Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

TENTANG :

“SISTEM PENDIDIKAN DALAM ISLAM”

OLEH KELOMPOK 10 :

MUHAMMAD ZIKRI M (21101152610387)

NADYATUL KHAIRA (21101152610388)

NIVELA SHOLEHA (21101152610389)

RESKY RAMADHON S (2110115610394)

Dosen Pembimbing :

Mustafa, M.Hum

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

FAKULTAS ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS UPI YPTK PADANG

2021

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil alamin. Puji berangkaian syukur penulis ucapkan kehadirat


Allah SWT, karena Allah telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini penulis susun untuk
melengkapi tugas kelompok Mata Kuliah Pendidikan agama islam . Adapun judul makalah
ini tentang “Sistem Pendidikan dalam islam”

Dengan selesainya tugas makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis
menyadari bahwa tidak ada gading yang tak retak, tiada manusia yang tak luput dari
kesalahan. Untuk itu, dengan kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran serta
masukan yang dapat menunjang kesempurnaan makalah ini. penulis berharap semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua, khususnya penulis.

Padang, 15 Desember 2021

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pemakalah

BAB II PEMBAHASAN

A. Arti Pendidikan Agama Islam


B. Karakteristik Pendidikan Agama Islam
C. Prinsip-Prinsip Pendidikan Agama Islam
D. Tujuan Pendidikan Agama Islam
E. Jenis-Jenis Kajian Dalam Islam

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan dasar manusia untuk memulai hidup, sehingga menjadi
komitmen bersama bahwa pendidikan sangat mempunyai peran yang luhur dan
agung. Sifat yang agung ini ditunjukkan dari peran pendidikan yang dipahami sebagai
pemberian bekal peserta didik untuk menghadapi masa depannya. Pendidikan
merupakan proses untuk mendewasakan manusia atau kata lain Pendidikan
merupakan untuk memanusiakan manusia melalui pendidikan manusia dapat tumbuh
dan berkembang secara normal dan sempurna sehingga dapat melaksanakan tugasnya
sebagai manusia.
Pendidikan dapat mengubah manusia dari tidak tau menjadi tau, dari perilaku
buruk mrnjadi tabiat yang baik, Pendidikan mengubah semuanya, begitu penting
Pendidikan dalam islam, sehingga menjadi kewajiban perorangan. Pendidikan
membutuhkan suatu sistem agar tujuan mulia dari Pendidikan itu tercapai. Dunia
Pendidikan islam dengan pendidikan pada umumnya kadang-kadang memang
mempunyai persamaan dan juga memiliki perbedaan. Persamaan akan timbul karena
sama-sama berangkat dari dua arah pendidikan yakni dari diri manusia yang memang
fitrahnya untuk melakukan proses pendidikan, kemudian dari budaya yakni
masyarakat yang memang mengiginkan usaha warisan nilai, maka semua memerlukan
Pendidikan.
Mengenai Pendidikan agama itu sendiri pada dasarnya cukup mewarnai
perjalanan bangsa Indonesia apalagi bila dilihat dari dimensi historis. Sebelum
pemerintah colonial belanda memperkenalkan sistem Pendidikan barat yang sekuler,
diketehui bahwa pesantren merupakan satu-satunya lembaga pendidikan formal yang
ada di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rmusan masalahyang berkaiatan
dengannnyaa adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan arti pendidikan agama islam ?
2. Apa saja karakteristik pendidikan agama islam ?
3. Apa saja prinsip-prinsip pendidikan agama islam ?
4. Apa tujuan pendidikan agama islam ?

1
5. Apa saja jenis-jenis kajian dalam islam ?
C. Tujuan Pemakalah
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari perumusan masalahnya
adalah :
1. Untuk mengetahui apa arti pendidikan agama islam
2. Untuk mengetahui karakteristik pendidikan agama islam
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pendidikan agama islam
4. Untuk mengetahui tujuan pendidikan agama islam
5. Untuk mengetahui jenis-jenis kajian dalam islam

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Arti Pendidikan Agama Islam


Pendidikan dapat diartikan sebagai bimbingan secara sadar oleh pendidik
terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama. Sehingga pendidkan dipandang sebagai salah satu aspek
yang memiliki peranan pokok dalam membentuk generasi muda agar memiliki
kepribadian yang utama.Dalam Islam pada mulanya pendidikan Islam disebut dengan
kata “ta’dib”. Kata “Ta’dib”mengacu pada pengertian yang lebih tinggi, dan
mencakup unsur-unsur pengetahuan (‘ilm) pengajaran (ta’lim) dan pengasuhan yang
baik (tarbiyah). Akhirnya dalam perkembangan kata ta’dib sebagai istilah pendidikan
telah hilang peredarannya, dan tidak dikenal lagi, sehingga ahli pendidik Islam
bertemu dengan istilah At Tarbiyah atau Tarbiyah, sehingga sering disebut Tarbiyah.
Sebenarnya kata ini berasal dari kata “Robba-yurabbi-Tarbiyatan” yang artinya
tumbuh dan berkembang. Maka dengan demikian populerlah istilah “Tarbiyah”
diseluruh dunia Islam untuk menunjuk pendidikan Islam. (Zuhairini, 1993: 9)

Terdapat beberapa pengertian mengenai Pendidikan Agama diantaranya sebagai berikut:

1. Dalam Enclylopedia Education, Pendidikan Agama Islam diartikan sebagai suatu


kegiatan kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan orang beragama. Dengan
demikian perlu diarahkan kepada pertumbuhan moral dan karakter. Pendidikan agama
tidak cukup hanya memberikan pengetahuan tentang agma saja, akan tetapi disamping
pengetahuan agama, mestilah ditekankan pada aktivitas kepercayaan.
2. Ahmad D. Marimba mengemukakan bahwa Pendidikan Islam adalah bimbingan atau
pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani
peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama (insan kamil). (Samsul
Niza, 2002:32)
3. Menurut Zakiyah Darajat dalam bukunya karangan abdul Majid Pendidikan Agama
Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa
dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada
akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.
(Abdul Majid, 2004 :130)

3
4. Menurut Ahmad Tafsir dalam bukunya Abdul Majid Pendidikan agama Islam adalah
bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara
maksimal sesuai dengan ajaran Islam. (Ahmad Tafsir, 1992:24)
5. Menurut Dr. H. Zuhairini Pendidikan Agama berarti usaha-usaha secara sistematis
dan pragmatis dalam membantu anak didik agar supaya mereka hidup sesuai dengan
ajaran Islam. (Abu Ahmadi, 2003:24)

Ada tiga istilah tertentu yang di gunakan manusia dalam mengartikan pendidikan agama
dalam khasanah pendidikan islam:

a. Istilah al-tarbiyah
Abdurrahman An-Nahlawi mengemukakan bahwa menurut kamus Bahasa Arab, lafaz
At-Tarbiyah berasal dari tiga kata, pertama, raba-yarbu yang berarti bertambah dan
bertumbuh. Makna ini dapat dilihat dalam Al-Qur’an Surat Ar-Rum ayat 39. Kedua,
rabiya-yarba yang berarti menjadi besar.  Ketiga, rabba-yarubbu yang berarti
memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga dan memelihara.
b. Istilah al-Ta’lim
Dr. Abdul Fattah Jalal, pengarang Min al-Usul at-Tarbiyah fii al-islam (1977: 15-24)
mengatakan bahwa istilah ta’lim lebih luas dibanding tarbiyah yang sebenarnya
berlaku hanya untuk pendidikan anak kecil. Yang dimaksudkan sebagai proses
persiapan dan pengusahaan pada fase pertama pertumbuhan manusia (yang oleh
Langeveld disebut pendidikan “pendahuluan”), atau menurut istilah yang populer
disebut fase bayi dan kanak-kanak.
c. Istilah al-Ta’dib
Menurut Al-Attas, ta’dib adalah pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-
angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala
sesuatu di dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing ke arah
pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan di dalam tatanan wujud
dan keberadaannya. (Arifuddin Arif, 2008: 25)
Dari beberapa definisi pendidikan Islam di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
agama Islam adalah sebagai berikut:

1. Segala usaha berupa bimbingan terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak,
menuju terbinanya kepribadian utama sesuai dengan ajaran agama Islam.

4
2. Suatu usaha untuk mengarahkan dan mengubah tingkah laku individu untuk mencapai
pertumbuhan kepribadian yang sesuai ajaran Islam dalam proses kependidikan
melalui latihan-latihan akal pikiran (kecerdasan, kejiwaan, keyakinan, kemauan dan
perasaan serta panca indera) dalam seluruh aspek kehidupan manusia.
3. Bimbingan secara sadar dan terus menerus yang sesuai dengan kemampuan dasar
(fitrah dan kemampuan ajarannya pengaruh diluar) baik secara individu maupun
kelompok sehingga manusia memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama
Islam secara utuh dan benar. Yang diaksud utuh dan benar adalah meliputi Aqidah
(keimanan), Syari’ah (ibadah mu’amalah) dan akhlak (budi pekerti).
B. Karakteristik Pendidikan Agama Islam
1. Karakteristik agama islam
Memahami karakteristik Islam sangat penting bagi setiap muslim,
karena akandapat menghasilkan pemahaman Islam yang komprehensif.
Beberapa karakteristik agama Islam, yakni antara lain :
a. Rabbaniyah (Bersumber langsung dari Allah swt)
Islam merupakan manhaj Rabbani (konsep Allah s.w.t), baik dariaspek akidah,
ibadah, akhlak, syariat, dan peraturannya semua bersumberdari Allah SWT.
b. Insaniyah ’Alamiyah (humanisme yang bersifat universal).
Islam merupakan petunjuk bagi seluruh manusia, bukan hanyauntuk suatu
kaum atau golongan. Hukum Islam bersifat universal, dandapat diberlakukandi
setiap bangsa dan negara.
c. Syamil Mutakamil (Integral menyeluruh dan sempurna).
Islam membicarakan seluruh sisi kehidupan manusia, mulai dariyang masalah
kecil sampai dengan masalah yang besar.
d. Al-Basathah (elastis, fleksibel, mudah).
Islam adalah agama fitrah bagi manusia, oleh karena itu manusianiscaya akan
mampu melaksanakan segala perintah-Nya tanpa adakesulitan, tetapi
umumnya yang menjadikan sulit adalah manusia itu sendiri.
e. Al-’Adalah (keadilan)
Islam datang untuk mewujudkan keadilan yang sebenar-benarnya,untuk
mewujudkan persaudaraan dan persamaan di tengah-tengahkehidupan
manusia, serta memelihara darah (jiwa), kehormatan, harta, danakal manusia.
f. Keseimbangan (equilibrium, balans, moderat)

5
Dalam ajaran Islam, terkandung ajaran yang senantiasa menjaga
keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum,
antarakebutuhan material dan spiritua serta antara dunia dan akhirat.
g. Perpaduan antara Keteguhan Prinsip dan Fleksibilitas.
Ciri khas agama Islam yang dimaksud adalah perpaduan antara hal-hal yang
bersifat prinsip (tidak berubah oleh apapun) dan menerima perubahan
sepanjang tidak menyimpang dari batas syariat.
h. Graduasi (berangsur-angsur/bertahap).
Hukum atau ajaran-ajaran yang diberikan Allah kepada manusiaditurunkan
secara berangsur-angsur sesuai dengan fitrah manusia. Jaditidak secara
sekaligus atau radikal.
i. Argumentatif Filosofis.
Ajaran Islam bersifat argumentatif, tidak bersifat doktriner. Dengandemikian
Al-Quran dalam menjelaskan setiap persoalan senantiasa diiringidengan bukti-
bukti atau keterangan-keterangan yang argumentatif dandapat diterima dengan
akal pikiran yang sehat (rasional religius).

Karakteristik PAI sebagai mata pelajaran sebagaimana dijelaskan dalam buku


pedoman khusus PAI dari Depdiknas tahun 2006 adalah sebagai berikut:

1. PAI merupakan mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran-ajaran pokok agama
Islam.
2. PAI bertujuan membentuk peserta didik agar beriman dan bertakwakepada Allah
SWT, serta memiliki akhlak mulia.
3. PAI mencakup tiga kerangka dasar, yaitu akidah, syariah dan akhlak. (Depertemen
Pendidikan Nasional, 2006:57)
C. Prinsip-Prinsip Pendidikan Agama Islam
1. Prinsip integrasi, prinsip ini memandang adanya wujud kesatuan dunia akhirat.
Oleh karena itu, pendidikan akan meletakkan porsi yang seimbang untuk
mencapai kebahagiaan di dunia sekaligus akhirat
2. Prinsip keseimbangan, prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip
konsekuensi dari prinsip integrasi. Keseimbangan yang proporsional antara
ruhaniah dan jasmaniah, antara ilmu murni dan ilmu terapan, antara teori dan

6
praktek, dan antara nilai yang menyangkut aqidah, syari’ah dan akhlak. (Moh,
Roqib, 2009:32)
3. Prinsip universal, prinsip ini memandang bahwa dalam pendidikan Islam
hendaklah meliputi seluruh aspek kepribadian manusia dan melihat manusia
dengan pandangan yang menyeluruh dari aspek jiwa, jasmani dan akal
4. Prinsip dinamis, prinsip ini memandang bahwa pendidikan Islam menganut
prinsip dinamis yang tidak beku dalam tujuan-tujuan, kurikulum dan metode-
metodenya, tetapi berupaya untuk selalu memperbaharui diri dan berkembang
sesuai dengan perkembangan zaman. Pendidikan Islam seyogyanya mampu
memberikan respon terhadap kebutuhan-kebutuhan zaman dan tempat dan
tuntutan perkembangan dan perubahan sosial. (Ramayulis, Samsul Nizar,
2009:103-104)
D. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Pada dasarnya tujuan akhir pendidikan agama Islam itu identik dengan tujuan hidup
orang Islam. Hal ini selaras dengan tujuan diciptakannya manusia sebagai hamba
Allah, sebagaimana yang dijelaskan dalam al-Qur’an bahwa :
Artinya : Dan Aku tidak ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembahku (Q.S. Adz. Dzariyat ayat: 56).
Makna penyembahan dalam Islam sebagaimana tersebut tidak terbatas pada
pelaksanaan fisik dari ritual saja, melainkan juga mencakup seluruh aspek aktivitas
iman, fikiran, perasaan dan perbuatan. Adapun secara definitif tujuan pendidikan
agama Islam adalah sebagaimana yang dijelaskan oleh beberapa tokoh pendidikan
agama, antara lain sebagai berikut :
1. Menurut Athiyah al-Abrasyi mengemukakan : “tujuan pokok dan terutama
dari pendidikan Islam ialah mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa. Semua
mata pelajaran haruslah mengandung pelajaran-pelajaran akhlak, setiap guru
haruslah memperhatikan akhlak, setiap guru didik haruslah memikirkan
akhlak keagamaan sebelum yang lain-lainnya, karena akhlak keagamaan
adalah akhlak yang tertinggi, sedangkan akhlak yang mulia itu adalah tiang
dari pendidikan Islam.” (Athiyah al-Abrasy, 1970: 1-2).
Jadi pendidikan agama Islam itu tidak keluar dari pendidikan akhlak.
2. Menurut Zuharini, tujuan umum pendidikan agama ialah membimbing anak
agar mereka menjadi orang muslim sejati, beriman teguh, beramal sholeh dan

7
berakhlak mulia serta berguna bagi masyarakat, agama dan negara (Zuhairini,
1983: 45).
3. Menurut Mohammad Daud Ali, tujuan pndidikan Islam ialah untuk membina
insan yang beriman dan bertaqwa yang mengabdikan dirinya hanya kepada
Allah, membina serta memelihara alam sesuai dengan syari’ah serta
memanfaatkannya sesuai dengan akidah dan akhlak Islam (Muhammad Daud
Ali, 1998: 181-182).
4. Rumusan hasil keputusan seminar pendidikan Islam se-Indonesia tanggal 7 s/d
11 Mei 1960, di Cipayung Bogor adalah sebagai berikut : “tujuan pendidikan
Islam adalah menanamkan taqwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran
dalam rangka membentuk manusia yang berpribadi dan berbudi luhur menurut
ajaran Islam (Arifin, 1991: 41).
5. Sedangkan dalam buku PBM. PAI di sekolah eksistensi dan proses belajar
mengajar, tujuan pendidikan agama Islam yaitu: “Meningkatkan keimanan,
pemahaman, penghayatan dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam
sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah
Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Selanjutnya pendidikan agama Islam pada sekolah
umum bertujuan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan,
pengamalan tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam kehidupan
pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta untuk melanjutkan
pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi”. (Chabib Thoha & Abdul Mu’ti,
1998 :179)
E. Jenis-Jenis Kajian Dalam Islam
Islam di Indonesia dikaji lewat beberapa jenis lembaga pendidikan. Setidaknya, kajian
itu dilakukan di pesantren, sekolah tinggi atau institute Agama Islam , dan yang
merupakan bentuk terbaru, yang muncul sekitar 10 tahun yang lalu, adalah berbentuk
Universitas Islam Negeri. Hingga sekarang ini lembaga pendidikan yang disebutkan
terakhir sudah berjumlah 8 buah, dan rupanya masih akan menyusul lainnya lagi di
beberapa kota besar di Indonesia.
Pesantren adalah merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Jumlah
lembaga pendidikan yang seringkali disebut bersifat tradisional itu amat banyak,
semuanya didirikan dan dikelola oleh para ulama atau kyai secara mandiri. Selama ini,

8
tidak ada satupun pesantren yang didirikan dan dikelola oleh pemerintah. Namun
banyak ulama di Indonesia yang merupakan hasil pendidikian pesantren.
Seseorang yang dikenal oleh masyarakat memiliki kemampuan ilmu pengetahuan
agama, lalu didatangi oleh para santri untuk belajar kepadanya, dan kemudian menetap
di tempat itu, maka tempat itu disebut pesantren. Di pesantren, selain terdapat rumah
kyai, tempat belajar dan menginap, biasanya juga dilengkapi dengan masjid.
Jenis lembaga pendidikan selanjutnya adalah perguruan tinggi Islam, berupa Institus
Agama Islam dan sekolah tinggi. Jenis lembaga pendidikan Islam ini ada yang
berstatus negeri dan lebih banyak lagi berstatus swasta. Pada awalnya, terdapat 14
IAIN dan 33 STAIN yang tersebar di seluruh Indonesia. Lembaga pendidikan tinggi
ini membagi bidang keilmuan menjadi lima, yaitu ilmu tarbiyah, Ilmu Ushuluddin,
Ilmu Dakwah, Ilmu Syari'ah, dan ilmu adab. Sebagian dari lembaga ini membuka
program studi S1, S2, dan beberapa di antaranya hingga S3.
Selanjutnya, sejak awal tahun 2000 an, ada beberapa IAIN dan STAIN berubah
menjadi universitas. Beberapa IAIN yang berubah menjadi universitas adalah IAIN
Jakarta, IAIN Yogyakarta, IAIN Riau, IAIN Makassar, dan IAIN Bandung. Sementara
itu, STAIN yang berubah menjadi UIN adalah Sekolah Tinggi Agama Islam negeri
Malang, yang kemudian sekarang dikenal dengan sebutan UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang.
1. Kajian Islam Di Pesantren
Kajian Islam di pesantren memang berbeda dengan di perguruan tinggi.
Lembaga pedidikan pesantren tidak saja mengantarkan para santrinya menjadi
alim, tetapi juga menjadi shaleh. Bahkan yang lebih ditekankan bagi
pendidikan pesantren adalah ketinggian akhlak. Oleh karena itu, konsep yang
selalu muncul di pesantren adalah yang terkait dengan akhlak itu. Konsep
dimaksudkan itu misalnya tentang tawadhu', tha'att, berkah, ridha, khurmah,
sabar, ihlas, tawakkal, amanah, dan sejenisnya.
Kajian Islam di pesantren biasanya menggunakan kitab tertentu, dan juga ada
yang mengkaji kitab yang ditulis oleh kyai sendiri. Namun memang belum
begitu banyak pengasuh pesantren atau kyai yang menulis kitab, sehingga
banyak pesantren yang kajiannya menggunakan kitab standard yang dikarang
oleh ulama terkenal, seperti misalnya Imam al Ghazali dengan kitabnya ihya'
ulumuddin.

9
Apapun kajian yang dilakukan oleh kyai di pesantren, ternyata berhasil
melahirkan orang-orang yang cukup kapabel di dalam memberikan bimbingan
keagamaan di tengah-tengah masyarakat. Biasanya alumni pesantren dalam
menjalankan peran-peran bimbingan keagamaan di tengah masyarakat lebih
unggul dibanding lulusan pendidikan formal, atau bahkan perguruan tinggi
sekalipun. Pelatihan kepemimpinan dan juga pendidikan yang menekankan
kemandirian di pesantren berhasil mengantarkan lulusannya memiliki
kelebihan dalam menjalankan peran-peran di tengah masyarakat sebagaimana
dimaksudkan itu.
Hal yang menggembirakan bahwa beberapa pesantren tertentu menjadi
masyhur oleh karena keberhasilan di dalam mengembangkan keilmuannya.
Misalnya, dahulu orang tertarik belajar ke pesantren Lirboyo Kediri, oleh
karena kyainya memiliki kelebihan di bidang Tata Bahasa Arab. Seseoarng
memilih mengirimkan anaknya ke pesantren di Jombang dengan alasan ingin
mengkaji ilmu tafsir dan hadits. Orang datang ke pesantren di Pasuruan, oleh
karena ingin mendalami ilmu tasawwuf, atau ke Pesantren Syalafiyah as
Syafiiyah Asem Bagus, Situbondo, untuk mendalami ilmu fiqh, dan lain-lain.
Gambaran seperti dimaksudkan itu menunjukkan bahwa kajian Islam di
pesantren, sekalipun mungkin tidak dirancang sebelumnya, tetapi kyainya
berhasil mengembangkan bidang-bidang ilmu tertentu hingga menonjol
dibanding pesantren lainnya. Para calon satri tatkala mau belajar ke pesantren
sudah memiliki kepastian tentang ilmu yang akan dipelajari. Dengan demikian,
menjadi terasa dan jelas sekali bahwa orang-orang yang belajar ke pesantren
adalah benar-benar bertujuan untuk mendapatkan ilmu dan bukan sebatas
ijazah sebagaimana yang banyak terjadi, tatkala belajar di lembaga pendidikan
formal.
Jumlah pesantren di Indonesia cukup banyak dan perkembangannya
sedemikian cepat. Data tentang pesantren selalu dinamis, tidak pernah
menunjukkan secara tepat oleh karena tidak mudah menginventarisasi lembaga
pendidikan itu. Oleh karena keberadaan pesantren itu tumbuh dari masyarakat
sendiri, maka pemerintah tidak mudah sekalipun hanya mendata lembaga
pendidikan itu.
2. Kajian Islam Di Lembaga Pendidikan Tinggi Islam

10
Di Indonesia terdapat ratusan perguruan tinggi Islam yang tersebar di seluruh
wilayah, mulai dari provinsi yang paling barat, yaitu di Aceh hingga Papua,
yaitu provinsi yang paling timur. Jumlah perguruan tinggi Isam yang berstatus
negeri ada 54 buah, berupa universitas 8 buah, institute ada 19 dan sisanya
yaitu 24 berupa seolah tinggi. Selain yang berstatus negeri terdapat perguruan
tinggi Islam yang berstatus swasta, yang jumlahnya jauh lebih besar, yaitu
lebih dari 600 buah. Sebagaimana perguruan tinggi islam negeri, perguruan
tinggi Islam swasta juga tersebar di seluruh wilayah Indonesia, berada di kota-
kota kabupaten, dan bahkan juga tidak sedikit yang berada di kota kecamatan.
Perguruan tinggi Islam, baik yang berstatus negeri maupun swasta, dan baik
yang berbentuk institute maupun sekolah tinggi, semuanya mengembangkan
ilmu keagamaan, yaitu ilmu ushuluddin, ilmu syari'ah, ilmu dakwah, ilmu
tarbiyah dan ilmu adab. Namun sebenarnya, antara bidang ilmu yang
dikembangkan di institute dan di sekolah tinggi adalah sama. Beberapa rumpun
ilmu itu, jika di institute, maka disebut fakultas, sedangkan di sekolah tinggi
disebut jurusan. Perbedaan penyebutan itu, sesungguhnya tidak
menggambarkan keluasan atau kedalaman keilmuan yang dikaji.
Institute dan sekolah tinggi mengembangkan bidang keilmuan secara terbatas
dan tidak sebagaimana bentuk universitas. Universitas Islam negeri yang pada
saat ini berjumlah 8 buah, yaitu di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Riau,
Makasar, Malang, dan akhir-akhir ini bertambah dua buah lagi, yaitu di
Surabaya dan di Aceh, selain mengembangkan ilmu-ilmu agama sebagaimana
sebelumnya, juga diberi kewenangan untuk mengembangkan ilmu-ilmu umum,
sebagaimana perguruan tinggi pada umumnya. Dengan kewenangannya itu,
Universitas Islam Negeri atau UIN beberapa di antaranya mengembangkan
fakultas kedokteran, ekonomi, keperawatan, psikologi, teknologi, dan lain-lain.
Bahkan, bidang ilmu agama dan umum yang dikembangkan oleh universitas
Islam Negeri, keduanya disebut atau diusahakan terintegrasi, agar tidak
mengenal apa yang disebut dengan istilah dikotomi keilmuan, yaitu antara ilmu
agama dan ilmu umum. Program integrasi keilmuan dimaksud dikembangkan
oleh masing-masing Universitas Islam Negeri di beberapa wilayah secara
berbeda-beda. Sekalipun pada intinya sama, yaitu mengembangkan integrasi
ilmu dimaksud, tetapi pada tingkat implementasinya tampak berbeda-beda.
Untuk menggambarkan integrasi ilmu dimaksud, di UIN Bandung misalnya

11
menggunakan metafora sebuah roda, di UIN Yogyakarta menggunakan
metafora berupa jarring laba-laba, dan di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
digunakan metafora berupa sebatang pohon, sehingga di kampus ini dikenal
apa yang disebut dengan pohon ilmu.
3. Gambaran Integrasi Antara Ilmu umum dan Ilmu Agama di UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang
Penyebutan integrasi antara ilmu umum dan agama, sebenarnya tidak terlalu
tepat, oleh karena sebenarnya pada ajaran Islam yang bersumber al Qur'an dan
hadits nabi sudah bersifat inklusif, yakni terdiri atas kedua jenis ilmu itu. Al
Qur'an dan hadits nabi memuat aspek-aspek agama dan sekaligus
menganjurkan dan bahkan dalam hal dan batas-batas tertentu memberikan
pengetahuan tentang alam, sosial, dan juga humaniora.
Oleh karena itu sebernarnya, antara ilmu agama dan umum, dalam kajian
Islam, lebih tepat disebut inclusif daripada sebutan integrasi. Penyebutan
integrasi melahirkan pandangan seolah-olah antara agama dan ilmu umum
sebagai kedua hal yang berbeda. Padahal dalam kenyataannya, al Qur'an dan
hadits nabi sebagai sumber ajaran Islam telah memuat keduanya, yakni agama
dan sekaligus ilmu umum itu.
Pemahaman secara dikotomik antara ilmu agama dan ilmu umum yang sudah
sedemikian lama dan sudah terlanjur menjadi pandangan umum, maka upaya
untuk memberikan perspektif baru menjadi tidak mudah dilakukan. Namun
demikian sebenarnya ketika pandangan ingklusivitas keilmuan itu
disampaikan, tidak terjadi perdebatan. Pada umumnya, setiap orang mendengar
penjelasan itu segera menyetujuinya. Akan tetapi, oleh karena cara pandang
dikotomik itu sudah masuk pada wilayah legal formal, maka perubahan
pandangan itu tidak mudah dilakukan.
Sebagai cara untuk menjelaskan bahwa ajaran Islam bersifat inklusif,yaitu
memuat aspek-aspek agama dan sekaligus ilmu pengetahuan, UIN Maliki
Malang menggunakan metafora berupa sebatang pohon. Sebagaimana pohon
pada umumnya, terdiri atas akar, batang, dahan, ranting, daun, buah, dan
bahkan juga tanah di mana pohon itu tumbuh. Dalam perspektif kurikulum,
akar digunakan untuk menggambarkan ilmu alat, yaitu terdiri atas kemampuan
bahasa yang meliputi bahasa arab dan inggris, filsafat, ilmu alam dan ilmu

12
sosial. Selain itu, masih ditambah pengetahuan tentang pancasila untuk
menanamkan kecintaan terhadap negara dan bangsanya.
Sementara itu, batang pada bagian pohon itu digunakan untuk menggambarkan
pengetahuan yang terkait dengan al Qur'an dan hadits nabi. Kedua sumber
ajaran Islam dan hal lain yang terkait dengan itu diberikan setelah para
mahasiswa menempuh pelajaran Bahasa Arab secara memadai. Posisi al Qur'an
dan hadits nabi dalam bangunan keilmuan yang dikembangkan di UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang dilihat sebagai sumber ilmu. Oleh karena itu
semua mahasiswa yang belajar di kampus ini, apapun bidang ilmu yang
dipilihnya, diharuskan mengikutinya.
Sedangkan dahan, ranting, dan daun pada pohon itu digunakan untuk
menggambarkan didiplin ilmu yang dikembangkan berdasarkan pada dua
sumber ilmu, yaitu ayat-ayat qawliyah dan sekaligus ayat-ayat-ayat kawniyah.
Sebagai sebuah pohon memiliki beberapa dahan untuk menggambarkan
berbagai rumpun ilmu yang dikembangkan yang kemudian dilegalkan dalam
bentuk fakultas, jurusan, program studi atau unit yang lebih kecil lagi. Buah
yang dihasilkan dari pohon itu untuk menggambarkan hasil pendidikan yang
dikembangkan oleh UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, yaitu lulusan yang
memiliki keimanan yang kokoh, beramal shaleh, dan berakhlakul karimah.
Sedangkan tanah di mana pohon itu tumbuh digunakan untuk menggambarkan
kultur atau budaya Islam yang selalu harus dihidupkan dan dikembangkan.
Metafora dalam bentuk sebatang pohon itulah yang digunakan untuk
menjelaskan hubungan antara agama dan ilmu pengetahuan. Namun
sebenarnya jika merujuk pada sumber ajaran Islam, yakni al Qur'an dan hadits,
ajaran itu sudah bersifat inklusif sebagaimana dikemukakan di muka.
Penggunaan metafora berupa pohon itu, sebenarnya hanyalah dimaksudkan
sebatas sebagai alat peraga, agar maksud yang diinginkan tampak menjadi
jelas. Oleh karena itu, bisa jadi, di tempat lain, menggunakan bentuk metafora
lainnya, yang dipandang lebih mudah diterima oleh banyak orang. Intinya,
bahwa ajaran Islam adalah bersifat inklusif, yakni sudah merangkum di
dalamnya aspek agama dan sekaligus ilmu umum sekalipun hanya bersifat
garis besar atau bahkan sebatas inspiratif. Wallahu a'lam

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan dapat diartikan sebagai bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian
yang utama. Sehingga pendidkan dipandang sebagai salah satu aspek yang
memiliki peranan pokok dalam membentuk generasi muda agar memiliki
kepribadian yang utama.
Karakteristik agama islam
1. Rabbaniyah (Bersumber langsung dari Allah swt)
Islam merupakan manhaj Rabbani (konsep Allah s.w.t), baik dariaspek akidah,
ibadah, akhlak, syariat, dan peraturannya semua bersumberdari Allah SWT.
2. Insaniyah ’Alamiyah (humanisme yang bersifat universal).
Islam merupakan petunjuk bagi seluruh manusia, bukan hanyauntuk suatu kaum
atau golongan. Hukum Islam bersifat universal, dandapat diberlakukandi setiap
bangsa dan negara.
Prinsip integrasi, prinsip ini memandang adanya wujud kesatuan dunia akhirat.
Oleh karena itu, pendidikan akan meletakkan porsi yang seimbang untuk
mencapai kebahagiaan di dunia sekaligus akhirat
Pada dasarnya tujuan akhir pendidikan agama Islam itu identik dengan tujuan
hidup orang Islam. Hal ini selaras dengan tujuan diciptakannya manusia sebagai
hamba Allah, sebagaimana yang dijelaskan dalam al-Qur’an bahwa :
Artinya : Dan Aku tidak ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembahku (Q.S. Adz. Dzariyat ayat: 56).
Islam di Indonesia dikaji lewat beberapa jenis lembaga pendidikan. Setidaknya,
kajian itu dilakukan di pesantren, sekolah tinggi atau institute Agama Islam , dan
yang merupakan bentuk terbaru, yang muncul sekitar 10 tahun yang lalu, adalah
berbentuk Universitas Islam Negeri. Hingga sekarang ini lembaga pendidikan yang

14
disebutkan terakhir sudah berjumlah 8 buah, dan rupanya masih akan menyusul
lainnya lagi di beberapa kota besar di Indonesia.
B. SARAN
Setelah adanya kajian tentang Sistem pendidikan islam sebagaiamana yanag
dipaparkan dalam makalah ini, penulis berharap semoga kita dapat mengetahui
bagaimana sistem pendidikan Islam. Sehingga setelah kita mengetahui komponen-
komponen yang terdapat di dalamnya, kita dapat “mengolahnya”, agar masing-
masing komponen yang bertugas sesuai fungsinya akan bekerja antara satu dengan
yang lainnya dalam rangkaian satu sistem. Serta mampu secara terpadu bergerak
ke arah tujuan sesuai dengan fungsinya. Demi tercapainya tujuan pendidikan
Islam.  Sebagai pendidik yang bertanggung jawab untuk mengembangkan potensi
peserta didik, kita harus mampu mencetak generasi muslim yang berkualitas. Kita
harus berani melakukan terobosan baru, jangan terpaku pada metode lama. Kita
harus mampu menggunakan metode yang efektif dan efisien. Mempelajari tentang
metode pendidikan Islam merupakan salah satu langkah awal untuk menjadi
pendidik yang professional.

15
DAFTAR PUSTAKA

Moh. Roqib. 2009. Ilmu Pendidikan islam:pengembangan Pendidikan integrative


di sekolah,keluarga, dan masyarakat. Yogyakarta : Sinar Grafika.
Rumayulis, Samsul Nizar. 2009. Filsafat Pendidikan islam. Jakarta : Kalam
Mulia.
Athiyah Abrasyi. 1970. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam. Jakarta : Bulan
Bintang.
Zuhairini. 1983. Metodik Khusus Pendidikan Islam. Malang : Raja Grafindo
Parsaba.
Mohammad Daud Ali. 1998. Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Raja Grafindo
Persabda.
M. Arifin. 1991. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta :Bumi Aksara.
Chabib Thoha, Abdul Muti. 1998. Proses Belajar Megajar Pendidikan Islam.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar .

16

Anda mungkin juga menyukai