Anda di halaman 1dari 16

MODUL 8

IPTEKS DAN PERADABAN ISLAM


Dwi Ratnasari

PENDAHULUAN
Ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni merupakan unsur penting bagi terbentuknya
suatu peradaban. Islam sangat memperhatikan pentingnya ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni dalam kehidupan umat manusia.. Martabat manusia di hadapan Allah, selain ditentukan
oleh kualitas peribadatannya, juga ditentukan oleh kemampuannya dalam mengembangkan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam kehidupannya.
Peradaban Islam pernah mengalami masa-masa keemasan (Golden Age), yaitu masa
ketika peradaban Islam mencapai puncak kejayaannya. Hal ini ditandai dengan pesatnya
kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, sehingga peradaban Islam mampu
memimpin peradaban dunia. Jika pada masa Dinasti Abbasiyah umat Islam mampu menjadi
sumber ilmu pengetahuan dan menjadi kiblat peradaban dunia, termasuk Barat, saat ini
justru umat Islam tertinggal jauh sekali terutama dalam perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Oleh karena itu, perlu upaya rekonstruksi untuk menata kembali berbagai
aspek dalam kehidupan umat Islam baik dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi,
maupun seni yang merupakan bagian dari peradabannya, agar sesuai dengan nilai-nilai
ajaran Islam. Dengan cara ini umat Islam akan mampu menghidupkan kembali warisan lama
peradaban Islam dan mengembangkannya secara optimal sehingga dapat mewujudkan
kehidupan keagamaan yang mengedepankan nilai-nilai Islam universal atau rahmatan
lil’alamin.
Modul ini terdiri dari 3 Kegiatan Belajar (KB). Kegiatan Belajar 1 membahas tentang
Konsep IPTEKS dan Peradaban dalam Islam, Kegiatan Belajar 2 menjelaskan tentang IPTEKS
Sebagai Hasil Peradaban Islam, dan Kegiatan Belajar 3 menerangkan Kedudukan Islam
sebagai Sumber Peradaban.
Setelah membaca modul ini Anda diharapkan mampu menjabarkan konsep Ipteks dan
peradaban yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam dan menjadikan Islam sebagai sumber
peradaban sehingga Anda mampu mengembangkan peradaban guna mewujudkan
kesejahteraan bagi umat manusia. Adapun tujuan khusus yang diharapkan dari modul ini
adalah Anda mampu:
1. Menjelaskan pengertian IPTEKS dan Peradaban dalam Islam
2. Membedakan antara kebudayaan dan peradaban dalam Islam
3. Menjelaskan wujud dan prinsip-prinsip dasar peradaban Islam
4. Menjelaskan keterkaitan IPTEKS sebagai hasil peradaban Islam dengan peradaban
sebelumnya
5. Menjelaskan perkembangan IPTEKS dalam Islam
6. Menjelaskan tokoh-tokoh penemu IPTEKS dalam Islam, dan temuannya
7. Membedakan Islam sebagai agama dan Islam sebagai budaya
8. Menjelaskan peran Alquran dan hadis sebagai sumber peradaban Islam
9. Menyebutkan contoh ayat Alquran yang menjadi sumber peradaban Islam
Untuk memenuhi harapan di atas, ada beberapa strategi membaca dan belajar yang
perlu Anda lakukan:
1. Sebelum Anda membaca materi dengan seksama, ada baiknya jika Anda melihat peta
konsep yang memetakan secara global materi yang harus dipahami.
2. Anda dapat menambahkan catatan pinggiran untuk menandai konsep-konsep penting
untuk dipahami dan didiskusikan.
3. Anda dianjurkan mengerjakan setiap latihan/tugas yang ada dalam modul ini.
4. Untuk mengetahui seberapa jauh materi yang sudah Anda kuasai, Anda harus
mengerjakan tes formatif yang ada pada setiap akhir Kegiatan Belajar.

PETA KONSEP
KEGIATAN BELAJAR 1: KONSEP IPTEKS DAN PERADABAN DALAM ISLAM

A. Pengertian IPTEKS
IPTEKS merupakan singkatan dari Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni. Kata “ilmu”
berasal dari bahasa Arab ‘ilm yang memiliki beberapa arti, antara lain pengetahuan,
pengajaran, adat, pemberitahuan dan pendapat. Jamak dari ‘ilm adalah ‘ulum yang berarti
science (ilmu pengetahuan), dan al’ulum yang berarti natural science (ilmu alam) (Hans Wehr,
1974:635).
Dari definisi tersebut pengertian antara ilmu dan ilmu pengetahuan sepintas sama,
yakni berkaitan dengan pengetahuan, pengajaran, kepandaian, dan pendapat. Namun, para
ahli membedakan antara pengetahuan dan ilmu pengetahuan. Pengetahuan adalah sesuatu
yang diketahui. Pengetahuan pada umumnya bersifat common sense atau pendapat umum
yang belum teruji secara empiris dan belum tersusun secara sistematis. Sementara ilmu
pengetahuan atau scientific knowledge adalah pengetahuan yang bersifat ilmiah, yang
dihasilkan melalui proses penelitian, pembuktian, pengujian dan percobaan secara
mendalam, sistematis, obyektif dan komprehensif, menggunakan berbagai metode dan
pendekatan penelitian (Abuddin Nata, 2011: 363-364).
Dalam perkembangannya, para ahli membagi ilmu pengetahuan menjadi ilmu
pengetahuan alam (natural sciences) dan ilmu pengetahuan sosial (social sciences). Ilmu
pengetahuan alam berisi teori-teori yang bersifat objektif, pasti, dan memiliki response time
(reaksi waktu) yang pasti misalnya, teori yang mengatakan setiap benda cair bentuknya akan
mengikuti bejana tempat benda cair tersebut diletakkan atau teori yang mengatakan jika air
dipanaskan akan mendidih, dan jika didinginkan akan membeku. Teori ini dapat dibuktikan
kebenarannya dengan mengambil air dan memasukkannya ke dalam bejana lalu diletakkan
di atas kompor menyala, maka dalam jangka waktu tertentu air ini akan diketahui reaksinya.
Sementara dalam ilmu pengetahuan sosial, teori-teorinya bersifat subjektif, tidak pasti dan
tidak memiliki time response yang pasti. Misalnya teori tentang masuknya Islam ke Indonesia,
ada yang mengatakan Islam masuk ke Indonesia langsung dari Arab, dari Cina, dari India
maupun Persia. Semua teori ini masing-masing memiliki argumentasi dan alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya (Abudin Nata, 2011:364-365).
Ilmu pengetahuan membuat manusia menjadi dekat dengan Penciptanya dan terangkat
derajatnya. Allah berfirman dalam Alquran:

ْ‫اّللِْ او ِاس اعةْْإَِّّْناا‬ ُْ ‫فْ اه ِذْهِْالدُّن يااْ اح اسناةْْ اوأار‬


َّْ ْ‫ض‬ ْ‫ينْءا اامنُواْاتَّ ُقواْ اربَّ ُكمْْلِلَّ ِذ ا‬
ْ ِْ‫ينْأاح اسنُوا‬ ْ‫ادْالَّ ِذ ا‬
ِْ ‫قُلْْ اَي ِعبا‬
ْ‫الصابُِرو اْنْأاجارُهمْْبِغا ِْيْ ِح اساب‬ َّ ْ‫ّف‬ َّْ ‫يُ او‬
Artinya: “Katakanlah! Apakah sama orang-orang yang mengetahui (berilmu) dengan orang-orang
yang tidak mengetahui (tidak berilmu). Sesungguhnya orang berakallah yang dapat menerima
pelajaran” (Q.S. az-Zumar, 39: 9).

Allah juga berfirman:


ْ‫اّللُْلا ُكمْ ْ اوإِذاا ْقِ ا‬
ْ‫يل‬ َّْ ْ ‫حوا ْياف اس ِْح‬
ُْ ‫س ْفااف اس‬ ِْ ِ‫ف ْال ام اجال‬ ْ‫ين ْءا اامنُوا ْإِ اذا ْقِ ا‬
ْ ِْ ‫يل ْلا ُكمْ ْتا اف َّس ُحوا‬ ْ‫اَيأايُّ اها ْالَّ ِذ ا‬
ْ‫ينْءا اامنُواْ ِمن ُكمْْ اوالَّ ِذ ا‬
َّْ ‫ينْأُوتُواْالْعِل اْمْ اد ار اجاتْْ او‬
ْْ‫اّللُِِْبااْتاع املُو اْنْ اْخبِي‬ ْ‫اّللُْالَّ ِذ ا‬
َّْ ْ‫ان ُشُزواْفاان ُشُزواْيارفا ِْع‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam
majlis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:
“Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan (Q.S. Al-Mujadalah, 58: 11).

Demikianlah, betapa kuat dorongan Alquran terhadap penguasaan ilmu pengetahuan


oleh umat manusia. Allah memerintahkan manusia untuk menyelidiki dan merenungkan
penciptaan alam semesta ini, mulai dari penciptaan langit, bumi, gunung, bintang, tumbuhan,
binatang, pergantian siang dan malam, dan berbagai ciptaan lainnya. Ilmu pengetahuan atau
sains menawarkan cara untuk menemukan rahasia keagungan Allah yaitu dengan
mengamati alam semesta beserta seluruh makhluk di dalamnya dan menyampaikan hasilnya
kepada umat manusia. Oleh karena itu, Islam menempatkan sains sebagai alat untuk
mempelajari keagungan ciptaan Allah Swt. (Yahya, 2007:1).
Adapun teknologi dalam (Depdiknas, 2015: 1422), diartikan sebagai “metode ilmiah
untuk mencapai tujuan praktis atau ilmu pengetahuan terapan”. Teknologi pada hakikatnya
merupakan penerapan teori-teori ilmu alam dengan teknik tertentu. Misalnya, penerapan
teori tentang air yang dipanaskan mendidih dan didinginkan membeku. Penerapan teori ini
melahirkan lemari kulkas yang dapat mendinginkan air, atau dispenser yang dapat
memanaskan dan mendinginkan air, sehingga teknologi disebut ilmu tentang cara
menerapkan ilmu pengetahuan untuk memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan
kenyamanan manusia (al-Hassan & Hill, 1993: 17 dan Shihab, 2007: 580). Dengan demikian,
mesin atau alat canggih yang digunakan manusia bukanlah teknologi, melainkan hasil dari
teknologi meskipun sering diasosiasikan sebagai teknologi.. Teknologi merupakan
pengejawantahan ilmu dalam bentuk alat dan wahana kehidupan, selain dapat dianggap
sebagai wujud peradaban manusia dalam setiap zamannya.
Berdasarkan petunjuk Alquran, seorang muslim diperbolehkan menerima hasil
teknologi yang sumbernya netral, tidak menyebabkan perbuatan maksiat dan bermanfaat
bagi kehidupan manusia. Jika penggunaan sebuah teknologi membuat seseorang lalai dari
zikir dan tafakur serta mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan maka bukan hasil teknologinya
yang mesti ditolak melainkan manusia sebagai pengguna maupun penghasilnya harus
diarahkan agar aktivitas kehidupannya selalu dalam bingkai nilai-nilai ajaran Islam.
Sementara seni adalah keindahan. Seni merupakan ekspresi ruhani dan budaya
manusia. Benda-benda yang diolah secara kreatif oleh tangan-tangan manusia sehingga
melahirkan keindahan disebut karya seni. Seni lahir dari dorongan sisi terdalam manusia
yang mengandung nilai-nilai keindahan. Dorongan tersebut merupakan naluri atau fitrah
yang dianugerahkan Allah Swt (Q.S. Ar-Rum, 30: 30)
Kemampuan berseni merupakan salah satu perbedaan manusia dengan makhluk lain.
Karya seni yang bertentangan dengan nilai-nilai ketuhanan tidak akan abadi. Islam
mendukung kesenian yang menjunjung tinggi fitrah manusia yang suci, sehingga Islam
bertemu dengan seni dalam jiwa manusia (Shihab, 2007: 508). Kesenian yang ma’ruf
merupakan hasil kreasi masyarakat yang sejalan dengan nilai-nilai Islam. Sementara kesenian
yang munkar tidak sesuai dengan ajaran Islam. Pada dasarnya Islam sangat menghargai
segala kreatifitas manusia, termasuk yang lahir dari penghayatan manusia terhadap wujud
alam semesta ini, selama kreasi tersebut sejalan dengan fitrah manusia yang suci.
B. Pengertian Peradaban Islam
Secara harfiyah, peradaban Islam adalah terjemahan dari bahasa Arab al-hadharah al-
Islamiyyah, atau al-madaniyah al-Islamiyah (Ahmad Syalaby, 1978:10). Beberapa pakar
mengatakan bahwa peradaban berasal dari kata adab yang mengandung pengertian tata
krama, perilaku atau sopan santun (Karim, 2007: 33). Maka Peradaban Islam adalah
kesopanan, akhlak, tata krama, dan juga sastra yang diatur sesuai syariat Islam (Muntoha
dkk, 2002: 13).
Kata peradaban seringkali dikaitkan dengan kebudayaan. Padahal keduanya dapat
dibedakan. Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan adalah hasil cipta, rasa dan karsa
manusia yang mewujud dalam tiga bentuk yaitu; 1) wujud ideal berupa ide, gagasan, nilai,
dan norma, 2) wujud perilaku berupa aktivitas manusia dalam masyarakat, dan 3) wujud
benda berupa benda-benda hasil karya manusia. Sementara peradaban adalah istilah yang
sering dipakai untuk menunjukkan perkembangan kebudayaan yang mencapai puncaknya,
yang berwujud unsur-unsur kebudayaan yang halus, indah, tinggi, luhur, sehingga
masyarakat yang memilikinya disebut masyarakat yang berperadaban tinggi. Istilah
peradaban juga sering dipakai untuk menyebut hasil-hasil kebudayaan seperti kesenian, ilmu
pengetahuan, dan teknologi (Koentjaraningrat, 1985: 5). Oleh karena itu, tinggi rendahnya
peradaban suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan atau perkembangan
dunia intelektualnya, kemajuan teknologi dan seni yang telah dicapainya.
Sementara menurut Effat Syarqawi kebudayaan adalah apa yang kita rindukan
(idealitas), sementara peradaban adalah apa yang kita pergunakan (realitas). Dengan demikian,
peradaban meliputi semua pengalaman praktis yang diwarisi dari satu generasi ke generasi
lain. Peradaban tampak dalam bidang fisika, kimia, kedokteran, astronomi, ekonomi dan
semua bentuk kehidupan yang berkaitan dengan penggunaan ilmu terapan dan teknologi (al-
Syarqawi, 1986: 5).
Kaitannya dengan berbagai definisi tersebut di atas, yang dimaksud peradaban Islam
adalah peradaban orang-orang muslim atau peradaban manusia yang diilhami dan dilandasi
oleh nilai-nilai ajaran Islam yang universal, dalam lapangan ilmu pengetahuan, teknologi dan
kesenian, yang didedikasikan bagi kepentingan dan kemaslahatan umat manusia di muka
bumi ini. Peradaban Islam merupakan bagian dari kebudayaan Islam yang bertujuan
memudahkan dan menyejahterakan hidup manusia di dunia dan di akhirat kelak.
A. Peradaban Islam: Wujud dan Prinsip-Prinsip Dasar
Tanda wujudnya peradaban, menurut Ibnu Khaldun adalah berkembangnya ilmu
pengetahuan seperti fisika, kimia, geometri, aritmetik, astronomi, optik, kedokteran, dan
sebagainya. Maju mundurnya suatu peradaban berkaitan erat dengan maju mundurnya ilmu
pengetahuan, sebab substansi peradaban adalah Ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan akan
berkembang jika terdapat komunitas yang aktif mengembangkannya sehingga dapat
melahirkan berbagai macam teknologi, (tekstil, pangan, bangunan, arsitektur), dan kesenian
misalnya kaligrafi, musik, puisi, sastra, dan sebagainya (Khaldun, 1986: 25-26).
Peradaban Barat, Yunani, dan Islam menjadi berkembang karena pengembangan ilmu
pengetahuan yang dilakukan oleh masyarakatnya. Tidak ada peradaban yang pernah maju
tanpa adanya perhatian dan upaya serius dalam bidang pendidikan. Hal ini sepenuhnya
berlaku pada peradaban Islam yang pernah menjadi pemimpin peradaban dunia, sebelum
kemudian diambil alih oleh Barat pada masa modern sekarang ini (Asari, 1994: 11).
Peradaban memperoleh perhatian yang serius dalam Islam karena memiliki peran yang
sangat penting dalam membumikan ajaran Islam sesuai dengan kondisi dan kebutuhan hidup
umat Islam. Ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni sebagai wujud peradaban manusia, dapat
diterima Islam jika sesuai dengan nilai-nilai atau norma-norma ajaran Islam. Dengan
demikian, prinsip-prinsip peradaban Islam merujuk pada sumber ajaran Islam, yaitu:
Pertama, menghormati akal. Manusia dengan akalnya bisa mewujudkan peradaban.
Oleh karenanya, peradaban Islam menempatkan akal pada posisi terhormat. Prinsip ini sesuai
dengan firman Allah Swt:

ْ‫اب‬ ْ ِ ُ‫َّها ِْرْاَل اَيتِْْْْل‬


ِْ ‫ولْاْلالبا‬ ِْ ‫ضْ اواختِ اَل‬
‫فْاللَّي ِْلْ اوالن ا‬ ِْ ‫الس ام او‬
ِْ ‫اتْ اواْلار‬ ْ ِْ‫إِ َّْن‬
َّ ْ‫فْ اخل ِْق‬
Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal” (Q.S. Ali Imran, 3: 190).
Kedua, memotivasi untuk menuntut dan mengembangkan ilmu. Perkembangan ilmu
pengetahuan menandai majunya sebuah peradaban. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt:

ْ‫ينْءا اامنُواْ ِمن ُكمْْ اوالَّ ِذ ا‬


َّْ ‫ينْأُوتُواْالعِل اْمْ اد ار اجاتْْ او‬
ْ ْْ‫اّللُِِْبااْتاع املُو اْنْ اخبِي‬ ْ‫اّللُْالَّ ِذ ا‬
َّْ ْ‫يارفا ِْع‬
Artinya: “Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang berilmu beberapa derajat” (Q.S. al-Mujadalah, 58: 11).

Ketiga, menghindari taklid buta. Peradaban Islam hendaknya mengantarkan umat


manusia untuk tidak menerima sesuatu sebelum diteliti, melainkan dikritisi terlebih dahulu
agar diketahui alasannya, sehingga IPTEKS yang dihasilkan akan sejalan dengan nilai-nilai
ajaran Islam. Sebagaimana firman Allah Swt:

ْْْْ‫ول‬ ْ‫صاْرْ اوال ُف اؤ اْادْْ ُك ُّْلْْأُولاِِ ا‬


ًْ ُِ‫كْْ اكا اْنْ اعن ْهُْ امس‬ َّ ْ‫كْبِِْهْ ِعلمْْإِ َّْن‬
‫السم اْعْ اوالبا ا‬ ْ‫سْلا ا‬
ْ‫فْ اماْلاي ا‬
ُْ ‫اواْلْتاق‬
Artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui, karena pendengaran,
penglihatan dan hati nurani semua itu akan diminta pertanggungjawabannya”. (Q.S. al-Isra’, 17: 36).

Keempat, tidak membuat pengrusakan. Peradaban Islam boleh dikembangkan seluas-


luasnya oleh manusia, namun harus mempertimbangkan keseimbangan alam agar tidak
terjadi kerusakan di muka bumi ini. Sebagaimana firman Allah Swt:

ْ‫بْال ُمف ِس ِد ا‬
ْ ْْ‫ين‬ ُّْ ‫اّللاْاْلْ ُُِي‬
َّْ ْ‫ضْإِ َّْن‬ ْ ِْ‫اد‬
ِْ ‫فْاْلار‬ ْ‫اواْلْتاب ِْغْال اف اس ا‬
Artinya: “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (Q.S. al-Qashash, 28: 77).

Manusia diberi kebebasan oleh Allah untuk mengolah, mengelola, dan


memakmurkan bumi tempat mereka tinggal. Manusia dipersilahkan untuk mengembangkan
peradaban sesuai dengan kapasitasnya sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi ini,
tentunya dengan batasan-batasan yang ditetapkan syariat Islam.
RANGKUMAN

Ilmu pengetahuan membuat manusia dekat dengan penciptaNya dan terangkat


derajatnya. Ilmu pengetahuan menawarkan cara untuk menemukan rahasia keagungan Allah
yaitu dengan mengamati alam semesta beserta seluruh makhluk di dalamnya dan
menyampaikan hasilnya kepada seluruh umat manusia. Oleh karena itu, Islam menempatkan
ilmu pengetahuan atau sains sebagai alat untuk mempelajari keagungan ciptaan Allah Swt.
Teknologi merupakan pengejawantahan ilmu dalam bentuk alat dan wahana kehidupan.
Seorang muslim diperbolehkan menerima hasil teknologi yang sumbernya netral, tidak
menyebabkan perbuatan maksiat dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. Jika penggunaan
sebuah teknologi membuat seseorang lalai dari zikir dan tafakur serta mengabaikan nilai-nilai
kemanusiaan maka bukan hasil teknologinya yang mesti ditolak melainkan manusia sebagai
pengguna maupun penghasilnya harus diarahkan agar aktivitas kehidupannya selalu dalam
bingkai nilai-nilai ajaran Islam. Alquran memerintahkan manusia untuk menegakkan
kebajikan, memerintahkan perbuatan yang ma’ruf dan mencegah perbuatan yang munkar.
Kesenian yang ma’ruf merupakan hasil kreasi masyarakat yang sejalan dengan nilai-nilai
Islam. Sementara kesenian yang munkar tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Substansi peradaban adalah ilmu pengetahuan. Perkembangan tradisi intelektual
Islam menjadi penggerak lahirnya peradaban Islam. IPTEKS sebagai wujud peradaban
manusia, dapat diterima Islam jika sesuai dengan nilai-nilai atau norma-norma ajaran Islam.

KEGIATAN BELAJAR 2: IPTEKS SEBAGAI HASIL PERADABAN ISLAM

Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan


keterkaitan IPTEKS sebagai hasil peradaban Islam dengan peradaban sebelumnya,
menjelaskan perkembangan IPTEKS dalam Islam, dan menjelaskan tokoh-tokoh penemu
IPTEKS dalam Islam, beserta temuannya.

A. Sejarah Kemunculan IPTEKS


Manusia telah diciptakan oleh Allah Swt dengan seperangkat potensi. Potensi yang
paling istimewa adalah akal pikiran. Dengan akal pikirannya manusia dapat menghasilkan
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang bermanfaat bagi kehidupannya. Perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni hingga seperti sekarang ini tidaklah berlangsung secara
mendadak, melainkan melalui proses bertahap dan evolutif.
Dalam sejarah umat manusia, bangsa yang diduga dapat menciptakan ilmu dan
teknologi pertama kali adalah bangsa Sumeria yang hidup ± 3000 tahun sebelum Masehi.
Hasil temuan bangsa Sumeria seperti tulisan paku, ilmu matematika, sastra, teknik irigasi,
pembuatan helm dan tameng dari logam, mempengaruhi bangsa-bangsa lain sekitarnya,
sehingga menimbulkan peradaban besar di dunia. Secara berturut-turut timbul peradaban
Mesopotamia, peradaban Mesir Kuno, peradaban Yunani, peradaban Romawi, peradaban
Persia, peradaban India, peradaban Cina, kemudian peradaban Islam dan akhirnya beralih ke
Eropa atau Barat (Madjid, 1984: 52). Sebelum peradaban Islam lahir, telah ada peradaban-
peradaban besar dunia. Peradaban itu satu sama lain saling berhubungan dan saling
mempengaruhi. Sebuah peradaban mengambil unsur-unsur peradaban sebelumnya
kemudian mengembangkannya dan memberi bekal kepada peradaban selanjutnya sehingga
membentuk mata rantai yang berkelanjutan.

A. Perkembangan IPTEKS dalam Islam


Pada masa Nabi Muhammad, Khulafa Rasyidun dan Bani Umayah, ilmu yang
berkembang adalah ilmu-ilmu keagamaan, seperti ilmu Alquran, ilmu hadis, ilmu kalam,
ilmu fiqh, tasawuf, dan ilmu tata bahasa Arab. Contoh ilmu yang muncul pada saat itu
misalnya legalisasi penyusunan Alquran pada masa khalifah Utsman bin Affan dalam satu
mushaf, yang proses penyusunannya sudah dimulai sejak masa Abu Bakar. Contoh lainnya
adalah berkembangnya ilmu kalam/teologi yang ditandai dengan lahirnya golongan-
golongan teologis seperti: Khawarij, Syiah, Murji’ah, Qadariyah, dan Jabariyah (Wijdan dkk,
2007: 25).

Gambar 10. Para Ilmuwan Islam Zaman Klasik


Sumber: http://www.nu.or.id/post/read/87894/baitul-hikmah-samudera-ilmu-pengetahuan

Pada masa Bani Abbasiyah, ilmu yang berkembang tidak hanya terbatas pada ilmu-
ilmu keagamaan, melainkan ilmu-ilmu non keagamaan seperti matematika, kedokteran,
astronomi, fisika, kimia, sastra dan seni, berkembang dengan pesat. Perkembangan keilmuan
pada masa ini disebabkan beberapa hal seperti dukungan penuh penguasa terhadap
perkembangan ilmu yang diwujudkan dalam bentuk penerjemahan berbagai disiplin
keilmuan karya-karya Yunani dan Persia ke dalam bahasa Arab, pendirian Bait al-Hikmah
sebagai lembaga pusat pengembangan ilmu, dan adanya sikap ilmiah yang terbuka, obyektif
dan kritis dari para ilmuwan Muslim (Muqowim, 2012: 4-5).
Sejarah mencatat nama-nama ilmuwan muslim yang berperan penting dalam
pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, yang merupakan hasil peradaban
umat Islam, yang mempengaruhi peradaban dunia. Beberapa ilmuwan muslim yang
berperan dalam berbagai bidang keilmuwan di antaranya adalah Abu Yusuf Ya’qub bin Ishaq
Al-Kindi, populer disebut “Filosof Arab”, meski menulis berbagai subjek selain filsafat,
seperti mineralogy, metalurgi, geologi, fisika, farmakologi dan obat-obatan (al-Hasan, 1993:
51). Ia merupakan ilmuan muslim pertama yang menulis tentang musik kaitannya dengan
notasi dalam penentuan nada suara (Myers, 2003: 1-2).
Berikutnya Hunayn bin Ishaq, penerjemah terbaik di masa Bani Abbasiyah. Buku-buku
yang diterjemahkan adalah karangan Galinos, Hipocrates, Ptolemeus, Euclid, Plato,
Aristoteles, dan lain-lain (Hitty, 2010: 388-391). Selain menerjemah ia juga menulis karya
orisinil di bidang kedokteran, filsafat, geografi, meteorology, zoology, linguistik dan
keagamaan (Al-Hasan & Hill, 1993: 51).
Abu Ali bin Al-Hasan Ibn Al-Haytsam, seorang fisikawan muslim dan ahli matematika
ternama. Ia adalah tokoh besar optik yang karya-karyanya dipelajari di Universitas-
universitas Eropa hingga Abad ke 18 M dan berpengaruh pada karya Kipler dan Galileo.
Karyanya yang berjudul Kitab al-Manadhir (kitab tentang optik) diterjemahkan ke dalam
bahasa latin dan dijadikan rujukan oleh Roger Bacon dan ahli fisika Jerman, Witelo. Karya-
karyanya berpengaruh besar terhadap perkembangan dunia ilmu pengetahuan dalam Islam
dan juga Barat (Heriyanto, 2011: 143).
Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi ilmuan muslim yang berkontribusi besar dalam
bidang matematika. Karyanya yang berjudul Hisab al-Jahr wa al-Muqabalah, yang dilengkapi
dengan lebih dari 800 contoh, setelah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard dari
Cremona pada abad ke 12, buku tersebut masih dipergunakan sebagai buku teks matematika
yang penting di universitas-universitas Eropa. Al-Khawarizmi berperan penting dalam
memperkenalkan angka-angka Arab yang disebut algoritma, ke Benua Eropa sesuai dengan
namanya (Hitty, 2010: 474-475).
Jabir bin Hayyan, ahli kimia muslim yang termashur. Ia dianggap sebagai penemu
metode evaporatin, filtration, sublimation, calcination, melting, distillation, dan crystallization yang
sangat terkenal. Ia dikenal sebagai pendiri laboratorium kimia pertama. Ia menulis lebih dari
500 karya ilmiah dalam berbagai bidang seperti filsafat, fisika, astronomi, astrologi, musik,
kedokteran, kegamaan dan yang paling banyak adalah tentang kimia. Beberapa karyanya
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, kemudian disalin ke berbagai bahasa Eropa seperti
Inggris, Prancis, dan Spanyol. Beberapa kompilasi karya Jabir dalam bahasa Inggris adalah
Book of The Composition of Alchemy, The Works of Geber dan Sun of Perfection (Heriyanto, 2011:
182).
Abu Al-Abbas Ahmad Al-Farghani, ahli astronomi muslim yang terkenal karena
banyak menulis karya tentang pergerakan benda langit. Beberapa karyanya yang penting
adalah Ushul Ilm An-Nujum (Dasar-dasar ilmu astronomi) dan al-Madkhal ila ‘Ilm al-Falak
(Pengantar Ilmu Falak) (Mirza dan Shiddiqi, 1986: 175).
Abu Ali Al-Husain bin Sina, biasa disebut Ibnu Sina, Ia menulis lebih dari 200 karya
tentang kedokteran, filsafat, geometri, astronomi, teologi, filologi dan seni. Karyanya yang
terkenal adalah Kitab Asy-Syifa, sebuah ensiklopedi filsafat yang didasarkan pada tradisi
Aristotelian yang telah dipengaruhi oleh Neo Platonisme dan teologi Islam, dan al-Qanun fi
Ath-Thib, yang merupakan kodifikasi pemikiran kedokteran Yunani-Arab (Hitti, 2010: 459-
461).
Penerjemahan buku-buku ilmiah karangan ilmuan-ilmuan muslim ke dalam bahasa
Latin berkontribusi besar bagi lahirnya Zaman kebangkitan Eropa yang dikenal dengan nama
Renaissance. Beberapa orang Eropa sendiri sebagian mengakui bahwa mereka tak mungkin
mengenal kebudayaan dan peradaban seperti sekarang ini jika tidak mendapat pengaruh dari
para intelektual muslim (Nasution, 1996: 301-303).
RANGKUMAN
Sebelum peradaban Islam lahir, telah ada peradaban-peradaban besar dunia seperti
peradaban Mesopotamia, Mesir Kuno, Yunani, Romawi, Persia, India, dan China. Peradaban
itu saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Sebuah peradaban mengambil unsur-
unsur peradaban sebelumnya kemudian mengembangkannya dan memberi bekal kepada
peradaban selanjutnya sehingga membentuk mata rantai yang berkelanjutan.
Perkembangan IPTEKS dalam Islam dimulai sejak masa Rasulullah saw, Khulafa
Rasyidun, dan Bani Umayyah. Ilmu yang berkembang adalah ilmu-ilmu keagamaan.
Selanjutnya pada masa Bani Abbasiyah, ilmu-ilmu non keagamaan seperti matematika,
kedokteran, astronomi, fisika, dan kimia berkembang pesat karena beberapa faktor di
antaranya adalah penejemahan karya Yunani dan Persia ke dalam bahasa Arab, didirikannya
lembaga pusat pengembangan keilmuan yang terkenal dengan nama Bait al-hikmah, dan
adanya sikap kritis dan ilmiah dari para ilmuwan muslim.
Beberapa nama ilmuwan muslim yang berperan penting dalam pengembangan IPTEKS
dalam Islam di antaranya adalah: Al-Kindi, Hunain Bin Ishaq, Ibnu al-Haitsam, Al-
Khawarizmi, dan Ibnu Sina, serta masih banyak lagi nama-nama yang belum disebutkan.

KEGIATAN BELAJAR 3: ISLAM SEBAGAI SUMBER PERADABAN

Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini para mahasiswa diharapkan dapat:


1. Membedakan Islam sebagai agama dan Islam sebagai budaya
2. Menjelaskan peran Islam sebagai sumber peradaban Islam
3. Menyebutkan contoh ayat Alquran yang menjadi sumber peradaban Islam

A. Islam sebagai Agama dan Islam sebagai Budaya


Islam yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw, telah membawa bangsa Arab
yang semula terbelakang, bodoh, tidak terkenal, dan diabaikan oleh bangsa-bangsa lain,
menjadi bangsa yang maju. Ia dengan cepat bergerak mengembangkan dunia, membina satu
peradaban yang sangat penting artinya dalam sejarah manusia hingga saat ini. Bahkan
kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang dicapai Barat pada mulanya bersumber
dari peradaban Islam yang masuk ke Eropa melalui Spanyol.
Islam memang berbeda dengan agama-agama lain. H.A.R. Gibb dalam bukunya Wither
Islam menyatakan: “Islam is indeed much more than a sistem of theology, it is a complete
civilization”.(Islam sesungguhnya lebih dari sekedar sebuah agama, ia adalah sebuah
peradaban yang sempurna). Karena yang menjadi pokok kekuatan dan timbulnya peradaban
Islam adalah agama Islam, maka peradaban yang ditimbulkannya disebut peradaban Islam
(Supriyadi, 2008: 19).
Agama dan budaya adalah dua bidang yang berhubungan dan tidak dapat dipisahkan,
namun keduanya berbeda. Agama bernilai mutlak, tidak berubah karena perubahan waktu
dan tempat. Sementara budaya, sekalipun berdasarkan agama dapat berubah dari waktu ke
waktu dan dari tempat ke tempat. Sebagian besar budaya didasarkan pada agama tapi tidak
pernah terjadi sebaliknya, agama berdasarkan pada budaya. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa agama adalah primer dan budaya adalah sekunder. Budaya dapat merupakan
ekspresi hidup keagamaan, karena itu kebudayaan sub ordinat terhadap agama, dan tidak
pernah sebaliknya.
Menurut Harun Nasution, agama pada hakikatnya mengandung dua kelompok ajaran
yaitu: pertama: ajaran dasar yang diwahyukan oleh Allah Swt melalui rasulNya kepada
manusia sebagaimana tertuang dalam kitab suci. Ajaran yang berupa wahyu ini bersifat
absolut, mutlak benar, kekal, tidak berubah dan tidak dapat diubah. Kedua: ajaran yang
berupa pemahaman atau penjelasan dari kitab suci yang berasal dari tokoh atau ahli agama.
Karena merupakan hasil pemikiran maka ajaran ini bersifat relatif, nisbi, berubah dan dapat
diubah sesuai dengan perkembangan zaman.
Dalam Islam, kelompok pertama terdapat dalam Alquran dan hadis mutawatir.
Alquran terdiri dari 6.300 ayat. Ayat yang mengatur tentang keimanan, ibadah, muamalah
dan kemasyarakatan manusia menurut penelitian ulama tidak lebih dari 500 ayat (Nasution,
1982: 12-18). Ajaran dasar Islam (Alquran dan hadis yang periwayatannya shahih) bukan
termasuk budaya, akan tetapi pemahaman ulama terhadap ajaran dasar agama merupakan
hasil cipta, rasa dan karsa ulama, sehingga merupakan bagian dari kebudayaan. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa Islam sebagai agama lebih dari sekedar budaya dan
peradaban. Islam merupakan sumber kebudayaan dan peradaban. Islam bukanlah
kebudayaan, melainkan dapat melahirkan kebudayaan. Jika kebudayaan adalah cipta, rasa
dan karsa manusia, maka Islam adalah realitas pewahyuan dari Tuhan, Allah Swt. (Nasution,
1996 : 291-292).

B. Islam sebagai Sumber Peradaban


Sumber peradaban Islam adalah Alquran dan hadis. Keduanya dinilai memiliki otoritas
yang cukup komprehensif dan universal. Meski dalam penggunaan sumber berupa Alquran
dan hadis mengalami pelebaran ruang dengan adanya ijma dan pemikiran ulama, namun
kedua sumber tersebut memiliki peran strategis bagi umat Islam. Sebagaimana sabda Nabi
yang menegaskan bahwa Alquran dan hadis merupakan warisan yang tak ternilai harganya.
Sebagai sumber peradaban, Alquran mengilhami lahirnya berbagai pemikiran dari para
pemikir muslim. Dalam menciptakan produk pemikiran, mereka menggunakan Alquran
sebagai sumber inspirasi. Mereka mampu menerjemahkan dan menafsirkan ayat-ayat
Alquran dengan mempertimbangkan semangat zaman pada saat Alquran diturunkan
(Karim, 2007: 37). Alquran mengandung ayat-ayat yang merupakan sumber ilmu
pengetahuan dan teknologi. Salah satu contoh ayat Alquran yang sudah digali kebenarannya
adalah hasil temuan guru besar Prancis dalam ilmu bedah yaitu Prof. Dr. Maurice Bucaille.
Menurut sejarah, ketika nabi Musa As. membawa Bani Israil keluar dari Mesir menuju
Palestina dengan menyeberangi Laut Merah, karena menghindari kejaran Fira’aun, Allah
memerintahkan kepada Musa untuk memukulkan tongkatnya ke laut, kemudian terbelahlah
lautan dan terbentanglah jalan yang besar ditengah-tengahnya, lalu Musa bersama kaumnya
melalui jalan itu dengan selamat hingga sampai ke seberang. Fir'aun dan pengikut-
pengikutnya juga melalui jalan itu, tetapi ketika mereka berada di tengah-tengah laut, laut
kembali seperti semula, akibatnya tenggelamlah mereka. Mayat Fir’aun ditemukan oleh
orang-orang Mesir terdampat di pantai. Kemudian mereka membalsem dan menjadikannya
mumi.
Berabad-abad kemudian, Prof Bucaille berhasil menemukan mumi Fira’aun. Setelah
melakukan pembedahan terhadap jasad Fir’aun, ia menemukan fakta bahwa sel-sel syaraf
Fir’aun menunjukkan bahwa kematiannya adalah akibat tenggelam di laut karena shock yang
hebat (Bucaille, 2007: 233), Lalu ia membandingkan dengan apa yang dinyatakan oleh Allah
dalam Alquran:

ْْ‫َّاسْ اعنْْءا ااَيتِنااْلاغاافِلُو اْن‬ ْ‫كْلِتا ُكو اْنْلِ امنْْ اخل اف ا‬


ِْ ‫كْءااياْةًْ اوإِ َّْنْْ اكثِ ًياْ ِْم اْنْالن‬ ْ‫فااليا واْمْنُنا ِج ا‬
ْ‫يكْبِبا ادنِ ا‬
Artinya: “Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi
orang-orang yang datang sesudahmu dan Sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-
tanda kekuasaan kami” (Q.S. Yunus, 10: 92).

ْ ْْ‫الْفِر اعو اْنْ اوأان تُمْْتانظُُرون‬


ْ‫اوإِذْْفا ارق نااْبِ ُك ُْمْالباحاْرْفاأاْناي ناا ُكمْْ اوأاغارق نااْءا ا‬
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami
tenggelamkan (Fir'aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan” (Q.S. Al-
Baqarah, 2: 50).

Bucaille meyakini bahwa Alquran benar-benar wahyu Allah Swt. Menurutnya, semua
ayat Alquran masuk akal dan mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Keyakinannya ini kemudian menuntunnya untuk memeluk Islam (Wirapradja, 2005: vi ).
Alquran membantu manusia mengungkapkan peradaban masa lalu untuk dijadikan
sebagai bahan pelajaran dan agar manusia senantiasa melakukan dialog dengan peradaban-
peradaban sebelumnya. Sebab pergulatan peradaban merupakan fenomena alam yang telah
berlangsung sepanjang zaman. Alquran menegaskan:

ْ‫وب ْ اْوقاباائِ اْل ْلِتا اع اارفُوا ْإِ َّْن ْأاكارام ُكمْ ْعِن اْد‬
ًْ ُ‫َّاس ْإِ َّّْن ْ اخلاقناا ُكمْ ْ ِمنْ ْذا اكرْْ اوأُن ثاىْ او اج اعلْناا ُكمْ ْ ُشع‬
ُْ ‫اَيأايُّ اها ْالن‬
ْ ْ‫اّللاْ اعلِيمْْ اخبِي‬
َّْ ْ‫اّللِْأات اقا ُكمْْإِ َّْن‬
َّْ
Artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kalian dalam keadaan sama, dari
satu asal: Adam dan Hawa. Lalu Kami jadikan, dengan keturunan, berbangsa-bangsa dan bersuku-
suku, supaya kalian saling mengenal …” (Q.S. al-Hujurat, 49: 13).
Inilah yang mengantarkan manusia mengalami kemajuan dan struktur peradaban
dapat berkesinambungan, Allah Swt berfirman:

ِْ ‫يْالن‬
ْ ‫َّاس‬ ْ‫اوتِل ا‬
ْ‫كْاْل َّاَي ُْمْنُ اْدا ِوُُلااْبا ا‬
Artinya: “…dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan di antara manusia (agar
mereka mendapat pelajaran)” (Q.S. Ali Imran, 3: 140).

Dialog antarperadaban merupakan sesuatu yang niscaya, sebab sebuah bangsa ketika
sedang mengalami kejayaan terkadang memberikan pengaruh pada peradaban lain,
sebaliknya ketika mengalami kemunduran, cenderung dipengaruhi oleh peradaban lain.
Bangsa yang kuat hanya akan mengambil pengaruh positif dari peradaban lain, sedangkan
bangsa yang lemah akan cenderung mengadopsi segala sesuatu dari peradaban lain, baik
yang positif maupun yang negatif. Agar dapat berinteraksi dan berdialog dengan peradaban
lain, umat Islam harus mengenal identitas peradabannya sendiri terlebih dahulu. Allah Swt
berfirman:

ً ‫ولْ اعلاي ُكمْْ اش ِه‬


ْ ‫يدا‬ ِْ ‫كْ اج اعلناا ُكمْْأ َُّم ْةًْ او اسطًاْلِتا ُكونُواْ ُش اه اد ْاءاْ اعلاىْالن‬
ُْ ‫َّاسْ اويا ُكو اْنْا َّلر ُس‬ ْ‫اواك اذلِ ا‬
Artinya: “Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan
pilihan, agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi
atas (perbuatan) kamu” (Q.S. al-Baqarah, 2: 143).

Tauhid, perbuatan yang menegaskan bahwa Allah itu Esa, Pencipta mutlak lagi utama,
Tuhan semesta alam, merupakan intisari peradaban Islam (Ismail R. al-Faruqi dan Lois
Lamya al-Faruqi, 2003: 109). Dengan demikian identitas peradaban Islam tertuang dalam
nilai-nilai tauhid.
Melalui pengamatan, kajian dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni,
Allah menghendaki manusia agar dapat lebih merasakan kebesaran, kehebatan dan
keagungan-Nya. Allah Swt menciptakan manusia di muka bumi sebagai hamba dan Khalifah
Allah yang bertugas memakmurkan kehidupan di bumi. Manusia diberi kebebasan untuk
berkreatifitas. Dalam berkreatifitas manusia dituntut untuk mematuhi rambu-rambu yang
telah ditentukan oleh Allah dalam Alquran dan hadis. Manusia dipersilahkan
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang merupakan wujud
kreativitasnya, sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.
RANGKUMAN
Seorang muslim harus mampu memelopori dan membimbing terwujudnya peradaban
yang berlandaskan Islam, yaitu dengan memelihara dan mempertahankan peradaban yang
sudah ada selama menunjukkan nilai yang positif dan berguna bagi kehidupan manusia,
membuang nilai-nilai yang bertentangan dengan ajaran Islam dan menggantikannya dengan
yang baru sesuai dengan ajaran Islam (al-muhafadzatu ala al-qadim ash-shalih wa al-akhdzu bi al-
jadid al-ashlah). Dinamika peradaban menuntut dialog dengan peradaban lain. Sehingga tidak
ada salahnya umat Islam menerima sebagian dari hasil peradaban Barat misalnya, bukan
untuk mengadopsi basic ideologinya, karena kita memiliki identitas peradaban sendiri,
melainkan untuk menggali bagaimana Barat dapat mencapai kemajuan dalam bidang ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni seperti sekarang ini.
Ilmu pengetahuan, teknologi dan seni sebagai hasil peradaban umat Islam hendaknya
diarahkan sebagai media dalam menegakkan nilai-nilai tauhid dan menebarkan nilai-nilai
ajaran Islam yang universal.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hassan, Ahmad Y. dan Hill, Donald R. 1993. Teknologi dalam Sejarah Islam, terj: Yuliani
Liputo. Bandung: Mizan.
Al-Syarqawi, Effat. 1986. Filsafat Kebudayaan Islam. Bandung: Pustaka.
Asari, Hasan. 1994. Menyingkap Zaman Keemasan Islam. Bandung: Mizan.
Bucaille, Maurice. 2007. Fir’aun dalam Bible dan Alquran: Menafsirkan Kisah Historis Fir’aun dalam
Kitab Suci Berdasarkan Temuan Arkeologi. Bandung: Mizan Publika.
Faruqi al-, Ismail R. dan Lois Lamya al-Faruqi. 2003. Atlas Budaya Islam, Menjelajah Khazanah
Peradaban Gemilang, terj: Ilyas Hasan. Bandung: Mizan.
Fikri El-, Syahruddin. 2010. Situs-situs dalam Alquran; Dari Peperangan Daud Melawan Jalut
Hingga Gua Ashhabul Kahfi. Jakarta: Republika.
Hitti, Philip K. 2010. History of The Arabs, terj: R Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi.
Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Huntington, Samuel P. 2000. Benturan Antar Peradaban dan Masa Depan politik Dunia, terj.
Yogyakarta: Qalam.
Karim, M. Abdul. 2007. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta: Pustaka Book
Publisher.
Khaldun, Ibnu. 1986. Muqaddimah, terj.Ahmadi Toha. Bandung: Pustaka Firdaus.
Koentjaraningrat. 1985. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia.
Mirza, Muhammad R. dan Shiddiqi, Muhammad Iqbal. 1986. Muslim Contribution to Science.
Pakistan: Kazi Publication.
Muntoha dkk. 2002. Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta: UII Press.
Muqowim. 2012. Genealogi Intelektual Saintis Muslim. Jakarta: Kemenag RI.
Myers, Eugen A. 2003. Arabic Thought and The Western World in The Golden Age of Islam, terj: M.
Maufur el-Khori. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru.
Nasution, Harun. 1982. Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan. Jakarta: Bulan
Bintang.
Nasution, Harun. 1996. Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran. Bandung: Mizan.
Nata, Abuddin. 2011. Studi Islam Komprehensif. Jakarta: Kencana.
Pranggono, Bambang. 2005. Percikan Sains dalam Alquran. Bandung: Khazanah Intelektual.
Shihab, M. Quraish. 2007. Wawasan Alquran. Bandung: Mizan.
Sunanto, Musyrifah. 2003. Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan. Bogor:
Kencana.
Supriyadi, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Tim Redaksi (Dendy Sugondo, Pimpinan Redaksi). 2015. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa. Jakarta: Depdiknas bekerjasama dengan Gramedia. Edisi Keempat.
Wehr, Hans. 1974. A Dictionary of Modern Written Arabic. Beirut: Librarie Du Liban dan
London: Macdonald & Evans LTD.
Wijdan, Aden dkk. 2007. Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta: Safiria Insania Press
bekerjasama dengan PSI UII.
Wirapradja, Saefullah. 2005. “Tafsir Ekstrem Ayat Alquran” Kata Pengantar dalam Bambang
Pranggono, Percikan Sains dalam Alquran. Bandung: Khazanah Intelektual.
Yahya, Harun. 2007. Alquran dan Sains, terj: Tim Penerjemah Hikmah Teladan. Bandung:
Dzikra.

GLOSARIUM

Al-Hadharah al-Islamiyyah adalah peradaban Islam.


Bait al-Hikmah adalah perpustakaan, lembaga penerjemahan dan pusat penelitian yang
didirikan di masa Bani Abbasiyah.
Basic ideologyadalah sekumpulan gagasan atau ide yang mendasar.
Evolutif adalah proses perubahan secara berangsur-angsur.
Intuisi adalah getaran hati atau jiwa.
Jabariyah adalah aliran yang meyakini bahwa manusia tidak memiliki kehendak dalam
perbuatannya.
Khawarij adalah aliran pengikut Ali yang kemudian keluar dan meninggalkan barisan
karena tidak sepakat terhadap keputusan Ali dan Muawiyah dalam persengketaan
khalifah.
Murjiah adalah aliran yang berbeda pendapat dengan khawarij dalam menghukumi orang
yang berdosa besar. Menurut mereka orang yang berdosa besar tidak dapat dikatakan
kafir selama masih meyakini Allah sebagai Tuhan dan Muhammad sebagai rasulnya .
Netral adalah bebas, tidak terikat.
Qadariyah adalah aliran yang meyakini bahwa manusia memiliki qudrah atau kekuatan
untuk melaksanakan kehendaknya.
Rekonstruksi adalah penyusunan kembali.
Syiah adalah salah satu alian dalam Islam yang meyakini Ali bin Abi Thalib dan
keturunannya sebagai pemimpin Islam setelah Nabi wafat.
Taklid buta adalah mengikuti pendapat tanpa berusaha mencari tahu alasan atau dalilnya.
Universal adalah umum (berlaku untuk semu orang di seluruh dunia).

Anda mungkin juga menyukai