Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“MEMAHAMI DAN MELAKUKAN HAKIKAT IBADAH


DALAM ISLAM”

MUSTAPA,S.Th.I.,M.Hum.

DISUSUN OLEH:

1. Imam Kurniawan (21101152610377)


2. Jasmita Elyusra (21101152610378)
3. Kharisma Aprilia Irawan (21101152610379)
4. Syahri Fuali (21101152610399)

PROGAM STUDI SISTEM INFORMASI


FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA YPTK PADANG

TAHUN AKADEMIK 2021/2022

1
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Memahami dan Melakukan Hakikat
Ibadah dalam Islam ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Musthafa,
S.Th.I.,M.Hum. pada bidang studi Pendidikan Agama Islam. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Hakikat Ibadah bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Musthafa, S.Th.i.,M.Hum. selaku dosen


Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 15 November 2021

Kelompok VI

2
DAFTAR ISI

Kata pengantar.....................................................................................................................2

Daftar isi..............................................................................................................................3

BAB 1..................................................................................................................................4

PENDAHULUAN...............................................................................................................4

A.Latar belakang.................................................................................................................4

B.Rumusan masalah............................................................................................................4

C. Tujuan ............................................................................................................................4

BAB 2..................................................................................................................................5

PEMBAHASAN..................................................................................................................5

A.Pengertian ibadah.............................................................................................................5

B. Macam-macam ibadah....................................................................................................6

C. Hakikat ibadah................................................................................................................11

D. Perilaku yang mencerminkan ibadah..............................................................................12

BAB 3 .................................................................................................................................17

PENUTUP...........................................................................................................................17

A.Kesimpulan......................................................................................................................17

B.Saran ...............................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................18

3
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah swt dengan segala
pemberiannya, manusia dapat mengecap segala kenikmatan yang bisa dirasakan oleh dirinya
tetapi dengan anugerah tersebut kadangkala manusia lupa akan Dzat Allah swt yang telah
memberikannya. Oleh karena itu, manusia harus mendapatkan suatu bimbingan sehingga di
dalam kehidupannya dapat berbuat sesuai bimbingan Allah swt atau memanfaatkan anugerah
Allah swt. Hidup yang dibimbing oleh syari’ah akan melahirkan kesadaran untuk berperilaku
yang sesuai dengan tuntuan Allah swt dan Rasul Nya.

Sebagai rasa syukur terhadap Allah swt, hendaknya kita sadar diri untuk beribadah
kepada sang Pencipta Langit dan Bumi beserta isinya sesuai syari’at Nya. Dalam ibadah, kita
harus memperhatikan jenis-jenis ibadah yang kita lakukan. Apakah ibadah tersebut termasuk
dalam ibadah wajib, sunnah, mubah, dan makruh. Oleh karena itu, di dalam makalah ini akan
di bahas mengenai bermacam-macam ibadah beserta hikmah dan tujuannya.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka rumusan masalah dari penulisan ini
adalah sebagai berikut :
1. Apakah pengertian dari ibadah?
2. Apa sajakah macam-macam ibadah itu?
3. Bagaimanakah hakikat ibadah dalam islam?
4. Bagaimanakah perilaku yang mencerminkan ibadah?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian dari ibadah
2. Untuk mengetahui macam-macam ibadah
3. Untuk mengetahui perilaku yang mencerminkan ibadah

4
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian ibadah
Ibadah menurut bahasa berasal dari abida ya’budu yang berarti : menyembah,
mengabdi dan menghinakan diri. Sebagaimana dalam firmannya : “ Hai manusia, sembahlah
Tuhan-mu yang telah menciptakanmu dan orang-orang sebelummu agar kamu bertakwa “
( TQS. Al-Baqarah: 21).
Ibadah menurut beberapa ulama :
1)     Menurut Abu A’la Maududi
Ibadah berarti penghambaan dan perbudakan. Seorang hamba harus bersikap
sebagaimana halnya seorang hamba yaitu senantiasa patuh dan taat kepada tuhannya tanpa
membantah. Beliau juga menambahkan pula bahwa ada 3 hal yang harus dimiliki sebagai
hamba yang baik yaitu:
1.     Seorang hamba hendaknya memandang tuannya sebagai penguasa dan berkewajiban untuk
merasa setia kepada orang yang menjadi tuannya, menunjang hidupnya, pelindung dan
penjaganya dan meyakini sepenuhnya bahwa tidak ada seorang pun selain tuannya yang
layak mendapat kesetiaannya
2.     Selalu patuh pada tuannya, melaksanakan segala perintahnya dengan cermat dan tidak
mengatakan perkatan atau mendengar perkataan dan siapapun yang bernada menentang
kehendaknya tuannya
3.     Menghormati dan menghargai tuannya dan ia harus mengikuti cara yang telah ditentukan
oleh tuannya sebagai sikap hormat kepada-Nya
2)     Menurut H. Endang Syaifudin Anshori
Ibadah secara garis besar ada 2 (dua )arti :
1.     Ibadah dalam arti khusus (mudhloh) yaitu tata aturan ilahi yang secara langsung mengatur
hubungan antara seorang hamba dengan Tuhannya yang cara, tata cara dan upacara (ritual)
telah ditentukan secara terperinci daam Al- Qur’an dan As- Sunnah yang biasanya berkisar
pada masalah Thoharoh, Sholat, Zakat, Puasa, Haji.
2.     Ibadah dalam arti luas
Yaitu segala gerak-gerik, tingkah laku, serta perbuatan yang mempunyai 3 Tanda :
   Niat yang Ikhlas sebagai Titik Tolaknya

5
   Keridhoan Allah sebagai Titik Tujuannya
   Amal Sholeh sebagai Garis Amanah
3)     Menurut Muhammad Qutb
Ibadah adalah kebaktian yang hanya ditujukan kepada Allah, mengambil petunjuk
hanya darinya saja tentang segala persoalan hidup dan akhirat dan kemudian mengadakan
hubungan yang terus-menerus dengan Allah tentang semua itu.
Sesungguhnya Sholat, puasa, zakat, haji dan seluruh amal ibadah lainnya pada dasarnya
hanyalah merupakan pintu-pintu ibadah atau stasiun tempat orang berhenti unuk menambah
bensin. Namun jalan itu sendiri seluruhnya merupakan ibadah, termasuk semua ritus-ritus dan
gerak-gerik, serta semua pikiran, perasaan, semua adalah ibadah tujuannya Allah.
Jadi, Ibadah merupakan seluruh aspek kehidupan. Tidak terbatas pada saat-saat singkat
yang diisi dengan cara-cara tertentu. Suatu Ibadah mempunyai nilai yaitu jalan hidup dan
seluruh aspek kehidupan dan merupakan tingkah laku, tindak-tanduk, pikiran dan perasaan
semata-mata untuk Allah, yang dibangun dengan suatu sistem yang jelas, yang di dalamnya
terlihat segalanya yang pantas dan tidak pantas terjadi .
Sebagaimana dalam firmannya :
“ Katakanlah ,” Sesungguhnya Sholatku,ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah
Tuhan semesta alam.” (TQS. Al-An’am : 162)
Pekerjaan yang kita anggap sebagai kesibukan duniawi, sesungguhnya merupakan ibadah
kepada Allah aslkan dalam mengerjakannya kita menjaga diri pada batas-batas yang telah
ditentukan Allah dan Rasul-Nya. Bia setelah menjalankan semua ibadah ini seumur hidup
kita menjadi pencerminan ibadah kepada Alah mak ridak ragu lagi shalat kita adalah shalat
yang benar, puasa kita adalah puasa yang benar, haji kita adalah haji yang benar.

B. Macam-macam ibadah

Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis, dengan bentuk
dan sifat yang berbeda antara satu dengan lainnya;

1.     Ibadah Mahdhah,


Artinya penghambaan yang murni hanya merupakan hubungan antara hamba dengan
Allah secara langsung. segala jenis peribadatan kepada Allah yang keseluruhan tatacaranya
telah ditetapkan oleh Allah, Manusia tidak berhak mencipta/merekayasa bentuk ibadah jenis
ini. para ulama menetapkan qaidah iaitu ‘Asalnya ibadah itu haram, terlarang’ (kecuali
dengan perintah Allah dan petunjuk Muhammad saw). Ibadah jenis ini diistilahkan oleh para
6
fuqaha dengan perkataan Al Ibadah atau Al Ubudiyyah. Ibadah jenis ini seperti shalat, puasa,
zakat, aqiqah dan qurban.

Ibadah bentuk ini memiliki 2 prinsip:

a.     Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-Quran maupun al-
Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan oleh akal atau logika
keberadaannya.
b.     Tata caranya harus berpola kepada contoh Rasul saw.
Salah satu tujuan diutus rasul oleh Allah adalah untuk memberi contoh: Dan Kami tidak
mengutus seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin Allah (QS. 4: 64). Dan apa saja
yang dibawakan Rasul kepada kamu maka ambillah, dan apa yang dilarang, maka
tinggalkanlah( QS. 59: 7).
Shalat dan haji adalah ibadah mahdhah, maka tatacaranya, Nabi bersabda:
Shalatlah kamu seperti kamu melihat aku shalat. Ambillah dari padaku tatacara haji kamu.
Jika melakukan ibadah bentuk ini tanpa dalil perintah atau tidak sesuai dengan praktek Rasul
saw., maka dikategorikan “Muhdatsatul umur” perkara meng-ada-ada, yang populer disebut
bid’ah:
Sabda Nabi saw.: Salah satu penyebab hancurnya agama-agama yang dibawa sebelum
Muhammad saw. adalah karena kebanyakan kaumnya bertanya dan menyalahi perintah
Rasul-rasul mereka.
Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini bukan ukuran
logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal hanya berfungsi
memahami rahasia di baliknya yang disebut hikmah tasyri’. Shalat, adzan, tilawatul Quran,
dan ibadah mahdhah lainnya, keabsahannnya bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak,
melainkan ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan syari’at, atau tidak. Atas dasar ini,
maka ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat.
Azasnya “taat”, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini adalah
kepatuhan atau ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang diperintahkan Allah
kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan
salah satu misi utama diutus Rasul adalah untuk dipatuhi.
Jenis ibadah yang termasuk mahdhah, adalah :

1. Wudhu,

2. Tayammum

7
3. Mandi hadats

4. Adzan

5. Iqamat

6. Shalat

7. Membaca al-Quran

8. I’tikaf

9. Shiyam ( Puasa )

10. Haji

11. Umrah

12. Tajhiz al- Janazah

Rumusan Ibadah Mahdhah adalah “KA + SS”

(Karena Allah + Sesuai Syari’at)

2.     Ibadah Ghairu Mahdhah


(tidak murni semata hubungan dengan Allah) yaitu ibadah yang di samping sebagai
hubungan hamba dengan Allah juga merupakan hubungan atau interaksi antara hamba
dengan makhluk lainnya .

Ibadah Ghoir Mahdah yaitu segala jenis peribadatan kepada Allah dalam pengertian yang
luas seperti  kenegaraan, ekonomi, pendidikan, sosial, hubungan luar negeri, kebudayaan,
undang-undang kemasyarakatan, dan teknologi dan sebagainya. Ibadah jenis ini diistilahkan
oleh para fuqaha dengan perkataan 'Al-Muamalah' (iaitu hubungan antara manusia dengan
manusia). Peranan syara' dalam hal ini adalah memperbaiki sesuatu yang telah diadakan oleh
manusia dan manusia dibenarkan mengada-adakan sesuatu yang selaras dengan hukum-
hukum/ peraturan Allah (di dalam Al Quran dan As Sunnah). 

Prinsip-prinsip dalam ibadah ini, ada 4:

a.      Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Selama Allah dan Rasul-
Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh diseleng garakan.
b.     Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya dalam ibadah bentuk ini
tidak dikenal istilah “bid’ah” , atau jika ada yang menyebut nya, segala hal yang tidak

8
dikerjakan rasul bid’ah, maka bid’ahnya disebut bid’ah hasanah, sedangkan dalam ibadah
mahdhah disebut bid’ah dhalalah.
c.      Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya, manfaat atau
madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga jika menurut logika sehat,
buruk, merugikan, dan madharat, maka tidak boleh dilaksanakan.
d.     Azasnya “Manfaat”, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh dilakukan. Ada juga
sesetengah dari ulamak menambahkan ibadah ini kepada beberapa lagi jenis ibadah.Lain-lain
jenis ibadah itu ialah: Ibadah Badaniah: tubuh badan seperti sembahyang, menolong orang
dalam kesusahan dan lain-lain. Ibadah Maliyah : harta benda seperti zakat, memberi sedekah,
derma dan lain-lain. Ibadah Qalbiyah: hati seperti sangka baik, ikhlas, tidak hasad dengki dan
lain-lain. Rumusan Ibadah Ghairu Mahdhah “BB + KA” (Berbuat Baik + Karena Allah)
       Selain itu Ibadah juga terbagi pada Ibadah Fardiyah (perseorangan) dan Ibadah Jamaiyah
(kewajiban secara bersama atau berjamaah) :

a.      Ibadah Fardiyah yaitu amalan ibadah yang menjadi kewajiban setiap orang, seperti sholat,
zakat, haji dan sebagainya. Ibadah seperti ini dapat dilakukan di mana saja baik di dalam
negara Islam atau di negara kafir.
b.     Ibadah jamaiyah yaitu ibadah yang diwajibkan ke atas seluruh umat (sebagai kewajiban
bersama). Sebagai contoh perlaksanaaan hukum hudud, hukum qishas dan sebagainya.
Sebagian ulama juga mengelompokkan jenis ibadah menjadi tiga peringkat ibadah yang
mencakup aspek kehidupan kita :

1.     Ibadah asas


Ibadah yang asas merangkum soal-soal akidah dan keyakinan kita kepada ALLAH, para
malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul, hari pembalasan, ketentuan dan ketetapan ALLAH baik
ataupun buruk. Itulah yang kita sebut rukun iman. Termasuk dalam uraian ibadah yang asas
itu ialah rukun Islam yaitu syahadat, shalat lima waktu, puasa, zakat fitrah dan rukun haji
(bagi mereka yang mampu). Kedua bentuk ibadah yang asas itu yaitu rukun iman dan rukun
Islam adalah wajib ain atau fardhu ain bagi setiap muallaf. Berarti sebelum kita dapat
melaksanakan ibadah-ibadah yang lain, kedua perkara itu perlu ada pada diri kita dan telah
dapat kita tanamkan dalam jiwa kita.
2.     Ibadah cabang-cabang
Adapun ibadah yang menjadi cabang-cabang dari ibadah asas tadi yaitu yang bertalian
erat dengan asas meliputi perkara mentajhizkan (menyelenggarakan) jenazah, menegakkan
jihad, membangun gelanggang pendidikan dan pelajaran atau mewujudkan perancangan

9
ekonomi Islam seperti mewujudkan perusahaan-perusahaan asas yang melayani keperluan
umat Islam. Termasuklah di dalamnya perusahaan yang dapat menghasilkan makanan wajib
seperti gula, tepung, garam, kecap dan perusahaan minuman seperti susu, kopi, teh dan
bentuk-bentuk minuman ringan lainnya. Selain dari itu di dalam bidang tersebut, termasuk
juga penggalakan usaha-usaha pertanian yang akan menghasilkan beberapa makanan asas
bagi umat Islam seperti beras, gandum, ubi dsb. serta perikanan yang dapat menghasilkan
ikan basah atau ikan kering. Kalau kita tilik dari satu sudut, pasti kita akan merasakan bahwa
hal itu merupakan persoalan asas dalam perjuangan kita menegakkan ibadah kepada ALLAH.
Tentulah kita tidak mau darah daging kita berasal dari zat yang bertentangan dengan syariat
ALLAH, yang pasti bisa merusak ibadah asas kita.

Dalam menegakkan bentuk pendidikan dan pelajaran, kita semestinya menitikberatkan


hasil mutlak dari acuan pendidikan kita pada jiwa anak-anak yang dibina mulai dari peringkat
taman kanak-kanak, sekolah menengah sampai universitas. Sehingga lulusannya nanti dapat
menyambung perjuangan menegakkan syariat ALLAH. Selain dari itu ibadah yang tergolong
dalam cabang-cabang itu ialah membangun klinik dan rumah sakit Islam, soal-soal politik
serta pembentukan dan penyusunan sistem organisasi dalam negara Islam.

Hal-hal yang termasuk dalam jenis ibadah yang kedua ini kita namakan fardhu kifayah.
Kita tentu lebih maklum apa sebenarnya fardhu kifayah itu yaitu fardhu yang menitikberatkan
pada soal kemasyarakatan Islam yang juga merupakan urat saraf dan nadi penghubung antara
sesama Islam.

Hal itu sangat besar artinya untuk seluruh individu Islam karena bila tidak ada satu
orang pun yang mengerjakannya maka seluruh masyarakat itu akan menerima beban dosa
dari ALLAH. Namun seandainya a†a satu pihak melaksanakan tuntutan fardhu tersebut,
maka pihak itu telah melepaskan tanggungan dosa bagi seluruh masyarakat Islam. Karena
itulah fardhu kifayah merupakan urat nadi penghubung antara sesama Islam. Cuma
masyarakat Islam tidak memahami peranan fardhu kifayah tersebut, karena itu hubungan
ukhuwah Islamiah tidak begitu menonjol di zaman sekarang. Seandainya fardhu kifayah itu
dapat memberi makna, sudah pasti kita merasa bersyukur sekiranya ada di kalangan kita yang
telah melepaskan tanggungan dosa umum dan sudah pasti kita akan memberikan dukungan
kepadanya. Karena itu tidak akan ada istilah gagal dalam melaksanakan fardhu kifayah.

Kecil timbangannya tetapi besar maknanya. Itulah yang disebut sunat ain. Tergolong di
dalamnya yaitu shalat sunat rawatib, shalat witir, shalat tahajud, shalat dhuha, puasa syawal,

10
puasa Senin dan Kamis, bersedekah dan membaca Al Quran. Pelaksanaan ibadah itu
mendatangkan pahala sedangkan jika tidak dilakukan tidak akan mendatangkan dosa. Namun
karena ibadah itu memberikan manfaat maka lebih baik jika dikerjakan.

3.     Ibadah Umum


Dan ibadah ketiga yaitu ibadah yang lebih umum yaitu hal-hal yang merupakan
pelaksanaan mubah saja tetapi bisa menjadi ibadah dan mendatangkan pahala. Amalan seperti
itu dapat menambah bakti kita kepada ALLAH agar setiap perbuatan dalam hidup kita ini
tidak menjadi sia-sia. Tergolong dalam amalan-amalan itu seperti makan, minum, tidur,
berjalan-jalan, berwisata dan sebagainya.

C. Hakikat ibadah dalam islam

Hakikat Ibadah

a.      Sebagai tujuan diciptakannya manusia, sebagaimana firman Allah swt:


“Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menyembah pada Ku” (QS.
Az Zariyat: 56)
b.     Sebagai fitrah manusia, sebagaimana firman Allah swt:
“Dan ingatlah ketika Tuhan mu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari selbi mereka,
dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini
Tuhanmu ?” Mereka menjawab,”Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi. “(Kami
lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan,”sesungguhnya kami
(Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (Keesaan Tuhannya). (QS. Al
A’raf:72)
c.      Hakikat ibadah adalah menyembah yang sama dengan mencintai. Sebagaimana firman Allah
swt:
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah;
mereka mencintainya sebagaimana mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman
sangat cinta kepada Allah dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu
mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari Kiamat) bahwa kekuatan itu kepunyaan
Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka akan menyesal.”
(QS. Al Baqoroh:165) Artinya: jika kita sama atau lebih mengabdi atau mencintai selain
Allah maka akan menjadi dosa paling besar yang sulit diampuni kecuali dangan taubat
nasuhah sebagaimana hadits dari Ibnu Mas’ud.

11
“Aku bertanya, “wahai Rasullullah, dosa apakah yang paling besar?” Rasulullah saw
menjawab,”bila kamu menjadikan tandingan bagi Allah, padahal Dia lah yang menciptakan
kamu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

D. Perilaku yang mencerminkan ibadah

Perilaku yang Mencerminkan Pemahaman Ibadah shalat

1. Kebajikan terhadap Sesama

a) Melatih kekompakan. Shalat fardhu lebih baik dikerjakan secara berjamaah karena lebih
utama dan pahalanya lebih banyak. Pada saat shalat berjamaah akan terlihat kompak. Seorang
imam sebelum memulai shalat selalu memperhatikan kesiapan makmumnya. shaf harus
disusun secara rapi, lurus, dan rapat di antara para makmum. Selanjutnya, imam memulai
shalat dan diikuti oleh makmumnya hingga selesai. Gerakan shalat iman dan makmum selalu
kompak. Kekompakan shalat tersebut dapat dijadikan teladan. Misalnya, kekompakan dalam
kerja bakti membersihkan sekolah. Ketika waktu kerja bakti tiba, maka tak seorang pun yang
dudu santai, mengobrol, dan berdiam diri. Tidak boleh ada sebagian anak bekerja (bakti)
tetapi sebagian lainnya malas-malasan. Semua harus saling bahu-membahu agar tugas kerja
bakti selesai dengan baik.

b) Mematuhi perintah ketua kelompok. Dalam shalat berjamaah, imam selalu diikuti oleh
makmumnya. Takbir, rukuk, sujud, tasyahuddan gerakan imam lainnya selalu dipatuhi
makmumnya. Sepanjang shalat imam benar maka harus diikuti makmumnya. Makmum tidak
boleh mendahului gerakan imamnya. Pelaksanaan shalat berjamaah dapat dijadikan teladan.
Imam shalat, sama dengan ketua kelompok. Perilaku ketua kelompok harus benar dan baik
agar dapat diikuti oleh anggotanya. Anggota kelompok harus patuh kepada ketuanya.

c) Tidak marah bila dinasihati. Imam shalat harus mau diberitahu kesalahannya. Makmum
shalat juga harus mau dan berani memberitahu kesalahan imamnya. Ketika gerakan imam
salah, makmum berucap “subhānallah!” Ketika bacaan imam salah atau lupa, makmum harus
membetulkannya. Semua tindakan (imam dan makmum) tersebut hanya untuk kebenaran dan
diikhlaskan karena Allah semata. Begitupula, ketika bekerja atau bermain bersama, kita tidak
boleh gampang marah, dan harus saling menasihati. Semua itu dilakukan untuk kebenaran
dan karena Allah semata.

12
d) Suka mengirimkan salam dan mendoakan teman. Setiap shalat selalu diakhiri dengan
ucapan salam. Salam adalah ucapan untuk keselamatan, kerahmatan, dan keberkahan bagi
orang lain. Dengan demikian, shalat mengajarkan kita untuk saling memberikan salam
sesama teman. Apalagi, salam juga bisa bermanfaat untuk mendoakan teman. Dengan saling
memberikan salam (mendoakan), kamu akan bertambah akrab dengan teman-teman.

e) Menepati janji. Orang yang terbiasa shalat di awal waktu akan pandai mengatur waktu. Ia
tidak suka menunda-nunda waktu shalat-nya. Sepertinya, ia sudah punya janji kepada Allah
untuk menjumpai-Nya pada awal waktu shalat. Dengan demikian, orang yang terbiasa shalat
tepat waktu akan selalu menepati janji kepada sesamanya.

f) Memupuk rasa solidaritas. Shalat diwajibkan bagi setiap muslim tanpa adanya pembedaan
kaya, miskin, laki-laki, wanita, pejabat, rakyat jelata, pintar, bodoh, mukim, safar, sehat, atau
yang sakit sekalipun. Bahkan, tidak ada pembedaan atau pengkhususan ¡af-¡afshalat di dalam
masjid. bagi yang datang duluan, boleh menempati shaf-shaf terdepan. Ajaran shalat yang
demikian itu dapat memupuk rasa solidaritas. Semua jamaah menyatu dalam perasaan (hati)
dan pikiran yang sama. Mereka saling bertemu dan menyapa. Akhirnya, mereka dapat saling
membantu dalam kebaikan.

2. Menghindari Perilaku Tercela

Beberapa perilaku tercela akan dapat dihindari jika kita memahami makna ibadah shalat
secara benar. Beberapa perilaku tercela tersebut adalah seperti di bawah ini.

a) Suka mengungkit-ungkit pemberian shalat yang khusyµ' senantiasa mengajarkan


keikhlasan, yaitu, semua amal hanya untuk Allah. Apabila niat sudah ikhlas, maka tidak
peduli dengan penilaian orang lain, tidak mengharapkan pujian atau imbalan, tidak bersedih
karena dicaci atau berkurang harta, serta tidak menyebut-nyebut sesuatu yang sudah
diberikan karena dilakukan dengan ikhlas hanya karena Allah semata.

b) Suka meremehkan teman shalat mengajarkan kita mengagungkan Allah dan merendahkan
diri di hadapan-Nya. shalat yang khusyµ'akan menyadarkan betapa kecilnya diri kita.
Segenap pujian keagungan dan kemuliaan hanyalah milik Allah. Oleh karena itu, tidak
pantaslah kita meremehkan ciptaan Allah lainnya, termasuk meremehkan teman.

13
c) Ingin menang sendiri Siapa yang datang lebih dahulu di masjid, maka ia berhak menempati
shaf shalat terdepan atau yang ia inginkan. Untuk yang datang belakangan, hanya berhak
menempati shaf shalat yang tersisa. Ia tidak bisa bersikap ingin menang sendiri. Ia tidak
boleh menggeser atau meminta jamaah lain pindah ke tempat lain karena akan ditempatinya.
Sikap ingin menang sendiri seharusnya dapat dihindari.

d) Suka mencuri Tatkala membaca doa iftitah di dalam shalat, kita sebenarnya telah berikrar
bahwa “shalat-ku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah Subhanahu wata’ala”.
Selain itu, shalat sebenarnya akan mencegah kita dari niat berbuat jahat, termasuk mencuri
atau mengambil sesuatu milik orang lain tanpa izin.

e) Suka meminta-minta Selama shalat, kita sebenarnya telah banyak meminta kepada Allah,
baik meminta ampunan, petunjuk, pertolongan, belas kasih, derajat, rezeki, kesehatan,
kesejahteraan, rahmat dan keberkahan-Nya. Maka, tidak patut kita meminta-minta kepada
selain-Nya. Sikap suka meminta-minta itu tidak terpuji apalagi sampai mengemis.

f) Suka berbohong Orang dapat saja berbohong kepada orang lain, tetapi sebenarnya ia tidak
bisa berbohong kepada dirinya sendiri dan kepada Allah. Seorang yang beriman tentu
menyadarinya dan tidak akan berbohong ketika ia ingat kepada Allah. Maka, setiap shalat
kita selalu diingatkan. Ketika akan berbohong, kita akan teringat terhadap pengawasan Allah,
dan kita akan mengurungkannya.

g) Suka mengganggu teman. Kita tidak boleh mengganggu teman yang sedang shalat.
Apalagi sampai membatalkan shalat-nya. Kita harus saling menjaga kondisi agar shalat dapat
dijalankan secara khusuk. Apabila kita sudah terbiasa menjaga kondisi yang baik, atau tidak
suka mengganggu shalat teman, maka kita terbiasa untuk tidak saling mengganggu.

Di antara perilaku yang mencerminkan penghayatan hikmah atas kewajiban haji dan
umrah antara lain :
1. Senantiasa bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah kepada kita

2. Senantiasa menghargai dan menghormati orang lain.


Ibadah haji merupakan perjalanan panjang yang penuh dengan permasalahan. Supaya
ibadah haji dilaksankan dengan khusu, maka diperlukan adanya saling menghargai dan
menghormati sesama jema'ah di atas kepentinganya. Oleh karena itu, sikap ini dapat

14
dilaksankan sepulangnya dari ibadah haji.
3. Memberikan kesadaran tentang persamaan derajat.
Ibadah haji di Mekah dihadiri oleh umat Islam yang beraneka ragam dalam hal asal daerah,
warna kulit, status sosial. Akan tetapi kondisi di sana semuanya sama sebagai tamu Allah.
Tidak ada perbedaan sedikitpun dihadapan Allah kecuali taqwanya. Oleh karena itu Islam
memandang bahwa semua manusia sama dihadapan Tuhannya, kecuali tingkat
ketaqwaannya.

4. Melatih diri dalam menjaga kesucian lahir dan batin


Supaya pelaksanaan Haji memcapai derajat mabrur senantiasa menjaga kesucian lahir dari
hadats dan najis, selain itu hati harus bersih, ikhlash dan  tawakal kepada Allah. Hal ini bisa
dilaksanakan pulang dari ibadah haji.

5. Melatih diri dalam meninggalkan hal-hal yang tidak bermanpaat


Jema'ah haji dianjurkan tidak saling membantah, ghibah atau berkata jorok, akan tetapi
lisannya dipakai untuk dzikir dan berdo'a kepada Allah. Hal ini mengandung arti bahwa 
jema'ah haji dapat menjadi tauladan bagi masyarakat sekitar.

6. Melatih diri mau berkorban jiwa, raga dan harta dalam melakukan syi'ar Islam.
Ibadah haji merupakan ibadah sangat memerlukan pengorbanan jiwa, raga dan harta. Oleh
karena itu dalam melaksanakan ibadah sehari-hari dan juga dalam rangka syi'ar Islam, kita
harus rela berkorban, baik berkorban jiwa, raga maupun harta.

perilaku mencerminkan hikmah zakat :

1. Menumbuhkan sikap peduli kepada sesama

2.Meningkatkan keimanan Dan ketaqwaan

3.Menolong teman yg membutuhkan

4. Menyantuni anak yatim Dan faqir miskin

5. Melepaskan diri Dari sikap kikir

6. Membantu korban bencana/ kemanusiaan

15
7.Memghimpun Dana untuk menengok teman/guru yg sakit

8.Memberikan pakaian layak pakaian kepada Panti Asuhan

9.Berbagi makanan saat bulan Romadlon untuk berbuka

Perilaku yang mencerminkan hikmah puasa

1. Rajin membaca al quran


2. Melaksanakan sholat terawih berjamaah
3. Menghidupkan malam malam lailatul qadar
4. Memperbanyak sedekah
5. Melaksanakan ibadah umrah
6. Memperbanyak i'tikaf
7. Menahan hawa nafsu ketika marah agar tidak membatalkan puasa
8. Menjaga lisan dan akhlak
9. Berlaku adil padaa semua orang

16
BAB 3

PENUTUP
A. Kesimpulan

Ibadah merupakan seluruh aspek kehidupan. Tidak terbatas pada saat-saat singkat yang
diisi dengan cara-cara tertentu. Suatu Ibadah mempunyai nilai yaitu jalan hidup dan seluruh
aspek kehidupan dan merupakan tingkah laku, tindak-tanduk, pikiran dan perasaan semata-
mata untuk Allah, yang dibangun dengan suatu sistem yang jelas, yang di dalamnya terlihat
segalanya yang pantas dan tidak pantas terjadi .
Secara garis besar ialah dibagi menjadi dua: Ibadah murni (mahdhah), adalah suatu
rangkaian aktivitas ibadah yang ditetapkan Allah Swt. Dan bentuk aktivitas tersebut telah
dicontohkan oleh Rasul-Nya, serta terlaksana atau tidaknya sangat ditentukan oleh tingkat
kesadaran teologis dari masing-masing individu.
Ibadah Ghairu Mahdhah, yakni sikap gerak-gerik, tingkah laku dan perbuatan yang
mempunyai tiga tanda yaitu: pertama, niat yang ikhas sebagai titik tolak, kedua keridhoan
Allah sebagai titik tujuan, dan ketiga, amal shaleh sebagai garis amal. Ruang lingkup 'ibadah
di dalam Islam amat luas sekali. Hanya merangkumi setiap kegiatan kehidupan manusia.
Setiap apa yang dilakukan baik yang bersangkut dengan individu maupun dengan
masyarakat adalah 'ibadah menurut Islam selama ia memenuhi syarat-syarat tertentu.
Manusia diciptakan Allah bukan sekedar untuk hidup di dunia ini kemudian mati tanpa
pertanggungjawaban, tetapi manusia diciptakan oleh Allah untuk beribadah. Karena Allah
maha mengetahui tentang kejadian manusia, maka agar manusia terjaga hidupnya, bertaqwa,
diberi kewajiban ibadah. Tegasnya manusia diberi kewajiban ibadah agar menusia itu
mencapai taqwa. Hikmah dari ibadah adalah kita dapat meningkatkan ketaqwaan tehadap
Allah swt dan hidup berdasarkan apa yan Dia perintahkan.

B. Saran

Saya sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan sangat
jauh dar kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu
pada sumber yang dapat dipertanggung jawabkan nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas

17
DAFTAR PUSAKA

Almath, Muhammad Faiz, Dr. 1991. 1100 Hadits Terpilih Sinar Ajaran Muhammad. Jakarta:
Gema Insani.

http://ariefhikmah.com/dr-yusuf-al-qardhawi/syarat-utama-bagi-orang-yang masuk-islam/

http://ariefhikmah.com/puasa/esensi-puasa/

http://kuantannet.blogspot.com/2016/12/makalah-proses-penurunan-jalur.html

http://mta-online.com/v2/2009/05/26/kenapa-enggan/

http://patragading12.blogspot.com/2016/10/perilaku-yang-mencerminkan-
penghayatan_21.html?m=1

http://www.elitha-eri.net/2008/01/14/rahasia-dan-hikmah-gerakan-shalat/

http://www.kbiharofahmalang.com/materi-168-hikmahhikmah-ibadah-haji.html

https://brainly.co.id/tugas/22381356

https://brainly.co.id/tugas/29111265

18

Anda mungkin juga menyukai