Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“NAIK TURUNNYA IMAN”

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Tauhid

Dosen pengampu : Hadi Muhtaram,M.Pd.

Disusun Oleh :

Abdul Rozaq (22102166)

Muhammad Nafi’ Maula (22102356)

Reza Andika (22102213)

KELAS 1 PAIA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT ILMU AL-QURA’AN (IIQ) AN-NUR YOGYAKARTA
2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah,


Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan hidayahnya saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah Tauhid yang
membahas tentang “Naik Turunnya Iman” dengan baik dan tepat waktu.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Hadi Muhtaram, M.Pd. Yang
telah memberikan tugas makalah. Semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
mohon maaf apabila terdapat kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan, maka dari
itu kami mohon kritik dan saran untuk kebaikan kedepannya.
Akhir kata, mohon maaf jika masih terdapat kesalahan dalam penulisan. Terimakasih.

Yogyakarta, 30 November 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................2
C. Tujuan ...............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian iman..................................................................................................3
B. Hal Yang Mendukung Naiknya Iman Seseorang...............................................3
C. Hal Yang mendukung Turunnya Iman seseorang..............................................5
D. Solusi Dan Cara Memelihara Iman....................................................................8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.......................................................................................................13
B. Saran .................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Satu hal yang membedakan antara derajat manusia yang satu dengan lainnya
ialah keimanannya yang mendalam kepada Allah dan keyakinannya bahwa apapun
peristiwa yang terjadi di alam ini dan apa pun yang terjadi pada diri manusia adalah
berkat qadha’ dan taqdir Allah. Iman ialah melindungkan diri dibawah naungan Allah
SWT dengan teguh memegang aqidah yang tersurat di dalam Al Qur’an dan Hadits
atau sunnah.
Keimanan kepada Allah SWT itu merupakan hubungan yang semulia-
mulianya antar manusia dengan dzat yang Maha menciptakan. Keimanan bukanlah
semata-mata ucapan yang keluar dari bibir dan lidah saja ataupun semacam
keyakinan dalam hati belaka, tetapi keimanan yang sebenar-benarnya adalah
merupakan suatu akidah atau kepercayaan yang memenuhi seluruh isi hati nurani dan
dari situ akan muncul pula lah bekas-bekas atau kesan-kesannya.
Iman yang ada dalam hati kita dapat mengalami kenaik dan turunan sehingga
iman tersebut bisa bertambah kuat, namun juga dapat terkikis tanpa kita sadari. Naik
turunnya iman yang kita miliki tergantung kepada diri kita sendiri dalam menjaganya.
Sebagai seorang muslim, tentunya kita menginginkan agar iman yang kita miliki
tidak berkurang, tapi justru bertambah kuat. Karenanya, kita harus mengetahui apa
saja yang mempengaruhi naik turunnya kadar keimanan dalam diri kita.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja hal yang mendukung naiknya iman seseorang?
2. Apa saja hal yang mendukung turuunya iman seseorang?
3. Bagaimana solusi dan cara memelihara iman?

1
C. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas makalah mata kuliah ilmu tauhid dan ;
2. Menambah referensi mengenai naik dan turunnya iman.
3. Menambah dan memelihara iman.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Iman
Pengertian Iman menurut  bahasa Arab memiliki arti ialah percaya.
Sedangkan menurut istilah, pengertian iman merupakan membenarkan dengan hati,
diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Dengan
demikian, dapat disimpulkan pengertian iman kepada Allah adalah membenarkan
dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan
kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan
dengan amal perbuatan secara nyata.
Seseorang dapat dikatakan memiliki iman sempurna ketika dirinya bisa
memenuhi tiga unsur keimanan, yakni membenarkan dengan hati, diucapkan dengan
lisan, dan diamalkan dengan perbuatan.
Beriman kepada Allah merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi
seseorang. Allah memerintahkan agar ummat manusia beriman kepada-Nya,
sebagaimana firman Allah swt dalam Al-Quran yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan
RasulNya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al Qur’an) yang diturunkan kepada
RasulNya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulNya, dan hari kemudian, maka
sungguh orang itu telah tersesat sangat jauh.” (Q.S. An Nisa : 136)

B. HAL YANG MENDUKUNG NAIKNYA IMAN SESEORANG


Pertama: Belajar ilmu yang bermanfaat yang bersumber dari al-Qur`aan dan
as Sunnah. Hal ini menjadi sebab pertambahan iman yang terpenting dan
bermanfaat karena ilmu menjadi sarana beribadah kepada Allah Ta’ala dan
mewujudkan tauhid dengan benar dan pas. Pertambahan iman yang didapatkan dari
ilmu bisa terjadi dari beraneka ragam sisi, di antaranya:

3
1. Sisi keluarnya ahli ilmu dalam mencari ilmu
2. Duduknya mereka dalam halaqah ilmu
3. Mudzakarah (diskusi) di antara mereka dalam masalah ilmu
4. Penambahan pengetahuan terhadap Allah dan syari’at-Nya
5. Penerapan ilmu yang telah mereka pelajari
6. Tambahan pahala dari orang yang belajar dari mereka

Kedua: Merenungi ayat-ayat kauniyah. Merenungi dan meneliti keadaan


dan keberadaan makhluk-makhluk Allah Ta’ala yang beraneka ragam dan
menakjubkan merupakan faktor pendorong yang sangat kuat untuk beriman dan
mengokohkan iman.

Syeikh Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah menyatakan, “Di antara sebab


dan faktor pendorong keimanan adalah tafakur kepada alam semesta berupa
penciptaan langit dan bumi serta makhluk-makhuk penghuninya dan meneliti diri
manusia itu sendiri beserta sifat-sifat yang dimiliki. Ini semua adalah faktor
pendorong yang kuat untuk meningkatkan iman”.

Ketiga: Berusaha sungguh-sungguh melaksanakan amalan shalih dengan


ikhlas, memperbanyak dan mensinambungkannya. Hal ini karena semua amalan
syariat yang dilaksanakan dengan ikhlas akan menambah iman. Karena iman
bertambah dengan pertambahan amalan ketaatan dan banyaknya ibadah.

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah pernah


menuturkan, “Di antara sebab pertambahan iman adalah melakukan ketaatan. Sebab
iman akan bertambah sesuai dengan bagusnya pelaksanaan, jenis dan
banyaknya amalan . Semakin baik amalan, semakin besar penambahan iman dan

4
bagusnya pelasanaan ada dengan sebab ikhlas dan mutaba’ah (mencontohi
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam).

Sedangkan jenis amalan, maka yang wajib lebih utama dari yang sunnah
dan sebagian amal ketaatan lebih ditekankan dan utama dari yang lainnya. Semakin
utama ketaatan tersebut maka semakin besar juga penambahan imannya.  Adapun
banyak (kwantitas) amalan, maka akan menambah keimanan, sebab amalan
termasuk bagian iman. Sehingga pasti iman bertambah dengan bertambahnya
amalan.”

C. HAL YANG MENDUKUNG TURUNNYA IMAN


Ada banyak hal yang dapat menurunkan kadar keimanan yang ada dalam
diri kita. Secara garis besar, sebab-sebab yang menurunkan kadar keimanan dapat
datang dari dalam diri kita sendiri, dan dari pihak luar.
Hal-hal yang menurunkan kadar keimanan, yang berasal dari dalam diri kita
diantaranya adalah:
1. Kebodohan
Kebodohan merupakan salah satu hal yang mengakibatkan berbagai
perbuatan buruk. Boleh jadi seseorang berbuat buruk karena ia tidak mengetahui
bahwa perbuatannya itu dilarang oleh agama. Bahkan bisa jadi ia tidak tahu akan
balasan atas perbuatannya kelak di akhirat. Karena itu, marilah kita berupaya
semaksimal mungkin untuk mencari dan menuntut ilmu, terutama ilmu agama,
sehingga terhindar dari perbuatan-perbuatan yang buruk, sebagai akibat dari
kebodohan kita sendiri.

2. Ketidak-pedulian, keengganan, dan melupakan kewajiban


Keengganan seseorang dalam ketika berurusan dengan hal-hal yang
berbsifat ukhrowi membuatnya sulit untuk dapat melakukan kebaikan. Padahal
berbuat baik sudah merupakan salah satu hal yang diperintahkan oleh Allah
Subhanahu wa ta’alaa.

5
Melupakan kewajibannya sebagai makhluk untuk beribadah kepada Allah
Subhanahu wa ta’alaa dapat pula menyebabkan kadar iman kita berkurang. Padahal,
kita sebagai manusia diciptakan Allah Subhanahu wa ta’alaa semata-mata untuk
beribadah kepadanya. Nafsu duniawi membuat orang lupa kewajiban utamanya ini.
Akibatnya, ia akan semakin jauh dari cahaya Allah Subhanahu wa ta’alaa.
3. Menyepelekan perintah dan larangan Allah Subhanahu wa ta’alaa
Awal dari perbuatan dosa adalah sikap menganggap sepele apa yang telah
diperintahkan dan dilarang oleh Allah Subhanahu wa ta’alaa. Sebagai akibatnya,
orang yang menganggap sepele perintah dan larangan-Nya akan senang sekali
melakukan perbuatan-perbuatan dosa. Sering juga ia menganggap bahwa apa yang
dilakukannya hanyalah dosa kecil. Padahal, jika dilakukan terus menerus, dosa-dosa
kecil tersebut akan semakin besar. Karena terbiasa melakukan dosa-dosa kecil,
maka ia sudah tidak ada perasaan takut dan ragu lagi utnuk melakukan dosa-dosa
besar.

4. Jiwa yang selalu memerintahkan berbuat jahat


Ibnul Qayyim Al Jauziyyah mengatakan, Allah Subhanahu wa ta’alaa
menggabungkan dua jiwa, yakni jiwa jahat dan jiwa yang tenang sekaligus dalam
diri manusia, dan mereka saling bermusuhan dalam diri seorang manusia. Disaat
salah satu melemah, maka yang lain menguat. Perang antar keduanya berlangsung
terus hingga si empunya jiwa meninggal dunia.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “..barang siapa yang
diberi petunjuk Allah maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barang siapa
yang disesatkannya maka tidak ada seorangpun yang dapat memberinya petunjuk”.
Sifat lalai, tidak mau belajar agama, sombong dan tidak peduli merupakan
beberapa cara untuk membiarkan jiwa jahat dalam tubuh kita berkuasa. Sedangkan
sifat rendah hati, mau belajar, mau melakukan instropeksi (muhasabah) merupakan
cara untuk memperkuat jiwa kebaikan (jiwa tenang) yang ada dalam tubuh kita.

6
Sedangkan dari luar diri kita, ada beberapa hal yang dapat menurunkan
kadar keimanan kita, diantaranya adalah:
1. Syaithan
Syaithan adalah musuh manusia. Tujuan syaithan adalah untuk merusak
keimanan orang. Siapa saja yang tidak membentengi dirinya dengan selalu
mengingat Allah Subhanahu wa ta’alaa, maka ia menjadi sarang syaithan,
menjerumuskannya dalam kesesatan, ketidak patuhan terhadap Allah Subhanahu wa
ta’alaa, membujuknya melakukan dosa.
2. Bujuk rayu dunia
Allah Subhanahu wa ta’alaa berfirman dalam Al Quran:
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan
suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta
berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-
tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan
kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada
azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia
ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”. (QS, al-Hadiid: 20).
Pada hakikatnya, tujuan hidup manusia adalah untuk akhirat. Dunia ini
merupakan tempat kita untuk mengumpulkan bekal bagi kehidupan kita di akhirat
kelak. Segala kesenangan yang ada di dunia ini merupakan kesenangan semu.
Namun tidak sedikit orang yang tergoda oleh kesenangan sesaat ini,
sehingga rela melakukan apa saja demi kehidupan dunia. Bahkan meskipun harus
mrnyalahi perintah Allah SWT sekalipun.
3. Pergaulan yang buruk
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Seseorang itu terletak
pada agama teman dekatnya, sehingga masing-masing kamu sebaiknya melihat
kepada siapa dia mengambil teman dekatnya” (HR Tirmidzi, Abu Dawud, al-
Hakim, al-Baghawi).

7
Teman dan sahabat yang sholeh sangat penting kita miliki di zaman kini
dimana pergaulan manusia sudah sangat bebas dan tidak lagi memperhatikan nilai-
nilai agama Islam. Berada diantara teman-teman yang sholeh akan membuat
seorang wanita tidak merasa asing bila mengenakan jilbab. Demikian pula seorang
pria bisa merasa bersalah bila ia membicarakan aurat wanita diantara orang-orang
sholeh. Sebaliknya berada diantara orang-orang yang tidak sholeh atau berperilaku
buruk menjadikan kita dipandang aneh bila berjilbab atau bahkan ketika hendak
melakukan sholat.
D. SOLUSI DAN CARA MEMELIHARA IMAN
Agar kadar iman dalam diri kita tidak menurun, kita harus selalu menjaga
dan memelihara keimanan kita dengan baik. Bahkan sebisa mungkin, kita harus
berupaya untuk meningkatkan kadar keimanan yang kitamiliki. Namun,
meningkatkan kadar keimanan bukanlah hal yang mudah. Ada banyak usaha yang
harus kita lakukan, terlebih lagi dengan begitu banyaknya godaan yang mampu
meruntuhkan keimanan kita.
Berikut ini ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mempertebal
kadar iman kita:
1. Mempelajari ilmu agama islam yang bersumber pada Al Quran dan hadist
Banyak cara yang dapat kita lakukan untuk dapat mempelajari ilmu agama,
yang sesuai dengan tuntunan Al Quran dan Hadist. Beberapa cara untuk menambah
pengetahuan kita tentang agama islam diantaranya adalah:
a. Memperbanyak membaca Al Quran dan merenungkan maknanya
Ayat-ayat Al-Qur’an memiliki target yang luas dan spesifik sesuai
kebutuhan masing-masing orang yang sedang mencari atau memuliakan Tuhannya.
Sebagian ayat Al-Qur’an mampu menggetarkan kulit seseorang yang sedang
mencari kemuliaan Allah, dilain pihak Al-Qur’an mampu membuat menangis
seorang pendosa, atau membuat tenang seorang pencari ketenangan.

8
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan
berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran
orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS, Shaad: 29)
”Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur’an itu tidaklah menambah
kepada orang-orang yang lalim selain kerugian.” (QS, al-Israa’: 82)
b. Mempelajari sifat-sifat Allah Subhanahu wa ta’alaa
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Mendengar, Maha Melihat
dan Maha Mengetahui, maka ia akan menahan lidahnya, anggota tubuhnya dan
gerakan hatinya dari apapun yang tidak disukai Allah.
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Indah, Maha Agung dan
Maha Perkasa, maka semakin besarlah keinginannya untuk bertemu Allah di hari
akhirat sehingga iapun secara cermat memenuhi berbagai persyaratan yang diminta
Allah untuk bisa bertemu dengan-Nya (yaitu dengan memperbanyak amal ibadah).
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Santun, Maha Halus dan
Maha Penyabar, maka iapun merasa malu ketika ia marah, dan hidupnya merasa
tenang karena tahu bahwa ia dijaga oleh Tuhannya secara lembut dan sabar.
c. Mempelajari sejarah kehidupan (Siroh) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam
Dengan memahami perilaku, keagungan dan perjuangan Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam, akan menumbuhkan rasa cinta kita terhadapnya,
kemudian berkembang menjadi keinginan untuk mencontoh semua perilaku beliau
dan mematuhi pesan-pesan beliau selaku utusan Allah Subhanahu wa ta’alaa.
Seorang sahabat r.a. mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
dan bertanya, “Wahai Rasul Allah, kapan tibanya hari akhirat?”. Rasulullah saw
balik bertanya : “Apakah yang telah engkau persiapkan untuk menghadapi hari
akhirat?”. Si sahabat menjawab , “Wahai Rasulullah, aku telah sholat, puasa dan
bersedekah selama ini, tetap saja rasanya semua itu belum cukup. Namun didalam
hati, aku sangat mencintai dirimu, ya Rasulullah”. Rasulullah saw menjawab,

9
“Insya Allah, di akhirat kelak engkau akan bersama orang yang engkau cintai”. (HR
Muslim)
Inilah hadits yang sangat disukai para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam. Jelaslah bahwa mencintai Rasulullah adalah salah satu jalan menuju
surga, dan membaca riwayat hidupnya (siroh) adalah cara terpenting untuk lebih
mudah memahami dan mencintai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
d. Mempelajari kualitas agama islam
Perenungan terhadap syariat Islam, hukum-hukumnya, akhlak yang
diajarkannya, perintah dan larangannya, akan menimbulkan kekaguman terhadap
kesempurnaan ajaran agama Islam ini. Tidak ada agama lain yang memiliki aturan
dan etiket yang sedemikian rincinya seperti Islam, dimana untuk makan dan ke WC
pun ada adabnya, untuk aspek hukum dan ekonomi ada aturannya, bahkan untuk
berhubungan suami -istripun ada aturannya.
e. Mempelajari kehidupan orang-prang sholeh
Mereka adalah generasi-generasi terbaik dari Islam. Mereka adalah orang-
orang yang kadar keimanannya diibaratkan sebesar gunung Uhud sementara
manusia zaman kini diibaratkan kadar keimananya tak lebih dari sebutir debu dari
gunung Uhud.
Umar ra pernah memuntahkan makanan yang sudah masuk ke perutnya
ketika tahu bahwa makanan yang diberikan padanya kurang halal sumbernya.
Sejarah lain menceritakan tentang lumrahnya seorang tabi’in meng-khatamkan
Qur’an dalam satu kali sholatnya.
Atau cerita tentang seorang sholeh yang lebih dari 40 tahun hidupnya
berturut-turut tidak pernah sholat wajib sendiri kecuali berjamaah di mesjid. Atau
seorang sholeh yang menangis karena lupa mengucap doa ketika masuk mesjid.
Inilah cerita-cerita teladan yang mampu menggetarkan hati seorang yang sedang
meningkatkan keimanannnya.

10
2. Merenungkan tanda-tanda kebesaran Allah Subhanahu wa ta’alaa yang ada
di Alam (ma’rifatullah)
Renungkan secara tulus bagaimana alam ini diciptakan. Sungguh pasti ada
kekuatan luar biasa yang mampu menciptakan alam yang sempurna ini, sebuah
struktur dan sistem kehidupan yang rapi, mulai dari tata surya, galaksi hingga
struktur pohon dan sel-sel atom.
Renungkan pula rahasia dan mukjizat Qur’an. Salah satu keajaiban Al
Qur’an adalah struktur matematis Al Qur’an. Walau wahyu Allah diturunkan
bertahap namun ketika seluruh wahyu lengkap maka ditemukan bahwa kata tunggal
“hari” disebut sebanyak 365 kali, sebanyak jumlah hari pada satu tahun syamsiyyah
(masehi). Kata jamak hari disebut sebanyak 30 kali, sama dengan jumlah hari dalam
satu bulan.
Sedang kata Syahrun (bulan) dalam Al Quran disebut sebanyak 12 kali sama
dengan jumlah bulan dalam satu tahun. Kata Saa’ah (jam) disebutkan sebanyak 24
kali sama dengan jumlah jam sehari semalam. Dan semua kata-kata itu tersebar di
114 surat dan 6666 ayat dan ratusan ribu kata yang tersusun indah.
Dan masih banyak lagi keajaiban dan mukjizat Al Quran dari sisi pandang
lainnya yang membuktikan bahwa itu bukan karya manusia. Masih banyak pula
mukjizat lainnya di alam ini yang membuktikan bahwa alam ini memiliki struktur
yang sangat sempurna dan tidak mungkin tercipta dengan sendirinya.

3. Melakukan amal kebaikan dengan ikhlas


Amal perbuatan perlu digerakkan. Dimulai dari hati, kemudian terungkap
melalui lidah kita dan kemudian anggota tubuh kita. Selain ikhlas, diperlukan usaha
dan keseriusan untuk melakukan amalan-amalan ini.
a. Amalan Hati
Dilakukan melalui pembersihan hati kita dari sifat-sifat buruk, selalu
menjaga kesucian hati. Ciptakan sifat-sifat sabar dan tawakal, penuh takut dan
harap akan Allah. Jauhi sifat tamak, kikir, prasangka buruk dan sebagainya.

11
a) Amalan Lidah
Perbanyak membaca Al-Qur’an, zikir, bertasbih, tahlil, takbir, istighfar,
mengirim salam dan sholawat kepada Rasulullah dan mengajak orang lain kepada
kebaikan, melarang kemungkaran.
b) Amalan Anggota Tubuh
Dilakukan melalui kepatuhan dalam sholat, pengorbanan untuk bersedekah,
perjuangan untuk berhaji hingga disiplin untuk sholat berjamaah di mesjid
(khususnya bagi pria).

12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Iman adalah membenarkan dalam hati, mengikarkan dengan lisan dan
mengerjakan dengan anggota badan. Keimanan seseorang harus dipelihara karena
kadar iman tersebut dapat bertambah juga dapat berkurang. Banyak hal yang dapat
dilakukan agar keimanan tersebut dapat bertambah, salah satunya amar ma’ruf nahi
munkar yaitu berbuat kebaikan dan mencegah pada keburukan. Keimanan seseorang
juga dapat berkurang jika seseorang itu tidak mau beribadah kepada Allah, dzat yang
Maha Menciptakan segala sesuatu yang ada di bumi ini. Untuk itu sudah selayaknya
sebagai hamba Allah harus memelihara kadar keimanan yang telah dimiliki
diantaranya adalah sholat tepat waktu dan lain sebagainya.

B. SARAN

Dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa penulisan masih jauh
dari kata sempurna kedepannya kami akan lebih berhati-hati dalam menjelaskan
tentang makalah dengan sumber-sumber lebih banyak dan lebih bertanggung jawab.

13
DAFTAR PUSTAKA
https://muslim.or.id/1998-sebab-bertambah-dan-berkurangnya-iman.html
https://cahyaislam.wordpress.com/2009/05/12/naik-turunnya-iman/
https://persadaindonesia.com/pengertian-iman/

14

Anda mungkin juga menyukai