DOSEN PENGAMPU :
DR. MUHAMMAD ANAS MAARIF, M.Pd
NAMA KELOMPOK :
1. Muchammad Imam Burhanuddin
2. Khoirotul Fauziyah
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemampuan,
kekuatan serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun pikiran kepada penulis sehingga
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hakikat Pendidikan Islam” tepat pada
waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Muhammad Anas
Maarif, M.Pd selaku dosen mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam atas bimbingan,
pengarahan, dan kemudahan yang telah diberikan kapada penulis dalam pengerjaan makalah
ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan makalah ini.
Maka dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca
sekalian. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya.
Penullis
DAFTAR ISI
KATA PENEGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Hakikat Pendidikan Islam ?
2. Bagaimana Sumber dan Dasar Pendidikan Islam ?
3. Apa Tujuan Pendidikan Islam ?
4. Apa saja Ciri Khas Pendidikan Islam ?
5. Apa saja Jenis-jenis Pendidikan Islam ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahuai pengertian Hakikat Pendidikan Islam.
2. Untuk mengetahui Sumber dan dasar Pendidikan Islam.
3. Untuk mengatahui Tujuan Pendidikan Islam.
4. Untuk mengetahui Ciri Khas Pendidikan Islam.
5. Untuk mengetahui Jenis-jenis Pendidikan Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
b. Makna Ta’lim
Istilah ta`līm berasal dari kata ‘alima. Dalam Lisān al-`Arab, kata ini
bisa memiliki beberapa arti, seperti mengetahui atau merasa, dan memberi
kabar kepadanya. Menurut Rasyīd Riḍā, ta’līm merupakan proses transmisi
ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan
tertentu.
Pendapat tersebut berdasarkan ayat Alquran surat al-Baqarah/2: 31
yang artinya: “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-
benda) seluruhnya kemudian mengemukakannya kepada para malaikat.” Dan
ayat Alquran surat al-Baqarah/2: 151 yang artinya: “Sebagaimana (Kami telah
menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu
Rasūl di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan
menyucikan kamu dan mengajarkan kepadamu al-Kitāb dan al-Ḥikmah, serta
mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui.”
Pada ayat tersebut dijelaskan tentang aktivitas kependidikan yang
dilakukan oleh Rasulullah SAW, yang tidak hanya terbatas pada mengajarkan
tilāwah al-Qurān tetapi juga mengupayakan proses penyucian al-jism dan ar-
rūh (tazkiyah), sehingga dengan kesucian diri itu manusia dapat memahami al-
Kitāb dan al-Ḥikmah serta meraih pengetahuan-pengetahuan lain yang belum
mereka ketahui. Bukan hanya sekedar pandai membaca apa yang tertulis,
namun Rasulullah SAW. Juga membuat umat Islam dapat membaca dengan
renungan, pemahaman, pengertian, tanggung jawab dan amanah.
c. Makna Ta’dīb
Dalam Lisān al-`Arab dijelaskan bahwa arti dasar kata addaba adalah ad-
du`ā’ yang berarti undangan. Dengan demikian kata ini diartikan sebagai
undangan seseorang untuk menghadiri suatu pesta atau perjamuan. Sementara
dalam Mu’jam al-Wasīṭ karya Ibrāhīm Anīs kata addaba diartikan:
1. Melatihkan perilaku yang baik dan sopan santun.
2. Mengadakan pesta atau perjamuan yang berarti berbuat dan berperilaku
sopan, pelatihan atau pembiasaan.
3. Mendidik, melatih, memperbaiki, mendisiplinkan dan memberi tindakan.
Menurut Naquib al-Attas, kata ta’dīb merupakan istilah yang paling tepat
dan cermat untuk menunjukkan pendidikan dalam Islam. Pendapat ini sesuai
dengan pendapat Hasan Langgulung dengan alasan bahwa kata ta`līm terlalu
dangkal karena ini berarti mengajari (pengajaran), sedangkan tarbiyah terlalu
luas karena kata ini dipakai juga untuk binatang dan tumbuh-tumbuhan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penggunaan istilah dalam pendidikan berdasar pada Al-Qur’an dan As Sunnah
yang tepat akan menjadi sangat penting, karena akan mempengaruhi konsep
pendidikan khususnya pendidikan dalam pengertian Islam. Pengertian pendidikan
akan mendasari tujuan, metode sampai pada kurikulum pendidikan itu sendiri.
Mengadopsi seluruh istilah atau menggabungkannya sebagai upaya untuk
mengakomodasi saja tidaklah cukup, mengingat strukturnya dan penekanannya akan
berbeda. Apabila ta’dib adalah istilah yang paling mewakili pendidikan dalam Islam,
maka adab akan menjadi stressing dalam pendidikan secara keseluruhan, tidak hanya
pada pendidikan agama saja.
Walaupun demikian tarbiyyah dan ta’lim merupakan istilah yang memilki
kaitan erat langsung dengan pendidikan itu sendiri. Proses pengembangan diri dan
pengajaran adalah bagian penting dalam pendidikan untuk mencapai tujuan manusia
sebagai hamba Allah.
Berbagai konsepsi-kosepsi tentang pendidikan islam ini ternyata memiliki
keunikan makna yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits, karena Al-Qur’an
bagaikan cahaya yang terpancar dalam setiap sudut mutiara yang menunjukan
kekayaan makna lafad-lafadz dalam ayat-ayat al-qur’an. kata at-tarbiyat, at-ta’lim,
maupun at-ta’dib menunjukkan satu konsep pendidikan dalam Islam. Ketiga istilah
ini saling melengkapi dan tercakup dalam tujuan pendidikan Islam yang tidak bisa
dipisah-pisahkan. Terjadi pada diri manusia dalam arti yang umum dan
mengisyaratkan adanya komponen-komponen pokok dalam pendidikan, adanya
isyarat bagi guru untuk meningkatkan diri, prosesnya bertahap dan berkelanjutan,
menuntut adab-adab tertentu dan metode yang mudah diterima dan dilakukan dengan
baik dan bijak, adanya tujuan perolehan pengetahuan/ pembinaan akal, perubahan ke
arah yang lebih baik, melahirkan amal shalih, akhlak yang baik/ pendidikan jiwa,
mewujudkan insan muslim sempurna, untuk taat beribadah memperoleh ridla Allah
SWT. Istilah At-tarbiyah lebih tepat digunakan sebagai kata yang mewakili
pendidikan Islam, hal ini memiliki landasan filosofis (Q.S. Ali Imran ; 79), perintah
untuk menjadi insan rabbani.
B. Saran
Menyadarkan bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, kedepannya kami
akan lebih focus dan detail dalam memberikan penjelasan dan juga berdasarkan
dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan tentunya bisa dipertanggung jawabkan.
Untuk kritik sana saran dari pembimbing maupun pembaca terhadap makalah
ini kami sangat berterimakasih, guna membangun dan menyempurnakan yang lebih
baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Imām al-`Allāmah Abī al-FaḍI Jamāl al-Dīn Muḥammad bin Mukarram Ibn
Manżūr al-Afrīqī al-Miṣrī, Lisān al-`Arab (Beirut: Dār al-Ahyā’ al-Turāṡ al-`Arabī, 630), juz
IX, h. 371.
Zakiah Daradjat, et al., Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h. 28.
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 32.