PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah swt dengan segala
pemberiannya, manusia dapat mengecap segala kenikmatan yang bisa dirasakan oleh dirinya
tetapi dengan anugerah tersebut kadangkala manusia lupa akan Dzat Allah swt yang telah
memberikannya. Oleh karena itu, manusia harus mendapatkan suatu bimbingan sehingga di
dalam kehidupannya dapat berbuat sesuai bimbingan Allah swt atau memanfaatkan anugerah
Allah swt. Hidup yang dibimbing oleh syariah akan melahirkan kesadaran untuk berperilaku
yang sesuai dengan tuntuan Allah swt dan Rasul Nya.
Sebagai rasa syukur terhadap Allah swt, hendaknya kita sadar diri untuk beribadah
kepada sang Pencipta Langit dan Bumi beserta isinya sesuai syariat Nya. Dalam ibadah, kita
harus memperhatikan jenis-jenis ibadah yang kita lakukan. Apakah ibadah tersebut termasuk
dalam ibadah wajib, sunnah, mubah, dan makruh.
Oleh karena itu, di dalam makalah ini akan di bahas mengenai bermacam-macam ibadah
beserta hikmah dan tujuannya.
2. Rumusan Masalah
1. Pengertian ibadah dan hakikat ibadah
2. Jenis-jenis Ibadah
3. Hikmah dan Tujuan Ibadah (Mahdah)
4. Hikmah dan Tujuan Ibadah (Ghairu Mahdah)
3. Tujuan Makalah
4. Fungsi Makalah
Berdasarkan uraian diatas, maka makalah ini bermanfaat agar kita dapat mengetahui dan
memahami pengertian ibadah beserta jenis-jenis ibadah, hikmah ibadah dan tujuan ibadah.
BAB 2
PEMBAHASAN
Pekerjaan yang kita anggap sebagai kesibukan duniawi, sesungguhnya merupakan ibadah
kepada Allah aslkan dalam mengerjakannya kita menjaga diri pada batas-batas yang telah
ditentukan Allah dan Rasul-Nya. Bia setelah menjalankan semua ibadah ini seumur hidup kita
menjadi pencerminan ibadah kepada Alah mak ridak ragu lagi shalat kita adalah shalat yang
benar, puasa kita adalah puasa yang benar, haji kita adalah haji yang benar.
Hakikat Ibadah
a. Sebagai tujuan diciptakannya manusia, sebagaimana firman Allah swt:
Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menyembah pada Ku (QS. Az
Zariyat: 56)
b. Sebagai fitrah manusia, sebagaimana firman Allah swt:
Dan ingatlah ketika Tuhan mu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari selbi mereka, dan
Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), Bukankah Aku ini
Tuhanmu ? Mereka menjawab,Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi. (Kami
lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan,sesungguhnya kami
(Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (Keesaan Tuhannya). (QS. Al
Araf:72)
c. Hakikat ibadah adalah menyembah yang sama dengan mencintai. Sebagaimana firman Allah
swt:
Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah;
mereka mencintainya sebagaimana mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat
cinta kepada Allah dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika
mereka melihat siksa (pada hari Kiamat) bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan
bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka akan menyesal. (QS. Al Baqoroh:165)
Artinya: jika kita sama atau lebih mengabdi atau mencintai selain Allah maka akan menjadi dosa
paling besar yang sulit diampuni kecuali dangan taubat nasuhah sebagaimana hadits dari Ibnu
Masud.
Aku bertanya, wahai Rasullullah, dosa apakah yang paling besar? Rasulullah saw
menjawab,bila kamu menjadikan tandingan bagi Allah, padahal Dia lah yang menciptakan
kamu. (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Jenis-jenis Ibadah
Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis, denganbentuk dan sifat
yang berbeda antara satu dengan lainnya;
1. Ibadah Mahdhah,
Artinya penghambaan yang murni hanya merupakan hubung an antara hamba dengan Allah
secara langsung. segala jenis peribadatan kepada Allah yang keseluruhan tatacaranya telah
ditetapkan oleh Allah, Manusia tidak berhak mencipta/merekayasa bentuk ibadah jenis ini. para
ulama menetapkan qaidah iaitu Asalnya ibadah itu haram, terlarang (kecuali dengan perintah
Allah dan petunjuk Muhammad saw). Ibadah jenis ini diistilahkan oleh para fuqaha dengan
perkataan Al Ibadah atau Al Ubudiyyah. Ibadah jenis ini seperti shalat, puasa, zakat, aqiqah dan
qurban.
Ibadah bentuk ini memiliki 4 prinsip:
a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-Quran maupun al-
Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan oleh akal atau logika
keberadaannya.
b. Tata caranya harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu tujuan diutus rasul oleh Allah
adalah untuk memberi contoh:
Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin Allah (QS. 4: 64).
Dan apa saja yang dibawakan Rasul kepada kamu maka ambillah, dan apa yangdilarang, maka
tinggalkanlah( QS. 59: 7).
Shalat dan haji adalah ibadah mahdhah, maka tatacaranya, Nabi bersabda:
Shalatlah kamu seperti kamu melihat aku shalat. Ambillah dari padaku tatacara haji kamu.Jika
melakukan ibadah bentuk ini tanpa dalil perintah atau tidak sesuai dengan praktek Rasul saw.,
maka dikategorikan Muhdatsatul umur perkara meng-ada-ada, yang populer disebut bidah:
Sabda Nabi saw.:
Salah satu penyebab hancurnya agama-agama yang dibawa sebelum Muhammad saw. adalah
karena kebanyakan kaumnya bertanya dan menyalahi perintah Rasul-rasul mereka.
c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini bukan ukuran logika,
karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal hanya berfungsi memahami rahasia
di baliknya yang disebut hikmah tasyri. Shalat, adzan, tilawatul Quran, dan ibadah mahdhah
lainnya, keabsahannnya bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak, melainkan ditentukan apakah
sesuai dengan ketentuan syariat, atau tidak. Atas dasar ini, maka ditetapkan oleh syarat dan
rukun yang ketat.
d. Azasnya taat, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini adalah kepatuhan
atau ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang diperintahkan Allah kepadanya, semata-
mata untuk kepentingan dan kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama
diutus Rasul adalah untuk dipatuhi.
b. Ibadah jamaiyah yaitu ibadah yang diwajibkan ke atas seluruh umat (sebagai kewajiban
bersama). Sebagai contoh perlaksanaaan hukum hudud, hukum qishas dan sebagainya.
Sebagian ulama juga mengelompokkan jenis ibadah menjadi tiga peringkat ibadah yang
mencakup aspek kehidupan kita.
1. Ibadah asas
2. Ibadah cabang-cabang
Ibadah asas
Ibadah yang asas merangkum soal-soal akidah dan keyakinan kita kepada ALLAH, para
malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul, hari pembalasan, ketentuan dan ketetapan ALLAH baik
ataupun buruk. Itulah yang kita sebut rukun iman. Termasuk dalam uraian ibadah yang asas itu
ialah rukun Islam yaitu syahadat, shalat lima waktu, puasa, zakat fitrah dan rukun haji (bagi
mereka yang mampu). Kedua bentuk ibadah yang asas itu yaitu rukun iman dan rukun Islam
adalah wajib ain atau fardhu ain bagi setiap muallaf. Berarti sebelum kita dapat melaksanakan
ibadah-ibadah yang lain, kedua perkara itu perlu ada pada diri kita dan telah dapat kita tanamkan
dalam jiwa kita.
Ibadah Cabang
Adapun ibadah yang menjadi cabang-cabang dari ibadah asas tadi yaitu yang bertalian erat
dengan asas meliputi perkara mentajhizkan (menyelenggarakan) jenazah, menegakkan jihad,
membangun gelanggang pendidikan dan pelajaran atau mewujudkan perancangan ekonomi Islam
seperti mewujudkan perusahaan-perusahaan asas yang melayani keperluan umat Islam.
Termasuklah di dalamnya perusahaan yang dapat menghasilkan makanan wajib seperti gula,
tepung, garam, kecap dan perusahaan minuman seperti susu, kopi, teh dan bentuk-bentuk
minuman ringan lainnya. Selain dari itu di dalam bidang tersebut, termasuk juga penggalakan
usaha-usaha pertanian yang akan menghasilkan beberapa makanan asas bagi umat Islam seperti
beras, gandum, ubi dsb. serta perikanan yang dapat menghasilkan ikan basah atau ikan kering.
Kalau kita tilik dari satu sudut, pasti kita akan merasakan bahwa hal itu merupakan persoalan
asas dalam perjuangan kita menegakkan ibadah kepada ALLAH. Tentulah kita tidak mau darah
daging kita berasal dari zat yang bertentangan dengan syariat ALLAH, yang pasti bisa merusak
ibadah asas kita.
Dalam menegakkan bentuk pendidikan dan pelajaran, kita semestinya
menitikberatkan hasil mutlak dari acuan pendidikan kita pada jiwa anak-anak yang dibina mulai
dari peringkat taman kanak-kanak, sekolah menengah sampai universitas. Sehingga lulusannya
nanti dapat menyambung perjuangan menegakkan syariat ALLAH. Selain dari itu ibadah yang
tergolong dalam cabang-cabang itu ialah membangun klinik dan rumah sakit Islam, soal-soal
politik serta pembentukan dan penyusunan sistem organisasi dalam negara Islam.
Hal-hal yang termasuk dalam jenis ibadah yang kedua ini kita namakan fardhu kifayah. Kita
tentu lebih maklum apa sebenarnya fardhu kifayah itu yaitu fardhu yang menitikberatkan pada
soal kemasyarakatan Islam yang juga merupakan urat saraf dan nadi penghubung antara sesama
Islam.
Hal itu sangat besar artinya untuk seluruh individu Islam karena bila tidak ada satu orang
pun yang mengerjakannya maka seluruh masyarakat itu akan menerima beban dosa dari
ALLAH. Namun seandainya aa satu pihak melaksanakan tuntutan fardhu tersebut, maka pihak
itu telah melepaskan tanggungan dosa bagi seluruh masyarakat Islam. Karena itulah fardhu
kifayah merupakan urat nadi penghubung antara sesama Islam. Cuma masyarakat Islam tidak
memahami peranan fardhu kifayah tersebut, karena itu hubungan ukhuwah Islamiah tidak begitu
menonjol di zaman sekarang. Seandainya fardhu kifayah itu dapat memberi makna, sudah pasti
kita merasa bersyukur sekiranya ada di kalangan kita yang telah melepaskan tanggungan dosa
umum dan sudah pasti kita akan memberikan dukungan kepadanya. Karena itu tidak akan ada
istilah gagal dalam melaksanakan fardhu kifayah.
Kecil timbangannya tetapi besar maknanya. Itulah yang disebut sunat ain. Tergolong di
dalamnya yaitu shalat sunat rawatib, shalat witir, shalat tahajud, shalat dhuha, puasa syawal,
puasa Senin dan Kamis, bersedekah dan membaca Al Quran. Pelaksanaan ibadah itu
mendatangkan pahala sedangkan jika tidak dilakukan tidak akan mendatangkan dosa. Namun
karena ibadah itu memberikan manfaat maka lebih baik jika dikerjakan.
Ibadah Umum
Dan ibadah ketiga yaitu ibadah yang lebih umum yaitu hal-hal yang merupakan pelaksanaan
mubah saja tetapi bisa menjadi ibadah dan mendatangkan pahala. Amalan seperti itu dapat
menambah bakti kita kepada ALLAH agar setiap perbuatan dalam hidup kita ini tidak menjadi
sia-sia. Tergolong dalam amalan-amalan itu seperti makan, minum, tidur, berjalan-jalan,
berwisata dan sebagainya.
Dalam Musnad Al-Imam Ahmad diterangkan, ketika kaum Tsaqif masuk Islam, mereka
mengajukan satu syarat kepada Rasulullah saw, yaitu supaya dibebaskan dari kewajiban
bersedekah dan jihad. Lalu Nabi saw. bersabda, Mereka akan melakukan (mengerjakan)
sedekah dan jihad.
Shalat yang khusyuk adalah shalat yang di samping pelaksanaannya benar dan tepat
sejalan dengan aturan syarak, juga setelah shalat segala aktivitas pelakunya senantiasa
berlandaskan dan berorientasi pada nilai-nilai Ilahi. Ini karena ia sadar seluruh perilakunya akan
dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT, seperti dalam firman Allah SWT:
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu
sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',. (yaitu) orang-orang yang meyakini,
bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.(QS. Al
Baqoroh (2):45-46)
Orang yang shalatnya khusyuk tidak mungkin secara sadar dan sengaja akan melakukan
korupsi dan merampok uang negara (uang rakyat). Tidak mungkin pekerjaannya memfitnah,
mengadu-domba, menghasut, serta memusuhi dan membenci sesama kaum Muslimin karena ia
sadar bahwa mereka adalah sebagai saudara yang sesungguhnya, seperti dalam firman Allah
SWT:
Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah
hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat
rahmat. (QS. Al Hujuraat (49):10).
Jika ada Muslim baik sebagai pejabat, karyawan, dan profesional yang mengerjakan
shalat, tetapi tetap secara sadar dan sengaja melakukan berbagai perbuatan tercela, maka sasaran
dan tujuan ibadahnya belum tercapai. Ibadahnya baru sebatas melaksanakan ketentuan dan
kewajiban agama dan belum menyentuh pada fungsi dan peran yang sesungguhnya dalam
kehidupan.
Bersodaqoh pahalanya sepuluh, member hutang (tanpa bunga) pahalanya delapan belas,
menhubungkan diri dengan kawan-kawan pahalanya dua puluh dan silaturrahim (dengan
keluarga) pahalanya dua puluh empat. {HR. Al Hakim}
Tujuan Sedekah:
1. Membersihkan harta.
2. Berbagi dengan orang yang tidak mampu.
3. Untuk mendapatkan keridhoan Allah swt.
Apa yang kamu nafkahkan dengan tujuan keridhoan Allah akan diberi pahala walaupun
hanya sesuap makanan kemulut istrimu. {HR.Al Bukhari}
4.2.Akhlakul Karimah
1. Memperoleh kebaikan didunia dan akhirat.
2. Selalu dipercaya oleh orang lain.
3. Tidak memiliki musuh.
Bukan akhlak seorang mukmin berbicara dengan lidah yang tidak sesuai kandungan hatinya.
Ketenangan (sabar dan berhati-hati) adalah dari Allah dan tergesa-gesa (terburu-buru) adalah
dari syetan. {HR Asysyhaab}
4.3.Muamalah
Hikmah Bermuamalah yang jujur:
1. Dapat menambah rezeki.
2. Selalu dipercaya oleh orang lain.
3. Dapat meninggikian derajat kita di akhirat.
Pedagang yang jujur amanatnya kelak di hari kiamat bersama-sama para nabi, shiddiqin dan
para shuhada. {HR. At Tirmidzi dan Ibnu Majah}
Tujuan Bermuamalah yang jujur:
1. Untuk mendapatkan ridho Allah.
2. Melatih sikap jujur pada diri kita.
Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa
di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut
akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti. (Q.S.17:57).
4.4.Silaturrahim
Hikmah silaturrahim:
1. Dapat meninggikan derajat didunia dan akhirat.
2. Mendapat banyak teman.
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri
yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah
yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.
QS. An-Nisa [4] : 1.
Dari Jubair Ibnu Muth'im Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam bersabda: "Tidak akan masuk surga seorang pemutus, yaitu pemutus tali kekerabatan."
Muttafaq Alaihi.
Tujuan Silaturrahim:
1. Menyambung hubungan kekerabatan yang putus.
2. Mencapai ridho Allah.
4.5.Dakwah
Hikmah Dakwah:
1. Mencapai ridho illahi.
2. Dapat meninggikan derajat kita.
Tujuan Dakwah:
1. Mengajak umat manusia (meliputi orang mukmin maupun orang kafir atau musyrik)
kepada jalan yang benar agar dapat hidup sejahtera di dunia maupun di akhirat.
2. Mengajak umat Islam untuk selalu meningkatkan taqwanya kepada Allah swt.
3. Mendidik dan mengajar anak-anak agar tidak menyimpang dari fitrahnya.
4. Menyelesaikan dan memecahkan persoalan-persoalan yang gawat yang meminta segera
penyelesaian dan pemecahan.
5. Menyelesaikan dan memecahkan persoalan-persoalan yang terjadi sewaktu-waktu dalam
masyarakat.
Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhoan
Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi
yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan
lebat tidak menyiraminya maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah melihat apa yang kau
perbuat. (Al-Baqarah 265)
4.6.Munakahat
Hikmah Munakahat:
1. Perkawinan Dapat Menentramkan Jiwa
2. Perkawinan dapat Menghindarkan Perbuatan maksiad.
Dan diantara tanda tanda kekuasaa-Nya ialah dia menciptkan istri istri dari jenismu
sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya. (Ar Rum/30:21)
Tujuan Munakahat:
1. Sebagai bentuk ibadah.
2. Perkawinan untuk Melanjutkan Keturunan
4.7.Kebersihan
Hikmah kebersihan:
1. Memperoleh kebikan dunia dan akhirat.
2. Terhindar dari kuman-kuman penyakit.
Sesungguhnya Allah menyukai dan menyukai kebaikan,bersih dan menyukai kebersihan, murah
hati dan senang kepada kemurahan hati, dermawan dan senang kepada kedermawanan. Karena
itu bersihkanlah halaman rumahmu dan jangan meniru-niru orang-orang yahudi. {HR. At
Tirmidzi}
Tujuan Kebersihan:
1. Agar hidup menjadi tenang.
2. Agar terbiasa hidup bersih.
4.8.Tolong-menolong
Hikmah Tolong-menolong:
1. Dapat memberi keringanan antara satu sama lain.
2. Dapat mengeratkan kasih sayang yang dipupuk dibalik pekerjaan yang sama sama
dilakukan
3. Mewujudkan sikap saling hormat menghormati di antara individu dalam masyarakat
Orang Islam adalah bersaudara, sesama Islam tidak boleh menzaliminya dan membebani
dengan sesuatu yang memberatinya dan siapa yang menunaikan sesuatu hajat saudaranya,
maka Allah akan menunaikan hajatnya, dan siapa yang melepaskan sesuatu bala orang Islam,
Allah akan melepaskan segala bala kesusahannya di akhirat, dan siapa yang menutup suatu aib
orang Islam, Allah akan menutup aibnya di hari kiamat. (Riwayat Bukhari)
Tujuan Tolong-menolong:
1. Menjalin kekerabatan.
2. Mengembangkan sikap baik.
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Ibadah merupakan seluruh aspek kehidupan. Tidak terbatas pada saat-saat singkat yang
diisi dengan cara-cara tertentu. Suatu Ibadah mempunyai nilai yaitu jalan hidup dan
seluruh aspek kehidupan dan merupakan tingkah laku, tindak-tanduk, pikiran dan perasaan
semata-mata untuk Allah, yang dibangun dengan suatu sistem yang jelas, yang di dalamnya
terlihat segalanya yang pantas dan tidak pantas terjadi .
Ibadah Ghairu Mahdhah, yakni sikap gerak-gerik, tingkah laku dan perbuatan yang
mempunyai tiga tanda yaitu: pertama, niat yang ikhas sebagai titik tolak, kedua keridhoan Allah
sebagai titik tujuan, dan ketiga, amal shaleh sebagai garis amal.
Ruang lingkup 'ibadah di dalam Islam amat luas sekali. Hanya merangkumi setiap kegiatan
kehidupan manusia. Setiap apa yang dilakukan baik yang bersangkut dengan individu maupun
dengan masyarakat adalah 'ibadah menurut Islam selama ia memenuhi syarat-syarat tertentu.
Manusia diciptakan Allah bukan sekedar untuk hidup di dunia ini kemudian mati tanpa
pertanggungjawaban, tetapi manusia diciptakan oleh Allah untuk beribadah. Karena Allah maha
mengetahui tentang kejadian manusia, maka agar manusia terjaga hidupnya, bertaqwa, diberi
kewajiban ibadah. Tegasnya manusia diberi kewajiban ibadah agar menusia itu mencapai taqwa.
Hikmah dari ibadah adalah kita dapat meningkatkan ketaqwaan tehadap Allah swt dan
hidup berdasarkan apa yan Dia perintahkan.
Saran
Sebagai manusia hendaknya kita tidak melupakan hakikat dari penciptaan kita, yaitu
untuk beribadah kepada Allah swt sesuai dengan Al Quran dan Hadits baik dalam ibadah
mahdah (khusus) maupun dalam ibadah ghoiru mahdah (umum) dengan niat semata-mata ikhlas
untuk mencapai ridha Allah.
DAFTAR PUSAKA
http://ariefhikmah.com/dr-yusuf-al-qardhawi/syarat-utama-bagi-orang-yang-masuk-islam/
http://ariefhikmah.com/puasa/esensi-puasa/
http://muhamadzainudin-dzay.blogspot.com/2010/09/kedudukan-tujuan-hikmah-dan-hukum.html
http://www.eramuslim.com/ramadhan/hikmah-ramadhan/hakikat-ibadah-zakat.htm
http://www.voa-islam.com/teenage/secret-sholat/2009/07/07/166/hikmahhikmah-shalat/
http://www.elitha-eri.net/2008/01/14/rahasia-dan-hikmah-gerakan-shalat/
http://www.kbiharofahmalang.com/materi-168-hikmahhikmah-ibadah-haji.html
http://muntadaquran.net/v2/arsip/tafsir/1200-tujuan-ibadah-haji-2.html
http://id.netlog.com/yennisarinah/blog/blogid=19324
http://mta-online.com/v2/2009/05/26/kenapa-enggan/
Almath, Muhammad Faiz, Dr. 1991. 1100 Hadits Terpilih Sinar Ajaran Muhammad. Jakarta:
Gema Insani.
http://yurishandcraft.blogspot.co.id/2013/12/makalah-konsep-ibadah-dalam-islam.html