Anda di halaman 1dari 13

FILSAFAT KRITISME DAN POSITIVISME

Tugas Makalah Mata Kuliah Filsafat Umum

Dosen Pengampu:

“Fatimatuz Zahro, M.Ag”

Disusun Oleh :

1. Ahmad Zamroni (126301212074)


2. Zaki Bintang Alam (126301212077)
3. Abdul Annafi’ (126301212089)

SEMESTER 1

JURUSAN ILMU AL QUR'AN DAN TAFSIR 1B

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG

2021
2
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas taufik, Inayah dan
rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan tugas mata kuliah "Filsafat Umum" dalam bentuk
makalah. Sholawat dan salam,kami curahkan kepada junjungan kita Nabiyullah Muhammad
SAW beserta keluarga,sahabat dan pengikutnya.

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa sesuai dengan kemampuan dan
pengetahuan yang terbatas, maka makalah yang berjudul "Filsafat Kritisme dan Positivisme"
ini, masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini, kami berharap dari makalah yang
kami susun ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi kami maupun pembaca.
Aamiin.
Wassalamualaikum Wr.Wb

Tulungagung, 27 Nopember 2021

Penulis

3
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Manusia melihat adanya kemajuan ilmu penegtauan telah mencapai hasil yang
menggembirakan. Di sisi lain, jalannya filsafat tersendat-sendat. Diperlukan upaya agar
filsafat dapat berkembang sejajar dengan ilmu pengetahuan alam. Aliran rasionalisme dan
empirisme sangat bertolak belakang. Rasionalisme berpendirian bahwa rasio merupakan
sumber pemikiran atau pengetahuan. Sedangkan empirisme berpendirian bahwa
pengalaman menjadi sumber pemikiran. Dari sini muncullah tokoh Immanuel Kant dengan
filsafatnya yaitu filsafat Kritisme yang berusaha menyelesaikan pertentangan antara kedua
filsafat tersebut. Dan yang kedua adalah dalam kajian Filsafat, terdapat istilah yang
disebut dengan Positivisme. Positivisme ditengarahi sebagai paham yang mempengaruhi
pesatnya perkembangan Ilmu pengetahuan saat ini. Dalam catatan sejarah Positivisme
dengan metodenya mampu mempengaruhi penganutnya untuk bangkit membuat temuan-
temuan ilmiah yang sangat spektakuler sampai saat ini.Munculnya paham ini bertepatan
dengan masa Renaissance yang dikenal sebagai masa kebangkitan filsafat.
2. Rumusan Masalah
1. Apa yang disebut dengan filsafat Kritisme dan Positivisme?
2. Siapa saja yang menjadi tokoh dalam filsafat Kritisme dan Positivisme?
3. Bagaimana pemikiran dan ajaran-ajaran di dalam filsafat Kritisme dan Positivisme?
3. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi filsafat Kritisme dan Positivisme
2. Untuk mengetahui tokoh-tokoh dalam filsafat Kritisme dan Positivisme
3. Untuk mengetahui pemikirran dan ajaran dalam filsafat Kritisme dan Positivisme

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. FILSAFAT KRITISME
1. Definisi Filsafat Kritisme
Dinamakan filsafat kritisme karena filsafat ini secara kritis mengkritik pandangan
rasionalisme dan empirisme yang keduanya saling bertentangan dalam berfilsafat,
terutama sejak zaman renaisans dan pencerahan. Filsafat ini dicetuskan oleh Immnuel
Kant. Filsafat ini memulai pelajarannya dengan menyelidiki batas-batas kemampuan rasio
sebagai sumber pengetahuan manusia. Oleh karena itu, kritisme sangat berbeda dengan
corak filsafat modern sebelumnya yang mempercayai kemampuan rasio secara mutlak.1
Kant mengadakan penilitan yang kritis terhadap rasio murni dan memugar sifat
objektivitas dunia ilmu pengetahuan dengan menghindarkan diri dari sifat sepihak
rasionalisme dan sepihak empirisme. Gagasan Kant muncul karena pertanyaan mendasar
dalam dirinya yaitu apa yang dapat saya ketahui?apa yang harus saya lakukan? Dan apa
yang boleh saya harapkan?2
Ciri-ciri Kritisme dapat disimpulkan dalam 3 hal berikut:
a. Menganggap objek pengenalan itu berpusat pada subjek dan bukan pada objek.
b. Menegaskan keterbatasan kemampuan rasio manusia untuk mengetahui realitas atau
hakikat sesuatu, rasio hanya mampu menjangkau gejala atau fenomenanya saja.
c. Menjelaskan bahwa pengenalan manusia atas sesuatu itu diperolah atas perpaduan
antara peranan unsur anaximenes priori yang berasal dari pengalama yang berupa
materi.3
2. Biografi Immanuel Kant
Immanule Kant adalah seorang yang sederhana. Dia menetap di Prusia dan mengalami
masa peperangan selama 7 tahun ketika Rusia menaklukan Prusia timur. Dia juga hidup
pada masa Revolusi Prancis dan masa kejayaan Napoleon. Kant lahir di Prusia Timur,
Jerman tanggal 22 April 1724 dari keluarga pembuat pelana kuda dan penganut setia
gerakan Peitisme. Kant belajar di Collegium Friedericianum pada tahun 1732-1724.
Kemudian masuk Universitas Konogsberg pada usia 16 tahun dan kembali ke universitas
1
Jahaya S Praja, Aliran-Aliran Filsafat dan Etika, Jakarta: Prenada Media 2008. Hal 114
2
Susanto, Filsafat Ilmu. Jakarta : Bumi Aksara, 2011. Hal 38
3
Susanto, Ibid. Hal 39

5
tersebut sebagai dosen pada tahun 1755, kemudian diangkat menjadi professor pada tahun
1770.
Dari ibunya , Kant mendapat pengaruh agama Peitisme, yaitu agama dengan aliran
yang menghendaki suatu ketaatan yang mendalam dari para pemeluknya.itulah sebabnya
Kant besar kepercayaanya kepada Tuhan hanya kehadirannya di gereja hanya terbatas
padahari besar-besar saja agama saja.
Selain dipengaruhi oleh ibunya, dikarenakan ia hidup pada zaman Sceptisme serta
membaca karangan-karangan Voltaire dan Hume sehingga ia mempunyai problem seperti
apa yang dapat diketahui, apakah alam ini, dan apakah batas-batas pengetahuan manusia
itu. Sebagian hidupnya telah ia gunakan untuk mempelajari proses penalaran logis, dunia
eksternal, dan realitas segala yang wujud.
Kant hidup dalam 2 periode yaitu zaman pra kritis dan zaman kritis. Zaman pra-
kritis dan zaman kritis. Pada zaman pra-kritis ia menganut pendirian rasionalis yang
dilancarkan oleh Wolf dkk. Tetapi karena terpengaruh oleh Hume, perlahan Kant
meninggalkan rasionalisme. Ia sendiri mengatakan bahwa Hume itulah yang
membangunkannya dari tidur dogmatisnya. Pada zaman kritisnya, Kant merubah wajah
filsafatinya secara radikal. Ia menanamkan filsafatnya sekaligus mempertanggungkannya
dengan dogmatisme.4
Karya Kant yang terkenal yaitu ritik der reinen vernunft reason dan Critique of Pure
Reason yang membicarakan tentang reason dan knowing process yang ditulisnya selama
lima belas tahun. Dalam literatur bahasa Indonesia biasanya disebut “Kritik atas Rasio
Praktis”. Buku keduanya berjudul Kritik der Practischen Vernunft (1781) atau biasa
disebut Critique of Practical Reason alias kritik atas rasio praktis yang menjelaskan
filsafat moralnya. Ketiga, buku Kritik der Arteilskraft (1790) atau Critique of  judgement
alias kritik atas daya pertimbangan.5
3. Pemikiran Immanuel Kant (Filsafat Kritisme)
a. Kritik atas rasio murni
Dalam kritik ini, antara lain Kant menjelaskan bahwa ciri pengetahuan adalah bersifat
umum dan mutlak. Untuk itu ia membedakan adanya 3 macam keputusan, yaitu :
 Putusan analitis priori: dimana predikat tidak menambah sesuau yang baru pada
subjek karena sudah termuat didalamnya. Contoh: lingkaran itu bulat.

4
Juhaya S. Praja, Ibid. Hal 115
5
Juhaya S. Praja, Ibid. Hal 116

6
 Putusan sintesis apesteriori: dimana predikat dihubungkan dengan subjek
berdasarkan pengalam indrawi. Contoh: meja itu bagus.
 Putusan sintesis apriori: suatu sumber pengetahuan yang kendati bersifat analitis
apriori tetapi juga bersifat sintesis aposteriori. Contoh: Segala kejadian mempunyai
sebabnya.6
Adapun inti dari buku Kritik atas Rasio Murni adalah:
1. Kritik atas akal murni menhasilkan sketisisme yang beralasan.
2. Tuhan yang sesungguhnya adalah kemerdekaan dalam engabdian pada yang dicita-
citakan. Akal praktis adalah berkuasa dan lebih tinggi dari akal teoritis.
3. Agama dan ikaan akal terdiri dari moralitas. Kristianis adalah moralitas yang abadi.
b. Kritik atas Rasio Praktis.
Rasio  praktis adalah rasio yang mengatakan apa yang harus kita lakukan, atau dengan
kata lain, rasio yang memberi perintah kepada kehendak kita. Kant beranggapan
bahwa ada tiga hal yang harus disadari sebaik-baiknya bahwa ketiga hal itu dibuktikan,
hanya dituntut. Itulah sebabnya Kant menyebutnya tiga postulat dari rasio praktis.
Ketiga postulat yang dimaksud adalah:
1. Kebebasan berkehendak
2. Immoralitas jiwa
3. Adanya Allah
Yang tidak dapat ditemui atas dasar rasio teoritis harus diandaikan atas dasar rasio
praktis. Akan tetapi tentang kebebasan kehendak, immoralitas jiwa, dan adanya Allah,
kita semua tidak mempunyai pengetahuan teoritas. Menerima ketiga postulat tersebut
dinamakan Kant sebagai Glaube alias kepercayaan. Dengan demikian, Kant berusaha
untuk memperteguh keyakinannya atas Yesus Kristus dengan penemuan filsafatnya.7
c. Kritik atas daya pertimbangan.
Kritik atas daya pertimbangan, dimaksudkan oleh Kant adalah mengerti persesuaian
kedua kawasan itu. Hal itu terjadi dengan menggunakan konsep finalitas (tujuan).
Finalitas bisa bersifat subjektif dan objektif. Kalau finalitas bersifat subjektif, manusia
mengarahkan objek pada diri manusia sendiri. Inilah yang terjadi dalam pengalaman
estetis (kesenian). Dengan finalitas yang bersifat objektif dimaksudkan keselarasan
satu sama lain dari benda-benda alam.

6
Louis o. Kattsoff, Pengantar Filsafat, New york : The Ronald Press Company, hlm 139
7
Atang Abdul Hakim, Filsafat Umum dari Metologi Sampai teofiologi, Bandung : Pustaka Setia, 2008. hal 287

7
Adapun Inti dari Critique of  Judgment (Kritik atas pertimbangan) adalah sebagai
berikut:
1. Kritik atas pertimbangan menghubungkan diantara kehendak dan pemahaman.
2. Kehendak cernderung menuju yang baik, kebenaran adalah objek dari 
pemahaman.
3. Pertimbangan yang terlibat terletak diantara yang benar dan yang baik
4. Estetika adalah cirinya tidak teoritis maupun praktis, ini adalah gejala yang ada
pada dasar subjektif.
5. Teologi adalah teori tentang fenomena

B. FILSAFAT POSITIVISME
1. Definisi Filsafat Positivisme

Positivisme merupakan pradigma ilmu pengetahuan yang paling awal muncul


dalam dunia ilmu pengetahuan. Keyakinan dasar aliran ini berakar dari paham ontologi
yang menyatakan bahwa realitas ada (exist) dalam kenyataan yang berjalan sesuai dengan
hukum alam (natural laws). Upaya penelitian dalam hal ini adalah untuk mengungkapkan
kebenaran realitas yang ada dan bagaimana realitas tersebut senyatanya berjalan.
Positivisme muncul abad ke-19 dimotori oleh sosiolog Auguste Comte, dengan buah
karyanya yang terdiri dari enam jilid dengan judul The course of positive philosophy
(1830-1842). Positivisme merupakan peruncingan tren pemikiran sejarah barat modern
yang telah mulai menyingsing sejak ambruknya tatanan dunia Abad pertengahan, melalui
rasionalisme dan empirisme. Positivisme adalah sorotan yang khususnya terhadap
metodologi dalam refleksi filsafatnya. Dalam positivisme kedudukan pengetahuan diganti
metodologi, dan satu-satunya metodologi yang berkambang secara menyakinkan sejak
renaissance, dan sumber pada masa Aufklarung adalah metodologi ilmu-ilmu alam. Oleh
karena itu, positivisme menempatkan metodologi ilmu alam pada ruang yang dulunya
menjadi wilayah refleksi epistemology, yaitu pengetahuan manusia tentang kenyataan).
Filsafat positivistik Comte tampil dalam studinya tentang sejarah perkembangan alam
fikiran manusia. Matematika bukan ilmu, melainkan alat berfikir logik. Pada jenjang
teologik, manusia memandang bahwa segala sesuatu itu hidup dengan kemauan dan
kehidupan seperti dirinya. Jenjang teologik ini dibedakan menjadi tiga tahap, yaitu

8
a. Animism atau fetishisme. Memandang bahwa setiap benda itu memiliki kemauannya
sendiri.
b. Polytheisme. Memandang sejumlah dewa memiliki menampilkan kemauannya pada
sejumlah obyek.
c. Monotheisme. Memandang bahwa ada satu Tuhan yang menampilkan kemauannya
pada beragam obyek
Aliran ini menurut Atang Abdul Hakim mirip dengan aliran empirisme, namun tidak
menyetujui pendapat John Locke yang masih mengakui pentingnya jiwa dalam mengolah
apa yang ditangkap indra. Bagi positivisme hakikat sesuatu adalah benar-benar
pengalaman indra, tidak ada campur tangan yang bersifat batiniah.8
Jadi, Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai
satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktivitas yang berkenaan
dengan metafisik. Aliran positivisme ini lahir berusaha menyempurnakan aliran empirisme
dan rasionalisme, dengan cara memasukkan perlunya eksperimen dan ukuran-ukuran.
2. Tokoh-tokoh dalam Filsafat Positivisme.
a. August Comte
Auguste Comte adalah seorang filsuf Perancis. Dia adalah pendiri dari disiplin
sosiologi dan doktrin positivisme. Dia lahir pada 19 Januari 1798 di Prancis.
Pendidikannya di Universitas Montpellier, École Polytechnique.
b. John Stuart Mill
Adalah seorang filsuf Inggris, ekonom politik dan pegawai negeri sipil. Dia adalah
seorang kontributor berpengaruh untuk teori sosial, teori politik dan ekonomi politik.
Pendidikannya di University College London.
c. Hippolyte Taine Adolphe
Adalah seorang kritikus Perancis dan sejarawan. Dia adalah pengaruh teoritis kepala
naturalisme Perancis, pendukung utama positivisme sosiologis dan salah satu praktisi
pertama kritik historis. Berpendidikan di École Normale Supérieure.
d. Émile Durkheim
David Émile Durkheim adalah seorang sosiolog Perancis, psikolog sosial dan filsuf. Ia
secara resmi mendirikan disiplin akademis. Berpendidikan: Lycée Louis-le-Grand,
École Normale Supérieure, Universitas Leipzig.
3. Ajaran-ajaran dalam Filsafat Positivisme

8
Soegiono dan Tamsil Muis, Filsafat Pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), hal 39.

9
Positivisme memuat nilai-nilai dasar yang diambil dari tradisi ilmu alam, yang
menempatkan fenomena yang dikaji sebagai objek yang dapat dikontrol, digeneralisasi
sehingga gejala ke depan bisa diramalkan. Yang mana positivisme menganggap ilmu-ilmu
alam adalah satu-satunya ilmu pengetahuan yang secara universal adalah valid. Jadi,
ajaran di dalam filsafat positivisme dapat dipaparkan sebagai berikut:9
a.  Positivisme bertolak dari pandangan bahwa filsafat positivisme hanya mendasarkan
pada kenyataan (realita, fakta) dan bukti terlebih dahulu.
b. Positivisme tidak akan bersifat metafisik, dan tidak menjelaskan tentang esensi
c.  Positivisme tidak lagi menjelaskan gejala-gejala alam sebagai ide abstrak. Gejala-
gejala alam diterangkan berbasis hubungan sebab-akibat dan dari itu kemudian
didapatkan dalil-dalil atau hukum-hukum yang tidak tergantung dari ruang dan waktu.
d. Positivisme menempatkan fenomena yang dikaji sebagai objek yang dapat
digeneralisasi sehingga kedepan dapat diramalkan (diprediksi).
e. Positivisme menyakini bahwa suatu realitas (gejala) dapat direduksi menjadi unsur-
unsur yang saling terkait membentuk sistem yang dapat diamati.

9
Adji Samekto, Menggugat Relasi Filsafat Positivisme dengan Ajaran Hukum Doktrinal, (Jurnal Dinamika
Hukum, Vol. 12 No. 1 Januari 2012), hal 6-7.

10
BAB III

KESIMPULAN

Kritisme Immanule Kant merupakan perpaduan antar dua peikiran yakni Rasionalisme
dan Empirisme, seolah-olah mempertegas bahwa rasio tidak mutlak dapat menemukan
kebenaran, karena rasio tidak membuktikan, demikian pula pengalaman tidak dapat dijadikan
tolak ukur karena tidak semua pengalaman benar-benar nyata, yang demikian sukar untuk
dinyatakan sebagai kebenaran. 3 karya Kant sangat memepengaruhi pemikiran filosof
sesudahnya yang mau tak mau menggunakan pemikiran Kant karena kristisme mengandung
patokan-patokan berfikir yang rasional dan empiris.

Tujuan utama yang ingin dicapai oleh positivisme adalah membebaskan ilmu dari
kekangan filsafat (metafisika). Karena ilmu hendaknya dijauhkan dari tafsiran-tafsiran
metafisis yang  merusak  obyektivitas. Dengan menjauhkan tafsiran-tafsiran  metafisis
dari  ilmu, para  ilmuan  hanya  akan menjadikan  fakta yang dapat ditangkap dengan indera
untuk menghukumi segala sesuatu. Hal ini sangat erat kaitannya dengan tugas filsafat

Menurut positivisme, tugas filsafat bukanlah menafsirkan segala sesuatu yang ada di
alam. Tugas filsafat adalah memberi penjelasan logis terhadap pemikiran. Oleh karena itu
filsafat bukanlah teori melainkan filsafat adalah aktifitas.

11
DAFTAR PUSTAKA

Jahaya S Praja, Aliran-Aliran Filsafat dan Etika, Jakarta: Prenada Media 2008.

Susanto, Filsafat Ilmu. Jakarta : Bumi Aksara, 2011.

Louis o. Kattsoff, Pengantar Filsafat, New york : The Ronald Press Company

Abdul Hakim Atang, Filsafat Umum dari Metologi Sampai teofiologi, Bandung : Pustaka
Setia, 2008.

Soegiono dan Muis Tamsil, Filsafat Pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012),

Samekto Adji, Menggugat Relasi Filsafat Positivisme dengan Ajaran Hukum


Doktrinal, (Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 12 No. 1 Januari 2012)

12
13

Anda mungkin juga menyukai