Anda di halaman 1dari 11

MANUSIA DAN KOMITMEN TERHADAB AGAMA

TUGAS MAKALAH MATA KULIAH STUDI KEISLAMAN

DISEN PENGAMPU :

BANI M.PD.I

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 :

AGUS MAMBA'UL MABAROT

FUADURROHMAN

M.ARIF SETYABUDI

SEMESTER 1

JURUSAN ILMU AL QUR'AN DAN TAFSIR 1B

FAKULTAS USHULUDIN ADAB DAN DAKWAH

UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG


KATA PENGATAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul " Manusia dan Komitmen Terhadap Agama "
dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Sejarah. Selain itu, makalah ini
bertujuan menambah wawasan tentang manusia dan komitmen terhadap agama bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bpk.Bani M.PD.I selaku dosen Studi Keislaman.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Tulungagung 21 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.................................................................................... 1

C. Tujuan Masalah ....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

1. Definisi Manusia ........................................... 3

2. Hubungan Antara Manusia Dan Agama .................................................................. 4

3.Manusia Dan Komitmen Terhadap Agama....................................5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..............................................................................................6

B. Saran ........................................................................................................ 7

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 8


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama adalah sistem yang mengatur kepercayaan serta peribadatan kepada Tuhan Yang
Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan budaya, dan pandangan dunia yang
menghubungkan manusia dengan tatanan kehidupan.Banyak agama memiliki mitologi,
simbol, dan sejarah suci yang dimaksudkan untuk menjelaskan makna hidup dan asal-usul
kehidupan atau alam semesta. Dari keyakinan mereka tentang kosmos dan sifat manusia,
orang-orang memperoleh moralitas, etika, hukum agama, atau gaya hidup yang disukai.
Menurut beberapa perkiraan, ada sekitar 4.200 agama di dunia.

Banyak agama yang mungkin telah mengorganisir perilaku, kependetaan, mendefinisikan


tentang apa yang merupakan kepatuhan atau keanggotaan, tempat-tempat suci, dan kitab suci.
Praktik agama juga dapat mencakup ritual, khotbah, peringatan atau pemujaan tuhan, dewa
atau dewi, pengorbanan, festival, pesta, trance, inisiasi, cara penguburan, pernikahan,
meditasi, doa, musik, seni, tari, atau aspek lain dari kebudayaan manusia. Agama juga
mungkin mengandung mitologi.

Kata agama kadang-kadang digunakan bergantian dengan iman, sistem kepercayaan, atau
kadang-kadang mengatur tugas. Namun, menurut ahli sosiologi Émile Durkheim, agama
berbeda dari keyakinan pribadi karena merupakan "sesuatu yang nyata sosial". Émile
Durkheim juga mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang terpadu yang terdiri atas
kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci. Sebuah jajak pendapat
global 2012 melaporkan bahwa 59% dari populasi dunia mengidentifikasi diri sebagai
beragama, dan 36% tidak beragama, termasuk 13% yang ateis, dengan penurunan 9 persen
pada keyakinan agama dari tahun 2005. Rata-rata, wanita lebih religius daripada laki-laki.[6]
Beberapa orang mengikuti beberapa agama atau beberapa prinsip-prinsip agama pada saat
yang sama, terlepas dari apakah atau tidak prinsip-prinsip agama mereka mengikuti cara
tradisional yang memungkinkan untuk terjadi unsur sinkretisme.

B. Rumusan Masalah
1. apa definisi manusia ?
2. bagaimana hubungan antara manusia dan agama ?
3. bagaimana manusia berkomitmen dengan agama ?

C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan dari makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Menjelaskan apa itu manusia
2. Untuk mengetahi bagaimana hubungan antara manusia dan agama
3. Untuk mengetahui bagaimana manusia berkomitmen dengan agama
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definusi Manusia

Manusia merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa sebagai khalifah dibumi dengan dibekali
akal pikiran untuk berkarya dimuka bumi. Manusia memiliki perbedaan baik secara biologis
maupun rohani.

Secara biologis umumnya manusia dibedakan secara fisik sedangkan secara rohani manusia
dibedakan berdasarkan kepercayaannya atau agama yang dianutnya.

Kehidupan manusia sendiri sangatlah komplek, begitu pula hubungan yang terjadi pada
manusia sangatlah luas. Hubungan tersebut dapat terjadi antara manusia dengan manusia,
manusia dengan alam, manusia dengan makhluk hidup yang ada di alam, dan manusia dengan
Sang Pencipta.

Sekilas uraian di atas, dalam artikl kali ini IDtesis yang merupakan Jasa Pembuatan Disertasi,
Tesis, Skripsi akan memberikan wawasan untuk anda mengenai definisi dari manusia, yang
nantinya dapat dijadikan sebagai bahan acuan refrensi.

Kita sama-sama mengetahui bahwa khalifah yang ada pada muka bumi ini ialah manusia.
Manusia secara alamiah telah memiliki bekal yang di anugrahi oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Anugrah tersebut dapat berupa kemampuan, akal, serta pikiran. Hal tersebut merupakan
modal awal kita menjalani kehidupan di dunia.

Kehidupan yang dijalani manusia sendiri sangatlah kompleks, sehingga hubunga manusia satu
dengan manusia lainnya sangatlah dinamis. Hubungan yang terjadi pada manusia tidaklah
sekedar hubungan dengan manusia lainnya. Akan tetapi juga terdapat hubungan manusia
dengan sang pencipta.

Dalam bahasa manusia diartikan sebagai makhluk yang berpikir dan berakal budi. Sedangkan
secara istilah manusia merupakan konsep atau gagasan yang ada dalam suatu kelompok
tertentu. Dari dua pengertian di atas rupanya belum memuaskan di berbagai pihak. Hal
tersebut dibuktikan dengan banyak ahli yang mengungkapkan pendaptnya mengenai definisi
dari manusia itu sendiri.
Salah satunya ialah Nicolaus d. & a. Sudiarja ia menggambarkan manusia seperti semboyan
negara kita yaitu bhineka tunggal ika. Bhineka karena ia adalah jasmani dan rohani akan
tetapi tunggal karena jasmani dan rohani merupakan satu barang.

Sedangkan Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany ia menyatakan bahwa manusia


merupakan makhluk yang dianggap paling mulia. Hal tersebut dilandaskan dari kemampuan
manusia yang dapat berfikir dan memiliki 3 dimensi yaitu badan, akal, serta roh. Manusia
dalam perkembangan serta pertumbuannya selalu dipengaruhi oleh lingkungan ia tinggal.

Manusia yang pada hakikatnya memiliki akal dan mampu berfikir dengan baik, tentu saja
memilki karakter yang snagat kuat. Karakteristik dari manusia dapat meliputi :

Aspek kreasi

Aspek ilmu

B. Hubungan Agama Dan Manusia

Kondisi umat islam dewasa ini semakin diperparah dengan merebaknya fenomena kehidupan yang
dapat menumbuhkembangkan sikap dan prilaku yang a moral atau degradasi nilai-nilai keimanannya.

Fenomena yang cukup berpengaruh itu adalah :

1. Tayangan media televisi tentang cerita yang bersifat tahayul atau kemusrikan, dan film-film yang
berbau porno.

2. Majalah atau tabloid yang covernya menampilkan para model yang mengubar aurat.

3. Krisis ketauladanan dari para pemimpin, karena tidak sedikit dari mereka itu justru berprilaku yang
menyimpang dari nilai-nilai agama.

4. Krisis silaturahmi antara umat islam, mereka masih cenderung mengedepankan kepentingan
kelompoknya (partai atau organisasi) masing-masing.

Sosok pribadi orang islam seperti di atas sudah barang tentu tidak menguntungkan bagi umat itu
sendiri, terutama bagi kemulaian agama islam sebagai agama yang mulia dan tidak ada yang lebih
mulia di atasnya. Kondisi umat islam seperti inilah yang akan menghambat kenajuan umat islam dan
bahkan dapat memporakporandakan ikatan ukuwah umat islam itu sendiri.
Agar umat islam bisa bangkit menjadi umat yang mampu menwujudkan misi “Rahmatan lil’alamin”
maka seyogyanya mereka memiliki pemahaman secara utuh (Khafah) tentang islam itu sendiri umat
islam tidak hanya memiliki kekuatan dalam bidang imtaq (iman dan takwa) tetapi juga dalam bidang
iptek (ilmu dan teknologi). Mereka diharapkan mampu mengintegrasikan antara pengamalan ibadah
ritual dengan makna esensial ibadah itu sendiri yang dimanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari,
seperti : pengendalian diri, sabar, amanah, jujur, sikap altruis, sikap toleran dan saling menghormatai
tidak suka menyakiti atau menghujat orang lain. Dapat juga dikatakan bahwa umat islam harus mampu
menyatu padukan antara mila-nilai ibadah mahdlah (hablumminalaah) dengan ibadag ghair mahdlah
(hamlumminanas) dalam rangka membangun “Baldatun thaibatun warabun ghafur” Negara yang subur
makmur dan penuh pengampunan Allah SWT.

Agama Sebagai Petunjuk Tata Sosial

Rosulullah SAW bersabda : “Innamaa bu’itstu liutammima akhlaaq” Sesungguhnya aku diutus untuk
menyempurnakan akhlak. Yang bertanggung jawab terhadap pendidikan akhlak adalah orang tua,
guru, ustad, kiai, dan para pemimpin masyarakat.

Pendidikan akhlak ini sangat penting karena menyangkut sikap dan prilaku yang musti di tampilkan
oleh seorang muslim dalam kehidupan sehari-hari baik personal maupun sosial (keluarga, sekolah,
kantor, dan masyarakat yang lebih luas). Akhlak yang terpuji sangat penting dimiliki oleh setiap
muslim (masyarakat sebab maju mumdurnya suatu bangsa atau Negara amat tergantung kepada akhlak
tersebut.

Untuk mencapai maksud tersebut maka perlu adanya kerja sama yang sinerji dari berbagai pihak
dalam menumbuhkembangkan akhlak mulya dan menghancur leburkan faktor-faktor penyebab
maraknya akhlak yang buruk.

C. Manusia Dan Komitmen Terhadap Agama

Agama adalah sebagai bentuk keyakinan manusia terhadap sesuatu yang maha kuasa menyertai
seluruh ruang lingkup kehidupan manusia, baik kehidupan manusia individu maupun kehidupan
masyarakat, baik kehidupan materil maupun kehidupan spiritual, baik kehidupan duniawi maupun
kehidupan ukhrawi.[1]

Sedangkan Manusia adalah makhluk terpercaya dan manusia adalah makhluk yang paling pandai.
Sedangkan para ahli filsafat memahami manusia dengan sebutan animal rasional (binatang yang
berpikir), animal educandum dan animal educable, (makhluk yang harus di didik dan dapat di didik),
animal symbolicum, (makhluk yang bersimbol), homo laguen (makhluk yang pandai menciptakan
Bahasa), homo sapiens (makhluk yang mempunyai budi), homo faber (makhluk yang pandai membuat
alat-alat) homo ekonomicus (makhluk yang tunduk pada prinsi-prinsip ekonomi), homo relegius
(makhluk yang beragama) dan makhluk yang pandai bersiasat (zoon politicon).[2]

Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia merupakan ciptaan Tuhan yang ada di muka bumi dan
merupakan satu-satunya makhluk yang memiliki kemampuan berpikir dan merefleksikan segala
sesutau yang ada, termasuk merefleksikan diri serta keberadaanya di dunia. Inilah yang menentukan
dan sebagai tanda dari hakikat sebagai manusia, di mana makhluk lain seperti binatang tidak
memilikinya. Maka sangat layak jika dikatakan bahwa hakikat manusia adalah makhluk yang berpikir.
[3]

Agama merupakan suatu hal yang harus di ketahui makna yang terkandung di dalamnya, dan agama
tersebut berpijak kepada suatu kodrat kejiwaan yang berupa keyakinan, sehingga dengan demikian,
kuat atau rapuhnya agama bergantung kepada sejauhmana keyakinan itu ketentraman dalam jiwa.[4]

Unsur utama dalam beragama adalah Iman atau percaya kepada keberadaan Allah dengan sifat-sifat,
antara lain: Maha Pemurah, Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Pengampun, Maha Pemberi,
Maha Melihat, Maha Mendengar, Maha Kuasa, Maha Besar, Maha Suci serta nilainilai lebih/Maha
yang lainnya. Oleh karena itu, orang yang merasa dirinya dekat dengan Allah, diharapkan akan timbul
rasa tenang dan aman yang merupakan salah satu ciri sehat mental.

Setiap orang hendaknya menjalankan perintah agama dengan penuh tanggung jawab dan
meninggalkan larangan. Dengan melaksanakan kehidupan beragama dan menjalankan ibadah,
seseorang yang memiliki kesadaran agama secara matang dan melaksanakan ibadahnya dengan penuh
konsisten, stabil, mantap, dan penuh tanggung jawab dan dilandasi wawasan agama yang luas.

Satu kenyataan yang tampak jelas yang telah modern telah maju atau yang sedang berkembang ini,
ialah adanya kontradiksi-kontradiksi yang mengganggu kebahagian orang dalam hidup. Kesulitan-
kesulitan dan bahaya–bahaya alamiyah yang dahulu yang menyulitkan dan menghambat
perhubungan.sekarang tidak menjadi sosial lagi. Kemajuan industri telah dapat menghasilkan alat-alat
yang memudahkan hidup, memberikan kesenangan dalam hidup, sehingga kebutuhan-kebutuhan
jasmani tidak sukar lagi untuk memenuhinya.[5]

Seharusnya kondisi dan hasil kemajuan untuk membawa kebahagian yang lebih banyak terhadap
Manusia dalam hidup. Tetapi suatu kenyataan yang menyedihkan ialah bahwa kebahagian itu ternyata
semakin jauh, hidup semakin sukar dan kesukaran-kesukaran material berganti dengan kesukaran
mental (psychis) atau beban jiwa semakin berat, kegelisahan dan ketenangan serta tekanan perasaan
lebih sering terasa dan lebih menekan sehingga mengurangi kebahagian.

Kebutuhan-kebutuhan primer menjadi skunder tetapi kebutuhan skunder itulah yang menguasainya.
Akibat meningkatnya kebutuhan kebutuhan pada masyarakat moderen itu maka dalam kehidupannya
selalu mengejar waktu, mengejar benda, mengejar prestise. Semuanya ini akan membawa hidup
seperti mesin, tidak mengenl istirahat dan ketentraman, hidupnya di penuhi oleh ketegangan perasaan
(tension), karena keinginananya untuk menghidari perasaan tertekan, jika tidak tercapai semua yang
tampaknya menggembirakan. Akibat lebih lanjut ialah timbulnya kegelisahan-gelisah (anxiety) itu
akan menghilangkan kemampuan untuk merasa bahagia didalam hidup.

Dari sinilah orang semakin merasa semakin jauh dari kegembiraan dan kebahagian, karena ketegangan
dan kegelisahan batin yang selalu menghinggapinya dalam kehidupannya sehari-sehari. Oleh karna itu
akan timbullah pula perubahan dalam cara-cara pergaulan hidupnya selama ini.

D. Kesimpulan

Manusia dan agama adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan,agama itu bagaikan kodrat
manusia itu sendiri karena mengajarkan manusia tentang menjadi manusia sejati,

Anda mungkin juga menyukai