat umat Islam memiliki navigator ulung
dalam penguasaan maritim / kelautan dan pasar. Yang kemudian melalui
aktivitas ini penyebaran Islam berlangsung di sepanjang jaln laut niaga di
pantai pantai persinggahan pada abad ke-1 H atau abad ke-7 M. Dijelaskan
pula rentang waktunya, terjadi pada abad ke-1 H atau 7M, yang proses
penyebaran dan perkembangan dakwah ajaran Islam ini berlangsung selama
lima abad dari 1H hingga 5H atau 7M hingga 12M. N.A. Baloch juga
menjelaskan mulai abad ke-6 H / 13M terjadi pengembangan Dakwah Islam
hingga ke pedalaman oleh masyarakat pribumi. Selain itu Aceh pada abad ke-
9M yang diikuti di wilayah lainnya di Nusantara.

B. Proses Perkembangan Islam Dinusantara


Pengertian proses masuk dengan berkembangnya agama Islam diindonesia,
seperti berikut :
 Masa kedatangan Islam (kemungkinan sudah sejak abad ke-7 sampai
dengan abad ke-8 Masehi)
 Masa penyebaran islam(mulai abad ke-13 sampai dengan abad ke-16
Masehi, Islam menyebar keberbagai penjuru pulau di Nusantara)
 Masa perkembangan Islam (mulai abad ke-15 Masehidan seterusnya
melalui kerajaan-kerajaan Islam)

Penyebaran agama dan kebudayaan Islam di Indonesia disebarkan melalui


berbagai cara :

1. Melalui Perdagangan

Pedagang-pedagang muslim yang berasal dari Arab, Persia, dan India


telah ikut ambil bagian dalam jalan lalu lintas perdagangan yang
menghubungkan Asia Barat, Asia Timur, dan Asia Tenggara, pada abad ke-7
sampai abad ke-16. Para pedagang muslim yang akhirnya juga singgah di
Indonesia ini, ternyata tidak hanya semata-mata melakukan kegiatan dagang.
Melalui hubungan perdagangan tersebut, agama dan kebudayaan Islam masuk
ke wilayah Indonesia. Pada abad kesembilan, orang-orang Islam mulai
bergerak mendirikan perkampungan Islam di Kedah (Malaka), Aceh, dan
Palembang. Pada akhir abad ke-12, kekuasaan politik dan ekonomi Kerajaan
Sriwijaya mulai merosot karena didesak oleh kekuasaan Kertanegara dari
Singasari. Seiring dengan kemunduran Sriwijaya, para pedagang Islam beserta
para mubalignya semakin giat melakukan peran politik dalam mendukung
daerah pantai yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Sriwijaya.
Menjelang berakhirnya kerajaan Hindu-Buddha abad ke-13 berdiri kerajaan
kecil yang bercorak Islam, yaitu Samudra Pasai yang terletak di pesisir timur
laut wilayah Aceh. Kemudian pada awal abad ke-15 telah berdiri Kerajaan
Malaka. Sejak saat itu, Aceh dan Malaka berkembang menjadi pusat
perdagangan dan pelayaran yang ramai dan banyak dikunjungi oleh para
pedagang Islam dan penduduk dari berbagai daerah terjadi interaksi yang
akhirnya banyak yang masuk Islam. Setelah pulang ke daerah asal, mereka
menyebarkan agama Islam ke daerahnya. Agama dan kebudayaan Islam dari
Malaka menyebar ke wilayah Sumatra Selatan, Jawa, Kalimantan, Sulawesi,
dan Maluku. Dalam suasana demikian, banyak raja daerah dan adipati pesisir
yang masuk Islam. Contohnya, Demak (abad ke-15), Ternate (abad ke-15),
Gowa (abad ke-16), dan Banjar (abad ke-16).

2. Melalui Perkawinan

Para pedagang muslim yang datang di Indonesia, ada sebagian di antara


mereka yang kemudian menetap di kota-kota pelabuhan dan membentuk
perkampungan yang disebut Pekojan. Perkawinan antara putri bangsawan dan
pedagang muslim akhirnya berlangsung. Perkawinan ini dilakukan secara
Islam, yaitu dengan mengucapkan (menirukan) dua kalimat syahadat. Upacara
perkawinan berjalan dengan mudah karena tanpa pentasbihan atau upacara-
upacara yang panjang, lebar, dan mendalam. Dalam Babad Tanah Jawi,
misalnya, diceritakan perkawinan antara Maulana Iskhak dan putri Raja
Blambangan yang kemudian melahirkan Sunan Giri, sedangkan dalam Babad
Cirebon diceritakan perkawinan putri Kawunganten dengan Sunan Gunung
Jati.

3. Melalui Tasawuf
Tasawuf adalah ajaran ketuhanan yang telah bercampur dengan mistik
dan hal-hal yang bersifat magis. Ahli-ahli tasawuf yang memberikan
ajaran yang mengandung persamaan alam pikiran seperti pada mistik
Indonesia–Hindu, antara lain, Hamzah Fansuri, Nuruddin ar Raniri, dan
Syeikh Siti Jenar.
4. Melalui Pendidikan
Pendidikan dalam Islam dilakukan dalam pondok-pondok pesantren
yang dise- lenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai, atau ulama-
ulama. Pesantren ini merupakan lembaga yang penting dalam penyebaran
agama Islam karena merupakan tempat pembinaan calon guru-guru
agama, kiai-kiai, atau ulama-ulama. Setelah menamatkan pelajarannya di
pesantren, murid-murid (para santri) akan kembali ke kampung
halamannya.
5. Melalui Seni Budaya
Dalam menyebarkan agama Islam, sebagian wali menggunakan media
seni budaya yang sudah ada dan disenangi masyarakat. Pada perayaan hari
keagamaan seperti Maulid Nabi, misalnya, seni tari dan peralatan musik
tradisional (gamelan) dipakai untuk meramaikan suasana. Sunan Kalijaga
yang sangat mahir memainkan wayang memanfaatkan kesenian ini
sebagai sarana untuk menyampaikan agama Islam kepada masyarakat,
yaitu memasukkan unsur-unsur Islam dalam cerita dan pertunjukannya.
Senjata Puntadewa yang bernama Jimat Kalimasada, misalnya,
dihubungkan dengan dua kalimat syahadat yang berisi pengakuan
terhadap Allah dan Nabi Muhammad. Masyarakat yang menyaksikan
pertunjukan Sunan Kalijaga akhirnya mengenal agama Islam dan tertarik
ingin menjadikan Islam sebagai agamanya.
6. Melalui Dakwah
Penyebaran Islam di Nusantara, terutama di Jawa, sangat berkaitan
dengan pengaruh para wali yang kita kenal dengan sebutan wali sanga.
Mereka inilah yang berperan paling besar dalam penyebaran agama Islam
melalui metode dakwah.
Wali sanga oleh masyarakat Islam Jawa dianggap sebagai manusia-
manusia yang tinggi ilmu agamanya dan memiliki kesaktian yang luar
biasa. Dalam politik Sunan Kudus, misalnya, erat kaitannya dengan
perebutan kekuasaan di Demak dan sunan yang mereka sandang
menunjukkan bahwa kedudukan mereka dapat disejajarkan dengan raja.
Adapun para wali yang berjumlah sembilan (wali sanga) itu sebagai
berikut :
a. Sunan Ampel atau Raden Rahmat, dimakamkan di Ampel
(Surabaya).
b. Malik Ibrahim atau Maulana Maghribi, dimakamkan di Gresik.
c. Sunan Giri atau Raden Paku, makamnya di Giri dekat Gresik.
d. Sunan Drajat, putra Sunan Ampel, dimakamkan di Sidayu,
Lawas.
e. Sunan Bonang atau Makdum Ibrahim seorang putra Sunan
Ampel.
f. Sunan Kudus.
g. Sunan Muria, makamnya terdapat di sebelah kawah Gunung
Muria.
h. Sunan Kalijaga yang mempunyai nama asli Raden Sahid
adalah menantu Sunan Agung Jati di Cirebon. Akan tetapi,
Sunan Kalijaga menolak untuk tinggal di Cirebon dan akhirnya
mengikuti perintah Sultan Trenggana menetap di Kadilangu,
Demak.
i. Sunan Gunung Jati, orang Pasai, kawin dengan saudara
perempuan Sultan Tenggana (Demak), kemudian berhasil
menaklukan Cirebon dan Banten. Makamnya terletak di
gunung jati sebelah utara Cirebon.
C. Corak Islam Di Nusantara
1. Masa Kesultanan
Di daerah-daerah yang sedikit sekali di sentuh oleh kebudayaan
Hindu-Budha seperti daerah-daerah Aceh dan Minangkabau di Sumatera
dan Banten di Jawa, Agama Islam secara mendalam mempengaruhi
kehidupan agama, sosial dan politik penganut-penganutnya sehingga di
daerah-daerah tersebut agama Islam itu telah menunjukkan diri dalam
bentuk yang lebih murni.
Di kerajaan Banjar, dengan masuk Islamnya raja, perkembangan Islam
selanjutnya tidak begitu sulit karena raja menunjangnya dengan fasilitas
dan kemudahan-kemudahan lainnya dan hasilnya mebawa kepada
kehidupan masyarakat Banjar yang benar-benar bersendikan Islam.
Secara konkrit, kehidupan keagamaan di kerajaan Banjar ini diwujudkan
dengan adanya mufti dan qadhi atas jasa Muhammad Arsyad Al-Banjari
yang ahli dalam bidang fiqih dan tasawuf. Di kerajaan ini, telah berhasil
pengkodifikasian hukum-hukum yang sepenuhnya berorientasi pada
hukum islam yang dinamakan Undang-Undang Sultan Adam. Dalam
Undang-Undang ini timbul kesan bahwa kedudukan mufti mirip dengan
Mahkamah Agung sekarang yang bertugas mengontrol dan kalau perlu
berfungsi sebagai lembaga untuk naik banding dari mahkamah biasa.
Tercatat dalam sejarah Banjar, di berlakukannya hukum bunuh bagi
orang murtad, hukum potong tangan untuk pencuri dan mendera bagi
yang kedapatan berbuat zina. Guna memadu penyebaran agama Islam
dipulau jawa, maka dilakukan upaya agar Islam dan tradisi Jawa
didamaikan satu dengan yang lainnya, serta dibangun masjid sebagai
pusat pendidikan Islam.
Dengan kelonggaran-kelonggaran tersebut, tergeraklah petinggi dan
penguasa kerajaan untuk memeluk agama Islam. Bila penguasa memeluk
agama Islam serta memasukkan syari’at Islam ke daerah kerajaannya,
rakyat pun akan masuk agama tersebut dan akan melaksanakan ajarannya.
Begitu pula dengan kerajaan-kerajaan yang berada di bawah
kekuasaannya. Ini seperti ketika di pimpin oleh Sultan Agung. Ketika
Sultan Agung masuk Islam, kerajaan-kerajaan yang ada di bawah
kekuasaan Mataram ikut pula masuk Islam seperti kerajaan Cirebon,
Priangan dan lain sebagainya. Lalu Sultan Agung menyesuaikan seluruh
tata laksana kerajaan dengan istilah-istilah keislaman, meskipun kadang-
kadang tidak sesuai dengan arti sebenarnya.
2. Masa Penjajahan
Ditengah-tengah proses transformasi sosial yang relatif damai itu,
datanglah pedagang-pedagang Barat, yaitu portugis, kemudian spanyol, di
susul Belanda dan Inggris. Tujuannya adalah menaklukkan kerajaan-
kerajaan Islam Indonesia di sepanjang pesisir kepulauan Nusantara ini.
Pada mulanya mereka datang ke Indonesia hanya untuk menjalinkan
hubungan dagang karena Indonesia kaya akan rempah-rempah, tetapi
kemudian mereka ingin memonopoli perdagangan tersebut dan menjadi
tuan bagi bangsa Indonesia. Apalagi setelah kedatangan Snouck
Hurgronye yang ditugasi menjadi penasehat urusan pribumi dan Arab,
pemerintah Hindia-Belanda lebih berani membuat kebijaksanaan
mengenai masalah Islam di Indonesia karena Snouck mempunyai
pengalaman dalam penelitian lapangan di Negeri Arab, Jawa dan Aceh.
Lalu ia mengemukakan gagasannya yang di kenal dengan politik Islam di
Indonesia. Dengan politik itu ia membagi masalah Islam dalam tiga
kategori, yaitu:
a. Bidang agama murni atau ibadah
b. Bidang sosial kemasyarakatan; dan
c. Politik.

Terhadap bidang agama murni, pemerintah kolonial memberikan


kemerdekaan kepada umat Islam untuk melaksanakan ajaran agamanya
sepanjang tidak mengganggu kekuasaan pemerintah Belanda. Dalam
bidang kemasyarakatan, pemerintah memanfaatkan adat kebiasaan yang
berlaku sehingga pada waktu itu dicetuskanlah teori untuk membatasi
keberlakuan hukum Islam, yakni teori reseptie yang maksudnya hukum
Islam baru bisa diberlakukan apabila tidak bertentangan dengan alat
kebiasaan. Oleh karena itu, terjadi kemandekan hukum Islam. Sedangkan
dalam bidang politik, pemerintah melarang keras orang Islam membahas
hukum Islam baik dari Al-Qur’an maupun Sunnah yang menerangkan
tentang politik kenegaraan atau ketatanegaraan.

3. Gerakan dan Organisasi Islam


Akibat dari “resep politik Islam”-nya Snouck Hurgronye itu,
menjelang permulaan abad xx umat Islam Indonesia yang jumlahnya
semakin bertambah menghadapi tiga tayangan dari pemerintah Hindia
Belanda, yaitu: politik devide etimpera, politik penindasan dengan
kekerasan dan politik menjinakan melalui asosiasi. Namun, ajaran Islam
pada hakikatnya terlalu dinamis untuk dapat dijinakkan begitu saja.
Dengan pengalaman tersebut, orang Islam bangkit dengan menggunakan
taktik baru, bukan dengan perlawanan fisik tetapi dengan membangun
organisasi. Oleh karena itu, masa terakhir kekuasaan Belanda di
Indonesiadi tandai dengan tumbuhnya kesadaran berpolitik bagi bangsa
Indonesia, sebagai hasil perubahan-perubahan sosial dan ekonomi,
dampak dari pendidikan Barat, serta gagasan-gagasan aliran pembaruan
Islam di Mesir.
Akibat dari situasi ini, timbullah perkumpulan-perkumpulan politik
baru dan muncullah pemikir-pemikir politik yang sadar diri. Karena
persatuan dalam syarikat Islam itu berdasarkan ideologi Islam, yakni
hanya orang Indonesia yang beragama Islamlah yang dapat di terima
dalam organisasi tersebut, para pejabat dan pemerintahan (pangreh praja)
ditolak dari keanggotaan itu.
Persaingan antara partai-partai politik itu mengakibatkan putusnya
hubungan antara pemimpin Islam, yaitu santri dan para pengikut tradisi
Jawa dan abangan. Di kalangan santri sendiri, dengan lahirnya gerakan
pembaruan Islam dari Mesir yang mengompromikan rasionalisme Barat
dengan fundamentalisme Islam, telah menimbulkan perpecahan sehingga
sejak itu dikalangan kaum muslimin terdapat dua kubu: para cendekiawan
Muslimin berpendidikan Barat, dan para kiayi serta Ulama tradisional.
Selama pendudukan jepang, pihak Jepang rupanya lebih memihak kepada
kaum muslimin dari pada golongan nasionalis karena mereka berusaha
menggunakan agama untuk tujuan perang mereka. Ada tiga perantara
politik berikut ini yang merupakan hasil bentukan pemerintah Jepang
yang menguntungkan kaum muslimin, yaitu:
a. Shumubu, yaitu Kantor Urusan Agama yang menggantikan Kantor
Urusan Pribumi zaman Belanda.
b. Masyumi, yakni singkatan dari Majelis Syura Muslimin Indonesia
menggantikan MIAI yang dibubarkan pada bulan oktober 1943.
c. Hizbullah, (Partai Allah dan Angkatan Allah), semacam organisasi
militer untuk pemuda-pemuda Muslimin yang dipimpin oleh Zainul
Arifin
D. Kedatangan Dan Penjajahan Bangsa Barat Di Nusantara
1. Sebab dan Tujuan Kedatangan Bangsa Barat.
Secara umum kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia dilandasi keinginan
untuk berdagang (Gold), menyebar agama (Glory), mencari kemuliaan
bangsa (Gospel) dan menyalurkan jiwa penjelajah,
2. Kedatangan dan Terbentuknya Kekuasaan Kolonial di Indonesia
a. Bangsa Portugis
Portugis adalah bangsa Barat yang pertama datang mencari rempah-
rempah di Nusantara. Pelaut-pelaut Portugis di bawah pimpinan
Bartholomeus Diaz mengadakan perjalanan ke dunia Timur untuk
mencari pusat rempah-rempah. Namun, pelayaran tersebut hanya sampai
di ujung Afrika Selatan (tahun 1496) dikarenakan besarnya gelombang
Samudra Hindia (Samudra Indonesia), sehingga kapal-kapal yang dibawa
oleh Bartholomeus Diaz diberi nama Tanjung Pengharapan (Cape of
Good Hope atau Tanjung Harapan sekarang).Di bawah pimpinan Vasco
da Gama, Portugis berhasil mendarat di Kalkuta (India). Pada tahun
1498, mereka mengincar Malaka yang merupakan bandar Internasional
dan pusat perdagangan rempah-rempah. Armada Portugis di bawah
pimpinan Alfonso D’Albuquerque berhasil merebut Malaka pada tahun
1511. Pada waktu itu, Karajaan Malaka diperintah oleh Sultan Mahmud
Syah (1488-1511). Dengan dikuasainya Malaka, maka portugis
memperoleh dua keuntungan yaitu sebagai berikut.
Portugis akan menguasai jalur perdagangan penting di Asia, termasuk
perdagangan rempah-rempah. Malaka dapat dijadikan batu loncatan
untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku. Oleh karena
itu, kemudian Portugis membangun basis militer yang kuat di Malaka.
Alfonso D’Albuquerque ingin mendapatkan sendiri pusat rempah-
rempah yang ada di Kepulauan Maluku, dan pada tahun 1512 bangsa
Portugis tiba di Ternate (Maluku). Ketika bangsa Portugis tiba di Ternate,
Kerajaan Ternate sedang bertikai dengan Kerajaan Tidore. Kedatangan
Portugis di Ternate disambut baik oleh raja Ternate dengan tujuan agar
bangsa Portugis dapat dijadikan sekutu dalam menghadapi Kerajaan
Tidore yang dibantu Spanyol. Oleh karena itu, di samping perang antara
Kerajaan Ternate dan Kerajaan Tidore juga merupakan perang antara
bangsa kulit putih yaitu antara Spanyol dan Portugis. Untuk
menyelesaikan pertikaian bangsa kulit putih tersebut, Paus turun tangan
dengan melakukan Perjanjian Saragosa (zaragoza) pada tahun 1529.
Adapun isi Perjanjian Saragosa sebagai berikut.
 Spanyol harus meninggalkan Maluku dan melakukan
perdagangan di Filipina.
 Portugis tetap melakukan perdagangan di kepulauan Maluku.

Pada awal Kedatangan bangsa Portugis ke Indonesia, rakyat Indonesia


memang tidak menentangnya. Akan tetapi setelah melihat sepak
terjangnya di Indonesia yang sangat menyengsarakan rakyat Indonesia,
maka bangsa Indonesia berusaha menentangnya.
Portugis berada di Indonesia dari tahun 1511 sampai 1641. Pengaruh
Portugis yang ditinggalkan di Indonesia terlihat dalam bidang
kebudayaan. Pengaruh tersebut adalah sebagai berikut.
 Berdirinya benteng-benteng Portugis.
 Berkembangnya agama Kristen dan Katolik di Maluku yang
disebarkan oleh Fransiscus Xaverius.
 Berkembangnya musik keroncong yang berasal dari Portugis.
 Adanya nama-nama orang Indonesia yang menggunakan nama
Portugis.
b. Bangsa Spanyol
Berdasarkan pengetahuan bahwa dunia itu bulat, maka Christophorus
Columbus mengajukan permohonan bantuan kepada raja Spanyol untuk
berlayar memcari sumber rempah-rempah ke dunia Timur. Permintaan itu
dipenuhi dengan memberikan tiga kapal yang bernama Pinta, Nina, dan
Maria beserta 88 orang pelaut. Ketika Columbus tiba di Kepulauan
Bahama, Columbus merasa dirinya telah sampai di Kepulauan Hindia
yang merupakan sumber rempah-rempah. Penjelajahan bangsa Spanyol
kemudian dilanjutkan oleh Ferdinand Magelhaens. Dari pelayaran yang
dilakukan oleh Columbus itulah, Magelhaens berpendapat bahwa Hindia
Timur dapat dicapai dari arah barat melalui ujung selatan Benua Amerika.
Magelhaens berlayar ke arah barat kemudian menyusuri pantai selatan
Benua Amerika dan Samudra Pasifik. Pada tahun 1520, rombongan
Magelhaens tiba di Kepulauan Filipina, kemudian mendirikan tugu
peringatan dan menyatakan bahwa daerah itu sebagai daerah milik raja
Spanyol.
Ketika Magelhaens berada di Filipina, di Filipina sedang terjadi
perang antarkerajaan. Dalam peperangan tersebut Magelhaens membantu
salah satu kerajaan dan meninggal. Rombongan Magelhaens selanjutnya
dipimpin oleh kapten kapalnya yang bernama Sebastian de Elcano.
Kemudian, Sebastian de Elcano memimpin rombongan dan melanjutkan
pelayarannya ke arah selatan. Pada tahun 1521 rombongan sampai di
Kepulauan Maluku. Ternyata di Maluku telah berkuasa bangsa Portugis
yang telah tiba sejak tahun 1521.
c. Bangsa Belanda
Kedatangan bangsa Belanda ke Indonesia dilatarbelakangi oleh hal-hal
berikut.
 Meletusnya Perang Delapan Puluh Tahun antara Belanda dan
Spanyol (tahun 1568-1648). Perang antara Belanda dan Spanyol
ini pada awalnya bersifat agama. Kemudian perang berkembang
menjadi perang ekonomi dan politik. Raja Philip II dari Spanyol
memerintahkan kota Lisabon tertutup bagi kapal Belanda pada
tahun 1585. Portugis menaati perintah tersebut sebab Portugis
telah diduduki Spanyol.
 Adanya petunjuk jalan ke Indonesia dari Jan Huygen van
Linscoten, mantan pelaut Belanda yang bekerja pada Portugis dan
pernah sampai ke Indonesia. Pada tahun 1596, Belanda datang ke
Indonesia dan mendarat di Pelabuhan Banten dipimpin oleh
Cornelis de Houtman dan Pieter Keyzer dengan empat buah kapal.
Kemudian pada tanggal 28 November 1598, bangsa Belanda tiba
di Banten dengan membawa delapan buah kapal dipimpin oleh
Jacob van Neck dan Warwijk.
d. Bangsa Inggris
Kedatangan bangsa inggris ke indonesia Sejak abad ke-17 M pada
pedagang Inggris sudah berdagang sampai ke daerah India. Para pedagang
Inggris di India Timur mendirikan kongsi dagang yaitu East India
Company (EIC) pada tahun 1600. Daerah operasi EIC di India pusatnya di
Kalkuta (India). Dari kota inilah kemudian Inggris meluaskan wilayahnya
ke Asia Tenggara. Para pedagang Inggris ini pada abad ke-18 M sudah
banyak berdagang di Indonesia dan menjadi saingan VOC (Belanda).
Bahkan sejak Belanda menjadi sekutu Prancis, Inggris selalu mengancam
kedudukan Belanda di Indonesia. Di bawah pemerintahan Gubernur
Jenderal Lord Minto (berkedudukan di Kalkuta) dibentuk ekspedisi
Inggris untuk merebut daerah-daerah kekuasaan Belanda di indonesia.
E. Asal Usul Muhammadiyah
Muhammadiyah tidak lepas dari peranan KH.Ahmad Dahlan seseorang
yang dilahirkan di Yogyakarta pada tahun 1869 dan wafat 1923 dengan nama asli
Muhammad Darwis anak seorang kiai H. Abu Bakar Bin Sulaiman Khatib
Masjid Kauman atau Kesultanan Yogyakarta. Lantas, ia pergi ke Mekah pada
tahun 1890 dan belajar dengan seorang guru Syekh Ahmad Khathib dari Minang
Kabau, salah seorang ulama yang kharismatik dan besar di Masjid al-Harom.
Setelah sepulang dari Mekah, KH Ahmad Dahlan mendalami Al Qur'an
dengan menelaah, membahas, meneliti dan mengkaji kandungan isi Al Quran.
Sikap KH Ahmad Dahlan sesunguhnya dalam rangka melaksanakan firman Allah
sebagaimana yang tersimpul dalam dalam surat An-Nisa ayat 82 dan surat
Muhammad ayat 24 yang pada dasarnya adalah melakukan taddabur atau
memperhatikan dan mencermati dengan penuh ketelitian terhadap apa yang
tersirat dalam ayat Al Quran. Sikap seperti inilah yang dilakukan KH Ahmad
Dahlan ketika menatap surat Ali Imran ayat 104 yang berbunyi: "Dan hendaklah
ada di antara kamu sekalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang makruf dan mencegah yang munkar, merekalah orang-
orang yang beruntung."Memahami seruan diatas, KH Ahmad Dahlan tergerak
hatinya untuk membangan sebuah perkumpulan, organisasi atau persyarikatan
yang teratur dan rapi di mana tugasnya melaksanakan misi dakwah Islam amar
Makruf Nahi Munkar di tengah masyarakat Indonesia.
Muhammadiyah didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada tanggal 8
Dzulhijah 1330 H, yakni bertepatan tanggal 18 November 1912 M di kota
Yogyakarta. Gerakan ini diberi nama Muhammadiyah dengan maksud untuk
berta'faul (berpengharapan baik), dapat mencontoh dan meneladani jejak
perjuangan nabi Muhammad SAW dalam rangka menegakkan dan menjunjung
tinggi agama Islam semata-mata demi terwujudnya Izzul Islam wal Muslimin,
kejayaan Islam sebagai idealita dan kemulian hidup umat Islam sebagai realita.
Sejarah singkat berdirinya Muhammadiyah di Indonesia berasal dari kata bahasa
estimologis Arab "Muhammad" yaitu nama Nabi atau Rasul yang terakhir.
Kemudian mendapatkan "ya nisbiyah" yang artinya menjeniskan. Jadi, asal-usul
sejarah nama Muhammadiyah berarti umatnya Muhammad atau pengikut Nabi
Muhammad Saw. Yaitu semua orang yang menyakini bahwa Muhammad adalah
hamba dan pembawa pesan Allah yang terakhir untuk menyebarkan ajaran Islam
dan tauhid. Dengan demikian, siapapun yang beragama Islam maka dia adalah
orang Muhammadiyah, tanpa dilihat atau dibatasi oleh perbedaan organisasi,
golongan bangsa, geografis dan etnis. Ini adalah arti dan makna muhammadiyah
dilihat dari perspektif bahasa. Kemudian, arti istilah atau terminologis
Muhammadiyah dalam kacamata organisasi yang muncul dibawakan oleh KH
Ahmad Dahlan adalah gerakan Islam yang bersifat dakwah Amar Makruf Nahi
Munkar, berasas Islam dan bersumber Al Qur'an dan Sunah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa pemaparan diatas kita dapat mengetahui bahwa agama islam
yang masuk ke indonesia dipengeruhi oleh beberapa daerah seperti gujarat,
mekah, persia, china dan maritim sehingga disinyalir islam datang dari sana. Dan
dari beberapa pengaruh itu, agama islam mendapatkan pengaruh lagi dari
kebudayaan indonesia sendiri yang dapat kita lihat dari metode yang digunakan
para penyebar islam di berbagai wilayah indonesia, seperti di daerah jawa yang
disebarkan oleh walisongo, dan di daerah lain yang terdapat kerajaan kerajaan
islam. Tetapi memang titik tumpu kekuatan masyarakat islam di indonesia
sehingga dapat melangsungkan proses dakwahnya hingga masa kini adalah
bertumpu pada tiga kekuatan yaitu ekonomi, politik, dan agama, karena
ketiganya mempunyai aspek yang sangat penting yang saling membutuhkan dan
tidak terpisahkan.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik. Sejarah Umat Islam Indonesia.2003. Jakarta:MUI Hal: 61

Abdullah, Taufik. Sejarah Umat Islam Indonesia.2003. Jakarta:MUI Hal: 62-63

Munzier Suparta dan Harjani (Ed.), Metode Dakwah, (Jakarta: Rahmat Semesta, 2003),

hlm. 6.

Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, 2005, Rajawali Press, hal. 8-9;

Ahmad Mansur Suryanegara, Menemukan Sejarah, 1998, cet. IV, Mizan, hal. 92-93;

A. Hasymi, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia: Kumpulan prasaran

pada seminar di Aceh, 1993, cet. 3, al-Ma'arif,

Suryanegara, Ahmad Mansur. Menemukan Sejarah. Jakarta: Rajawali. 1999 Hal :125

Uka Tjandrasasmita, (editor). Sejarah Nasional Indonesia III. Jakarta : Depdikbud. 1984.

Hal : 205

Anda mungkin juga menyukai