Disusun Oleh:
Kelompok 2
Juliat
Ofa Jekrijuli Cagata Putra
Billi Eden Saputra
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 3
A. Latar Belakang ................................................................................................ 3
B. Proses Perkembangan Islam ............................................................................. 8
C. Corak Islam Di Nusantara .............................................................................. 12
D. Kedatangan Penjajahan Bangsa Barat ............................................................ 16
E. Asal Usul Muhammadiyah ............................................................................. 19
BAB III PENUTUP ................................................................................................. 22
A. Kesimpulan ................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Umat islam di indonesia menempati jumlah terbanyak dibandingkan umat
agama lain, oleh karena itu sebagian besar aturan perundangan mencerminkan
nilai nilai keislaman. Dan juga sebagian besar pemimppin bangsa berasal dari
agama islam. Tetapi ironisnya ketika melihat kondisi bangsa indonesia yang
semakin lama semakin mempunyai banyak masalah dan malah dalam beberapa
hal tertinggal oleh bangsa lain yang bukan islam.
Sudah 60 tahun lebih indonesia merdeka dan agama islam sendiri jauh lebih
lama mengakar di indonesia dan bahkan Islam sebagai sebuah pemerintahan
hadir di Indonesia sekitar abad ke-12, namun sebenarnya Islam sudah sudah
masuk ke Indonesia pada abad 7 Masehi. Saat itu sudah ada jalur pelayaran yang
ramai dan bersifat internasional melalui Selat Malaka yang menghubungkan
Dinasti Tang di Cina, Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayyah di Asia
Barat sejak abad 7.
Dengan waktu yang selama itu tentu pengaruh dari agama islam seharusnya
mengakar kuat dalam diri umat islam, jika proses dakwah yang berlangsung
selama kurun waktu itu berjalan dengan baik. Memang perjalanan agama islam
di indonesia berlangsung dengan berbagai media, apalagi di tengah era
globalisasi seperti sekarang ini. Tetapi jika kita menilik sejarah islam di
indonesia, peran terbesar dalam penyebaran islam di indonesia adalah melalui
kaum pedagang. Salah satu isyarat yang membenarkan tesisi itu adalah bahwa
pertumbuhan awal komunitas islam itu berada di kota-kota berpelabuhan besar
pada zamannya, isyarat lain juga diperlihatkan oleh peninggalan sejumlah
makam kuno.
Perkembangan dakwah islam indonesia di masa sekarang memang tidak lepas
dari sejarah islam di indonesia sendiri, karena apa yang kita terima sekarang
adalah estafeta ilmu dari generasi yang terdahulu, dan disini akan sedikit
dibahasmengenai perkembangan dakwah islam di indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di latar belakang penulis merumuskan masalah yaitu :
1. Bagaimana dakwah islam di nusantara dan asal-usul Muhammadiyah?
2. Bagaimana Sejarah terbentuknya Muhamadiyah?
3. Siapakah tokoh-tokoh pendiri Muhammdiyah?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana
dakwah islam di nusantara dan asal-usul muhammadiyah
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa dapat memperdalam pengetahuan tentang dakwah islam
di nusantara dan asal-usul muhammadiyah
b. Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang Sejarah terbentuknya
Muhamadiyah.
c. Agar mahasiswa dapat mengetahui siapa tokoh-tokoh pendiri
Muhammdiyah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang
Seiring perkembangan zaman dakwah islam pun mulai merambah berbagai
media dan metode, tidak seperti dulu yang hanya penyebaran melalui mulut ke
mulut sambil berdagang. Agama islam memang agama yang sangat menghargai
ilmu pengetahuan, karena wahyu yang pertama turun merupakan perintah untuk
membaca, bukan hanya terbatas pada membaca tulisan saja tetapi membaca tanda
tanda kebesaran Allah di dunia.
Pada hakikatnya aktifitas dakwah merupakan hal yang fleksibel dan dapat
dilakukan dengan berbagai cara atau metode dan direncanakan dengan tujuan
mencari kebahagiaan hidup dengan dasar keridhaan Allah swt. Dakwah adalah
usaha peningkatan pemahanman keagamaan untuk mengubah pandangan hidup,
sikap bathin dan perilaku umat yang tidak sesuai menjadi sesuai dengan tuntunan
syariat untuk memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Da‟i harus
mempunyai pemahaman yang mendalam bukan saja menganggap bahwa dakwah
dalam frame “amar ma’ruf nahi mungkar”, sekedar menyampaikan saja
melainkan harus memenuhi beberapa syarat, yakni mencari materi yang cocok,
mengetahui psikologis objek dakwah, memilih metode yang representatif,
menggunakan bahasa yang bijaksana dan sebagainya. Secara konvensional,
subjek dakwah terdiri dari da‟i (mubaligh) dan pengelola dakwah.
Padahal jika kita melihat sejarah perkembangan islam pada masa awal
struktur masyarakat islam di nusantara pada abad 16/17 merupakan kesatuan dari
tiga kekuatan, yaitu ekonomi yang berbasis pada perdagangan di pelabuhan,
politik yang termanifestasi pada keraton atau kerajaan, dan agama sebagaimana
teraktualisasi dalam pesantren di Jawa, dayah di aceh atau surau di Sumatera
Barat dan pusat agama lainnya.
Pada awal perkembangannya saja agama islam tidak hanya mengandalkan
peran seorang dai saja, tetapi di bidang lain pun bisa turut mempengaruhi
perkembangan islam, sebagaimana yang kita lihat sekarang bahwa banyak
lembaga yang mengajarkan agama islam, dan juga banyak majalah majalah yang
bertemakan islam, film religi, dan hal hal lain yang baru muncul di masa
sekarang.
Di jaman dulu juga banyak para sufi yangmenyebarkan agama islam, yang
mempunyai ciri khusus yaitu mereka menyebarkan islam dengan dua cara.
Pertama, dengan membentuk kader, guru dan mubaligh, agar mampu
mengajarkan islam dan menyebarkan islam di daerah asalnya serta meneruskan
jejak gurunya. Kedua, melalui karya karya tulis yang tersebar dan dibaca
diberbagai tempat yang jauh diluar tempat tinggal mereka. Sebagaimana karya
Hamzah Fansuri yang berisi uraian singkat tentang sifat sifat dan inti ilmu kalam
menurut teologi islam.
Namun perlu diketahui bahwa proses masuk dan berkembangnya agama Islam
di Indonesia menurut Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya yang berjudul
Menemukan Sejarah, terdapat 3 teori yaitu teori Gujarat, teori Makkah dan teori
Persia. Ketiga teori tersebut di atas memberikan jawaban tentang permasalah
waktu masuknya Islam ke Indonesia, asal negara dan tentang pelaku penyebar
atau pembawa agama Islam ke Nusantara.
1. Teori Gujarat
Teori berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 dan
pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar dari teori ini
adalah:
a. Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam
penyebaran Islam di Indonesia.
b. Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur
Indonesia – Cambay – Timur Tengah – Eropa.
c. Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun
1297 yang bercorak khas Gujarat. Pendukung teori Gujarat adalah
Snouck Hurgronye, WF Stutterheim dan Bernard H.M. Vlekke. Para ahli
yang mendukung teori Gujarat, lebih memusatkan perhatiannya pada saat
timbulnya kekuasaan politik Islam yaitu adanya kerajaan Samudra Pasai.
Hal ini juga bersumber dari keterangan Marcopolo dari Venesia (Italia)
yang pernah singgah di Perlak ( Perureula) tahun 1292. Ia menceritakan
bahwa di Perlak sudah banyak penduduk yang memeluk Islam dan
banyak pedagang Islam dari India yang menyebarkan ajaran Islam.
2. Teori Makkah
Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap
teori lama yaitu teori Gujarat. Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk
ke Indonesia pada abad ke 7 dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir).
Dasar teori ini adalah:
a. Pada abad ke 7 yaitu tahun 674 di pantai barat Sumatera sudah terdapat
perkampungan Islam (Arab); dengan pertimbangan bahwa pedagang
Arab sudah mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini
juga sesuai dengan berita Cina.
b. Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab Syafi’i, dimana
pengaruh mazhab Syafi’i terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan
Mekkah. SedangkanGujarat/India adalah penganut mazhab Hanafi.
c. Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al malik, yaitu gelar
tersebut berasal dari Mesir. Pendukung teori Makkah ini adalah Hamka,
Van Leur dan T.W. Arnold. Para ahli yang mendukung teori ini
menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan politik Islam, jadi
masuknya ke Indonesia terjadi jauh sebelumnya yaitu abad ke 7 dan yang
berperan besar terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab
sendiri.
3. Teori Persia
Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan
pembawanya berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah kesamaan
budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam Indonesia seperti:
a. Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan
Husein cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang
Syiah/Islam Iran. Di Sumatra Barat peringatan tersebut disebut dengan
upacara Tabuik/Tabut. Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan
pembuatan bubur Syuro.
b. Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari
Iran yaitu Al – Hallaj.
c. Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk
tanda- tanda bunyi Harakat.
d. Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
e. Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik. Leren adalah
nama salah satu Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A.
Hussein Jayadiningrat. Ketiga teori tersebut, pada dasarnya masing-
masing memiliki kebenaran dan kelemahannya. Maka itu berdasarkan
teori tersebut dapatlah disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia
dengan jalan damai pada abad ke – 7 dan mengalami perkembangannya
pada abad 13. Sebagai pemegang peranan dalam penyebaran Islam
adalah bangsa Arab, bangsa Persia dan Gujarat (India). Proses masuk dan
berkembangnya Islam ke Indonesia pada dasarnya dilakukan dengan
jalan damai melalui beberapa jalur/saluran yaitu melalui perdagangan
seperti yang dilakukan oleh pedagang Arab, Persia dan Gujarat.
Pedagang tersebut berinteraksi/bergaul dengan masyarakat Indonesia.
Pada kesempatan tersebut dipergunakan untuk menyebarkan ajaran
Islam. Selanjutnya diantara pedagang tersebut ada yang terus menetap,
atau mendirikan perkampungan, seperti pedagang Gujarat mendirikan
perkampungan Pekojan. Dengan adanya perkampungan pedagang, maka
interaksi semakin sering bahkan ada yang sampai menikah dengan wanita
Indonesia, sehingga proses penyebaran Islam semakin cepat berkembang.
Perkembangan Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama atau
mubaliqh yang menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan
mendirikan pondok-pondok pesantren. Pondok pesantren adalah tempat
para pemuda dari berbagai daerah dan kalangan masyarakat menimba
ilmu agama Islam. Setelah tammat dari pondok tersebut, maka para
pemuda menjadi juru dakwah untuk menyebarkan Islam di daerahnya
masing- masing. Di samping penyebaran Islam melalui saluran yang
telah dijelaskan di atas, Islam juga disebarkan melalui kesenian, misalnya
melalui pertunjukkan seni gamelan ataupun wayang kulit. Dengan
demikian Islam semakin cepat berkembang dan mudah diterima oleh
rakyat Indonesia. Proses penyebaran Islam di Indonesia atau proses
Islamisasi tidak terlepas dari peranan para pedagang, mubaliqh/ulama,
raja, bangsawan atau para adipati. Di pulau Jawa, peranan mubaliqh dan
ulama tergabung dalam kelompok para wali yang dikenal dengan sebutan
walisongo atau wali Sembilan.
4. Teori China
Lain halnya dengan Slamet Mulyana dan Sumanto Al Qurtuby,
mereka berpendapat bahwa sebenarnya kebudayaan Islam masuk ke
Nusantara melalui perantara masyarakat muslim China. Teori ini
berpendapat, bahwa migrasi masyarakat muslim China dari Kanton ke
Nusantara, khususnya Palembang pada abad ke 9 menjadi awal mula
masuknya budaya Islam ke Nusantara. Hal ini dikuatkan dengan adanya bukti
bahwa Raden Patah (Raja Demak) adalah keturunan China, penulisan gelar
raja-raja Demak dengan istilah China, dan catatan yang menyebutkan bahwa
pedagang China lah yang pertama menduduki pelabuhan-pelabuhan di
Nusantara.
5. Teori Maritim
Berawal dari N.A. Baloch sejarahwan asal Pakistan, berpendapat
masuknya Islam ke Nusantara akibat umat Islam memiliki navigator ulung
dalam penguasaan maritim / kelautan dan pasar. Yang kemudian melalui
aktivitas ini penyebaran Islam berlangsung di sepanjang jaln laut niaga di
pantai pantai persinggahan pada abad ke-1 H atau abad ke-7 M. Dijelaskan
pula rentang waktunya, terjadi pada abad ke-1 H atau 7M, yang proses
penyebaran dan perkembangan dakwah ajaran Islam ini berlangsung selama
lima abad dari 1H hingga 5H atau 7M hingga 12M. N.A. Baloch juga
menjelaskan mulai abad ke-6 H / 13M terjadi pengembangan Dakwah Islam
hingga ke pedalaman oleh masyarakat pribumi. Selain itu Aceh pada abad ke-
9M yang diikuti di wilayah lainnya di Nusantara.
1. Melalui Perdagangan
2. Melalui Perkawinan
3. Melalui Tasawuf
Tasawuf adalah ajaran ketuhanan yang telah bercampur dengan mistik
dan hal-hal yang bersifat magis. Ahli-ahli tasawuf yang memberikan
ajaran yang mengandung persamaan alam pikiran seperti pada mistik
Indonesia–Hindu, antara lain, Hamzah Fansuri, Nuruddin ar Raniri, dan
Syeikh Siti Jenar.
4. Melalui Pendidikan
Pendidikan dalam Islam dilakukan dalam pondok-pondok pesantren
yang dise- lenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai, atau ulama-
ulama. Pesantren ini merupakan lembaga yang penting dalam penyebaran
agama Islam karena merupakan tempat pembinaan calon guru-guru
agama, kiai-kiai, atau ulama-ulama. Setelah menamatkan pelajarannya di
pesantren, murid-murid (para santri) akan kembali ke kampung
halamannya.
5. Melalui Seni Budaya
Dalam menyebarkan agama Islam, sebagian wali menggunakan media
seni budaya yang sudah ada dan disenangi masyarakat. Pada perayaan hari
keagamaan seperti Maulid Nabi, misalnya, seni tari dan peralatan musik
tradisional (gamelan) dipakai untuk meramaikan suasana. Sunan Kalijaga
yang sangat mahir memainkan wayang memanfaatkan kesenian ini
sebagai sarana untuk menyampaikan agama Islam kepada masyarakat,
yaitu memasukkan unsur-unsur Islam dalam cerita dan pertunjukannya.
Senjata Puntadewa yang bernama Jimat Kalimasada, misalnya,
dihubungkan dengan dua kalimat syahadat yang berisi pengakuan
terhadap Allah dan Nabi Muhammad. Masyarakat yang menyaksikan
pertunjukan Sunan Kalijaga akhirnya mengenal agama Islam dan tertarik
ingin menjadikan Islam sebagai agamanya.
6. Melalui Dakwah
Penyebaran Islam di Nusantara, terutama di Jawa, sangat berkaitan
dengan pengaruh para wali yang kita kenal dengan sebutan wali sanga.
Mereka inilah yang berperan paling besar dalam penyebaran agama Islam
melalui metode dakwah.
Wali sanga oleh masyarakat Islam Jawa dianggap sebagai manusia-
manusia yang tinggi ilmu agamanya dan memiliki kesaktian yang luar
biasa. Dalam politik Sunan Kudus, misalnya, erat kaitannya dengan
perebutan kekuasaan di Demak dan sunan yang mereka sandang
menunjukkan bahwa kedudukan mereka dapat disejajarkan dengan raja.
Adapun para wali yang berjumlah sembilan (wali sanga) itu sebagai
berikut :
a. Sunan Ampel atau Raden Rahmat, dimakamkan di Ampel
(Surabaya).
b. Malik Ibrahim atau Maulana Maghribi, dimakamkan di Gresik.
c. Sunan Giri atau Raden Paku, makamnya di Giri dekat Gresik.
d. Sunan Drajat, putra Sunan Ampel, dimakamkan di Sidayu,
Lawas.
e. Sunan Bonang atau Makdum Ibrahim seorang putra Sunan
Ampel.
f. Sunan Kudus.
g. Sunan Muria, makamnya terdapat di sebelah kawah Gunung
Muria.
h. Sunan Kalijaga yang mempunyai nama asli Raden Sahid
adalah menantu Sunan Agung Jati di Cirebon. Akan tetapi,
Sunan Kalijaga menolak untuk tinggal di Cirebon dan akhirnya
mengikuti perintah Sultan Trenggana menetap di Kadilangu,
Demak.
i. Sunan Gunung Jati, orang Pasai, kawin dengan saudara
perempuan Sultan Tenggana (Demak), kemudian berhasil
menaklukan Cirebon dan Banten. Makamnya terletak di
gunung jati sebelah utara Cirebon.
C. Corak Islam Di Nusantara
1. Masa Kesultanan
Di daerah-daerah yang sedikit sekali di sentuh oleh kebudayaan
Hindu-Budha seperti daerah-daerah Aceh dan Minangkabau di Sumatera
dan Banten di Jawa, Agama Islam secara mendalam mempengaruhi
kehidupan agama, sosial dan politik penganut-penganutnya sehingga di
daerah-daerah tersebut agama Islam itu telah menunjukkan diri dalam
bentuk yang lebih murni.
Di kerajaan Banjar, dengan masuk Islamnya raja, perkembangan Islam
selanjutnya tidak begitu sulit karena raja menunjangnya dengan fasilitas
dan kemudahan-kemudahan lainnya dan hasilnya mebawa kepada
kehidupan masyarakat Banjar yang benar-benar bersendikan Islam.
Secara konkrit, kehidupan keagamaan di kerajaan Banjar ini diwujudkan
dengan adanya mufti dan qadhi atas jasa Muhammad Arsyad Al-Banjari
yang ahli dalam bidang fiqih dan tasawuf. Di kerajaan ini, telah berhasil
pengkodifikasian hukum-hukum yang sepenuhnya berorientasi pada
hukum islam yang dinamakan Undang-Undang Sultan Adam. Dalam
Undang-Undang ini timbul kesan bahwa kedudukan mufti mirip dengan
Mahkamah Agung sekarang yang bertugas mengontrol dan kalau perlu
berfungsi sebagai lembaga untuk naik banding dari mahkamah biasa.
Tercatat dalam sejarah Banjar, di berlakukannya hukum bunuh bagi
orang murtad, hukum potong tangan untuk pencuri dan mendera bagi
yang kedapatan berbuat zina. Guna memadu penyebaran agama Islam
dipulau jawa, maka dilakukan upaya agar Islam dan tradisi Jawa
didamaikan satu dengan yang lainnya, serta dibangun masjid sebagai
pusat pendidikan Islam.
Dengan kelonggaran-kelonggaran tersebut, tergeraklah petinggi dan
penguasa kerajaan untuk memeluk agama Islam. Bila penguasa memeluk
agama Islam serta memasukkan syari’at Islam ke daerah kerajaannya,
rakyat pun akan masuk agama tersebut dan akan melaksanakan ajarannya.
Begitu pula dengan kerajaan-kerajaan yang berada di bawah
kekuasaannya. Ini seperti ketika di pimpin oleh Sultan Agung. Ketika
Sultan Agung masuk Islam, kerajaan-kerajaan yang ada di bawah
kekuasaan Mataram ikut pula masuk Islam seperti kerajaan Cirebon,
Priangan dan lain sebagainya. Lalu Sultan Agung menyesuaikan seluruh
tata laksana kerajaan dengan istilah-istilah keislaman, meskipun kadang-
kadang tidak sesuai dengan arti sebenarnya.
2. Masa Penjajahan
Ditengah-tengah proses transformasi sosial yang relatif damai itu,
datanglah pedagang-pedagang Barat, yaitu portugis, kemudian spanyol, di
susul Belanda dan Inggris. Tujuannya adalah menaklukkan kerajaan-
kerajaan Islam Indonesia di sepanjang pesisir kepulauan Nusantara ini.
Pada mulanya mereka datang ke Indonesia hanya untuk menjalinkan
hubungan dagang karena Indonesia kaya akan rempah-rempah, tetapi
kemudian mereka ingin memonopoli perdagangan tersebut dan menjadi
tuan bagi bangsa Indonesia. Apalagi setelah kedatangan Snouck
Hurgronye yang ditugasi menjadi penasehat urusan pribumi dan Arab,
pemerintah Hindia-Belanda lebih berani membuat kebijaksanaan
mengenai masalah Islam di Indonesia karena Snouck mempunyai
pengalaman dalam penelitian lapangan di Negeri Arab, Jawa dan Aceh.
Lalu ia mengemukakan gagasannya yang di kenal dengan politik Islam di
Indonesia. Dengan politik itu ia membagi masalah Islam dalam tiga
kategori, yaitu:
a. Bidang agama murni atau ibadah
b. Bidang sosial kemasyarakatan; dan
c. Politik.
Munzier Suparta dan Harjani (Ed.), Metode Dakwah, (Jakarta: Rahmat Semesta, 2003),
hlm. 6.
Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, 2005, Rajawali Press, hal. 8-9;
Ahmad Mansur Suryanegara, Menemukan Sejarah, 1998, cet. IV, Mizan, hal. 92-93;
Suryanegara, Ahmad Mansur. Menemukan Sejarah. Jakarta: Rajawali. 1999 Hal :125
Uka Tjandrasasmita, (editor). Sejarah Nasional Indonesia III. Jakarta : Depdikbud. 1984.
Hal : 205