Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang

Tanpa pengetahuan proses mengajar dan belajar tentang


pengalaman baru tidak akan dapat diperankankan. Pengetahuan
(knowledge) adalah salah satu perlengkapan dasar manusia di
dalam menempuh kehidupan ini. Karena kepribadian manusia
dapat dilihat dari kualitas dan kuantitas pengetahuan yang
diperolehnya.
Pentingnya Pengetahuan dapat ditemukan dalam alquran dengan ayat-ayat beriringan yang memberi titik tolak
adanya

peranan

penting

dan

derajat

tinggi

orang

yang

mempunyai ilmu pengetahuan dan sebaliknya juga ada ayat-ayat


yang mencela orang bodoh dan tidak mempunyai pengetahuan.
Yaitu disurat Al-Mujadalah (58): 11, Al- Imran (3): 18, tha-ha
(20): 114, Al-Ankabuut (29): 43, ar-Radu: 19. Pengetahuan
sangat penting untuk manusia bahkan dijadikan pendidikan.
Maka dari itu, penulis mengambil judul Pengetahuan sebagai
Materi Pendidikan dalam Perspektif Islam.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Materi Pendidikan?
2. Apa saja Konsep Islam tentang Pendidikan?
3. Apa saja Jenis dan Klasifikasi Pengetahuan menurut Islam?
4. Pengetahuan apa saja yang harus menjadi Materi
Pendidikan dalam Islam?

C. Tujuan Penulisan
1.
2.
3.
4.

Mengetahui
Mengetahui
Mengetahui
Mengetahui

Pengertian Materi Pendidikan


segala Konsep Islam tentang Pendidikan
Jenis dan K;asifikasi Pengetahuan menurut Islam
berbagai Pengetahuan yang harus menjadi Materi

Pendidikan dalam Islam

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Materi Pendidikan
Materi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
sesuatu

yang

menjadi

bahan

untuk

diujikan,

dipikirkan,

dibicarakan, dikarangkan, dll.1 Sedangkan Pendidikan adalah


proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan. Istilah materi pendidikan berarti
mengorganisir bidang ilmu pengetahuan yang membentuk basis
aktivias lembaga pendidikan, bidang-bidang ilmu pengetahuan
ini satu dengan lainnya dipisah-pisah namun merupakan satu
kesatuan terpadu.
Materi pendidikan harus mengacu pada tujuan, bukan
sebaliknya

tujuan

mengarah

kepada

suatu

materi,

oleh

karenanya materi pendidikan tidak boleh berdiri sendiri sendiri


terlepas dari kontrrol tujuannya.2 Pemilihan materi di samping harus
sesuai dengan tujuan, dituntut pula agar sesuai dengan subjek didik yang
dipelajarinya. Materi yang akan diberikan harus dapat disesuaikan dengan
kemampuan peserta didik, menarik perhatian, minat, umur, bakat, jenis kelamin,
latar belakang, dan pengalaman.
Materi juga perlu diorganisasikan menurut urutannya dengan memperhatikan
keseimbangan dari yang sederhana kepada yang kompleks, dari yang konkret
menuju

yang

abstrak,

sehingga

dapat

menuntun

para

pelajar

secara

runtun/sistematis, sehingga melahirkan kurikulum.

2.2 Konsepsi Islam tentang Pengetahuan


Salah satu gagasan yang paling canggih, komprehensif, dan mendalam
yang dapat ditemukan di dalam al-quran adalah konsep ilmu pengetahuan.
1
2 Dr. AbdurrahmanSaleh Abdullah,Teori-Teori Pendidikan berdasarkan Al-Quran,( Jakarta:PT
Rineka Cipta, 1994),hal.159

Sesungguhnya, tingkat kepentingannya hanya berada di konsep tauhid, yang


mendasar dari al-quran. Pentingnya konsep ini terungkap dalam kenyataan
bahwa al-quran menyebut akar kata ilmu dan kata turunannya tidak kurang dari
744 kali.3 Dalam sejarah peradaban muslim, konsep pengetahuan secara
mendalam meresap ke dalam seluruh lapisan masyarakat dan mengungkap dirinya
dalam sebuah upaya intelektual.
Tidak ada peradaban lain dalam sejarah yang memiliki konsep
pengetahuan dengan semangat yang demikian tinggi dan mengejarnya dengan
amat tekun. Sifat penting dari konsep pengetahuan dalam al-Quran adalah holistik
dan utuh. Di dalam konsep ini tidak terdapat pemisah antara al-quran dan nilainilai. Di dalam Islam, pencarian pengetahuan oleh seseorang bukanlah sesuatu
yang tidak mungkin, tetapi harus, dan dianggap sebagai kewajiban bagi semua
Muslim yang bertanggung jawab (hadits Nabi SAW-pen).
Dengan ilmu pengetahuan, Allah telah memuliakan manusia. Adam
alaihis salam diangkat derajatnya oleh Allah diatas para malaikat karena Allah
telah menganugerahkan kepadanya ilmu pengetahuan, yang tidak diberikan
kepada para malaikat. Allah juga berjanji bahwa Dia akan mengangkat orangorang yang beriman dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat.
Semua ini mempertegas kemuliaan orang yang berilmu pengetahuan.
Konsepsi

Al-Quran

tentang

orang

yang

berilmu

pengetahuan, yaitu orang yang senantiasa merenungi ayat-ayat


kauniyah, lalu sampai pada kesadaran dan pengakuan pada
kebesaran Allah, dan akhirnya sampai pada puncak rasa takut
kepada-Nyaa.

Ilmu

pengetahuan

semestinya

mengantarkan

pemiliknya pada peningkatan ketakwaan dan rasa takut kepada


3

Drs. Muhammad Alim, M.Ag,Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan
Kepribadian Muslim,( Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2006),hlm.205

Allah. Dan dengan demikian, dalam Islam seseorang baru disebut


berilmu pengetahuan jika ilmu pengetahuan yang dimiliknya
mengantarkannya pada rasa takut yang sangat kepada Allah.
Dengan tafsiran seperti inilah kita memahami firman Allah
dalam QS Faathir: Sesungguhnya yang takut kepada Allah
diantara hamba-hamba-Nya hanyalah orang-orang yang berilmu
pengetahuan (ulama).

2.3 Jenis dan Klasifikasi Pengetahuan Manusia menurut


Islam
Klasifikasi ilmu pengetahuan dalam konsep islam tidak mengenal adanya
dikotonomi antara ilmu pengetahuan umum dengan ilmu pengetahuan agama.
Tidak benar apabila ada anggapan bahwa ilmu pengetahuan umum adalah ilmu
kafir. Ilmu umum maupun ilmu agama adalah ilmu pengetahuan sumbernya
berasal dari allah SWT. Al-ghozali membagi ilmu pengetahuan menjadi dua jenis:
a). ilmu-ilmu fardu ain, ilmu yang wajib dipelajari oleh semua orang Islam
meliputi ilmu-ilmu agama atau ilmu yang bersumber dari dalam kitab suci Alquran.
b) ilmu-ilmu yang merupakan fardu kifayah, ilmu-ilmu yang dapat dimanfaatkan
untuk memudahkan urusan duniawi, seperti ilmu hitung, kedokteran, teknik,
pertanian, dan industry.4
Ibn Khaldun menjelaskan ilmu manusia adalah mendapat sesuatu
gambaran yang diketahui keadaannya dengan usaha. Ilmu ini berbeda dengan ilmu
malaikat yang lebih tinggi. Namun ilmu malaikat dapat diperolehi oleh nabi dan
4Ismail Fajrie Alatas, Suungai tak bermuara Risalah Konsep Ilmu dalam Islam (Jakarta: Diwan,
2006),hlm.33

rasul kerana mereka telah diberi sifat-sifat khusus oleh Allah untuk menerima
wahyu bagi disampaikan kepada manusia lainnya. Menurut Ibn Khaldun, ilmu
yang wujud dalam diri manusia mempunyai dua sumber, yaitu akal dan wahyu.
Menerusi akal, manusia dibedakan dengan binatang yang tidak dianugerahkan
akal dan fikiran bagi membedakan sesuatu benda.
Ibn Khaldun mengklasifikasikan ilmu kepada dua, yaitu ilmu yang
diperolehi oleh manusia daripada rasul-rasul dan ilmu yang diperolehi
berdasarkan proses akal. Ilmu yang pertama dinamakan al-Ulum al-Naqliyyah alWadiyyah (the traditional sciences), yaitu ilmu yang didapati melalui rasul Allah
berdasarkan al-Quran dan al-Sunnah dan yang kedua dinamakan al-Ulum alHikmiyyah al-Falsafiyyah (the philosophical sciences), yaitu ilmu yang
diusahakan oleh akal manusia.
Dalam al-Ulum al-Naqliyyah al-Wadiyyah, Ibn Khaldun menjelaskan ilmu
yang terkandung dalamnya seperti berikut :
1. Ilmu Tafsir yang menjelaskan lafaz-lafaz al-Quran
2. Ilmu Qiraah yang menyatakan bacaan al-Quran
3. Ulum Hadith yang menjelaskan sanad dan perkhabaran perawi-perawi
tentang Sunnah Rasulullah
4. Usul Fiqh yang menjelaskan bagaimana mengeluar hukum-hukum Allah,
5. Ilmu Fiqh yang merupakan hukum yang diperolehi daripada perbuatan
manusia
6. Ilmu Kalam yang membahaskan aqidah keimanan dan hujah-hujahnya, (8)
Ilmu Bahasa yang meliputi lughah, nahu, bayan dan adab. Jelasnya, semua
ilmu ini adalah berdasarkan al-Quran dan as-Sunnah. Ibn Khaldun juga
membahaskan ilmu Tasauf, dan Ramalan mimpi dalam khasifikasi ilmu
pertama ini.
Dalam

klasifikasi

kedua,

iaitu al-Ulum`

al-Hikmiyyah

al-

Falsafiyyah (akal) terdapat beberapa jenis ilmu, yaitu


1. Ilmu Matematik yang menjelaskan sukatan dan ukuran

2. Ilmu Handasah (Geometri) yang membahaskan persoalan ukuran


dan timbangan
3. Ilmu Hayah (Astronomi) yang melihat kepada pergerakan
cakrawala
4. Ilmu Mantiq yang menyatakan cara menjaga akal dari kesalahan,
5. Ilmu Tabie (Nature) yang mengkaji hal jisim dan persoalanpersoalan fizik
6. Ilmu Ilahiyyat

(Metafizik)

yang

membahaskan

persoalan

ketuhanan
7. Ilmu Sihir
8. Ilmu Rahsia Huruf
9. Ilmu Kimia.
Setiap ilmu ini mempunyai cabang-cabang ilmu yang lain. Sebagai
contohnya, ilmu Matematik akan melahirkan ilmu Arithmatik, ilmu Hisab, ilmu
Muamalat dan ilmu Faraid; ilmu Tabie / Fizik akan melahirkan ilmu kedokteran
dan ilmu Pertanian. Secara ringkasnya ilmu ini adalah berdasarkan pengalaman
dan pemikiran manusia.
Pengklafikasian ilmu oleh Ibn Khaldun secara umumnya mempunyai
persamaan

dengan

tokoh-tokoh

sebelumnya

seperti

al-Farabi

dalam

kitabnya Ihsa al-Ulum dan al-Ghazali dalam Ilya Ulumuddin, Kitab al-Ilm. AlGhazali sebagai contohnya menggunakan istilah syariyah (syariah) dan ghayr alsyariyah (bukan syariah) sebagai ganti kepada pembahagian Ibn Khaldun.

2.4 Berbagai Pengetahuan yang harus menjadi Materi


Pendidikan Islam
Materi-materi yang diuraikan dalam al-quran menjadi
bahan-bahan pokok pelajaran yang disajikan dalam proses
pendidikan Islam, baik formal maupun non-formal. Oleh karena

itu, materi pendidikan Islam harus dipahami, dihayati, diyakini,


dan diamalkan dalam kehidupan umat Islam.
Menurut pandangan Prof. Dr Mohammad Fadhil al-Djamali,
semua jenis ilmu yang terkanung di dalam al-quran harus
diajarkan kepada anak didik. Ilmu-ilmu tersebut meliputi: ilmu
agama, sejarah, ilmu falak, ilmu bumi, lmu jiwa, ilmu kedokteran
ilmu pertanian, bioogi, ilmu hitung, ilmu hukum, perundangundangan, ilmu kemasyarakatan (sosiologi), ilmu ekonomi,
balaghah, ilmu bahasa Arab. Ilmu pembelaan Negara, dan segala
ilmu yang dapat mengembangkn kehidupan umat manusia dan
yang mempertinggi derajatnya.5
Bila dilihat dari urgensinya, Ibnu Khaldun membagi ilmu
pengetahuan sebagai berikut:
1. Ilmu syariah dengan semua jenisnya.
2. Ilmu filsafat, termasuk ilmu alam dan ilmu ketuhanan.
3. Ilmu alat yang bersifat membantu ilmu-ilmu agama, seperti
ilmu lughah, dll
4. Ilmu alat yang membantu falsafah, seperti ilmu mantik
(logika)
Menurutnya, ilmu pengetahuan tersebut banyak bergantung
pada kepandaian guru dalam mempergunakan metode yang
tepat dan baik. Oleh karena itu, guru wajib mengetahui faedah
dari suatu metode yang dipergunakan.

5 Prof. H.M. Arifin, M.Ed, Imu Pendidikan Islam Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdasarkan
Pendektan Interdisipliner(Jakarta: PT Bumi Aksara),hlm.137

Anda mungkin juga menyukai