MAKALAH IBADAH
OLEH:
AK18E
KELOMPOK I
DOSEN PENGAMPU:
Dr. Dahlan Lama Bawa, S.Ag, M.Ag.
(Penulis)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Ibadah
B. Ciri dan sifat Ibadah
C. Prinsip-prinsip Ibadah
D. Jenis-jenis ibadah
E. Tujuan Beribadah
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ibadah adalah kegiatan yang dilakukan manusia untuk berkomunikasi dengan sang Pencipta
yaitu Allah SWT. Namun, banyak yang mengartikan kegiatan ibadah hanya sekedar Salat dan Puasa,
padahal ibadah lebih dari sekedar itu.
Kegiatan ibadah dapat diartikan sebagai semua yang mencakup segala perbuatan yang disukai
dan diridhai oleh Allah SWT, baik berupa perkataan maupun perbuatan, baik terang-terangan maupun
tersembunyi dalam rangka mengagungkan Allah SWT dan mengharapkan pahala-Nya. Dan sudah
hakikatnya manusia diciptakan untuk beribadah sebagaimana firman Allah SWT. Dalam surah Az-
Zariyat ayat 56 yang berbunyi:
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-
Ku”(Q.S. Az-Zariyat 51:56)
Dan oleh karena itu dalam makalah ini kami akan membahas materi ibadah ini.
B. RUMUSAN MASALAH
1) Apa itu Ibadah ?
2) Bagaimana ciri dan sifat dari Ibadah ?
3) Bagaimana prinsip-prinsip ibadah itu ?
4) Apa saja jenis-jenis ibadah ?
5) Apa tujuan manusia beribadah?
C. TUJUAN
1) Untuk mengetahui apa itu ibadah
2) Untuk mengetahui cirri dan sifat dari ibadah
3) Untuk mengetahui prinsip ibadah
4) Untuk mengetahu jenis-jenis ibadah
5) Untuk mengetahu tujuan dari melakukan ibadah bagi manusia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ibadah
Menurut bahasa, kata ibadah berarti patuh (al-tha’ah), dan tunduk (al-khudlu).
Ubudiyah artinya tunduk dan merendahkan diri . Menurut al-Azhari, kata ibadah tidak
dapat disebutkan kecuali untuk kepatuhan kepada Allah.[1] Ini sesuai dengan pengertian
yang di kemukakan oleh al-syawkani, bahwa ibadah itu adalah kepatuhan dan perendahan
diri yang paling maksimal. Secara etimologis diambil dari kata ‘ abada, ya’budu, ‘abdan,
fahuwa ‘aabidun. ‘Abid, berarti hamba atau budak, yakni seseorang yang tidak memiliki
apa-apa, harta dirinya sendiri milik tuannya, sehingga karenanya seluruh aktifitas hidup
hamba hanya untuk memperoleh keridhaan tuannya dan menghindarkan murkanya.
Manusia adalah hamba Allah “Ibaadullaah” jiwa raga hanya milik Allah, hidup matinya di
tangan Allah, rizki miskin kayanya ketentuan Allah, dan diciptakan hanya untuk ibadah
atau menghamba kepada-Nya, ada banyak sekali ayat di dalam Al-quran dan Sunnah Nabi
yang berisi perintah untuk beribadah diantaranya:
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka
beribadah kepada-Ku”(Q.S. Az-Zariyat 51:56)
“Dan milik Allah timur dan barat. Kemanapun kamu menghadap di sanalah
wajah Allah. Sungguh, Allah Mahaluas, Maha Mengetahui”(Q.S. Al-Baqarah
2:115).
Tidak memberatkan dan tidak menyulitkan
Allah Subhanahu wa ta’ala senantiasamenghendaki kemudahan bagi hamba-
Nya dan tidak menghendaki kesulitan. Rasulullah salallahualaihi wassalaam
bersabda:
“Kamu seharusnya melakukan pekerjaan yang kamu sendiri mampu
melakukannya, sesungguhnya Allah tidak menyenangi perbuatan suatu
perbuatan hingga kamu sendiri menyenanginya”(HR. Bukhari dan Muslim).
Dan Firman Allah SWT.:
2) Sifat Ibadah
Suatu ibadah, agar menjadi seperti yang dituntut oleh Allah kepada kita, seyogyanya
disertai dengan 3 perkara,:
Rasa Khauf (Takut)
Kita beribadah kepada Allah SWT. Karena merasa takut akan azabnya,
sebagaimana firman Allah:
“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada
Tuhan siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah). Mereka
mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya. Sungguh, azab Tuhanmu
itu sesuatu yang (harus) ditakuti.”(Q.S. Al-Isra 17:57).
“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tuhan selain Allah
sebagai tandingan, yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-
orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah. Sekiranya orang-
orang yang berbuat zalim itu melihat, ketika mereka melihat azab (pada hari
Kiamat), bahwa kekuatan itu semuanya milik Allah dan bahwa Allah sangat
berat azab-Nya (niscaya mereka menyesal)”(Q.S. Al-Baqarah 2:165).
Kita beribadah kepada Allah atas dasar rasa cinta kepada-Nya, rasa takut dari
dari adzab-Nya, dan rasa berharapkepada ampunan dan pahala-Nya dalam satu
waktu. Beginilah keadaan dan ciri orang orang sholeh dan beginilahsifat yang benar
yang diinginkan oleh Allah dari hamba hamba-Nya, oleh karena itu sebagian para
salaf berkata yang artinya:
"Barang siapa yang beribadah kepada Allah hanya dengan rasa cinta saja,
maka dia adalah seorang zindiq. Dan barang siapa yang beribadah kepada-Nya
hanya dengan rasa takut saja, maka dia adalah seorang haruriy.Dan barang siapa
yang beribadah kepada-Nya hanya dengan rasa roja' (berharap) saja, maka dia
adalah seorang murjiah”.
C. Prinsip-prinsip Ibadah
1. Nilai Lillahi Ta’ala
Nilai ini terkandung dalam Surah Al-Fatihah ayat 1-5:
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.Segala puji
bagi Allah, Tuhan seluruh alam,Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang,Pemilik hari
pembalasan.Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada
Engkaulah kami mohon pertolongan.”(Q.S. Al Fatihah 1: 1-5)
2. Tidak menyekutukan Allah SWT. Baik secara langsung maupun tidak langsung
“(Dialah) Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan segala yang ada di
antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguhhatilah dalam beribadah
kepada-Nya. Apakah engkau mengetahui ada sesuatu yang sama dengan-Nya?”(Q.S.
Maryam 19 : 65).
“Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan
Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang
yang berbuat kerusakan.”(Q.S. Al Qasas 28 : 77).
9. Tidak berlebih-lebihan
“Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap
(memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah
tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.”(Q.S. Al A’raf 7;31).
10. Mudah (bukan meremehkan) dan meringankan (bukan mempersulit)
D. Jenis-jenis ibadah
Luasnya cakupan ibadah dapat kita lihat dari definisi ibadah yang disampaikan oleh
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu Ta’ala
“Ibadah adalah suatu istilah yang mencakup semua yang Allah cintai dan Allah
ridhai, baik ucapan atau perbuatan, yang lahir (tampak, bisa dilihat) maupun yang batin
(tidak tampak, tidak bisa dilihat).” (Al-‘Ubudiyyah, hal. 44).
Para ulama menjelaskan bahwa secara garis besar, ibadah dapat dibagi dalam dua
kelompok besar, yaitu ibadah mahdhah dan ibadah ghairu mahdhah.
1. Ibadah Mahdhah
Ibadah mahdhah atau ibadah murni ialah ibadah dalam arti sempit yaitu
aktivitas atau perbuatan yang sudah ditentukan syarat dan rukunnya. Maksudnya syarat
itu hal-hal yang perlu dipenuhi sebelum suatu kegiatan ibadah itu dilakukan.
Sedangkan rukun itu hal-hal, cara, tahapan atau urutan yang harus dilakukan dalam
melaksanakan ibadah mahdhah itu. ditunjukkan oleh tiga ciri berikut ini:
Pertama, ibadah mahdhah adalah amal dan ucapan yang merupakan jenis
ibadah sejak asal penetapannya dari dalil syariat. Artinya, perkataan atau
ucapan tersebut tidaklah bernilai kecuali ibadah. Dengan kata lain, tidak bisa
bernilai netral (bisa jadi ibadah atau bukan ibadah). Ibadah mahdhah juga
ditunjukkan dengan dalil-dalil yang menunjukkan terlarangnya ditujukan
kepada selain Allah Ta’ala, karena hal itu termasuk dalam kemusyrikan.
Kedua, ibadah mahdhah juga ditunjukkan dengan maksud pokok orang yang
mengerjakannya, yaitu dalam rangka meraih pahala di akhirat.
Ketiga, ibadah mahdhah hanya bisa diketahui melalui jalan wahyu, tidak ada
jalan yang lainnya, termasuk melalui akal atau budaya.
Contoh dari ibadah mahdhah adalah Salat, Puasa dan Haji. Ini karena ibadah
tersebut telah ditentukan tentang rukun syaratnya.
E. Tujuan Beribadah
Menurut Imam asy-Syâṭîbî, sebagaimana dikutip oleh Yûsuf al-Qaraḍâwî, ibadah
secara garis besar memiliki dua tujuan, yaitu:
Tujuan pokok (primer)
Tujuan pokok ibadah adalah: menghadapkan diri kepada Allah dengan hati
ikhlas semata-mata karena-Nya dalam rangka tunduk dan patuh kepada-Nya;
memperoleh derajat (kedudukan) mulia di akhirat; atau menjadi kekasih (wali)
Allah; dan sejenisnya.
Tujuan sekunder
Tujuan sekunder ibadah adalah: memperbaiki dan menenangkan jiwa;
keutamaan dan hajat keduniaan; mencegah keburukan dan kemungkaran; masuk
surga dan terbebas dari siksa neraka; mendapatkan penjagaan dari Allah; dan
memperoleh kedudukan mulia (al-‘Ibâdah fî al-Islâm, 1995: 119-120).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ibadah adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh manusia baik yang telah
ditetapkan syarat dan rukunnya maupun tidak, yang dilakukan dengan niat dan harapan
mendaptkan ridho dari Allah SWT.
B. SARAN
alam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan diakibatkan karena
kurangnya sumber data yang kami dapatkan, akan lebih baik jika menyusun makalah
dengan sumber yang lebih banyak dan dapat dipercaya.
DAFTAR ISI
Alqur’an dan terjemahan
Azra, Azyumardi dkk. 2002. Pendidikan Agama Islam pada Perguruan
Tinggi Umum. Jakarta: Depag RI
Hana, Abu. 2012. Ibadah yang Benar dalam Islam. Jakarta
Kusnaedi, Dedy. 2009. Ibadah. Jakarta
Muhammad, Husein. 2008. Dari Ibadah Individual Menuju Ibadah
Kemanusiaan.Cirebon
Rachmawan, Hatib. 2012. Fiqih Ibadah dan Prinsip Ibadah dalam
Islam.Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan
Yazid.2007. Pengertian Ibadah dalam Islam. Bogor: Pustaka At-Taqwa
https://almanhaj.or.id/10952-ibadah-pengertian-macam-dan-keluasan-
cakupannya.html
www.wikipedia.org.
https://bincangsyariah.com/kalam/tujuan-dan-tingkatan-manusia-dalam-beribadah/
https://islam.nu.or.id/post/read/108808/perbedaan-ibadah-mahdhah-dan-ghairu-
mahdhah