Anda di halaman 1dari 14

NAMA: MOCH KAHFI ARIANSYAH

NPM: 1910631140192
KELAS : A

Kesimpulan yang saya dapat dari materi diskusi tentang Hakikat Ibadah dan
Urgensinya oleh teman saya dan dapat saya simpulkan bahwa:

Pengertian Ibadah

Menurut bahasa berasal dari abida ya’budu yang berarti : menyembah,


mengabdi dan menghinakan diri.

Sebagaimana dalam firmannya :

َ‫يَا أَيُّهَا النَّاسُ ا ْعبُدُوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذي خَ لَقَ ُك ْم َوالَّ ِذينَ ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُون‬

“ Hai manusia, sembahlah Tuhan-mu yang telah menciptakanmu dan orang-


orang sebelummu agar kamu bertakwa “ ( TQS. Al-Baqarah: 21)

a. Ibadah menurut beberapa ulama :


1) Menurut Abu A’la Maududi

Ibadah berarti penghambaan dan perbudakan. Seorang hamba harus


bersikap sebagaimana halnya seorang hamba yaitu senantiasa patuh dan taat
kepada tuhannya tanpa membantah. Beliau juga menambahkan pula bahwa
ada 3 hal yang harus dimiliki sebagai hamba yang baik yaitu:

1. Seorang hamba hendaknya memandang tuannya sebagai penguasa dan


berkewajiban untuk merasa setia kepada orang yang menjadi tuannya,
menunjang hidupnya, pelindung dan penjaganya dan meyakini sepenuhnya
bahwa tidak ada seorang pun selain tuannya yang layak mendapat
kesetiaannya

2. Selalu patuh pada tuannya, melaksanakan segala perintahnya dengan


cermat dan tidak mengatakan perkatan atau mendengar perkataan dan
siapapun yang bernada menentang kehendaknya tuannya

3. Menghormati dan menghargai tuannya dan ia harus mengikuti cara


yang telah ditentukan oleh tuannya sebagai sikap hormat kepada-Nya

2) Menurut H. Endang Syaifudin Anshori

Ibadah secara garis besar ada 2 (dua )arti :

a. Ibadah dalam arti khusus (mudhloh) yaitu tata aturan ilahi yang secara
langsung mengatur hubungan antara seorang hamba dengan Tuhannya yang
cara, tata cara dan upacara (ritual) telah ditentukan secara terperinci daam
Al- Qur’an dan As- Sunnah yang biasanya berkisar pada masalah Thoharoh,
Sholat, Zakat, Puasa, Haji.
b. Ibadah dalam arti luas, yaitu segala gerak-gerik, tingkah laku,
serta perbuatan yang mempunyai 3 Tanda :

· Niat yang Ikhlas sebagai Titik Tolaknya

· Keridhoan Allah sebagai Titik Tujuannya

· Amal Sholeh sebagai Garis Amanah

3) Menurut Muhammad Qutb

Ibadah adalah kebaktian yang hanya ditujukan kepada Allah, mengambil


petunjuk hanya darinya saja tentang segala persoalan hidup dan akhirat dan
kemudian mengadakan hubungan yang terus-menerus dengan Allah tentang
semua itu.

Jadi, Ibadah merupakan seluruh aspek kehidupan. Tidak terbatas pada saat-
saat singkat yang diisi dengan cara-cara tertentu. Suatu Ibadah mempunyai
nilai yaitu jalan hidup dan seluruh aspek kehidupan dan merupakan tingkah
laku, tindak-tanduk, pikiran dan perasaan semata-mata untuk Allah, yang
dibangun dengan suatu sistem yang jelas, yang di dalamnya terlihat
segalanya yang pantas dan tidak pantas terjadi.

· Hakikat Ibadah

a. Sebagai tujuan diciptakannya manusia, sebagaimana firman Allah swt:

“Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka
menyembah pada Ku” (QS. Az Zariyat: 56)

b. Sebagai fitrah manusia, sebagaimana firman Allah swt:


“Dan ingatlah ketika Tuhan mu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam
dari selbi mereka, dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu ?” Mereka
menjawab,”Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi. “(Kami
lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak
mengatakan,”sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang
lengah terhadap ini (Keesaan Tuhannya). (QS. Al A’raf:72)

c. Hakikat ibadah adalah menyembah yang sama dengan mencintai.


Sebagaimana firman Allah swt:

“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-


tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mencintai Allah.
Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah dan jika
seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka
melihat siksa (pada hari Kiamat) bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah
semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka akan
menyesal.” (QS. Al Baqoroh:165)

Artinya: jika kita sama atau lebih mengabdi atau mencintai selain Allah
maka akan menjadi dosa paling besar yang sulit diampuni kecuali dangan
taubat nasuhah sebagaimana hadits dari Ibnu Mas’ud.

“Aku bertanya, “wahai Rasullullah, dosa apakah yang paling besar?”


Rasulullah saw menjawab,”bila kamu menjadikan tandingan bagi Allah,
padahal Dia lah yang menciptakan kamu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
B. Macam-Macam Ibadah

Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis, dengan
bentuk dan sifat yang berbeda antara satu dengan lainnya

1. Ibadah Mahdhah

Ibadah mahdhah atau ibadah khusus ialah ibadah yang apa saja yang telah
ditetpkan Allah akan tingkat, tata cara dan perincian-perinciannya. Jenis
ibadah yang termasuk mahdhah, adalah :

· Wudhu,

· Tayammum

· Mandi hadats

· Shalat

· Shiyam ( Puasa )

· Haji

· Umrah

Ibadah bentuk ini memiliki 4 prinsip:

a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-


Quran maupun al- Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh
ditetapkan oleh akal atau logika keberadaannya. Haram kita melakukan
ibadah ini selama tidak ada perintah.
b. Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu tujuan
diutus rasul oleh Allah adalah untuk memberi contoh:

‫ اال ليطاع باذن هللا … النسآء‬t‫ من رسول‬t‫وماارسلنا‬

Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin
Allah…(QS. 64)

c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini
bukan ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu,
akal hanya berfungsi memahami rahasia di baliknya yang disebuthikmah
tasyri’. Shalat, adzan, tilawatul Quran, dan ibadah mahdhah lainnya,
keabsahannnya bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak, melainkan
ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan syari’at, atau tidak. Atas dasar
ini, maka ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat.

d. Azasnya “taat”, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini
adalah kepatuhan atau ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang
diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan
kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama diutus
Rasul adalah untuk dipatuhi.

[Rumus Ibadah Mahdhah adalah = “KA + SS” (Karena Allah + Sesuai


Syariat)]

2. Ibadah Ghairu Mahdah

Ibadah ghairu mahdhah atau umum ialah segala amalan yang diizinkan oleh
Allah. misalnya ibadaha ghairu mahdhah ialah belajar, dzikir, dakwah,
tolong menolong dan lain sebagainya. Prinsip-prinsip dalam ibadah ini, ada
4:

a. Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Selama


Allah dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh
diselenggarakan. Selama tidak diharamkan oleh Allah, maka boleh
melakukan ibadah ini.

b. Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya


dalam ibadah bentuk ini tidak dikenal istilah “bid’ah” , atau jika ada yang
menyebut nya, segala hal yang tidak dikerjakan rasul bid’ah, maka
bid’ahnya disebut bid’ah hasanah, sedangkan dalam ibadahmahdhah disebut
bid’ah dhalalah.

c. Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya,


manfaat atau madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga
jika menurut logika sehat, buruk, merugikan, dan madharat, maka tidak
boleh dilaksanakan.

d. Azasnya “Manfaat”, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh


dilakukan.

[Rumus Ibadah Ghairu Mahdhah = “BB + KA” (Berbuat Baik + Karena


Allah)]

C. Hikmah dari Ibadah

1. Tidak Syirik, َ‫ ُدوْ ن‬tttttُ‫ ُج ُدوْ ا ِهللِ الَّ ِذىْ َخلَقَه َُّن اِ ْن ُك ْنتُ ْم اِيَّاهُ تَ ْعب‬ttttt‫اس‬
ْ ‫ َو‬.dan melainkan
bersujudlah kepada Allah, yang telah menciptakan mereka, jika benar-benar
hanya kepada Nya kamu menyembah (beribadah) [Ha Mim As Sajdah
41:38]. Seorang hamba yang sudah berketapan hati untuk senantiasa
beribadah menyembah kepada Nya, maka ia harus meninggalkan segala
bentuk syirik. Ia telah mengetahui segala sifat-sifat yang dimiliki Nya adalah
lebih besar dari segala yang ada, sehingga tidak ada wujud lain yang dapat
mengungguli Nya dan dapat dijadikan tempat bernaung.

2. Memiliki ketakwaan, َ‫وْ ن‬ttُ‫ ُدوْ ا َربَّ ُك ُم الَّ ِذىْ َخلَقَ ُك ْم َو الَّ ِذ ْينَ ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّق‬tُ‫ياَيُّهَا النَّاسُ ا ْعب‬
.Hai manusia, sembahlah Tuhan mu yang telah menjadikan kamu dan juga
orang-orang sebelummu supaya kamu bertakwa [Al Baqarah 2:22]. Ada dua
hal yang melandasi manusia menjadi bertakwa, yaitu karena cinta atau
karena takut. Ketakwaan yang dilandasi cinta timbul karena ibadah yang
dilakukan manusia setelah merasakan kemurahan dan keindahan Allah
SWT. Setelah manusia melihat kemurahan dan keindahan Nya munculah
dorongan untuk beribadah kepada Nya. Sedangkan ketakwaan yang
dilandasi rasa takut timbul karena manusia menjalankan ibadah dianggap
sebagai suatu kewajiban bukan sebagai kebutuhan. Ketika manusia
menjalankan ibadah sebagai suatu kewajiban adakalanya muncul ketidak
ikhlasan, terpaksa dan ketakutan akan balasan dari pelanggaran karena tidak
menjalankan kewajiban.

3. Terhindar dari kemaksiatan, ...‫ان الصلوة تنهى عن الفحشاء والمنكر‬.Sesungguhnya


shalat mencegah orang dari kekejian dan kejahatan yang nyata [Al Ankabut
29:46]. Ibadah memiliki daya pensucian yang kuat sehingga dapat menjadi
tameng dari pengaruh kemaksiatan, tetapi keadaan ini hanya bisa dikuasai
jika ibadah yang dilakukan berkualitas. Ibadah ibarat sebuah baju yang harus
selalu dipakai dimanapun manusia berada.

4. Berjiwa sosial, ibadah menjadikan seorang hamba menjadi lebih peka


dengan keadaan lingkungan disekitarnya, karena dia mendapat pengalaman
langsung dari ibadah yang dikerjakannya. Sebagaimana ketika melakukan
ibadah puasa, ia merasakan rasanya lapar yang biasa dirasakan orang-orang
yang kekurangan. Sehingga mendorong hamba tersebut lebih
memperhatikan orang-orang dalam kondisi ini.

5. Tidak kikir,‫َواتَى ْال َما َل عَلى ُحبِّه َذ ِوى ْالقُرْ بى َو ْاليَتمى َو ْال َمس ِك ْينَ َواب ِْن ال َّسبِ ْيلِال َوالسَّائِلِ ْينَ َو فِى‬
‫ الّ ِرقَابِج‬dan karena cinta kepada Nya memberikan harta benda kepada ahli
kerabat, dan anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, dan kaum musafir,
dan mereka yang meminta sedekah dan untuk memerdekakan sahaya. [Al
Baqarah 2:178]. Harta yang dimiliki manusia pada dasarnya bukan miliknya
tetapi milik Allah SWT yang seharusnya diperuntukan untuk kemaslahatan
umat. Tetapi karena kecintaan manusia yang begita besar terhadap
keduniawian menjadikan dia lupa dan kikir akan hartanya. Berbeda dengan
hamba yang mencintai Allah SWT, senantiasa dawam menafkahkan
hartanya di jalan Allah SWT, ia menyadari bahwa miliknya adalah bukan
haknya tetapi ia hanya memanfaatkan untuk keperluanya semata-mata
sebagai bekal di akhirat yang diwujudkan dalam bentuk pengorbanan harta
untuk keperluan umat.
6. Merasakan keberadaan Allah SWT, َ‫ا ِج ِد ْين‬t ‫الس‬ َ t َ‫وْ ُم َوتَقَلُّب‬ttُ‫ َراكَ ِح ْينَ تَق‬t َ‫اَلَّ ِذى ي‬
َّ ‫ك فِى‬
.Yang Dia melihatmu sewaktu kamu berdiri (shalat) dan bolak balik dalam
sujud Ketika seorang hamba beribadah, Allah SWT benar-benar berada
berada dihadapannya, maka harus dapat merasakan/melihat kehadiran Nya
atau setidaknya dia tahu bahwa Allah SWT sedang memperhatikannya.

7. Meraih martabat liqa Illah, .....‫ ِد ِه ْمج‬t‫ق اَ ْي‬


َ ْ‫ يَ ُد هللاِ فَو‬.Tangan Allah ada diatas
tangan mereka [Al Fath 48:11]. Dengan ibadah seorang hamba meleburkan
diri dalam sifat-sifat Allah SWT, menghanguskan seluruh hawa nafsunya
dan lahir kembali dalam kehidupan baru yang dipenuhi ilham Ilahi. Dalam
martabat ini manusia memiliki pertautan dengan Tuhan yaitu ketika manusia
seolah-olah dapat melihat Tuhan dengan mata kepalanya sendiri. Sehingga
segala inderanya memiliki kemampuan batin yang sangat kuat memancarkan
daya tarik kehidupan suci. Dalam martabat ini Allah SWT menjadi mata
manusia yang dengan itu ia melihat, menjadi lidahnya yang dengan itu ia
bertutur kata, menjadi tangannya yang dengan itu ia memegang, menjadi
telinganya yang dengan itu ia mendengar, menjadi kakinya yang dengan itu
ia melangkah.

8. Terkabul Doa-doanya, ‫وْ ا بِى لَ َعلَّهُ ْم‬ttُ‫ َو ْالي ُْؤ ِمن‬t‫تَ ِج ْيبُوْ الِى‬t ‫انِال فَ ْليَ ْس‬tt‫اع اِ َذا َد َع‬
ِ ‫ َّد‬t ‫ َوةَ ال‬t‫اُ ِجيْبُ َد ْع‬
َ‫ ُدوْ ن‬t ‫ يَرْ ُش‬Aku mengabulkan doa orang yang memohon apabila ia mendoa
kepada Ku. Maka hendaklah mereka menyambut seruan Ku dan beriman
kepada Ku supaya mereka mengikuti jalan yang benar [Al Baqarah 2:187].
Hamba yang didengar dan dikabulkan doa-doanya hanyalah mereka yang
dekat dengan Nya melalui ibadah untuk selalu menyeru kepada Nya.
9. Banyak saudara, ‫اط‬ttَ‫ر َعلَ ْيه‬tْ ِ‫طَب‬t ‫اص‬
ْ ‫لو ِة َو‬t ‫الص‬ َ t َ‫رْ اَ ْهل‬tt‫ َو ْا ُم‬..... Ibadah selayaknya
َّ ِ‫ك ب‬
dikerjakan secara berjamaah, karena setiap individu pasti memerlukan
individu yang lain dan ibadah yang dikerjakan secara berjamaah memiliki
derajat yang lebih tinggi dari berbagai seginya terutama terciptanya jalinan
tali silaturahim. Dampak dari ibadah tidak hanya untuk individu tetapi untuk
kemajuan semua manusia, jangan pernah putus asa untuk mengajak orang
lain untuk beribadah, karena ia sedang memperluas lingkungan ibadah dan
memperpanjang masanya.

ْ tَ‫لواةَ ف‬t‫الص‬
10. Memiliki kejujuran, ‫وْ بِ ُك ْمج‬ttُ‫ َّوعَلى ُجن‬t‫وْ ًدا‬tt‫ا َّوقُ ُع‬tt‫ هللاَ قِيَ ًم‬t‫اذ ُكرُوْ ا‬t َْ َ‫َِاَذا ق‬tَ‫ ِف‬...
َّ ‫يتُ ُم‬t‫ض‬
Dan apabila kamu telah selesai mengerjakan shalat, maka ingat lah kepada
Allah sambil berdiri, sambil duduk dan sambil berbaring atas rusuk kamu.
[An Nisa 4:104]. Ibadah berarti berdzikir (ingat) kepada Allah SWT, hamba
yang menjalankan ibadah berarti ia selalu ingat Allah SWT dan merasa
bahwa Allah SWT selalu mengawasinya sehingga tidak ada kesempatan
untuk berbohong. ‫ ِدىْ اِلَى ْال َجنَّ ِة‬ttْ‫ َّر يَه‬ttِ‫ َّر َواِ َّن ْالب‬ttِ‫ ِدى اِلَى ْالب‬ttْ‫ق يَه‬
tَ ‫ ْد‬tt‫الص‬
ِّ ‫اِ َّن‬... Kejujuran
mengantarkan orang kepada kebaikan dan kebaikan mengantarkan orang ke
surga [HR Bukhari & Muslim]

ِ ِ‫ هللاَ ُم ْخل‬t‫ ُدوْ ا‬tُ‫ رُوْ ا اِالَّ لِيَ ْعب‬t‫ َو َما اُ ِم‬....Dan mereka
11. Berhati ikhlas, ‫ا َء‬ttَ‫ ّد ْينَال ُحنَف‬tِ‫هُ ال‬tَ‫ ْينَ ل‬t‫ص‬
tidak diperintahkan melainkan supaya beribadah kepada Allah dengan tulus
ikhlas dalam ketaatan kepada Nya dengan lurus. [Al Bayyinah 98:6]. Allah
SWT menilai amal ibadah hambanya dari apa yang diniatkan, lakukanlah
dengan ikhlas dan berkwalitas. Jangan berlebihan karena Allah SWT tidak
َ َ‫ ق‬, َ‫ هَلَكَ ْال ُمتَنَطِّعُوْ ن‬Binasalah orang yang keterlaluan dalam
menyukainya. ‫ال ثَالَثًا‬
beribadah, beliau ulang hingga tiga kali. [HR Muslim]

12. Memiliki kedisiplinan, Ibadah harus dilakukan dengan ‫ون‬tt‫ دائم‬dawam


(rutin dan teratur), ‫ خاشعون‬khusyu (sempurna), ‫ يحافظون‬terjaga dan semangat.

13. Sehat jasmani dan rohani, hamba yang beribadah menjadikan gerakan
shalat sebagai senamnya, puasa menjadi sarana diet yang sehat, membaca Al
Qur an sebagai sarana terapi kesehatan mata dan jiwa. Insya Allah hamba
yang tekun dalam ibadah dikaruniakan kesehatan.

D. Ibadah Sosial

Di dalam Islam, ibadah sosial lebih dikenal dengan istilah muamalah atau
hubungan antara seorang muslim dengan lingkungan sekitarnya. Seorang
muslim yang baik, dalam melakukan hubungan muamalah juga tetap
mengacu kepada ketentuan syari’ah agamanya. Perbedaannya hanyalah
kepada objek ia melakukan ibadah. Ibadah sosial menyangkut hubungan
antara manusia dengan manusia dalam rangka mencari keridhaan dari Allah
SWT. Melalui interaksi hubungan antara sesama manusia tersebut, seorang
hamba berharap bisa mendapatkan pahala dari amal ibadah sosial yang telah
dilakukannya.

Ada beberapa jenis ibadah sosial yang bisa secara mudah dilakukan oleh
seorang muslim, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:

1.Sedekah
Sedekah merupakan salah satu jenis ibadah sosial yang menyangkut antara
hubungan seorang manusia dengan manusia. Ibadah yang dilakukan
memberikan nilai kemanfaatan bagi orang yang mendapatkan sedekah.

Sedangkan pelaku sedekah tersebut, berharap mencari pahala dari Allah


SWT sebagai nilai dari ibadah yang sudah dilakukannya. Ibadah sosial ini
bisa mencakup sumbangan orang per orang terhadap pihak yang tidak
mampu, sumbangan bencana sosial dan lain sebagainya yang dilakukan
secara ikhlas tanpa pamrih maka akan dinilai sebagai ibadah sosial yang
mendapatkan pahala di sisi Allah SWT.

2.Zakat

Zakat juga menjadi salah satu bentuk ibadah sosial. Zakat hampir sama
dengan sedekah, bedanya hanya pada hukum pelaksanaanya serta ukuran-
ukuran yang ditetapkan berdasarkan jenis benda yang dizakatkan.Zakat
hukumnya wajib, sedangkan sedekah sunnah. Jika kita menunaikan ibadah
zakat, maka harus dijelaskan dikeluarkan oleh siapa dan berapa jumlahnya.
Berbeda dengan sedekah. Sedekah yang sembunyi-sembunyi lebih baik
dibanding dengan sedekah yang dipublikasikan, terlebih nama si pemberi
sedekah dengan jelas dan diketahui banyak orang.

Zakat merupakan salah satu bentuk ibadah sosial yang mampu


mengentaskan kemiskinan ummat. Bukan hanya ummat Islam, apabila
semua orang mau menunaikan zakat, maka ummat manusia akan makmur,
meskipun mereka bukan muslim. Inilah yang sudah ditunjukkan di masa
kegemilangan Khalifah Ummar bin Abdul Azis, dimana pada saat itu ummat
Islam tidak lagi memiliki objek zakat, semua orang sudah makmur karena
pelaksanaan
Permasalahan sosial kemiskinan yang ada saat ini salah satunya adalah
karena tidak berjalannya ibadah sosial zakat tersebut di tengah masyarakat
khususnya ummat Islam. Zakat mal merupakan salah satu zakat yang sangat
efektif untuk menyelesaikan berbagai persoalan kemiskinan negara-negara
Islam.Di samping dua jenis ibadah sosial di atas, membangun hubungan
yang baik dengan tetangga dan masyarakat merupakan bentuk-bentuk lain
dari ibadah sosial. Segala macam bentuk interaksi sosial yang diniatkan
semata-mata untuk mencari keridhaan Allah SWT, maka hal tersebut bisa
bernilai ibadah. Ibadah sosial menjadi bukti bahwa Islam adalah agama yang
memberi rahmat bagi seluruh alam.

Anda mungkin juga menyukai