Disusun oleh:
2. Khoirotul Fauziyah
4. Zumrotul Faidah
5. Muhammad Almayda
Alhamdulillah, kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-
Nya sehingga makalah kami yang berjudul "Kebutuhan Manusia akan Pendidikan"
dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
pembuatan makalah sebagai bahan untuk presentasi.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca bagi umumnya. Kami
menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami menerima
masukan dan kritikan demi kesempurnaan makalah ini. Terima kasih
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II ISI
B. Pendidikan …………………………………………………………………………………………… 5
A. Kesimpulan ………………………………………………………………………………………….. 13
B. Saran ……….…………………………………………………………………………………………… 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Bukti yang paling
konkrit adalah manusia memiliki kemampuan intelegensi dan daya nalar sehingga
manusia mampu berfikir, berbuat, dan bertindak untuk membuat perubahan dengan
maksud pengembangan sebagai manusia yang utuh. Kemampuan seperti itulah yang
tidak dimiliki oleh makhluk Tuhan lainnya. Dalam kaitannya dengan perkembangan
individu, manusia dapat tumbuh dan berkembang melalui suatu proses alami
menuju kedewasaan baik itu bersifat jasmani maupun bersifat rohani. Oleh sebab itu
manusia memerlukan Pendidikan demi mendapatkan perkembangan yang optimal
sebagai manusia.
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Karena
dengan pendidikan manusia dapat mengetahui sesuatu yang belum diketahuinya
dan menggali sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena hal di atas lah,
maka kami membuat makalah yang berjudul "Kebutuhan Manusia akan Pendidikan".
B. Rumusan Masalah
12
C. Tujuan Masalah
BAB II
12
PEMBAHASAN
A. Hakikat Manusia
Manusia dapat diartikan sebagai makhluk yang berakal budi (mampu menguasai
makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah
fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu.
Manusia memiliki ciri khas yang prinsipal dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya.
Misalnya ciri khas manusia dari hewan, terbentuk dari kumpulan terpadu dari apa
yang disebut dengan sifat hakikat manusia. Disebut sifat hakikat manusia karena
secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada
hewan. Hakikat manusia pada dasarnya adalah sebagai makhluk yang memiliki
kesadaran susila (etika) dalam arti ia dapat memahami norma-norma sosial dan
mampu berbuat sesuai dengan norma dan kaidah etika yang diyakininya.
2. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah
laku intelektual dan sosial.
4. Makhluk yang dalam proses yang berkembang dan terus berkembang tidak
pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
5. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk
mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih
baik untuk ditempati.
Pada dasarnya ada dua pokok persoalan tentang hakikat manusia. Pertama, tentang
manusia atau hakikat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan di muka bumi ini.
Kedua, tentang sifat manusia dan karakteristik yang menjadi ciri khususnya serta
hubungannya dengan fitrah manusia. Ragam pemahaman tentang hakikat manusia,
sebagai berikut :
12
bisa berfikir, bertindak, berusaha, dan bisa menentukan mana yang baik dan
benar. Disisi lain manusia meyakini bahwa ia memiliki keterbatasan dan
kekurangan. Mereka yakin ada kekuatan lain, yaitu Tuhan sang pencipta alam
semesta. Oleh sebab itu, sudah menjadi fitrah manusia pada hakikatnya
manusia adalah makhluk religius yang mempercayai adanya sang maha
pencipta yang mengatur seluruh sistem kehidupan dimuka bumi.
B. Pendidikan
12
Pada era yang serba canggih ini, pendidikan telah menjadi kebutuhan pokok bagi
setiap individu. Bahkan pemerintah telah mewajibkan warga negaranya untuk
memperoleh hak pendidikan selama 12 tahun dan disarankan lebih dari itu. Secara
sederhana, pendidikan dapat menjadi sarana individu supaya dapat terhindarkan
dari kebodohan. Semakin tinggi pendidikan maka akan semakin tinggi pula
pengetahuan yang akan didapatkan.
1. Pengertian Pendidikan
12
c. Bagi manusia, pendidikan merupakan suatu kewajiban karena dari adanya
pendidikan, manusia dapat memiliki kemampuan dan kepribadian yang
berkembang.
2. Tujuan Pendidikan
b) Ki Hajar Dewantara
c) Aristoteles
12
Pendidikan seharusnya diselenggarakan berdasarkan pedoman pada
hukum agar sesuai (koresponden) dengan hasil analisis psikologis, dan
juga mengikuti kemajuan secara bertahap, baik fisik (fisik) maupun
mental (batiniah atau ruh).
d) Al Ghazali
Tujuan pendidikan di suatu negara dengan negara lain tentu akan berbeda
bergantung dasar negara, falsafah hidup, dan ideologi negara. Sehingga
sebagai manusia Indonesia, pendidikan memiliki tujuan sebagai berikut :
a) Peserta didik
12
Pada zaman sekarang, peserta didik tidak selalu menjadi pihak yang
menerima informasi dari pendidik saja. Namun, bisa saling memberikan
timbal balik kepada pendidik dan antar peserta didik lain.
Selain itu, pengetahuan yang dimiliki oleh peserta didik dapat berbeda
dengan peserta didik lain. Hal tersebut dapat disebabkan karena adanya
perbedaan lingkungan pendidikannya.
b) Pendidik
Walaupun pada zaman sekarang ini, tidak sedikit orang tua yang
mengabaikan tanggung jawabnya sebagai pendidik kodrati. Penyebabnya
beragam, salah satunya adalah tidak adanya waktu untuk berinteraksi
dengan anak akibat terlalu sibuk bekerja. Adanya keterbatasan waktu
tersebut menjadikan pengalihan pendidikan anak kepada negara dan
masyarakat (berupa profesi guru).
c) Tujuan
d) Isi Pendidikan
12
Isi pendidikan meliputi segala sesuatu yang diberikan oleh pendidik
kepada peserta didiknya supaya dapat mencapai tujuan pendidikan. Isi
pendidikan ini berupa materi yang harus disesuaikan dengan tujuan
pendidikan dan kemampuan peserta didik.
e) Metode Pendidikan
12
"Vorhanden", artinya hanya terletak begitu saja didepan orang, tanpa ada
hubungan dengan orang itu, benda-benda itu baru berarti. Sedangkan
manusia, ia berinteraksi di dunia dimana ia secara aktif "mengadakan"
dirinya, tetapi bukan dalam arti menciptakan dirinya sebagai mana Tuhan
menciptakan manusia, melainkan manusia harus bertanggung jawab atas
keberadaan dirinya, ia harus bertanggung jawab menjadi apa atau
menjadi siapa nantinya.
12
manusia, sebaiknya mungkin pula ia berkembang ke arah yang kurang
sesuai atau bahkan tidak sesuai dengan kodrat dan martabat
kemanusiaannya. Menurut Gehlen seorang pemikir Jerman
mengemukakan kesimpulan yang sama dengan Teori Retardasi dari Bolk,
yaitu bahwa "Pada saat kelahirannya taraf perkembangan manusia tidak
lebih maju dari hewan, tetapi kurang maju daripada hewan yang paling
dekat dengan dia (primata) sekalipun. Manusia lahir prematur dan tidak
mengenal spesialisasi seperti hewan. Ia adalah makhluk yang ditandai
kekurangan" (C.A. Van Peursen, 1982). Nietzsche juga mendukung
kesimpulan ini yang menyebut manusia sebagai das nicht festgestellte
Tier, artinya sebagai hewan yang belum ditetapkan. Ada beberapa akibat
manusia dilahirkan terlalu dini :
Dari hal inilah dapat dipahami bahwa manusia belum selesai menjadi
manusia, ia dibebani keharusan untuk menjadi manusia, adapun untuk
menjadi manusia ia memerlukan pendidikan atau harus dididik. "Man can
become man through education only", demikian pernyataan Immanuel
Kant dalam Teori pendidikannya (Henderson, 1959). Pernyataan tersebut
sejalan dengan hasil studi M.J.Langeveld. Bahkan sehubungan dengan
kodrat manusia seperti dikemukakan di atas, Langeveld memberikan
identitas kepada manusia dengan sebutan Animal Educandum
(M.J.Langeveld, 1980).
12
Terdapat beberapa asumsi yang memungkinkan mengapa seorang manusia perlu
memperoleh pendidikan dalam hidupnya, yakni:
2. Manusia lahir tidak langsung menjadi seorang yang dewasa. Supaya dapat
sampai pada tingkat dewasa maka diperlukan proses pendidikan.
3. Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk sosial sehingga tidak akan bisa
hidup tanpa adanya manusia lain.
َ ٰ ون ُأ َّم ٰهَتِ ُك ْم اَل تَ ْعلَ ُمونَ َش ْيـًٔا َو َج َع َل لَ ُك ُم ٱل َّس ْم َع َوٱَأْل ْب
َص َر َوٱَأْل ْفـِٔ َدةَ ۙ لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُون ِ َُوٱهَّلل ُ َأ ْخ َر َج ُكم ِّم ۢن بُط
Artinya: "Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati,
agar kamu bersyukur".
Firman Allah SWT di atas menggambarkan keadaan manusia yang belum tau apa-apa
(karena hanya memiliki potensi), tetapi dengan belajar dari mendengar, belajar dari
pengalaman, belajar dari apa yang mereka lihat, dan dengan menggunakan kekuatan
akal, pikiran, dan hati. Manusia kemudian menjadi paham, mengerti, dan
memahami. Pendidikan menjadikan semua potensi manusia berkembang dengan
baik.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
14
Al Qur'an al-Karim
Munib, Akhamd, dkk. (2016). Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UNNES Press
Umar Tirtarahardja, Prof. Dr. dan Drs. La Sula. 2000. Pengantar Pendidikan. Jakarta:
Bineka Cipta.
14