Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“MANUSIA DAN AGAMA”

Disusun oleh : Kelompok 1


Anggota :
1. Reza Wahyuni ( 1701051016)
2. Yastanisa Shalihah Zumar (1701052021)
Kelas : 1 A TC
Dosen Pengampu : Rinaldi, S.PdI., M.Ed.

PROGRAM STUDI DII TEKNIK TELEKOMUNIKASI


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI PADANG
TAHUN AJARAN 2018/2019

Page | I
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat,taufik
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini tepat pada
waktunya. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni
Nabi Muhammad SAW.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Pendidikan Agama Islam berjudul “Manusia dan Agama”. Dalam makalah ini kami menjelaskan
mengenai definisi serta sejarah manusia dan agama menurut ilmu pengetahuan serta islam

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Kami sebagai
penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat untuk pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Padang, 5 Maret 2018

Penyusun

Page | II
DAFTAR ISI

COVER .......................................................................................................................................................... I
KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. II
DAFTAR ISI................................................................................................................................................ III
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................................. 3
2.1 Pengertian Manusia menurut Ilmu Pengetahuan............................................................................... 3
2.2 Manusia menurut Agama Islam .......................................................................................................... 5
2.3 Agama menurut Ilmu Pengetahuan ................................................................................................. 13
2.4 Agama menurut Islam ....................................................................................................................... 15
2.5 Dinul Islam dan Ruang Lingkupnya ................................................................................................... 19
2.6 Toleransi Kehidupan Beragama ........................................................................................................ 21
BAB III PENUTUP .................................................................................................................................... 25
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 26

Page | III
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia dan Agama merupakan masalah yang sangat penting, karena


keduanya mempunyai pengaruh besar dalam pembinaan generasi yang akan datang, yang tetap
beriman kepada Allah dan tetap berpegang pada nilai -nilai spiritual yang sesuai dengan agama-
agama samawi (agama yang datang dari langit ataua agama wahyu).
Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT, yang diberi keturunan dan kelebihan
dari makhluk lainnya. Manusia diberi kelebihan akal untuk berfikir dalam kehidupannya, pada
hakikatnya akal itu dijadikan agar manusia dapat mengembangkan pola pikir untuk memilah dan
memilih yang baik dan benar. Dan pada dasarnya manusia diciptakan untuk beribadah kepada
penciptanya yaitu Allah SWT. Dan kepercayaannya itu dimuat melalui perantara agama sebagai
jembatan manusia beribadah.
Agama merupakan sarana yang menjamin kelapangan dada dalam individu dan
menumbuhkan ketenangan hati pemeluknya. Agama akan memelihara manusia dari
penyimpangan, kesalahan dan menjauhkannya dari tingkah laku yang negatif.
Bahkan agama akan membuat hati manusia menjadi jernih halus dan suci. Disamping
itu, agama juga merupakan benteng pertahanan bagi generasi muda muslim dalam menghadapi
berbagai aliran sesat.

Agama memberikan penjelasan bahwa manusia adalah mahluk yang memilki potensi
untuk berahlak baik (takwa) atau buruk (fujur) potensi fujur akan senantiasa eksis dalam diri
manusia karena terkait dengan aspek instink, naluriah, atau hawa nafsu, seperti naluri
makan/minum, seks, berkuasa dan rasa aman. Apabila potentsi takwa seseorang lemah, karena
tidak terkembangkan (melalui pendidikan), maka prilaku manusia dalam hidupnya tidak akan
berbeda dengan hewan karena didominasi oleh potensi fujurnya yang bersifat instinktif atau
implusif (seperti berzina, membunuh, mencuri, minum-minuman keras, atau menggunakan
narkoba dan main judi).Agar hawa nafsu itu terkendalikan (dalam arti pemenuhannya sesuai
dengan ajaran agama), maka potensi takwa itu harus dikembangkan, yaitu melalui pendidikan
agama dari sejak usia dini. Apabila nilai-nilai agama telah terinternalisasi dalam diri seseorang
maka dia akan mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia yang bertakwa, yang salah satu
karakteristiknya adalah mampu mengendalikan diri (self control) dari pemuasan hawa nafsu
yang tidak sesuai dengan ajaran agama.

Page | 1
1.2 Rumusan Masalah

Untuk mengkaji dan menganalisis masalah yang terdapat dalam makalah “Manusia dan
Agama ,terdapat beberapa rumusan masalah yaitu :
 Manusia dan agama menurut ilmu pengetahuan
 Manusia dan agama menurut islam serta surat dan ayat Al-Qur’an yang
mempertegas pandangan tersebut
 Ruang lingkup agama islam
 Sikap toleransi dalam kehidupan beragama

1.3 Tujuan

 Mempelajari asal-usul manusia menurut ilmu pengetahuan dan agama


 Mempelajari arti agama dan ruang lingkup ajarannya
 Mempelajari perilaku toleransi dalam kehidupan beragama serta manfaatnya

Page | 2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manusia menurut Ilmu Pengetahuan

Manusia tidak berbeda dengan binatang dalam kaitan dengan fungsi tubuh dan
fisiologisnya. Fungsi –fungsi kebinatangan ditentukan oleh naluri,pola-pola tingkah laku yang
khas, yang pada gilirannya ditentukan oleh struktur susunan saraf bawaan. Semakin tinggi
tingkat perkembangan binatang,semakin fleksibel pola-pola tindakannya dan semakin kurang
lengkap penyesuaian structural yang harus dilakukan pada saat lahirnya. Manusia menyadari
bahwa dirinya sangat berbeda dari binatang apa pun. Tetapi memahami siapa sebenarnya
manusia bukan persoalan yang mudah. Ini terbukti dari pembahasan manusia tentang dirinya
sendiri yang sudah berlangsung demikian lama sejak manusia diberi kemampuan berpikir secara
sistematik,pertanyaan tentang siapakah dirinya mulai muncul. Namun informasi tentang hal ini
baru terlacak pada para pemikir kuno Romawi, yang konon dimulai dari Thales (abad 6 SM).

Para ahli pikir berbeda pendapat dalam mendefinisikan manusia, disebabkan oleh
kenyataan kekuatan dan peran multidimensional yang dimainkan manusia. Perkembangan ilmu
pengetahuan yang bergerak dari zaman ke zaman juga senantiasa memperkaya wawasan mereka
tentang manusia. Pada zaman modern pendefinisian manusia banyak dilakukan oleh mereka
yang menekuni bidang psikologi.

Para penganut teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo volens (manusia
berkeinginan). Menurut aliran ini manusia adalah makhluk yang memiliki perilaku hasil interaksi
antara komponen biologis, psikologis dan sosial. Di dalam diri manusia terdapat unsur animal,
rasional, dan moral.

Para penganut teori behaviorisme menyebut manusia sebagai homo mechanicus (manusia
mesin). Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (aliran yang menganalisis
jiwa manusia terhadap laporan-laporan subyektif) dan psikoanalisis (aliran yang berbicara
tentang alam bawah sadar yang tidak tampak). Menurut aliran ini segala tingkah laku manusia
terbentuk sebagai hasil proses pembelajaran terhadap lingkungannya, tidak disebabkan rasional
dan emosionalnya.

Para penganut teori kognitif menyebut manusia sebagai homo sapiens (manusia berpikir).
Menurut aliran ini manusia tidak lagi dipandang sebagai makhluk yang bereaksi secara pasif
pada lingkungan, tetapi sebagai makhluk yang selalu berusaha memahami lingkungannya,
makhluk yang selalu berpikir.

Para penganut teori humanism menyebut manusia sebagai homo ludens (manusia
bermain). Menurut humanism manusia berperilaku untuk mempertahankan, meningkatkan dan
Page | 3
,mengaktualisasikan diri. Aliran ini mengecam teori psikoanalisis dan behaviorisme karena
keduanya tidak dapat menjelaskan aspek eksistensi manusia yang positif dan menentukan seperti
cinta, kreatifitas, nilai, makna dan pertumbuhan pribadi.

Ilmu pengetahuan menjelaskan asal usul kejadian manusia dengan teori desedensi
(keturunan) atau teori evolusi. Menurut teori evolusi manusia berasal dari bangsa yang lebih
rendah, yakni hewan. Teori ini berpangkal pada penemuan Lamark (1744-1829) dan diilmiahkan
oleh Charles Darwin (1809-1882) dengan memberikan data-data. Teori itu beranggapan bahwa
tiap jenis makhluk tumbuhan berasal dari jenis yang paling rendah , ialah amuba atau makhluk
sel satu dan yang paling tinggi ialah manusia. Menurut Charles Darwin dalam teori Evolusinya,
manusia merupakan hasil evolusi dari kera yang mengalami perubahan secara bertahap dalam
waktu yang sangat lama. Dalam perjalanan waktu yang sangat lama tersebut terjadi seleksi alam.
Semua mahluk hidup yang ada saat ini merupakan organisme-organisme yang berhasil lolos dari
seleksi alam dan berhasil mempertahankan dirinya.

Kesenjangan bukti-bukti ilmiah telah melemahkan hipotesis bahwa manusia adalah


perkembangan lebih lanjut dari keluarga primate, bahkan Darwin pun mengakui kelemahan teori
tersebut , dikarenakan adanya missing link (putusnya) rantai hubungan atau tidak ditemukannya
hubungan jenis dari bangsa hewan kepada jenis manusia,karena ilmu pengetahuan hanya melihat
segi-segi persamaan dari sudut fisik antara manusia dengan jenis hewan yang hampir mirip
dengan manusia. Namun tidak dilihat perbedaannya dari sudut rohaniah (psikhis) atau
perkembangan kejiwaannya.

Kerumitan yang ada pada persoalan asal-usul manusia hampir sama dengan kerumitan
memahami asal-usul alam semesta. Apalagi jika dihubungkan bahwa perubahan-perubahan yang
terjadi pada jenis tertentu dari zaman ke zaman sesungguhnya menyangkut perubahan informasi
genetik.

Page | 4
2.2 Manusia menurut Agama Islam

Manusia telah berupaya memahami dirinya selama beribu-ribu tahun. Tetapi gambaran
yang pasti dan meyakinkan tak mampu mereka peroleh hanya dengan mengandalkan daya
nalarnya yang subyektif. Oleh karena itu mereka memerlukan pengetahuan dari pihak lain yang
dapat memandang dirinya secara utuh.
Dalam Al Qur’an, ada beberapa konsep berkenaan dengan manusia. Dari ayat-ayat yang
berkenaan dengan manusia, Al-Qur’an menyebut manusia dalam beberapa nama, berikut adalah
penjelasannya :
a. Konsep al-Basyr
Penelitian terhadap kata manusia yang disebut al-Qur’an dengan menggunakan kata
basyar menyebutkan, bahwa yang dimaksud manusia basyar adalah anak turun Adam,
Kata basyar disebut dalaam Al-Qur’an 27 kali. Kata basyar menunjuk pada pengertian manusia
sebagai makhluk biologis (QS Ali ‘Imran [3]:47) tegasnya memberi pengertian kepada sifat
biologis manusia, seperti makan, minum, hubungan seksual dan lain-lain.
Berdasarkan konsep basyr, manusia tidak jauh berbeda dengan makhluk biologis
lainnya. Dengan demikian kehidupan manusia terikat kepada kaidah prinsip kehidupan biologis
seperti berkembang biak. Sebagaimana halnya dengan makhluk biologis lain, seperti
binatang. Mengenai proses dan fase perkembangan manusia sebagai makhluk biologis,
ditegaskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an, yaitu:
1. Prenatal (sebelum lahir), proses penciptaan manusia berawal dari pembuahan
(pembuahan sel telur dengan selsperma) di dalam rahim, pembentukan fisik
Fase prenatal (sebelum lahir) mulai masa konsepsi sampai proses kelahiran, yaitu sekitar 9 bulan
sampai 280 hari. Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur'antentang penciptaan manusia dalam
surat ` al-Mukminun 23:12-1yaitu:

Page | 5
2. Post natal (sesudah lahir) proses perkembangan dari bayi, remaja, dewasa dan usia lanjut
sebagaimana dalam surat Al Mu’min: 67:
َ ٗ ‫ن َعَلقةَ َث ُ ََّم َيُ ۡخ ِر ُج ُك َۡم َ ِط ۡف‬
ََ‫ل َث ُ ََّم َ ِلت ۡبلُغُ ٓوا‬ َۡ ‫ُهوَ َٱلَّذِي َخَلق ُكم َ َِمن ََت ُرابَ ََث ُ ََّم َ ِمن َنَ ۡطفةَ َث ُ ََّم َ ِم‬
َ‫ل َمس ٗمى َولعلَّ ُك َۡم‬ َ ٗ ‫ل َو ِلت ۡبلُغُ ٓواَ َأَج‬ َُ ‫وخاَ َوَ ِمن ُكم َ ََّمن َيُتوفَّىَ َ َِمن َق ۡب‬ ٗ ُ‫شي‬ َُ َ َ‫شدَّ َُك َۡم ََث ُ ََّم ََِلت ُكونُوا‬
ُ ‫أ‬
٦٧ََ‫تعۡ ِقلُون‬
Artinya: Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes, air mani, sesudah
itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu
dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup
lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian)
supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami (nya).
Secara sederhana, Quraish Shihab menyatakan bahwa manusia dinamai basyar karena
kulitnya yang tampak jelas dan berbeda dengan kulit-kulit binatang yang lain. Dengan kata lain,
kata basyar senantiasa mengacu pada manusia dari aspek lahiriahnya, mempunyai bentuk tubuh
yang sama, makan dan minum dari bahan yang sama yang ada di dunia ini. Dan oleh
pertambahan usianya, kondisi fisiknya akan menurun, menjadi tua, dan akhirnya ajalpun
menjemputnya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa manusia dalam konsep al-Basyr ini dapat
berubah fisik, yaitu semakin tua fisiknya akan semakin lemah dan akhirnya meninggal dunia.
Dan dalam konsep al-Basyr ini juga dapat tergambar tentang bagaimana seharusnya peran
manusia sebagai makhluk biologis.Bagaimana dia berupaya untuk memenuhi kebutuhannya
secara benar sesuai tuntunan Penciptanya.Yakni dalam memenuhi kebutuhan primer, sekunder
dan tersier.

b. Konsep Al-Insan
Kata insan bila dilihat asal kata al-nas, berarti melihat, mengetahui, dan minta izin.Atas
dasar ini, kata tersebut mengandung petunjuk adanya kaitan substansial antara manusia dengan
kemampuan penalarannya. Manusia dapat mengambil pelajaran dari hal-hal yang dilihatnya,
dapat mengetahui apa yang benar dan apa yang salah, serta dapat meminta izin ketika akan
menggunakan sesuatu yang bukan miliknya. Berdasarkan pengertian ini, tampak bahwa manusia
mampunyai potensi untuk dididik.
Kata al-insan dituturkan sampai 65 kali dalamAl-Qur’an yang dapat dikelompokkan dalam
tiga kategori. Pertama al-insan dihubungkan dengan khalifah sebagai penanggung amanah (QS
Al-Ahzab [3]:72), kedua al-insan dihubungankan dengan predisposisi negatif dalam diri manusia
misalnya sifat keluh kesah, kikir (QS Al-Ma’arij [70]:19-21) dan ketiga al-insan dihubungkan
dengan proses penciptaannya yang terdiri dari unsur materi dan nonmateri (QS Al-Hijr [15]:28-
29). Semua konteks al-insan ini menunjuk pada sifat-sifat manusia psikologis dan spiritual.
Potensi manusia menurut konsep al-Insan diarahkan pada upaya mendorong manusia untuk
berkreasi dan berinovasi. Jelas sekali bahwa dari kreativitasnya, manusia dapat menghasilkan
sejumlah kegiatan berupa pemikiran (ilmu pengetahuan), kesenian, ataupun benda-benda
ciptaan.Kemudian melalui kemampuan berinovasi, manusia mampu merekayasa temuan-temuan

Page | 6
baru dalam berbagai bidang.Dengan demikian manusia dapat menjadikan dirinya makhluk yang
berbudaya dan berperadaban menurut surat Ar-Rahman ayat 3-4

c. Konsep Al-Nas
Dalam konsep an-naas pada umumnya dihubungkan dengan fungsi manusia sebagai
makhluk sosial (Jalaluddin, 2003: 24).Tentunya sebagai makhluk sosial manusia harus
mengutamakan keharmonisan bermasyarakat. Manusia harus hidup sosial artinya tidak boleh
sendiri-sendiri.Karena manusia tidak bisa hidup sendiri.
Jika kita kembali ke asal mula terjadinya manusia yang bermula dari pasangan laki-laki dan
wanita (Adam dan Hawa), dan berkembang menjadi masyarakat dengan kata lain adanya
pengakuan terhadap spesis di dunia ini, menunjukkan bahwa manusia harus hidup bersaudara
dan tidak boleh saling menjatuhkan. Secara sederhana, inilah sebenarnya fungsi manusia dalam
konsep an-naas. Kata an-nas yang disebut sebanyak 240 dalam Al-Qur’an mengacu kepada
manusia sebagai makhluk sosial dengan karateristik tertentu misalnya mereka mengaku beriman
padahal sebenarnya tidak (QS Al-Baqarah [2]:8)[1]
‫اس َو ِم َن‬ ِ َّ ‫اّلل ِ آ َم ن َّا ي َ ق ُو ُل َم ن ال ن‬ َ ‫هُ م َو َم ا اْل ِخ ِر ِم‬
َّ ِ ‫ْو ب ِال يَ و ب‬
‫ب ِ ُم ؤ ِم ن ِ ي َن‬
Artinya : Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari
kemudian," pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.

d. Konsep Bani Adam


Adapun kata bani adam dan zurriyat Adam, yang berarti anak Adam atau keturunan Adam,
digunakan untuk menyatakan manusia bila dilihat dari asal keturunannya. Dalam Al-Qur’an
istilah bani adam disebutkan sebanyak 7 kali dalam 7 ayat. Penggunaan kata bani Adam
menunjuk pada arti manusia secara umum. Dalam hal ini setidaknya ada tiga aspek yang dikaji,
yaitu: Pertama, anjuran untuk berbudaya sesuai dengan ketentuan Allah, di antaranya adalah
dengan berpakaian guna manutup auratnya. Kedua, mengingatkan pada keturunan Adam agar
jangan terjerumus pada bujuk rayu setan yang mengajak kepada keingkaran.

Page | 7
Ketiga, memanfaatkan semua yang ada di alam semesta dalam rangka ibadah dan
mentauhidkanNya. Kesemuanya itu adalah merupakan anjuran sekaligus peringatan Allah dalam
rangka memuliakan keturunan Adam dibanding makhluk-Nya yang lain. Lebih lanjut Jalaluddin
mengatakan konsep Bani Adam dalam bentuk menyeluruh adalah mengacu kepada
penghormatan kepada nilai-nilai kemanusian.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia dalam konsep Bani Adam, adalah
sebuah usaha pemersatu (persatuan dan kesatuan) tidak ada perbedaan sesamanya, yang juga
mengacu pada nilai penghormatan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian serta
mengedepankan HAM. Karena yang membedakan hanyalah ketaqwaannya kepada
Pencipta.Sebagaimana yang diutarakan dalam QS. Al-Hujarat: 13):
َِ َ‫نَأ ۡكرم ُك َۡم‬
ََّ ََ‫عند‬
َِ‫ٱّلل‬ َُ َ‫اسَإَِنَّاَخَل ۡقن ُكمَ َِمنَذَكرََوَأُنثىََوجع ۡلن ُك َۡم‬
ََّ ِ‫شعُوبٗ اَوقبآئِلََ ِلتعارفُ ٓواََإ‬ َُ َّ‫ٓيأيهاَٱلن‬
١٣ََ‫ّللَع ِليمََخبِير‬ ََّ ‫نَٱ‬ََّ ‫أ ۡتقى ُك َۡمَ ِإ‬
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah
ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal.”

e. Konsep Abdu Allah (Hamba Allah)


M. Quraish Shihab dalam Jalaluddin, seluruh makhluk yang memiliki potensi berperasaan
dan berkehendak adalah Abd Allah dalam arti dimiliki Allah.Selain itu kata Abd juga bermakna
ibadah, sebagai pernyataan kerendahan diri.
Menurut M. Quraish memandang ibadah sebagai pengabdian kepada Allah baru dapat
terwujud bila seseorang dapat memenuhi tiga hal, yaitu:
1. Menyadari bahwa yang dimiliki termasuk dirinya adalah milik Allah dan berada di bawah
kekuasaan Allah.
2. Menjadikan segala bentuk sikap dan aktivitas selalu mengarah pada usaha untuk
memenuhi perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
3. Dalam mngambil keputusan selalu mengaitkan dengan restu dan izin Allah.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam konsep Abd Allah, manusia merupakan hamba
yang seyogyanya merendahkan diri kepada Allah.Yaitu dengan menta’ati segala aturan-aturan
Allah.

Sehingga dalam berbagai konsep tersebut manusia merupakan mahluk hidup yang perlu
diberikan suatu tempat sendiri karena dia merupakan mahluk hidup yang istimewa karena selain
memiliki fisik, manusia memiliki akal, bersosialisasi, dan teratur. Manusia merupakan mahluk
ciptaan Allah yang paling sempurna karena selain memiliki unsur fisik manusia memiliki akal
yang membedakan dengan mahluk hidup lain.

Page | 8
Al-Qur’an telah memberikan informasi kepada kita mengenai proses penciptaan manusia
melalui beberapa fase: dari tanah menjadi lumpur, menjadi tanah liat yang dibentuk, menjadi
tanah kering, kemudian Allah swt. meniupkan ruh kepadanya, lalu terciptalah Adam a.s.[14] Hal
ini diisyaratkan Allah dalam Surah Shaad [38] ayat 71-72 yang artinya :

(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, “Sesungguhnya Aku akan menciptakan
manusia dari tanah. Maka, apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan
kepadanya ruh (ciptaan)-Ku, maka hendaklah kamu menyungkur dengan bersujud kepadanya.”
(Q.S. Shaad [38]: 71-72.)
Dalam Al-Qur’an, kata ruh (ar-ruh) mempunyai beberapa arti. Pengertian ruh yang
disebutkan dalam ayat-ayat yang menjelaskan penciptaan Adam a.s. adalah ruh dari Allah swt.
yang menjadikan manusia memiliki kecenderungan pada sifat-sifat luhur dan mengikuti
kebenaran. Hal ini yang kemudian menjadikan manusia lebih unggul dibanding seluruh makhluk
yang lain. Karakteristik ruh yang berasal dari Allah ini menjadikan manusia cenderung untuk
mengenal Allah swt. dan beribadah kepada-Nya, memperoleh ilmu pengetahuan dan
menggunakannya untuk kemakmuran bumi, serta berpegang pada nilai-nilai luhur dalam
perilakunya, baik secara individual maupun sosial, yang dapat mengangkat derajatnya ke taraf
kesempurnaan insaniah yang tinggi. Oleh sebab itu, manusia layak menjadi khalifah Allah swt.
Ruh dan materi yang terdapat pada manusia itu tercipta dalam satu kesatuan yang saling
melengkapi dan harmonis. Dari perpaduan keduanya ini terbentuklah diri manusia dan
kepribadiannya. Dengan memperhatikan esensi manusia dengan sempurna dari perpaduan dua
unsur tersebut, ruh dan materi, kita akan dapat memahami kepribadian manusia secara akurat.
Kemudian, dalam ayat lain juga disebutkan mengenai permulaan penciptaan manusia yang
berasal dari tanah.
‫ب ث ُ َّم‬
ٍ ‫ث فَإِنَّا َخلَقنَا ُكم ِمن ت ُ َرا‬ ِ ‫ب ِمنَ البَع‬ ٍ ‫اس ِإن ُكنتُم ِفي َري‬ ُ َّ‫يَا أَيُّ َها الن‬
‫ِمن نُطفَ ٍة ث ُ َّم ِمن َعلَقَ ٍة ث ُ َّم ِمن ُمضغَ ٍة ُمخَلَّقَ ٍة َوغَي ِر ُمخَلَّقَ ٍة ِلنُبَ ِيِّنَ لَ ُكم‬
‫س ًّمى ث ُ َّم نُخ ِر ُج ُكم ِطف اًل ث ُ َّم ِلتَبلُغُوا‬َ ‫َونُ ِق ُّر فِي اْلَر َح ِام َما نَشَا ُء ِإلَى أ َ َج ٍل ُم‬
‫شدَّ ُكم َو ِمن ُكم َمن يُت َ َوفَّى َو ِمن ُكم َمن يُ َردُّ ِإلَى أَرذَ ِل العُ ُم ِر ِل َكي ًَل‬ ُ َ‫أ‬
‫َامدَة ا فَإِذَا أَنزَ لنَا َعلَي َها‬ ِ ‫ض ه‬ َ ‫يَعلَ َم ِمن بَع ِد ِعل ٍم شَيئاا َوت َ َرى اْلَر‬
‫ج‬
ٍ ‫ج بَ ِهي‬ ٍ ‫ ال َما َء اهت َ َّزت َو َر َبت َوأَنبَتَت ِمن ُك ِِّل زَ و‬.
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka
(ketahuilah) sesungguhnya kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani,
kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya
dan yang tidak sempurna, agar kami jelaskan kepada kamu dan kami tetapkan dalam rahim, apa
yang kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian kami keluarkan kamu
sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di
antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya
sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang dahulunya telah diketahuinya.
Dan, kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah kami turunkan air di atasnya, hiduplah
bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. (Q.S.
al-Hajj [22]: 5)

Page | 9
َ‫ ث ُ َّم َخلَقنَا النُّطفَةَ َعلَقَةا فَ َخلَقنَا العَلَقَة‬. ‫ين‬ٍ ‫ث ُ َّم َجعَلنَاهُ نُطفَةا ِفي قَ َر ٍار َم ِك‬
‫ام لَح اما ث ُ َّم أَنشَأنَاهُ خَلقاا‬َ ‫ظ‬ َ ‫سونَا ال ِع‬ َ ‫ُمضغَةا فَ َخلَقنَا ال ُمضغَةَ ِع‬
َ ‫ظا اما فَ َك‬
َ ‫َّللاُ أَح‬
َ‫س ُن الخَا ِل ِقين‬ َ َ‫ آَخ ََر فَتَب‬.
َّ ‫ار َك‬
Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh
(rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang-
belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka, Mahasuci-lah Allah, Pencipta yang paling baik. (Q.S. al-Mu’minuun
[23]: 13-14)
Itulah di antara sekian banyak ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang asal-usul
penciptaan manusia. Penciptaan manusia yang bermula dari tanah ini tidak berarti bahwa
manusia dicetak dengan memakai bahan tanah seperti orang membuat patung dari tanah. Akan
tetapi, penciptaan manusia dari tanah tersebut bermakna simbolik, yaitu saripati yang merupakan
faktor utama dalam pembentukan jasad manusia. Penegasan Al-Qur’an yang menyatakan bahwa
manusia diciptakan dari tanah ini merujuk pada pengertian jasadnya. Oleh karena itu, Al-Qur’an
menyatakan bahwa kelak ketika ajal kematian manusia telah sampai, maka jasad itu akan
kembali pula ke asalnya, yaitu tanah.
Secara komprehensif, Umar Shihab memaparkan bahwa proses penciptaan manusia
terbagi ke dalam beberapa fase kehidupan sebagai berikut. Pertama, fase awal kehidupan
manusia yang berupa tanah. Manusia berasal dari tanah disebabkan oleh dua hal: (1) manusia
adalah keturunan Nabi Adam a.s. yang diciptakan dari tanah; (2) sperma atau ovum yang
menjadi cikal bakal manusia bersumber dari saripati makanan yang berasal dari tanah. Kedua,
saripati makanan yang berasal dari tanah tersebut menjadi sperma atau ovum, yang disebut oleh
Al-Qur’an dengan istilah nutfah. Ketiga, kemudian sperma dan ovum tersebut menyatu dan
menetap di rahim sehingga berubah menjadi embrio (‘alaqah). Keempat, proses selanjutnya,
embrio tersebut berubah menjadi segumpal daging (mudlghah). Kelima, proses ini merupakan
kelanjutan dari mudlghah. Dalam hal ini, bentuk embrio sudah mengeras dan menguat sampai
berubah menjadi tulang belulang (‘idzaam). Keenam, proses penciptaan manusia selanjutnya
adalah menjadi daging (lahmah). Ketujuh, proses peniupan ruh. Pada fase ini, embrio sudah
berubah menjadi bayi dan mulai bergerak. Kedelapan, setelah sempurna kejadiannya, akhirnya
lahirlah bayi tersebut ke atas dunia.

2.1.1 Fitrah Manusia


Fitrah merupakan kata yang diderivasi dari kalimat Bahasa Arab fatara, artinya ciptaan,
suci dan seimbang. Arti fitrah dalam segi bahasa dapat diartikan sebagai kondisi awal suatu
penciptaan atau kondisi awal manusia yang memiliki potensi mengetahui dan cenderung kepada
kebenaran.
Fitrah dalam arti penciptaan tidak hanya dikaitkan dengan arti persiapan fisik, melainkan
juga dalam arti persiapan rohaniah, yaitu sifat-sifat dasar manusia yang baik. Arti fitrah dari segi
bahasa dapat diartikan sebagai kondisi awal suatu ciptaan atau kondisi awal manusia yang
memiliki potensi untuk mengetahui dan cenderung kepada kebenaran (hanif).
Fitrah dalam arti potensi, yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat dilahirkan ke dunia
yaitu potensi fisik dan potensi rohaniah. Potensi rohaniah terdiri dari :

Page | 10
1. Akal
Dalam Al-Qur’an diartikan dengan kebijaksanaan intelegensia dan pengertian. Dengan
demikian di dalam Al-Qur’an akal diletakan bukan hanya pada ranah rasio, tetapi juga
rasa , bahkan lebih jauh dari itu, akal juga diartikan sebagai hikmahatau kebijaksanaan.
2 Qolb
Al-Qolb berasal dari qalaba yang berarti berubah, berpindah atau berbalik. Musa Asy’ ari
menyebutkan arti Al-Qalb dalam dua pengertian, yang pertama pengertian kasar atau
fisik, yaitu segumpal daging berbentuk bulat panjang ( Jantung ) dan yang arti yang
kedua adalah pengertian yang halus, bersifat ketuhanan dan keruhanian, yaitu hakikat
manusia yang dapat menangkap segala pengertian berpengetahuan dan arif.
3. Nafsu
Nafsu adalah kekuatan yang mampu mendorong manusia mencapai keinginannya.
Dorongan dorongan ini sering disebut dengan dorongan primitif, karena sifatnya yang
mengenal baik dan buruk dan sering disebut juga dorongan kehendak bebas.

2.1.2. Kedudukan Manusia dan Fungsi Penciptaan


Fungsi dan kedudukan manusia di dunia ini adalah sebagai khalifah di bumi. Tujuan
penciptaan manusia di atas dunia ini adalah untuk penyembahan kepada Sang Penciptanya,Allah
swt. Penyembahan berarti ketundukan manusia kepada hukum-hukum Allah dalam menjalankan
kehidupan muka bumi ini,baik yang menyangkut hubungan vertical (manusia dengan Tuhan)
maupun horizontal ( manusia dengan manusia) . Sedangkan tujuan hidup manusia di dunia ini
adalah untuk mendapatkan kesenangan dunia dan ketenangan akhirat. Jadi, manusia di atas bumi
ini adalah sebagai khalifah, yang diciptakan oleh Allah dalam rangka untuk beribadah kepada-
Nya, yang mencerminkan kebutuhan manusia terhadap terwujudnya sebuah kehidupan dengan
tatanan yang baik dan adil yang dilakukan secara ikhlas tanpa paksaan seperti yang terdapat
dalam Qs :Al- Bayyinah,98:5

Apa yang harus dilakukan oleh khalifatullah itu di bumi? Dan bagaimanakah manusia
melaksanakan ibadah-ibadah tersebut? Serta bagaimanakah manusia bisa mencapai kesenangan
dunia dan ketenangan akhirat tersebut? Banyak sekali ayat yang menjelaskan mengenai tiga
pandangan ini kepada manusia. Antara lain seperti disebutkan pada Surah Al-Baqarah ayat 30:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan

Page | 11
mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui“. (Q.S. Al-Baqarah: 30)
Khalifah adalah seseorang yang diberi tugas sebagai pelaksana dari tugas-tugas yang
telah ditentukan. Jika manusia sebagai khalifatullah di bumi, maka ia memiliki tugas-tugas
tertentu sesuai dengan tugas-tugas yang telah digariskan oleh Allah selama manusia itu berada di
bumi sebagai khalifatullah.
Di samping peran dan fungsi manusia sebagai khalifah Allah, ia juga sebagai hamba
Allah. Seorang hamba berarti orang yang taat dan patuh kepada perintah tuhannya, Allah SWT.
Esensi dari ‘Abd adalah ketaatan, ketundukan dan kepatuhan. Ketaatan, ketundukan dan
kepatuhan manusia itu hanya layak diberikan kepada Allah yang dicerminkan dalam ketaatan,
ketundukan dan kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan.

Page | 12
2.3 Agama menurut Ilmu Pengetahuan

Agama secara etimologis berasal dari bahasa Sanskerta dari kata : a artinya tidak, gama
artinya kacau. Agama berarti tidak kacau.
Agama secara terminologis, Hasby as-Shiddiqi mendefinisikan agama sebagai dustur (undang-
undang) ilahi yang didatangkan Allah buat menjadi pedoman hidup dan kehidupan manusia di
alam dunia untuk mencapai kerajaan dunia dan kesentosaan di akhirat.
Agama adalah sebuah realitas yang senantiasa melingkup manusia. Agama muncul dalam
kehidupan manusia dalam berbagai dimensi dan sejarahnya. Oxford Student Dictionary
mendefinisikan “ Agama yaitu suatu kepercayaan akan keberadaan suatu kekuatan pengatur
supranatural yang menciptakan dan mengendalikan alam semesta.
Sebuah agama biasanya melingkupi tiga persoalan pokok, yaitu :
1. Keyakinan (credial), yaitu keyakinan akan adanya sesutau kekuatan supranatural yang
diyakini mengatur dan mencipta alam.
2. Peribadatan (ritual), yaitu tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan kekuatan
supranatural tersebut sebagai konsekuensi atau pengakuan dan ketundukannya
3. Sistem nilai yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya atau alam
semesta yang dikaitkan dengan keyakinannya tersebut.

Eksistensi (keberadaan) agama menurut ilmu pengetahuan muncul sebagai jawaban dari
cara berfikir manusia dan masyarakat yang cenderung mencari jawaban absolute dari bebagai
masalah alam dan kehidupan. Agama budaya umumnya bersifat politeistik atau mempercayai
beberapa tuhan, sedangkan agama wahyu bersifat monoteistik atau meyakini satu Tuhan.
Monoteisme lahir dari perkembangan kepercayaan manusia terhadap Tuhan setelah melalu
proses panjang pengalaman manusia dari mulai aliran dinamisme (percaya kepada hal-hal gaib),
aliran animism (percaya kepada ruh) , aliran politeisme (percaya kepada banyak Tuhan) dan
kemudian aliran monoteisme (percaya kepada satu tuhan)
Ditinjau dari sumbernya agama dibagi dua, yaitu agama wahyu dan agama bukan wahyu.
Agama wahyu adalah agama yang diterima oleh manusia dari Allah Sang Pencipta melalui
Malaikan Jibril yang disampaikan serta disebarkan oleh Rasul-Nya kepada umat manusia, wahyu
–wahyu dilestarikan melalui Al-Kitab, suhuf atau ajaran lisan . Agama bukan wahyu bersandar
semata-mata kepada ajaran seorang manusia yang dianggap memiliki pengetahuan tentang
kehidupan dalam berbagai aspeknya secara mendalam. Contohnya agama Budha yang
berpangkal pada ajaran Sidharta Gautama dan Confusianisme yang berpangkal pada ajaran
Konguchu. Menurut Al Masdoosi terdapat perbedaan antara agama wahyu dan agama bukan
wahyu, yaitu :
1. Agama wahyu berpokok pada konsep keesaan Tuhan sedangkan agama bukan wahyu
tidak harus demikian
2. Agama wahyu beriman kepada Nabi dan kitab-kitab yang diturunkan
3. Agama wahyu memiliki kitab suci yang merupakan sumber utama tuntunan dan
ukuran baik dan buruk
4. Semua agama wahyu lahir di Timur Tengah
5. Ajaran agama wahyu tegas dan jelas ,agama bukan wahyu ajarannya kabur dan sangat
elastik

Page | 13
6. Ajaran agama wahyu memberikan arah dan jalan yang lengkap kepada para
pemeluknya. Para pemeluknya berpegang, baik kepada aspek duniawi maupun aspek
spiritual

Ditinjau dari segi misi penyebarannya ada agama misionari dan agama bukan misionari.
Agama misionari adalah agama yang menuntut penganutnya untuk menyebarkan ajaran-
ajarannya kepada manusia lainnya. Agama bukan misionari adalah agama yang tidak menuntut
penganutnya untuk menyebarkan ajarannya kepada orang lain, jadi cukup disebarkan kepada
lingkungan tertentu yang menjadi misi utamanya.
Ditinjau dari segi rasial dan geografikal agama-agama di dunia dibagi atas tiga. Yang
termasuk agama Semitik ialah : Agama Yahudi, Nasrani dan Islam. Sedangkan agama Arya ialah
: Hinduisme, Jainisme. Sedangkan agama Mongolian ialah : Confusianisme, Shintoisme .
Agama menjadikan kehidupan manusia lebih teratur dalam kehidupannya, karena segala
dorongan dan keinginannya menjadi lebih terarah. Agama menjadi pemimpin roh jiwa manusia.
Ia juga berperan aktif membimbing manusia untuk memahami ajaran-ajaranya. Diibaratkan
seorang manusia layaknya seorang yang berada diujung pedang, jika salah maka orang tersebut
mati olehnya, tetapi agama agama datang sebagai penyelamat. Apapun yang terjadi pada
manusia, ia tidak akan bisa terlepas dari agama. Sangat mustahil memisahkan kehidupan
manusia dari agama. Dari segi tujuan, agama berfungsi sebagai pembimbing umat manusia agar
hidup tenang dan bahagia didunia dan di akhirat. Adapun sains / ilmu pengetahuan berfungsi
sebagai sarana mempermudah aktifitas manusia di dunia. Kebahagiaan di dunia, menurut agama
adalah persyaratan untuk mencapai kebahagaian di akhirat.
Ilmu pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari agama. Sebut saja al-Quran, al-Quran
merupakan sumber intelektualitas dan spiritualitas. Ia merupakan sumber rujukan bagi agama
dan segala pengembangan ilmu pengetahuan. Ia merupakan sumber utama inspirasi pandangan
orang islam tentang keterpaduan ilmu pengetahuan dan agama. Manusia memperoleh
pengetahuan dari berbagai sumber dan melalui banyak cara dan jalan, tetapi semua pengetahuan
pada akhirnya berasal dari Tuhan.

Page | 14
2.4 Agama menurut Islam

Dalam al-Qur’an dan Hadits, istilah agama atau religi tidak dijumpa. Islam memakai
istilah ‫(الدين‬al-dîn) yang terdapat dalam al-Qur’an sebagai wahyu penuntun dan sumber pokok
ajaran Islam, yaitu Kata ‫( دين االسًلم‬dîn al-Islam) dalam Q.S. 3:19 dan 85 yang dialih bahasakan
ke dalam bahasa Indonesia dengan kata agama.
Sedangkan menurut terminologi, din adalah peraturan Tuhan yang membimbing manusia
yang berakal dengan kehendaknya sendiri untuk kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia dan di
akhirat.Berdasarkan pengertian din tersebut, maka din itu memiliki empat ciri, yaitu: 1) din
adalah peraturan Tuhan, 2) din hanya diperuntukkan bagi manusia yang berakal, sesuai hadis
Nabi yang berbunyi: al-din huwa al-aqlu la dina liman la aqla lahu, artinya: agama ialah akal
tidak ada agama bagi orang yang tidak berakal, 3) din harus dipeluk atas dasar kehendak sendiri,
firman Allah: la ikraha fi al-din, artinya: tidak ada paksaaan untuk memeluk din (agama), 4) din
bertujuan rangkap, yakni kebahagiaan dan kesejahteraan dunia akhirat
Al-Faituz Zabadi dalam kamus al-Muhith, mengemukakan arti al-dîn ialah kemenangan,
kekuasaan, paksaan dan peribadatan. Abul A’laa al-Maududi dalam Mukhtar al-Shahihah
mengemukakan empat arti yang terkandung dalam al-din, yaitu berarti paksaan dan tekanan dari
yang mempunyai kekuasaan yang tertinggi, berarti mematuhi dan menghambakan diri dari pihak
yang tunduk kepada yang mempunyai kekuasaan, berarti ketentuan hukum, undang-undang dan
tata cara yang mesti dipenuhi dan berarti perhitungan, pelaksanaan hukum, balasan dan siksaan.
Berdasarkan kepada pengertian al-dîn dan al-Islam di atas dapat dirumuskan pengertia ‫دين‬
‫( االسًلم‬dîn al-Islam), ialah konsep undang-undang dan peraturan-peraturan yang lengkap
diwahyukan Allah SWT. kepada para nabi dan rasul-Nya semenjak Adam AS. yang berakhir
dengan diutusnya Nabi Muhammad SAW. Konsep tersebut tertera secara lengkap dalam al-
Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya, untuk mengatur segala aspek kehidupan manusia, baik yang
berhubungan dengan Khalik dan ataupun yang berhubungan dengan makhluk, baik mengenai
kehidupan perseorang, maupun mengeani keluarga, berekonomi, bersosial, berpolitik,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, agar manusia mencapai kehidupan yang bahagia dan
sejahtera dari dunia sampai ke akhirat. Yang melaksanakan konsep tersebut disebut muslim.
Karena Islam adalah agama yang diwahyukan oleh Allah SWT., maka Agama Islam
disebut Agama wahyu (revealed religion) . Agama wahyu adalah agama Islam yang diciptakan
Allah SWT. sebagai petunjuk dan pedoman pelaksanaan tugas manusia sebagai khalifah Allah
SWT. dan fungsi manusia sebagai pengabdi Allah SWT. di bumi ini, yang diturunkan-Nya
kepada para Nabi dan Rasul-Nya, dari manusia pertama, yaitu Adam AS. dan berakhir kepada
Nabi Muhammad SAW.
Oleh karena itu, dalam din terdapat empat unsur penting, yaitu: 1) tata pengakuan
terhadap adanya Yang Agung dalam bentuk iman kepada Allah, 2) tata hubungan terhadap Yang
Agung tersebut dalam bentuk ibadah kepada Allah, 3) tata kaidah/doktrin yang mengatur tata
pengakuan dan tata penyembahan tersebut yang terdapat dalam al-Qur`an dan Sunnah Nabi, 4)
tata sikap terhadap dunia dalam bentuk taqwa, yakni mempergunakan dunia sebagai jenjang
untuk mencapai kebahagiaan akhirat.

2.4.1Sejarah Agama dalam Kehidupan Manusia Menurut Islam


Fakta sejarah membuktikan bahwa hidup manusia selalu berada di bawah suatu sistim
keyakinan yang dipercayainya sebagai suatu tabi’at yang merata pada setiap manusia, karena
manusia memiliki potensi spritual (mengenal Tuhan) yang dibawa oleh roh (jiwa) sebagai tabi’at

Page | 15
beragma semenjak manusia itu diciptakan Allah SWT., atau semenjak lahir. Manusia yang
pertama beragama di dunia ini adalah Adam AS. dan Hawa Istrinya, (QS:32:7-8, 30:30). Potensi
spritual inilah yang menyebabkan manusia mampu menangkap kebenaran adanya Allah SWT.
Sang pencipta alam semesta ini, menangkap dan menerima kebenaran ajaran wahyu-Nya (al-
Qur’an) dan adanya utusan-Nya (Nabi dan Rasul-Nya) yang menyampaikan wahyu-Nya kepada
manusia sebagai petunjuk bagi manusia dalam memekai seluruh potensi dan perlengkapan
hidupnya. Selain potensi spritual, manusia juga memiliki potensi emosional (merasa) dan
intelektual (berfikir) dan nafsu (dorongan biologis) sebagai akibat bersatunya jiwa (rohani)
dengan jasad (jasmani) (QS. 32:9, 3:14).

Di samping manusia selalu berusaha memenuhi kebutuhan dorongan nafsu biologis


makan/minumnya untuk mempertahankan hidup serta memenuhi kebutuhan dorongan nafsu
seksual untuk mempertahankan kjelanjutan keturunannya. Manusia selalu berupaya untuk
memenuhi kebutuhan spritual, emosional dan intelektualnya guna mencari kebenaran sebatas
yang mampu ditangkap oleh potensi dan indera manusia. Maka manusia adalah makhluk yang
selalu mencari kebenara, (QS:3:189-192). Pengalaman manusia dalam mencari kebenaran
diabadikan Allah SWT dalam QS. 6:74-83, yaitu nabi Ibrahim AS. yang melakukan perjalanan
spritual, emosional dan intelektual untuk mencari kebenaran tentang Tuhan.

Akibat dari adanya proses berpikir, baik merupakan kemajuan atau kemunduran, telah
terjadi perpindahan (transformasi) agama dalam kehidupan manusia, yang mengakibatkan
diantara menusia ada yang keluar dari fitrah agamanya yang suci (Dînul-Islam), dan meciptakan
agama dengan kemauan emosional, intelektualnya, dan spritualnya, atau tidak beragama sama
sekali, yang disebabkan karena manusia hanya semata-mata menggunakan potensi spritual,
emosional dan intelektualnya secara bebas berdasarkan dorongan hawa nafsunya, tanpa
dibimbing oleh ajaran Agama Islam yang di turunkan Allah SWT. kepada manusia lewat Nabi
dan Rasul-Nya sehingga mengabaikan kata hati nurani (Nur ilahi) sebagai sumber kecerdasan
spiritual. (Baca Q.S. 45:23-24 dan Q.S. 13:27-28).

Islam merupakan agama yang diturunkan Allah kepada manusia melalui Rasul- rasul-
Nya,berisi hukum-hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan
manusia dan manusia dengan alam semesta. Agama yang diturunkan Allah ke muka bumi sejak
Nabi Adam sampai Nabi Muhammad saw adalah agama islam sebagaimana diungkapkan oleh
Al-Qur’an (Qs. Ali Imran, 3:19) :

Page | 16
Secara fitrah manusia membutuhkan agama sebagai pegangan hidup mereka. Agama
menurut islam ialah agama samawi yaitu agama yang diturunkan melalui wahyu yang diterima
rasul-rasul Tuhan,agama samawi bersifat monoteistik atau meyakini bahwa Tuhan itu Esa.
Dahulunya Yahudi dan Nasrani dikelompokkan sebagai agama samawi,namun kedua kitab suci
kedua agama tersebut telah mengalami banyak perubahan, yaitu terdapat intervensi pemikiran
manusia ke dalam kitab suci tersebut sehingga agama islam merupakan satu-satunya agama
samawi murni. Agama Islam adalah agama wahyu yang berdasarkan tauhid atau keesaan Tuhan
diketahui manusia berdasarkan kabar dari Tuhan sendiri melalui firman yang disampaikan
kepada Rasul-Nya. Agama islam ialah agama terakhir diturunkan Allah kepada manusia ,dengan
kitab Al-Qur’an yang merupakan penyempurna dari kitab sebelumnya dan akan terus berlaku
sampai Hari Akhir nanti. Agama islam berisi ajaran yang menyangkut seluruh aspek kehidupan
manusia, baik sebagai hamba Allah, individu dan anggota masyarakat.

2.4.2 Syarat-Syarat Agama Menurut Islam


Berdasarkan definisi agama menurut Islam yang telah dikemukakan, dapat dirumuskan syarat-
syarat Agama Menrurut Islam yaitu sebagai berikut:

 .Ajarannya bersumber kepada Wahyu (Firman Tuhan) yang diwahyukan-Nya kepada


Rasul (utusan-Nya) untuk disampaikannya kepada manusia sebagai pertunjuk bagi
manusia untuk menjalani kehidupannya.
 .Meyakini adanya Tuhan bersifat monoteisme mutlak, beriman kepada Allah Tuhan Yang
Maha Esa.
 .Meyakini ada Rasul yang diutus Allah SWT. untuk menyempaikan ajaran Agama itu
kepada manusia.
 .Ajarannya Mengandung undang-undang atau hukum-hukum yang bersumber kepada
wahyu (firman Tuhan).
 Misi ajarannya hidup di dunia hanyalah untuk menyembah Allah SWT., Meyakini bahwa
kehidupan di dunia hanyalah bersifat sementara, namun setiap manusia berhak
memperoleh kebahagiaan hidup di dunia sesuai dengan ajaran Tuhan, sedangkan
kehidupan akhirat adalah kehidupan yang kekal abadi yang penuh dengan kebahagiaan
yang tiada tara, sebagai tujuan akhir dari segala aktifitas keghidupan di dunia ini.
 .Visi ajarannya, selalu mengajak manusia berbuat baik kepada manusia dan alam
lingkungan dengan melaksanakan amar makruf, nahi mungkar dan menjak mmanusia
berimanan kepada Allah SWT.
 Ruang lingkup Pokoknya Ajaran mencakup keimanan sebagai pondasi keyakinannya
(iman), hukum-hukum yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, agar kehidupan
manusia di dunia dalam keteraturan, (syari’ah/hukum) dan akhlak al-karimah.

Page | 17
2.4.3 Fungsi Agama menurut Islam
Karena ajaran Agama Islam mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, maka fungsi
Agama Islam dalam kehidupan manusia adalah:

 Pedoman dan petunjuk bagi manusia untuk melaksanakan semua aktivitas kehidupannya
di dunia
 Mengetahui hekekat dan tujuan hidup manusia diciptakan Tuhan.
 Untuk mengetahi perjalanan kehidupan manusia dari awal diciptakan sampai ke akhirat
 Mengetahui visi dan misi hidup manusia di muka bumi ini.
 Mengetahui hak dan kewajiban manusia dan tanggung jawab manusia.
 Mendidik potensi SDM agar menjadi cerdas, sehingga manusia dapat membuktikan
dirinya sebagai makhluk termulia dciptakan Tuhan.
 Mengetahui kepada siapa manusia beriman, menyembah, berhukum dan berakhlak di
dalam kehidupannya.

Page | 18
2.5 Dinul Islam dan Ruang Lingkupnya

Dinul berasal dari bahasa Arab "addin" yang berarti agama, sedangkan islam itu sangat
luas pengertiannya dan secara istilah disebutkan bahwa islam itu adalah keselamatan,
perdamaian yang meliputi :
1. Islam itu keselamatan, yang artinya seseorang yang memeluk agama islam akan
selamat di dunia dan akhirat selama dia menjalankan apa yang terdapat dalam al-Qur'an
dan Hadist sebagai pedoman hidup agama Islam.
2. Islam itu perdamaian, yang artinya bahwa islam itu adalah damai dan cinta
perdamaian dan sebaliknya benci terhadap permusuhan.
Islam berasal dari kata aslama yang artinya bersih dan selamat dari kecacatan lahir
bathin. Kata Islam juga dapat diambil dari assilmu dan assalmu yang berarti perdamaian
dan keamanan. Semua kata di atas berasal dari tiga huruf, yaitu : sin, lam, mim yang
artinya sejahtera,tidak tercela dan selamat.

Secara keseluruhan bahwa Dinul Islam itu adalah agama pembawa keselamatan kepada
umat manusia sepanjang hamba Allah tersebut menjalankan syari'at dinul Islam itu sendiri yang
berlandaskan al-Qur'an dan Hadist.
Secara garis besar, ruang lingkup agama Islam menyangkut tiga unsur pokok, yaitu :
1. Aspek keyakinan yang disebut aqidah, yaitu aspek credial atau keimanan terhadap
Allah dan semua yang difirmankan-Nya untuk diyakini
2. Aspek norma atau hukum yang disebut syariah, yaitu aturan-aturan Allah yang
mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesame manusia, dan dengan alam
semesta
3. Aspek perilaku yang disebut akhlak, yaitu sikap-sikap atau perilaku yang nampak dari
pelaksanaan aqidah dan syariah.
Ketiga aspek tersebut tidaklah berdiri sendiri-sendiri, tetapi menyatu membentuk
kepribadian yang utuh pada diri seorang muslim. Hal ini diungkapkan secara tegas dalam firman
Allah :

Page | 19
Antara aqidah, syariah, dan akhlak masing-masing saling berkaitan. Aqidah atau iman
merupakan keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk melaksanakan syariah. Apabila
syariah telah dilaksanakan berdasarkan aqidah akan lahir akhlak. Oleh karena itu, iman tidak
hanya ada di dalam hati, tetapi ditampilkam dalam bentuk perbuatan. Dengan demikian, aqidah
merupakan landasan bagi tegak berdirinya syariah dan akhlak adalah perilaku nyata pelaksanaan
syariah.

Secara garis besar ruang lingkup agama Islam mencakup :

 Hubungan manusia dengan penciptanya (Allah SWT)

Firman Allah SWT :

“Dan Aku tidak menciptakan Jin dan Manuisa melainkan supaya mereka menyembahKu”(QS.
Az-Zariyat : 56).
Hubungan manusia dengan Allah disebut pengabdian (ibadah). Pengabdian manusia bukan untuk
kepentingan Allah, Allah tidak berhajat kepada siapapun, pengabdian itu bertujuan untuk
mengembalikan manusia kepada asal penciptaannya yaitu Fitrah (kesucian)-Nya agar kehidupan
manusia diridhai oleh Allah SWT.

 Hubungan manusia dengan manusia

Firman Allah SWT :

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa dan jangan tolong
menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan”(QS. Al-Maidah : 2)
Agama Islam memiliki konsep-konsep dasar mengenai kekeluargaan, kemasyarakatan,
kenegaraan, perekonomian dan lain-lain. Konsep dasar tersebut memberikan gambaran tentang
ajaran-ajaran yang berkenaan dengan, hubungan menusia dengan manusia atau disebut pula
sebagai ajaran kemasyarakatan. Seluruh konsep kemasyarakatan yang ada bertumpu pada satu
nilai, yaitu saling menolong antara sesama manusia.

 Hubungan manusia dengan makhluk lainnya/lingkungannya

Firman Alah SWT :

“Tidakkah kamu perhatikan, sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu


apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya
lahir dan batin”(QS. Luqman : 20)
Seluruh benda-benda yang diciptakan oleh Allah yang ada di alam ini mengandung manfaat bagi
manusia. Alam raya ini wujud tidak terjadi begitu saja, akan tetapi diciptakan oelh Allah dengan
sengaja dan dengan hak.

Page | 20
2.6 Toleransi Kehidupan Beragama

2.6.1 Pengertian Toleransi


Toleransi adalah suatu sikap atau perilaku manusia yang tidak menyimpang dari aturan,
di mana seseorang menghargai atau menghormati setiap tindakan yang orang lain lakukan. Sikap
toleransi sangat perlu dikembangkan karena manusai adalah makhluk sosial dan akan
menciptakan adanya kerukunan hidup.

2.6.2 Toleransi dalam Islam

Prinsip toleransi yang ditawarkan Islam dan ditawarkan sebagian kaum muslimin sungguh
sangat jauh berbeda. Sebagian orang yang disebut ulama mengajak umat untuk turut serta dan
berucap selamat pada perayaan non muslim. Namun Islam tidaklah mengajarkan demikian.
Prinsip toleransi yang diajarkan Islam adalah membiarkan umat lain untuk beribadah dan berhari
raya tanpa mengusik mereka. Senyatanya, prinsip toleransi yang diyakini sebagian orang berasal
dari kafir Quraisy di mana mereka pernah berkata pada Nabi kita Muhammad,

“Wahai Muhammad, bagaimana kalau kami beribadah kepada Tuhanmu dan kalian (muslim)
juga beribadah kepada Tuhan kami. Kita bertoleransi dalam segala permasalahan agama kita.
Apabila ada sebagaian dari ajaran agamamu yang lebih baik (menurut kami) dari tuntunan agama
kami, kami akan amalkan hal itu. Sebaliknya, apabila ada dari ajaran kami yang lebih baik dari
tuntunan agamamu, engkau juga harus mengamalkannya.” (Tafsir Al Qurthubi, 14: 425).

a. Ayat Al-Qur’an dan Hadist yang menjelaskan toleransi


 Q.S. Al – Kafirun ayat 1-6
 Q. S. Yunus(10) : 40-41

Artinya :
40) Dan diantara mereka ada orang-orang yang beriman kepadanya (Al-
Qur’an), dan diantaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman
kepadanya. Sedangkan Rabbmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang
berbuat kerusakan.
41) Dan jika mereka (tetap) mendustakanmu (Muhammad), maka
katakanlah “Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu tidak
bertanggung jawab terhadap yang aku kerjakan dan aku pun tidak
bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan.

Page | 21
2.6.3 Toleransi antar Umat Beragama

1. Kaitan toleransi dengan persaudaraan sesama Muslim


Berkaitan dengan hubungan toleransi dengan persaudaraan sesama Muslim, dalam hal ini
Allah SWT. Berfirman dalam QS. Al-Hujurat ayat 10 :
َ‫واََّللاَلعَ َّل َُكمَتُرح َُمون‬
َّ ُ‫ِإنَّماَال ُمؤ ِمنُونَ ِإخوةَفأص ِل ُحواَبينَأخوي ُكمَواتَّق‬
[Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah
hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat
rahmat].
Dalam ayat ini, Allah menyatakan bahwa orang-orang mukmin bersaudara dan
memerintahkan untuk melakukan islah (mendamaikannya untuk perbaikan hubungan) jika
seandainya terjadi kesalahpahaman di antara mereka atau kelompok umat Islam.
Untuk mengembangkan sikap toleransi secara umum, terlebih dahulu dengan mensikapi
perbedaan (pendapat) yang (mungkin) terjadi pada keluarga dan saudara sesama muslim. Sikap
toleransi dimulai dengan cara membangun kebersamaan atau keharmonisan dan menyadari
adanya perbedaan dan menyadari bahwa semua adalah bersaudara, maka akan timbul rasa kasih
sayang, saling pengertian yang pada akhirnya akan bermuara pada sikap toleran. Dalam konteks
pengamalan agama, Al-Qur’an secara tegas memerintahkan orang-orang mukmin untuk kembali
kepada Allah SWT. dan sunnah Rasulullah SAW..

2. Kaitan toleransi dengan mu’amalah antar umat beragama


Toleransi antar umat beragama dapat dimaknai sebagai suatu sikap untuk dapat hidup
bersama masyarakat penganut agama lain dengan memiliki kebebasan untuk menjalankan
prinsip-prinsip keagamaan (ibadah) masing-masing, tanpa adanya paksaan dan tekanan, baik
untuk beribadah maupun tidak beribadah dari satu pihak ke pihak lain. Sebagai implementasinya
dalam praktek kehidupan sosial dapat dimulai dari sikap bertetangga, karena toleransi yang
paling hakiki adalah sikap kebersamaan antara penganut keagamaan dalam kehidupan sehari-
hari.
Sikap toleransi antar umat beragama bisa dimulai dari hidup bertetangga baik dengan
tetangga yang seiman dengan kita atau tidak. Sikap toleransi itu direfleksikan dengan cara saling
menghormati, saling memulia-kan dan saling tolong-menolong. Hal ini telah dicontohkan oleh
Rasulullah SAW. saat beliau dan para sahabat sedang berkumpul, lewatlah rombongan orang
Yahudi yang mengantar jenazah. Nabi Muhammad saw. langsung berdiri memberikan
penghormatan. Seorang sahabat berkata: “Bukankah mereka orang Yahudi, ya Rasul?” Nabi
saw.. menjawab “Ya, tapi mereka manusia juga”. Hadis ini hendak menjelaskan bahwa, bahwa
sisi akidah atau teologi bukanlah urusan manusia, melainkan urusan Allah SWT. dan tidak ada
kompromi serta sikap toleran di dalamnya. Sedangkan urusan mu’amalah antar sesama tetap
dipelihara dengan baik dan harmonis.Allah juga menjelaskan tentang prinsip dimana setiap
pemeluk agama mempunyai system dan ajaran masing-masing sehingga tidak perlu saling
menghujat
Al-Qur’an juga menganjurkan agar mencari titik temu dan titik singgung antar pemeluk
agama. Al-Qur’an menganjurkan agar dalam interaksi sosial, bila tidak ditemukan persamaan,
hendaknya masing-masing mengakui keberadaan pihak lain dan tidak perlu saling menyalahkan.
(QS. Saba:24-26):
٢٤َ‫َٱّللَُو ِإنَّآَأ ۡوَ ِإيَّا ُك َۡمَلعلَىَ ُهدًىَأَ ۡوَ ِفيَضللَمَ ِبين‬ ِ ‫مَمنَٱلسَّموتَِو ۡٱۡل ۡر‬
َّ ‫ضَقُ ِل‬ ِ ‫۞قُ ۡلَمنَي ۡر ُزقُ ُك‬

Page | 22
24. Katakanlah: "Siapakan yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?"
Katakanlah: "Allah", dan Sesungguhnya kami atau kamu (orang-orang musyrik), pasti berada
dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata.

٢٥َ‫لََّلَت ُ ۡسَلُونَع َّمَا َٓأ ۡجر ۡمناَوَّلَنُ ۡسَلَُع َّماَتعۡ ملُون‬


َّ ُ‫ق‬
25. Katakanlah: "Kamu tidak akan ditanya (bertanggung jawab) tentang dosa yang kami
perbuat dan kami tidak akan ditanya (pula) tentang apa yang kamu perbuat".

ۡ ‫َٱلفتَّا ُح‬
َ٢٦َ‫َٱلعَِلي ُم‬ ۡ ‫قَوهُو‬
ِ ‫قُ ۡلَي ۡجم ُعَب ۡينناَربناَث ُ َّمَي ۡفت ُحَب ۡينناَ ِب ۡٱلح‬
26. Katakanlah: "Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, Kemudian dia memberi
Keputusan antara kita dengan benar. dan Dia-lah Maha pemberi Keputusan lagi Maha
Mengetahui".

.
3. Tidak ada toleransi dalam akidah
Artinya, umat Islam sama sekali tidak boleh melakukan peribadatan yang diadakan oleh
non-muslim, dalam bentuk apapun.Ayat ini menegaskan, bahwa semua manusia menganut
agama tunggal merupakan suatu keniscayaan. Sebaliknya, tidak mungkin manusia meng-anut
beberapa agama dalam waktu yang sama atau mengamalkan ajaran dari berbagai agama secara
simultan. Oleh sebab itu, Al-Qu’ran menegaskan bahwa umat Islam tetap berpegang teguh pada
sistem ke-Esaan Allah secara mutlak, sedangkan orang kafir pada ajaran ketuhanan yang
ditetapkannya sendiri.
Dalam kondisi sekarang, maka melakukan do'a bersama orang-orang non-muslim
(istighasah), menghadiri perayaan Natal, mengikuti upacara pernikahan mereka atau mengikuti
pemakaman mereka merupakan cakupan dari surah Al-Kafirun. Semua hal itu tidak boleh diikuti
umat Islam, karena berhubungan dengan akidah dan ibadah. Orang-orang non-muslim juga tidak
ada gunanya mengikuti peribadatan kaum muslimin, karena sama sekali tidak ada nilainya
dihadapan Allah SWT.
Dalam memahami toleransi, umat Islam tidak boleh salah kaprah. Toleransi terhadap
non-muslim hanya boleh dalam aspek muamalah (perdagangan, industri, kesehatan, pendidikan,
sosial, dan lain-lain), tetapi tidak dalam hal akidah dan ibadah. Islam mengakui adanya
perbedaan, tetapi tidak boleh dipaksakan agar sama sesuatu yang jelas-jelas berbeda.
Dalam sejarah Islam, Nabi Muhammad SAW. merupakan teladan yang baik dalam implementasi
toleransi beragama dengan merangkul semua etnis, dan apapun warna kulit dan kebangsaannya.
Kebersamaan merupakan salah satu prinsip yang diutamakan, yang terkait dengan karakter
moderasi dalam Islam, di mana Allah swt berkeinginan mewujudkan masyarakat Islam yang
moderat, sebagaimana firman-Nya :
ً ‫سولَُعلَي ُكمَش ِهيدَا‬ ََّ ََ‫اسَوي ُكون‬
ُ ‫الر‬ ُ َ‫وكذ ِلكَجعلنا ُكمَأ ُ َّمةًَوسطاًَ ِلت ُكونُوا‬
ِ َّ‫شهداءَعلىَالن‬
[Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan
agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi
atas (perbuatan) kamu].
Toleransi hendaknya dapat dimaknai sebagai suatu sikap untuk dapat hidup bersama
masyarakat penganut agama lain, dengan memiliki kebebasan untuk menjalankan prinsip-prinsip
keagamaan (ibadah) masing-masing, tanpa adanya paksaan dan tekanan, baik untuk beribadah
maupun tidak beribadah, dari satu pihak ke pihak lain. Sikap toleransi antar umat beragama bisa
dimulai dari hidup bertetangga baik dengan tetangga yang seiman dengan kita atau tidak.

Page | 23
2.6.4 Manfaat Toleransi Hidup Beragama Dalam Pandangan Islam

1. Menghindari Terjadinya Perpecahan


Bersikap toleran merupakan solusi agar tidak terjadi perpecahan dalam mengamalkan
agama. Sikap bertoleransi harus menjadi suatu kesadaran pribadi yang selalu dibiasakan dalam
wujud interaksi sosial. Toleransi dalam kehidupan beragama menjadi sangat mutlak adanya
dengan eksisnya berbagai agama samawi maupun agama ardli dalam kehidupan umat manusia
ini.

2. Memperkokoh Silaturahmi dan Menerima Perbedaan


Salah satu wujud dari toleransi hidup beragama adalah menjalin dan memperkokoh tali
silaturahmi antarumat beragama dan menjaga hubungan yang baik dengan manusia lainnya. Pada
umumnya, manusia tidak dapat menerima perbedaan antara sesamanya, perbedaan dijadikan
alasan untuk bertentangan satu sama lainnya. Perbedaan agama merupakan salah satu faktor
penyebab utama adanya konflik antar sesama manusia.
Merajut hubungan damai antar penganut agama hanya bisa dimungkinkan jika masing-
masing pihak menghargai pihak lain. Mengembangkan sikap toleransi beragama, bahwa setiap
penganut agama boleh menjalankan ajaran dan ritual agamanya dengan bebas dan tanpa tekanan.
Oleh karena itu, hendaknya toleransi beragama kita jadikan kekuatan untuk memperkokoh
silaturahmi dan menerima adanya perbedaan. Dengan ini, akan terwujud perdamaian,
ketentraman, dan kesejahteraan

3. Terciptanya kedamaian dalah hidup bermasyarakat

Kehidupan masyarakat yang meski di dalamnya terdapat pelbagai perbedaan seperti perbedaan
beragama akan tapi ada sikap saling toleransi yang tertanam di dalam hati warga masyarakat hal
yang demikian, karenanya tentunya hal itu akan menghasilkan suasana yang aman, damai, dan
damai di dalam lingkungan hal yang demikian. akan ada sikap saling mengejek, mengolok,
menghina, serta merendahkan di antara para pemeluk agama, meski keyakinan yang mereka
miliki sangat jauh berbeda.

Page | 24
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Agama adalah pandangan dan pedoman hidup manusia , dan menjadi kekuatan utama
dalam membentuk sejarah kehidupan manusia. Dalam hal ini manusia berpedoman kepada
agama yang mengatur semua hal yang bersangkutan dalam kehidupan dan cara bertingkah laku
antar umat beragama.

Sehingga dapat di simpulkan bahwa agama sangat di perlukan oleh manusia sebagai
pegangan hidup sehingga ilmu dapat menjadi lebih bermakna, yang dalam hal ini adalah Islam.
Agama Islam adalah agama yang selalu mendorong manusia untuk mempergunakan akalnya
memahami ayat-ayat kauniyah (Sunn atu llah) yang terbentang di alam semesta dan ayat-
ayatqur’aniyah yang terdapat dalam Al-Qur’an, menyeimbangkan antara dunia dan akherat.
Dengan ilmu kehidupan manusia akan bermutu, dengan agama kehidupan manusia akan lebih
bermakna, dengan ilmu dan agama kehidupan manusia akan sempurna dan bahagia.

Page | 25
DAFTAR PUSTAKA

Azra ,Ayumardi dkk. 2002 . Buku Teks Pendidikan Agama Islam . Jakarta : Direktorat
Perguruan Tinggi Agama Islam

Saifuddin Anshari, Endang. 1991. Ilmu,Filsafat dan Agama . Surabaya : PT. Bina Ilmu

http://www.makalah.co.id/2015/10/makalah-hubungan-manusia-dengan-agama.html

http://mangihot.blogspot.co.id/2016/12/manusia-dan-agama-menurut-ilmu.html

http://arahkecil.blogspot.co.id/2015/01/tugas-makalah-agama-toleransi-agama.html

Page | 26

Anda mungkin juga menyukai