Anda di halaman 1dari 14

AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAAN IV

MAKALAH IBADAH

OLEH:
AK18E
KELOMPOK I

A. MUH. AMRU ASYARI 105731117618


IIN VERONIKA 105731118018
SITI NURDIANA 105731118518
ATIKA MUTMAINNA 105731121818

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Dahlan Lama Bawa, S.Ag, M.Ag.

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR


FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
AKUNTANSI
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam yang mana berkat rahmat dan karunia-Nya
lah kami masih diberi kan kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Dan tak lupa pula sholawat
dan salam kepada baginda Muhammad SAW. Karena berkat beliaulah kita bisa merasakan nikmat
iman dan islam.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Dahlan Lama Bawa, S.Ag, M.Ag. selaku
dosen mata kuliah Al Islam dan Kemuhammadiyaan IV yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami yang InsyaAllah akan selalu bermanfaat bagi kami.
Kami menyadari bahwa makalah kami berada jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang dapat membangun akan sangat berarti bagi kami. Wassalam.

Makassar, 5 April 2020

(Penulis)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Ibadah
B. Ciri dan sifat Ibadah
C. Prinsip-prinsip Ibadah
D. Jenis-jenis ibadah
E. Tujuan Beribadah
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ibadah adalah kegiatan yang dilakukan manusia untuk berkomunikasi dengan sang Pencipta
yaitu Allah SWT. Namun, banyak yang mengartikan kegiatan ibadah hanya sekedar Salat dan Puasa,
padahal ibadah lebih dari sekedar itu.
Kegiatan ibadah dapat diartikan sebagai semua yang mencakup segala perbuatan yang disukai
dan diridhai oleh Allah SWT, baik berupa perkataan maupun perbuatan, baik terang-terangan maupun
tersembunyi dalam rangka mengagungkan Allah SWT dan mengharapkan pahala-Nya. Dan sudah
hakikatnya manusia diciptakan untuk beribadah sebagaimana firman Allah SWT. Dalam surah Az-
Zariyat ayat 56 yang berbunyi:

“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-
Ku”(Q.S. Az-Zariyat 51:56)
Dan oleh karena itu dalam makalah ini kami akan membahas materi ibadah ini.

B. RUMUSAN MASALAH
1) Apa itu Ibadah ?
2) Bagaimana ciri dan sifat dari Ibadah ?
3) Bagaimana prinsip-prinsip ibadah itu ?
4) Apa saja jenis-jenis ibadah ?
5) Apa tujuan manusia beribadah?

C. TUJUAN
1) Untuk mengetahui apa itu ibadah
2) Untuk mengetahui cirri dan sifat dari ibadah
3) Untuk mengetahui prinsip ibadah
4) Untuk mengetahu jenis-jenis ibadah
5) Untuk mengetahu tujuan dari melakukan ibadah bagi manusia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ibadah

Menurut bahasa, kata ibadah berarti patuh (al-tha’ah), dan tunduk (al-khudlu).
Ubudiyah artinya tunduk dan merendahkan diri . Menurut al-Azhari, kata ibadah tidak
dapat disebutkan kecuali untuk kepatuhan kepada Allah.[1] Ini sesuai dengan pengertian
yang di kemukakan oleh al-syawkani, bahwa ibadah itu adalah kepatuhan dan perendahan
diri yang paling maksimal. Secara etimologis diambil dari kata ‘ abada, ya’budu, ‘abdan,
fahuwa ‘aabidun. ‘Abid, berarti hamba atau budak, yakni seseorang yang tidak memiliki
apa-apa, harta dirinya sendiri milik tuannya, sehingga karenanya seluruh aktifitas hidup
hamba hanya untuk memperoleh keridhaan tuannya dan menghindarkan murkanya.
Manusia adalah hamba Allah “Ibaadullaah” jiwa raga hanya milik Allah, hidup matinya di
tangan Allah, rizki miskin kayanya ketentuan Allah, dan diciptakan hanya untuk ibadah
atau menghamba kepada-Nya, ada banyak sekali ayat di dalam Al-quran dan Sunnah Nabi
yang berisi perintah untuk beribadah diantaranya:

“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka
beribadah kepada-Ku”(Q.S. Az-Zariyat 51:56)

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah


selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu,
maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah”
dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya
perkataan yang baik.”(Q.S. Al-Isra 17:23)

Dan adapun hadits nabi:


“Hendaklah engkau beribadah kepada Alloh seolah-olah engkau melihat-
Nya. Namun jika engkau tidak dapat (beribadah seolah-olah) melihat-Nya,
sesungguhnya Ia melihat engkau.” (HR. Muslim).

B. Ciri dan Sifat Ibadah


1) Ciri Ibadah
Mustafa Ahmad al-Zarqa, seorang ahli ilmu fikih menyebutkan beberapa sifat yang
menjadi ciri-ciri‘ibadah yang benar adalah:
 Bebas dari perantara
Dalam ber’ibadah kepada Allah Ta ‘ala, seorang muslim tidak
memerlukanperantara, akan tetapi harus langsung kepada Allah. Para
alim ulama atau para tokoh agama hanyaberfungsi dan berperan sebagai
pembimbing, petunjuk dan penyampai kebenaran bagi muslimlainnya.
Hal ini sesuai dengan firman Allah Ta‘ala:

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang


Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku Kabulkan permohonan orang yang
berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi
(perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh
kebenaran.”(Q.S. Al-Baqarah 2:186)

 Tidak terikat tempat-tempat tertentu


Secara umum ajaran Islam tidak mengharuskan penganutnya untuk
melakukan ‘ibadah pada tempat-tempat khusus, kecuali ‘ibadah haji.Islam
memandang setiap tempat cukup suci sebagai tempat ‘ibadah. Rasulullah
salallahu alaihi wassalaam bersabda:
“Seluruh tempat di bumi adalah tempat bersujud, bersih dan suci ”
(HR. Bukhari dan Muslim).
Dan firman Allah SWT.:

“Dan milik Allah timur dan barat. Kemanapun kamu menghadap di sanalah
wajah Allah. Sungguh, Allah Mahaluas, Maha Mengetahui”(Q.S. Al-Baqarah
2:115).
 Tidak memberatkan dan tidak menyulitkan
Allah Subhanahu wa ta’ala senantiasamenghendaki kemudahan bagi hamba-
Nya dan tidak menghendaki kesulitan. Rasulullah salallahualaihi wassalaam
bersabda:
“Kamu seharusnya melakukan pekerjaan yang kamu sendiri mampu
melakukannya, sesungguhnya Allah tidak menyenangi perbuatan suatu
perbuatan hingga kamu sendiri menyenanginya”(HR. Bukhari dan Muslim).
Dan Firman Allah SWT.:

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupan


nya . Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia
mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), “Ya
Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami
melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan
beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang
sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa
yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan
rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami
menghadapi orang-orang kafir.”(Q.S. Al-Baqarah 2:286).

2) Sifat Ibadah
Suatu ibadah, agar menjadi seperti yang dituntut oleh Allah kepada kita, seyogyanya
disertai dengan 3 perkara,:
 Rasa Khauf (Takut)
Kita beribadah kepada Allah SWT. Karena merasa takut akan azabnya,
sebagaimana firman Allah:

“Sesungguhnya mereka hanyalah setan yang menakut-nakuti (kamu) dengan


teman-teman setianya, karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi
takutlah kepada-Ku, jika kamu orang-orang beriman”(Q.S. Ali Imran 3: 175).
 Rasa Raja’ (Berharap)
Kita beribadah kepada Allah hendaknya disertai dengan rasa berharap, yaitu
berharap akan rahmat dan hidayahnya:

“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada
Tuhan siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah). Mereka
mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya. Sungguh, azab Tuhanmu
itu sesuatu yang (harus) ditakuti.”(Q.S. Al-Isra 17:57).

 Rasa Mahabbah (Cinta)


Kita beribadah kepada Allah SWT. Karena kecintaan kita kepada Allah SWT.
Dan Allah mencintsi hamba yang mencitainya.

“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tuhan selain Allah
sebagai tandingan, yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-
orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah. Sekiranya orang-
orang yang berbuat zalim itu melihat, ketika mereka melihat azab (pada hari
Kiamat), bahwa kekuatan itu semuanya milik Allah dan bahwa Allah sangat
berat azab-Nya (niscaya mereka menyesal)”(Q.S. Al-Baqarah 2:165).

Kita beribadah kepada Allah atas dasar rasa cinta kepada-Nya, rasa takut dari
dari adzab-Nya, dan rasa berharapkepada ampunan dan pahala-Nya dalam satu
waktu. Beginilah keadaan dan ciri orang orang sholeh dan beginilahsifat yang benar
yang diinginkan oleh Allah dari hamba hamba-Nya, oleh karena itu sebagian para
salaf berkata yang artinya:
"Barang siapa yang beribadah kepada Allah hanya dengan rasa cinta saja,
maka dia adalah seorang zindiq. Dan barang siapa yang beribadah kepada-Nya
hanya dengan rasa takut saja, maka dia adalah seorang haruriy.Dan barang siapa
yang beribadah kepada-Nya hanya dengan rasa roja' (berharap) saja, maka dia
adalah seorang murjiah”.
C. Prinsip-prinsip Ibadah
1. Nilai Lillahi Ta’ala
Nilai ini terkandung dalam Surah Al-Fatihah ayat 1-5:
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.Segala puji
bagi Allah, Tuhan seluruh alam,Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang,Pemilik hari
pembalasan.Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada
Engkaulah kami mohon pertolongan.”(Q.S. Al Fatihah 1: 1-5)

2. Tidak menyekutukan Allah SWT. Baik secara langsung maupun tidak langsung

“Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan


sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-
anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat,
ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai
orang yang sombong dan membanggakan diri”(Q.S. An-Nisa 4 : 36).

3. Dilaksanakan dengan penuh rasa berserah diri

“Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan


matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam,tidak ada sekutu bagi-Nya; dan
demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama
berserah diri (muslim).”(Q.S. Al An’am 6 : 162-163).

4. Dilaksanakan dengan penuh keikhlasan

“Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati


-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan salat
dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).”(Q.S.
Al Bayyinah 98 : 5).
5. Dilaksanakan dengan penuh keteguhan dan kesabaran hati

“(Dialah) Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan segala yang ada di
antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguhhatilah dalam beribadah
kepada-Nya. Apakah engkau mengetahui ada sesuatu yang sama dengan-Nya?”(Q.S.
Maryam 19 : 65).

6. Tidak menggunakan perantara

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang


Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku Kabulkan permohonan orang yang berdoa
apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan
beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran.”(Q.S. Al-Baqarah 2:186)

7. Sesuai tuntunan Al-Qur’an

8. Seimbang antara Dunia dan Akhirat

“Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan
Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang
yang berbuat kerusakan.”(Q.S. Al Qasas 28 : 77).

9. Tidak berlebih-lebihan

“Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap
(memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah
tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.”(Q.S. Al A’raf 7;31).
10. Mudah (bukan meremehkan) dan meringankan (bukan mempersulit)

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupan


nya . Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat
(siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), “Ya Tuhan kami,
janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya
Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana
Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah
Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya.
Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung
kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.”(Q.S. Al-Baqarah
2:286).

D. Jenis-jenis ibadah
Luasnya cakupan ibadah dapat kita lihat dari definisi ibadah yang disampaikan oleh
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu Ta’ala
“Ibadah adalah suatu istilah yang mencakup semua yang Allah cintai dan Allah
ridhai, baik ucapan atau perbuatan, yang lahir (tampak, bisa dilihat) maupun yang batin
(tidak tampak, tidak bisa dilihat).” (Al-‘Ubudiyyah, hal. 44).
Para ulama menjelaskan bahwa secara garis besar, ibadah dapat dibagi dalam dua
kelompok besar, yaitu ibadah mahdhah dan ibadah ghairu mahdhah.

1. Ibadah Mahdhah
Ibadah mahdhah atau ibadah murni ialah ibadah dalam arti sempit yaitu
aktivitas atau perbuatan yang sudah ditentukan syarat dan rukunnya. Maksudnya syarat
itu hal-hal yang perlu dipenuhi sebelum suatu kegiatan ibadah itu dilakukan.
Sedangkan rukun itu hal-hal, cara, tahapan atau urutan yang harus dilakukan dalam
melaksanakan ibadah mahdhah itu. ditunjukkan oleh tiga ciri berikut ini:
 Pertama, ibadah mahdhah adalah amal dan ucapan yang merupakan jenis
ibadah sejak asal penetapannya dari dalil syariat. Artinya, perkataan atau
ucapan tersebut tidaklah bernilai kecuali ibadah. Dengan kata lain, tidak bisa
bernilai netral (bisa jadi ibadah atau bukan ibadah). Ibadah mahdhah juga
ditunjukkan dengan dalil-dalil yang menunjukkan terlarangnya ditujukan
kepada selain Allah Ta’ala, karena hal itu termasuk dalam kemusyrikan.
 Kedua, ibadah mahdhah juga ditunjukkan dengan maksud pokok orang yang
mengerjakannya, yaitu dalam rangka meraih pahala di akhirat.
 Ketiga, ibadah mahdhah hanya bisa diketahui melalui jalan wahyu, tidak ada
jalan yang lainnya, termasuk melalui akal atau budaya.
Contoh dari ibadah mahdhah adalah Salat, Puasa dan Haji. Ini karena ibadah
tersebut telah ditentukan tentang rukun syaratnya.

2. Ibadah Ghairu Mahdhah


Ibadah ghairu mahdhah atau ibadah tidak murni adalah ibadah yang tidak
ditentukan syarat dan rukunnya, ibadah gahiru mahdhah dicirikan sebagai berikut
 Pertama, ibadah (perkataan atau perbuatan) tersebut pada asalnya bukanlah
ibadah. Akan tetapi, berubah status menjadi ibadah karena melihat dan
menimbang niat pelakunya.
 Kedua, maksud pokok perbuatan tersebut adalah untuk memenuhi urusan atau
kebutuhan yang bersifat duniawi, bukan untuk meraih pahala di akhirat.
 Ketiga, amal perbuatan tersebut bisa diketahui dan dikenal meskipun tidak ada
wahyu dari para rasul.
Contoh dari ibadah gahiru mahdah adalah segala kegiatan bersifat duniawi
yang dibenarkan secara agama dan dilakukan dengan harapan (niat) mendapatkan
ridho dari Allah SWT.

E. Tujuan Beribadah
Menurut Imam asy-Syâṭîbî, sebagaimana dikutip oleh Yûsuf al-Qaraḍâwî, ibadah
secara garis besar memiliki dua tujuan, yaitu:
 Tujuan pokok (primer)
Tujuan pokok ibadah adalah: menghadapkan diri kepada Allah dengan hati
ikhlas semata-mata karena-Nya dalam rangka tunduk dan patuh kepada-Nya;
memperoleh derajat (kedudukan) mulia di akhirat; atau menjadi kekasih (wali)
Allah; dan sejenisnya.
 Tujuan sekunder
Tujuan sekunder ibadah adalah: memperbaiki dan menenangkan jiwa;
keutamaan dan hajat keduniaan; mencegah keburukan dan kemungkaran; masuk
surga dan terbebas dari siksa neraka; mendapatkan penjagaan dari Allah; dan
memperoleh kedudukan mulia (al-‘Ibâdah fî al-Islâm, 1995: 119-120).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ibadah adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh manusia baik yang telah
ditetapkan syarat dan rukunnya maupun tidak, yang dilakukan dengan niat dan harapan
mendaptkan ridho dari Allah SWT.

B. SARAN
alam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan diakibatkan karena
kurangnya sumber data yang kami dapatkan, akan lebih baik jika menyusun makalah
dengan sumber yang lebih banyak dan dapat dipercaya.
DAFTAR ISI
 Alqur’an dan terjemahan
 Azra, Azyumardi dkk. 2002. Pendidikan Agama Islam pada Perguruan
Tinggi Umum. Jakarta: Depag RI
 Hana, Abu. 2012. Ibadah yang Benar dalam Islam. Jakarta
 Kusnaedi, Dedy. 2009. Ibadah. Jakarta
 Muhammad, Husein. 2008. Dari Ibadah Individual Menuju Ibadah
Kemanusiaan.Cirebon
 Rachmawan, Hatib. 2012. Fiqih Ibadah dan Prinsip Ibadah dalam
Islam.Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan
 Yazid.2007. Pengertian Ibadah dalam Islam. Bogor: Pustaka At-Taqwa
 https://almanhaj.or.id/10952-ibadah-pengertian-macam-dan-keluasan-
cakupannya.html
 www.wikipedia.org.
 https://bincangsyariah.com/kalam/tujuan-dan-tingkatan-manusia-dalam-beribadah/
 https://islam.nu.or.id/post/read/108808/perbedaan-ibadah-mahdhah-dan-ghairu-
mahdhah

Anda mungkin juga menyukai