anggota kelompok :
1. M. Zidni Akbar
2. Arya Dwi Handika
3. M. Naufal Ali Syifa’
4. Shobikhatul Afiyah
5. Fatma Turrohmah D.S
6. Putri Nur Rohimah
Puji syukur kami kehadirat Allah SWT, yang mana berkat rahmat dan hidayah-Nya kami
positivisme”. Makalah ini diajukan guna memenuhi nilai mata kuliah “Filsafat”. Tidak lupa,
kami ucapkan terimakasih kepada pihak yang membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca makalah ini. Harapan kami semoga
makalah ini bermanfaat dan menjadikan sumber pengetahuan bagi para pembaca.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Manfaat
D. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian idealisme
Idealisme adalah aliran filsafat yang memandang bahwa mind (akal) dan nilai spiritual
adalah hal yang fundamental yang ada di dunia ini. Ia adalah suatu keseluruhan dari dunia itu
sendiri. Idealisme memandang ide itu primer kedudukannya, sedangkan materi sekunder. Ide
itu timbul atau ada lebih dahulu, baru kemudian materi. Segala sesuatu yang ada ini timbul
sebagai hasil yang diciptakan oleh ide atau pikiran, karena ide atau pikiran itu timbul lebih
dahulu, baru kemudian sesuatu itu ada. Ada juga yang mengatakan bahwa idealisme adalah
pemahaman yang berpendapat bahwa pengetahuan itu tidak lain daripada kejadian dalam
jiwa manusia, sedangkan kenyataan yang diketahui manusia itu terletak di luarnya.
Aliran idealisme merupakan aliran yang sangat penting dalam perkembangan sejarah
pikiran manusia. Mula-mula dalam filsafat Barat kita temui dalam bentuk ajaran yang murni
dari Plato. Yang menyatakan bahwa alam cita itu adalah yang merupakan kenyataan
sebenarnya. Adapun alam nyata yang menempati ruang ini hanyalah berupa bayangan saja
dari alam idea itu. Aristoteles memberikan sifat kerohanian dengan ajarannya yang
menggambarkan alam ide sebagai sesuatu tenaga (entelechie) yang berada dalam benda-
benda dan menjalankan pengaruhnya dari benda itu. Sebenarnya dapat dikatakan sepanjang
masa tidak pernah faham idealisme hilang sama sekali. Aliran idealism ada 2, yaitu idealisme
subjektif dan idealisme objektif, namun disini saya akan menjelaskan tentang idealism
objektif saja.
B. Idealisme Objektif
Idealisme objektif adalah idealisme yang bertitik tolak pada ide di luar ide manusia.
Idealisme objektif ini dikatakan bahwa akal menemukan apa yang sudah terdapat dalam
susunan alam. Menurut idealisme objektif segala sesuatu baik dalam alam atau masyarakat
adalah hasil dari ciptaan ide universil. Pandangan filsafat seperti ini pada dasarnya mengakui
sesuatu yang bukan materi, yang ada secara abadi di luar manusia, sesuatu yang bukan materi
itu ada sebelum dunia alam semesta ini ada, termasuk manusia dan segala pikiran dan
perasaannya.
Filsuf idealis yang pertama kali dikenal adalah Plato. Ia membagi dunia dalam dua
bagian. Pertama, dunia persepsi, dunia yang konkret ini adalah temporal dan rusak; bukan
dunia yang sesungguhnya, melainkan bayangan alias penampakan saja. Kedua, terdapat alam
di atas alam benda, yakni alam konsep, idea, universal atau esensi yang abadi. Pandangan
dunia Plato ini mewakili kepentingan kelas yang berkuasa pada waktu itu di Eropa yaitu
kelas pemilik budak. Dan ini jelas nampak dalam ajarannya tentang masyarakat “ideal”. Pada
jaman feodal, filsafat idealisme obyektif ini mengambil bentuk yang dikenal dengan nama
Skolastisisme, system filsafat ini memadukan unsur idealisme Aristoteles (384-322 S.M),
yaitu bahwa dunia kita merupakan suatu tingkatan hirarki dari seluruh system hirarki dunia
semesta, begitupun yang hirarki yang berada dalam masyarakat feodal merupakan kelanjutan
dari dunia ke-Tuhanan. Segala sesuatu yang ada dan terjadi di dunia ini maupun dalam alam
semesta merupakan “penjelmaan” dari titah Tuhan atau perwujudan dari ide Tuhan.
Pikiran filsafat idealisme objektif ini dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari
dengan berbagai macam bentuk. Perwujudan paling umum antara lain adalah formalisme dan
doktriner-isme. Kaum doktriner dan formalis secara membuta mempercayai dalil-dalil atau
teori sebagai kekuatan yang maha kuasa , sebagai obat manjur buat segala macam penyakit,
mereka tidak bisa berfikir atau bertindak secara hidup berdasarkan situasi dan syarat yang
kongkrit.
Johan Gottlieb Fichte adalah filosof Jerman. Ia belajar teologi di Jena pada tahun
1780-1788. Filsafat menurut Fichte haruslah dideduksi dari satu prinsip. Ini sudah
manusia. Prinsip yang dimaksud ada di dalam etika. Bukan teori, melainkan prakteklah
yang menjadi pusat yang disekitarnya kehidupan diatur. Unsur esensial dalam
seperti pada Schopenhauer, melainkan kemauan yang dikontrol oleh kesadaran bahwa
kebebasan diperoleh hanya dengan melalui kepatuhan pada peraturan. Kehidupan moral
digerakkan oleh rasa wajib bahwa ia berutang pada aturan moral umum yang
memungkinkannya mampu memilih yang baik. Idealisme etis Fichte diringkaskan dalam
pernyataan bahwa dunia aktual hanya dapat dipahami sebagai bahan dari tugas-tugas kita.
Oleh karena itu, filsafat bagi Fichte adalah filsafat hidup yang terletak pada pemilihan
“saya yang sedang berpikir”, subjek menempatkan diri sebagai tesis. Tetapi subjek
memerlukan objek, seperti tangan kanan mengandaikan tangan kiri, dan ini merupakan
antitesis. Subjek dan objek yang dilihat dalam kesatuan disebut sintesis. Segala sesuatu
pada waktu ia masih amat muda. Pada tahun 1789, ketika usianya baru 23 tahun, ia telah
menjadi guru besar di Universitas Jena. Sampai akhir hidupnya pemikirannya selalu
berkembang.
Idealisme Schelling agak lebih objektif, karena menurut dia bukan-aku (objek) ini
mempunyai nilai yang positif. Bagi Schelling, yang menjadi dasar kesungguhan dan
berpikir itu ialah aku. Dunia ini muncul daripada aku: dunia yang tak terbatas itu
sebenarnya tidak lain daripada produksi dan reproduksi dari ciptaan aku.
berpikir (aku) itu muncul daripada alam. Tetapi ini jangan dianggap sama sekali
bertentangan dengan pendapatnya semula, sebab aku yang muncul dari alam itu ialah aku
yang telah sadar. Alam itu merupakan proses evolusi, yang mengeluarkan budi yang
sadar serta lambat laun sadar akan dirinya (aku) dalam alam yang tak sadar.
Hegel lahir di Stuttgart, Jerman pada tanggal 17 Agustus 1770. Ayahnya adalah
seorang pegawai rendah bernama George Ludwig Hegel dan ibunya yang tidak terkenal
itu bernama Maria Magdalena. Pada usia 7 tahun ia memasuki sekolah latin, kemudian
gymnasium. Hegel muda ini tergolong anak telmi alias telat mikir! Pada usia 18 tahun ia
memasuki Universitas Tubingen. Setelah menyelesaikan kuliah, ia menjadi seorang tutor,
selain mengajar di Yena. Pada usia 41 tahun ia menikah dengan Marie Von Tucher.
Karirnya selain menjadi direktur sekolah menengah, juga pernah menjadi redaktur surat
kabar. Ia diangkat menjadi guru besar di Heidelberg dan kemudian pindah ke Berlin
Pusat fisafat Hegel ialah konsep Geist (roh,spirit), suatu istilah yang diilhami oleh
agamanya. Istilah ini agak sulit dipahami. Roh dalam pandangan Hegel adalah sesuatu
yang real, kongkret, kekuatan yang objektif, menjelma dalam berbagai bentuk sebagai
world of spirit (dunia roh), yang menempatkan ke dalam objek-objek khusus. Di dalam
kesadaran diri, roh itu merupakan esensi manusia dan juga esensi sejarah manusia.
hal-hal yang berlawanan. Proses dialektika selalu terdiri atas tiga fase. Fase pertama
(tesis) dihadapi antitesis (fase kedua), dan akhirnya timbul fase ketiga (sintesis). Dalam
sintesis itu, tesis dan antitesis menghilang. Dapat juga tidak menghilang, ia masih ada,
tetapi sudah diangkat pada tingkat yang lebih tinggi. Proses ini berlangsung terus.
Sintesis segera menjadi tesis baru, dihadapi oleh antitesis baru, dan menghasilkan sintesis
D. Aliran Empirisme
Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua
pengetahuan berasal dari pengalaman manusia dan mengecilkan peranan akal. Pengalaman
sendiri dapat ditangkap dengan indera yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan hidung. Dengan
kata lain, kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan pengalaman manusia.
Menurut Wikipedia bahasa Indonesia Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang
menolak anggapan bahwa manusia telah membawa fitrah pengetahuan dalam dirinya ketika
dilahirkan. Pendapat lain Empirisme yaitu aliran yang percaya bahwa sifat manusia
Kaum empiris memegang teguh pendapat bahwa pengetahuan manusia dapat diperoleh
lewat pengalaman. Jika kita sedang berusaha untuk meyakinkan seorang empiris bahwa
sesuatu itu ada, dia akan berkata “tunjukkan hal itu kepada saya”. Dalam persoalan mengenai
fakta maka dia harus diyakinkan oleh pengalamannya sendiri. Jika kita mengatakan kepada
dia bahwa seekor harimau di kamar mandinya, pertama dia minta kita untuk menjelaskan
bagaimana kita dapat sampai kepada kesimpulan tersebut. Jika kemudian kita mengatakan
bahwa kita melihat harimau tersebut di dalam kamar mandi, baru kaum empiris akan mau
mendengar laporan mengenai pengalaman kita, namun dia hanya akan menerima hal tersebut
jika dia atau orang lain dapat memeriksa kebenaran yang kita ajukan, dengan jalan melihat
E. tokoh-tokoh empirisme
Aliran empirisme dibangun oleh Francis Bacon (1561-1626) dan Thomas Hobes (1588-
1679), namun mengalami sistematisasi pada dua tokoh berikutnya, John Locke (1632-1704)
Pada pembahasan ini akan kita fokuskan pada pemikiran Hume yang dianggap
David hume lahir di Edinbur, Skotlandia 1711. Ia pun menempuh pendidikannnya disana.
Keluarganya berharap agar ia kelak menjadi ahli hukum. Tetapi hume menyenangi filsafat
dan pengetahuan. Setelah dalam beberapa tahun belajar secara otodidak , ia pindah ke La
Fleche, Prancis. Sejak itu pula hingga wafatnya 1776 ia lebih banyak menghabiskan waktu
hidupnya di Prancis.
Ia menganalisis pengertian substansi, seluruh pengetahuan itu tak lain dari jumlah
pengalaman kita. Dalam budi kita tak ada suatu idea yang tidak sesuai dengan impression
yang disebabkan “hal” di luar kita. Adapun yang bersentuhan dengan indera kita itu sifat-
sifat atau gejala-gejala dari hal tersebut. Yang menyebabkan kita mempunyai pengertian
sesuatu yang tetap–substansi–itu tidak lain dari perulangan pengalaman yang demikian
acapkalinya. Subtansi itu hanya anggapan, khayal, yang sebenarnya tak ada. Manusia tidak
Yang dimaksud dengan impressions atau kesan-kesan adalah pengamatan langsung yang
diterima dari pengalaman baik pengalaman lahiriah maupun pengalaman batiniah yang
menampakkan diri dengan jelas, hidup dan kuat seperti merasakan tangan terbakar. Adapun
ideas adalah gambaran tentang pengamatan yang hidup, samar-samar yang dihasikan dengan
pengalaman. Perbedaan kedua-keduanya terletak pada tingkat kekuatan dan garisnya menuju
jiwa dan jalan masuk kesadaran. Persepsi yang termasuk denagn kekuatan besar dan kasar
disebut impression (kesan) dan semua sensasim nafsu emosi termasuk kategori ini begitu
mereka masuk kedalam jiwa. Idea adalah gambaran kabur (faint image) tentang persepsi
pengatur alam ini kita berhadapan dengan dilema, kita berpikir tentang Tuhan menurut
pengalaman masing-masing sedangkan itu hanya setumpuk persepsi dan koleksi emosi saja.
Kemudian, bagaimana kita dapat mengatakan Tuhan itu Maha sempurna dan Maha Kuasa,
sedangkan di alam terjadi kejahatan dan berbagai bencana. Seharusnya alam ini juga
sempurna sesuai denga penciptanya tetapi ternyata tidak. Tuhan juga sumber kejahatan,
terbatas dan memiliki sifat mencintai dan membenci. Penelitiannya tentang dunia tidak
F. Aliran kritisisme
Kritisime berasal dari kata Kritika yang merupakan kata kerja dari krinein yang artinya
memeriksa dengan teliti menguji dan membedakan. Adapun pengertian lebih lengkap
mengenai kritisime ialah suatu pengetahuan yang memeriksa dengan teliti, apakah suatu
pengetahuan yang didapat sesuai dengan realita kehidupan atau tidak. Selain itu, kritisisme
Sebagai sebuah hasil hasil pemikiran, tentunya kritisisme mempunyai ciri-ciri khusus
yang membedakannya dengan hasil pemikiran yang lain, diantaranya adalah menganggap
babhwa objek pengenalan berpusan pada subjek, menegaskan keterbatasan rasio manusia
dalam mengetahui realita atau hakikat sesuatu karena sebenarnya rasio hnya mampu
menjangkau gejala atau fenomena saja, kemudian menjelasksan bahwa pengenalan manusia
atas segala sesuatu itu diperoleh atas perpaduan antara peranan unsur Anaximenes priori
yang berasal dari rasio serta berupa ruang dan waktu dan peranan unsur apesteriori yang
Pelopor filsafat kritisisme ialah Immanuel kant. Ia adalah seorang filosof besar yang
muncul dalam pentas pemikiran filosofis zaman Aufklarung Jerman menjelang akhir abad ke
18. Ia lahir di Kongisben sebuah kota kecil di Rusia timur pada tanggal 22 april 1724.
Pada maret 1770, Ia diangkat menjadi professor logika dan metaafisika dengan disertai
mengenai bentuk dan azas-azas dari dunia inderawi dan budiah. Kant meninggal pada 12
Immanuel kant adlah filsuf yang hidup pada puncak perkembangan “pencerahan”, yaitu suatu
masa dimana corak pemikiran yang menekankan kedalaman unsur rasionalitas berkembang
dengan pesatnya.
Pada periode kritis, kant menerima sebagai titik tolak bahwa ada pengertian tertentu yang
objektif. Metodenya merupakan Analisa kriteriologis mengenai titik pangkal itu. Analisa itu
a. Analisa psikologis : yaitu penelitian proses atau jalan yang factual yang didapat dari
daya-daya dan potensi yang main peranan. Dengan memperhatikan peningkatan taraf
b. Analisa logis : dengan cara meneliti hubungan antara unsur-unsur isi pengertian satu
sama lain
c. Analisa ontologis : yaitu Analisa yang meneliti realitas subyek dan realitas objek menurut
d. Analisa kriteriologis : yaitu Analisa ynag hanya menyelidiki relasi formal antara kegiatan
subjek sejau ia mengartikan dan menilai hal tertentu, dan objek sejauh itu merupakan
fenomin yang ditanggap menjadi yang ditanggapi. Jadi obyek dan kegiatan xubyek hanya
diambil dalam kebersamaan dan relasinya. Emudian dicari syarat-syarat mankaah yang
I. Positivisme
Positivisme merupakan suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu-ilmu alam (empiris)
sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak spekulasi dari satu
filosofis atau metafisik. Dapat pula dikatakan positivisme ialah aliran yang berpendirian
bahwa filsafat itu hendaknya semata-mata mengenai dan berpangkal pada peristiwa-peristiwa
positif. Jadi dapat dikatakan titik tolak pemikirannya, apa yang telah diketahui adalah dalam
artian segala gejala dan segala yang tampak seperti apa adanya, sebatas pengalaman-
Jadi positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya
sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktivitas yang berkenaan dengan metafisik.
Positivisme tidak mengenal adanya spekulasi, semua harus didasarkan pada data empiris,
karena aliran ini lahir sebagai penyeimbang pertentangan yang terjadi antara aliran
Positivism mmeuat nilai-nilai dasar yang diambil dari tradisi ilmu alam, yang menempatkan
fenomena yang dikaji sebagai objek yang dapat dikontrol, digeneralisasi sehingga gejala
kedepan bia diramalkan yang manna positivism menganggap ilmu-ilmu dalam adalah
salahsatunya ilmu pengetahuan yang secara universal adalah valid. Ajaran filsafat positivism
3. Positivisme tidak lagi menjelaskan gejala-gejala alam sebagai ide abstrak. Gejala-gejala
alam diterangkan berbasis hubungan sebab-akibat dan dari itu kemudian didapatkan dalil-
dalil atau hukum-hukum yang tidak tergantung dari ruang dan waktu.
4. Positivisme menempatkan fenomena yang dikaji sebagai objek yang dapat digeneralisasi
5. Positivisme meyakini bahwa suatu realisasi (gejala) dapat direduksi menjadi unsur-unsur