Anda di halaman 1dari 19

2.

4 Sistem Implementasi Syariah Islam IBADAH DAN MUAMALAH

Ibadah dalam Pandangan Islam


A. Definisi Ibadah Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan menurut syara (terminologi), definisi ibadah banyak sekali, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi ibadah tersebut, antara lain : 1. Ibadah adalah taat kepada Allah SWT SWT dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya. 2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah SWT Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi. 3. Ibadah dalam pengertian khusus,yaitu Lima Rukun Islam yang wajib dilakukan oleh setiap muslim dengan beberapa pengecualian pada kondisi khusus. 4. Ibadah dalam pengertian luas atau umum, adalah segala perbuatan yang dilakukan seseorang dengan niat untuk mencari keridaan Allah SWT

Dalam buku Majmuu'ul Fataawaa, karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah juga disebutkan definisi ibadah. Dalam buku tersebut dikatakan bahwa ibadah adalah suatu nama yang mencakup setiap apa-apa yang Allah SWT cintai dan ridhai dari ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan yang zhahir maupun yang bathin. Maksud dari perbuatan zhahir adalah ibadah yang nampak yang bisa disaksikan oleh kita. Contoh dari ibadah ini adalah membaca Al-Qur`an, shalat dan sebagainya. Sedangkan maksud dari perbuatan yang bathin adalah ibadah yang berkaitan dengan amalan hati seperti cinta kepada Allah SWT, takut, berharap, tawakkal kepada-Nya dan lain-lain.

B. Pembagian Ibadah

Dengan melihat beberapa definisi ibadah yang telah disebutkan di atas, maka ibadah itu sendiri dapat dikelompokkan ke dalam beberapa bagian. Menurut Yazid bin Abdul Qadir Jawaz, ibadah dapat dikelompokkan ke dalam tiga bagian, yaitu : ibadah hati, ibadah lisan, dan ibadah anggota badan. Menurut beliau, rasa khauf (takut), raja (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang), dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Tasbih, tahlil, takbir, tahmid dan syukur dengan lisan dan hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati), sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati). Disamping itu, beberapa ulama juga berpendapat bahwa ibadah terbagi dalam lima macam, yaitu : 1. 'Ibaadah I'tiqaadiyyah Seorang muslim meyakini bahwasanya Allah SWT 'Azza wa Jalla adalah Pencipta, Pemberi Rizki, Yang Mematikan, Yang Menghidupkan, Yang Mengatur seluruh urusan hamba-hamba-Nya. Selain itu, 'Ibaadah I'tiqaadiyyah juga meyakini bahwasanya Dia adalah Dzat yang berhak diibadahi satu-satunya yang tidak ada sekutu bagi-Nya, dari do'a, menyembelih, nadzar dan sebagainya, serta Dia adalah Dzat yang disifati dengan sifat-sifat kemuliaan, kesempurnaan, kesombongan, keagungan, dan yang lainnya dari macam-macam keyakinan tentang Allah SWT, agama-Nya, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan taqdir yang baik maupun yang buruk. 2. 'Ibaadah Lafzhiyyah 'Ibaadah Lafzhiyyah adalah ibadah yang berkaitan dengan ucapan lisan, seperti melafazhkan/mengucapkan dua kalimat syahadat, membaca Al-Qur`an, berdo'a, membaca dzikir-dzikir Nabawiyyah dan lain-lainnya dari jenis-jenis ibadah lafzhiyyah. 3. 'Ibaadah Badaniyyah 'Ibaadah Badaniyyah merupakan ibadah yang berkaitan dengan badan, seperti berdiri, ruku' dan sujud di dalam shalat, shaum, amalanamalan haji, hijrah, jihad dan yang lainnya dari ibadah-ibadah badaniyyah. 4. 'Ibaadah Maaliyyah

'Ibaadah Maaliyyah adalah ibadah yang berkaitan dengan harta, seperti zakat, shadaqah dan lainnya.

5. 'Ibaadah Tarkiyyah Pengertian dari ibadah ini adalah seorang muslim meninggalkan seluruh hal-hal yang haram, kesyirikan dan bid'ah dalam rangka melaksanakan syari'at Allah SWT, sehingga menurut ibadah ini diri seorang muslim akan mendapatkan pahala jika ia meninggalkan sesuatu yang haram jika dalam pelaksanaannya dalam rangka mengharapkan ridha Allah SWT.

C. Pilar-Pilar Ubudiyyah Sesungguhnya ibadah itu berlandaskan pada tiga pilar pokok, yaitu : hubb (cinta), khauf (takut), raja (harapan). Rasa cinta harus disertai dengan rasa rendah diri, sedangkan khauf harus diimbangi dengan raja. Dalam setiap ibadah harus terkumpul ketiga unsur ini. Allah SWT berfirman tentang sifat hambahamba-Nya yang mukmin:

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu'min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang

dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui. [QS. Al-Maa-idah: 54]

Artinya : Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingantandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). [QS. Al-Baqarah: 165]

Artinya : Maka Kami memperkenankan do'anya, dan Kami anugerahkan kepada nya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdo'a kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada Kami. [QS. Al-Anbiya: 90]

Sebagian Salaf berkata, Siapa yang beribadah kepada Allah SWT dengan rasa cinta saja, maka ia adalah zindiq, siapa yang beribadah kepadaNya dengan raja saja, maka ia adalah murji. Dan siapa yang beribadah kepada-Nya hanya dengan khauf, maka ia adalah haruriy. Barang siapa yang beribadah kepada-Nya dengan hubb, khauf, dan raja, maka ia adalah mukmin muwahhid. Maksud dari zindiq adalah orang yang munafik, sesat, dan mulhid. Pengertian dari murji adalah orang murjiah, yaitu golongan yang menyatakan bahwa amal bukan bagian dari iman, iman hanya dalam hati. Sedangkan pengertian dari haruriy adalah orang dari golongan khawarij yang pertama kali muncul di Harura, yang berkeyakinan bahwa orang mukmin yang berdosa besar adalah kafir

D. Peran, Fungsi dan Tujuan Ibadah Ibadah mempunyai peran, fungsi, dan tujuan dalam kehidupan manusia. Jika kita memperhatikan definisi ibadah yang telah disebutkan pada subbab sebelumnya, maka ibadah itu sangat luas tidak terbatas hanya shalat, zakat, puasa, haji dan lainnya akan tetapi semua ucapan dan perbuatan yang dicintai dan diridhai Allah SWT adalah ibadah. Untuk mengetahui apakah ucapan dan perbuatan kita dicintai dan diridhai oleh Allah SWT, maka kita harus merujuk kepada Al-Quran dan As-Sunnah berdasarkan bimbingan ulama ahlus sunnah wal jamaah, bukan berdasarkan pendapat atau kemauan sendiri. Selain itu juga harus diperhatikan bahwa ucapan dan perbuatan tersebut dilakukan dengan ikhlas, hanya mengharap ridha Allah SWT semata. Peran dan Fungsi Ibadah Peran dan fungsi ibadah terbagi menjadi 2 yaitu peran dan fungsi ibadah secara umum dan secara khusus. a. Peran dan fungsi ibadah secara umum Secara umum ibadah dapat berperan sebagai alat untuk

menumbuhkan kesadaran pada diri manusia bahwa manusia sebagai insan

diciptakan Allah SWT khusus untuk mengabdi kepada diri-Nya. Hal ini jelas disebutkan dalam Al Quran surat Az Zariyat ayat 56

Artinya : Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku [QS. Adz-Zariyat: 56] b. Peran dan fungsi ibadah secara khusus Peran dan fungsi ibadah secara khusus ini meliputi fungsi masingmasing dari jenis ibadah. Jenis-jenis ibadah ini dapat dikelompokkan menjadi lima bagian atau biasa disebut Rukun Islam yang terdiri dari syahadat, shalat, zakat, puasa, dan pergi haji bagi yang mampu. Tujuan Ibadah Allah SWT SWT berfirman :

Artinya : Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghen-daki rizki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah SWT Dia-lah Maha Pemberi rizki Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh. [QS. Adz-Dzaariyaat : 56-58]

Allah Azza wa Jalla memberitahukan bahwa hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka melaksanakan ibadah hanya kepada Allah SWT Azza wa Jalla. Allah SWT Maha Kaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkan-Nya, karena

ketergantungan mereka kepada Allah SWT, maka barang siapa yang

menolak beribadah kepada Allah SWT, ia adalah sombong. Siapa yang beribadah kepada-Nya tetapi dengan selain apa yang disyariatkan-Nya, maka ia adalah mubtadi (pelaku bidah). Dan barang siapa yang beribadah kepada-Nya hanya dengan apa yang disyariatkan-Nya, maka ia adalah mukmin muwahhid (yang mengesakan Allah SWT). Para ulama dan para pakar agama kita yang kompeten di bidangnya merumuskan minimal ada 2 (dua) tujuan yang mutlak harus diraih oleh kita dari pelaksanaan ibadah yang kita lakukan, yaitu : 1. Takhliyyah / tazkiyatul qolbi, yakni kebersihan hati Ibadah yang kita lakukan, shalat, puasa, haji, dan lain-lain hendaknya mampu membersihkan diri kita dari berbagai macam penyakit hati, mampu mensucikan diri kita dari kotoran jiwa, dan dari virus-virus qolbu yang sangat berbahaya dalam kehidupan. Diharapkan dengan rajinnya kita shalat maka bersihlah hati kita dari sifat sombong, dengan seringnya kita puasa maka hilanglah penyakit serakahnya, dengan banyaknya berzakat/shadaqoh berkuranglah bakhil, kikir dan pelit dalam hati kita. Dalam Al-Quran surah al-Maauun diterangkan, shalat bisa celaka salah satu penyebabnya adalah , yang artinya : elaka bagi orang shalat . Ayat selanjutnya menjelaskan, orang , yaitu orang yang sholat tapi masih memiliki penyakit hati yang bernama riya (sombong). Didalam kitab At-Targhib wat-Tarhib karya Al Imam Zakiyyuddin al-Mundziri, terdapat sebuah hadits qudsi yang menerangkan bahwa salah satu ciri orang yang shalatnya diterima oleh Allah SWT :

Artinya : Mereka tidak menyombongkan diri kepada Makhluq-Ku

Sehingga esensi shalat seseorang akan diterima oleh Allah SWT SWT ketika orang tersebut hatinya bersih dari penyakit yang bernama

sombong. Disisi lain, kebahagiaan kita di akhirat kelak, pada hari dimana tidak ada perlindungan kecuali perlindungan Allah SWT, akan sangat sangat ditentukan oleh kwalitas kebersihan hati itu. Allah SWT berfirman :

Artinya : Pada hari dimana tidak lagi berguna harta kekayaan, tidak lagi bermanfaat anak keturunan, kecuali mereka yang datang keharibaan Allah SWT dengan membawa hati yang bersih . [QS. Assyuara : 88 89]

2. Tahliyyah Tujuan dari pelaksanaan ibadah kita adalah hiasan. Ibadah yang kita lakukan harus mampu menumbuh kembangkan sikap dan perilaku yang baik dalam kehidupan. Dengan sering dan rajinnya kita shalat, maka muncullah ketawadhuan dalam pergaulan, dengan seringnya kita puasa, maka tumbuhlah sifat pemaaf kita, tambah sayang kepada fakir miskin, dan sebagainya. Dalam sebuah hadits diriwayatkan, bahwa yang menyebabkan manusia masuk kedalam surga itu bukan karena amal yang banyak, karena amal kita sebanyak apapun tidak sebanding dengan kenimatan surga yang Allah SWT sediakan. Rasulullah SAW melanjutkan bahwa berhak atau tidaknya seseorang masuk kedalam surga adalah karena semata mata rahmat dan kasih sayang dari Allah SWT. Rahmat Allah SWT itu hanya akan bisa kita dapatkan, ketika kita memiliki nilai nilai akhlaqul karimah, kualitas moral dan kasih sayang kepada sesama.

E. Syarat-syarat Ibadah Ibadah adalah perkara tauqifiyah yaitu tidak ada suatu bentuk ibadah yang disyariatkan kecuali berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah. Apa yang tidak disyariatkan berarti bidah mardudah (bidah yang ditolak) sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW yang artinya : Barangsiapa yang beramal tanpa adanya tuntunan dari kami, maka amalan tersebut tertolak. [HR. Muslim dan Ahmad] Agar dapat diterima, ibadah disyaratkan harus benar. Adapun syaratsyarat ibadah adalah sebagai berikut : a. Niat Niat merupakan hal penting sebelum melaksanakan sesuatu. Hal ini juga untuk membedakan antara amal ibadah dengan amalan adat, dan antara niat karena Allah SWT dengan niat karena yang lain-lain. Supaya setiap perlakuan menjadi ibadah, maka kita harus berniat dengan benar, yaitu menuruti perintah Allah SWT. Sabda Rasulullah SAW yang artinya : Niat orang mukmin itu adalah lebih baik daripada amalannya. niat karena

b. Pelaksanaan Perlaksanaan ibadah harus mengikuti peraturan supaya kita benar-benar mengikuti syariat. Dalam pelaksanaannya harus mengikuti landasan yang telah Allah SWT tetapkan. Allah SWT memberi peringatan melalui firman-Nya :

Artinya : Dan jika mereka berjuang pada jalan Kami (ikut peraturan Kami) sesungguhnya Kami akan tunjukkan jalan Kami (jalan keselamatan) bahwasanya Allah SWT beserta orang-orang yang berbuat baik.

[QS. Al Ankabut: 69]

c. Perkara (subjeknya) diperbolehkan oleh syariat.

Perkara (subjek) yang hendak dilaksanakan merupakan perkara yang dibolehkan oleh syariat, terutama perkara yang melibatkan makanan dan minuman. Sabda Rasulullah SAW : Tiap2 daging yang tumbuh daripada benda yang haram, maka Neraka adalah yang lebih patut dengannya . [HR. Tarmizi]

Rasulullah SAW amat menekankan perkara yang berkaitan dengan makanan kerana hati yang merupakan raja dalam tubuh manusia dibina dari makanan. Hati yang dibina dari makanan yang haram akan menjadi sulit menerima kebenaran.

d. Natijahnya Memberi Manfaat Natijah merupakan hasil usaha seseorang. Hasil tersebut semestinya baik karena ia merupakan pemberian Allah SWT. Supaya natijah tersebut menjadi ibadah, maka natijah tersebut harus bermanfaat bagi orang lain.

e. Tidak Meninggalkan Asas Ibadah Dua perkara utama yang menjadi asas ibadah ialah rukun iman dan rukun islam. Kedua hal ini merupakan tapak atau platform untuk menegakkan amalanamalan yang lain. Setiap amalan yang berasas kepada 2 (dua) perkara ini merupakan amalan yang paling wajib, artinya tidak boleh ditinggalkan sama sekali. Jika tidak berdasarkan pada rukun iman dan rukun islam, maka ibadah kita menjadi sia-sia.

Muamalah dalam Islam


A. Pengertian Muamalah Manusia dijadikan Allah SWT sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan antara satu dengan yang lain. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia harus berusaha mencari karunia Allah yang ada dimuka bumi ini sebagai sumber ekonomi. Allah SWT berfirman :

Artinya : Katakanlah: "Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu, sesungguhnya aku akan bekerja (pula), maka kelak kamu akan mengetahui [QS. Az Zumar: 39] Muamalat adalah tukar menukar barang, jasa atau sesuatu yang memberi manfaat dengan tata cara yang ditentukan. Beberapa kategori yang termasuk dalam muamalat yakni : jual beli, hutang piutang, pemberian upah, serikat usaha, urunan atau patungan, dan lain-lain. Dalam pembahasan kali ini akan dijelaskan sedikit mengenai muamalat jual beli.

B. Pengertian Jual Beli Jual beli dalam bahasa Arab terdiri dari dua kata yang mengandung makna berlawanan yaitu Al Bai yang artinya jual dan Asy Syiraa yang artinya beli. Menurut istilah hukum syara, jual beli adalah penukaran harta (dalam pengertian luas) atas dasar saling rela atau tukar menukar suatu benda (barang) yang dilakukan antara dua pihak dengan kesepakatan (akad) tertentu atas dasar suka sama suka. Dalam pengertian lainnya disebutkan bahwa jual beli adalah suatu kegiatan tukar menukar barang dengan barang lain dengan tata cara tertentu. Termasuk dalam hal ini adalah jasa dan juga penggunaan alat tukar seperti uang. C. Rukun dan Syarat Jual Beli Dalam pelaksanaan kegiatan jual beli, minimal ada tiga rukun yang perlu dipenuhi, yaitu : 1. Penjual atau pembeli harus dalam keadaan sehat akalnya dan baligh Orang gila tidak sah jual belinya. Penjual atau pembeli melakukan jual beli dengan kehendak sendiri, tidak ada paksaan kepada keduanya, atau salah satu diantara keduanya. Apabila ada paksaan, maka jual beli tersebut tidak sah. 2. Syarat Ijab dan Kabul

Ijab adalah perkataan untuk menjual atau transaksi menyerahkan. Kabul adalah ucapan si pembeli sebagai jawaban dari perkataan si penjual. Sebelum akad terjadi, biasanya telah terjadi proses tawar menawar terlebih dulu. Contoh : Ijab : Saya menjual mobil ini dengan harga 30 juta rupiah.

Kabul : Saya membeli mobil ini dengan harga 30 juta rupiah. Pernyataan ijab kabul tidak harus menggunakan kata-kata khusus. Yang perlu diperhatikan dalam ijab kabul adalah saling rela (ridha) yang direalisasikan dalam bentuk kata-kata, seperti : aku jual, aku berikan, aku beli, aku ambil, dan aku terima. Ijab kabul jual beli juga sah dilakukan dalam bentuk tulisan dengan sarat bahwa kedua belah pihak berjauhan tempat, atau orang yang melakukan transaksi itu diwakilkan. Di zaman modern saat ini, jual beli dilakukan dengan cara memesan lewat telepon. Jula beli seperti ini sah saja, apabila si pemesan sudah tahu pasti kualitas barang pesanannya dan mempunyai keyakinan tidak ada unsur penipuan. 3. Ada benda yang diperjualbelikan Barang yang diperjualbelikan harus memenuhi syarat sebagai berikut : a. Suci atau bersih dan halal barangnya b. Barang yang diperjualbelikan harus diteliti lebih dulu c. Barang yang diperjualbelikan tidak berada dalam proses penawaran dengan orang lain d. Barang yang diperjualbelikan bukan hasil monopoli yang merugikan e. Barang yang diperjualbelikan tidak boleh ditaksir (spekulasi)

f. Barang yang dijual adalah milik sendiri atau yang diberi kuasa g. Barang itu dapat diserahterimakan

D. Perilaku atau Sikap yang Harus Dimiliki oleh Penjual 1. Berlaku Benar (Lurus) Berperilaku benar merupakan ciri utama orang yang beriman. Sebaliknya, dusta merupakan perilaku orang munafik. Seorang muslim dituntut untuk berlaku benar, seperti dalam jual beli, baik dari segi promosi

barang atau penetapan harganya. Oleh karena itu, salah satu karakter pedagang yang terpenting dan diridhai Allah adalah berlaku benar. Berdusta dalam berdagang sangat dicela terlebih jika diiringi sumpah atas nama Allah. Empat macam manusia yang dimurkai Allah, yaitu penjual yang suka bersumpah, orang miskin yang congkak, orang tua renta yang berzina, dan pemimpin yang zalim.(HR Nasai dan Ibnu Hibban) 2. Menepati Amanat Menepati amanat merupakan sifat yang sangat terpuji. Yang dimaksud amanat adalah mengembalikan hak apa saja kepada pemiliknya. Orang yang tidak melaksanakan amanat dalam islam sangat dicela. Hal-hal yang harus disampaikan ketika berdagang adalah penjual atau pedagang menjelaskan ciri-ciri, kualitas, dan harga barang dagangannya kepada pembeli tanpa melebih-lebihkannya. Hal itu dimaksudkan agar pembeli tidak merasa tertipu dan dirugikan. 3. Jujur Selain benar dan memegang amanat, seorang pedagang harus berlaku jujur. Kejujuran merupakan salah satu modal yang sangat penting dalam jual beli karena kejujuran akan menghindarkan diri dari hal-hal yang dapat merugikan salah satu pihak. Sikap jujur dalam hal timbangan, ukuran kualitas, dan kuantitas barang yang diperjual belikan adalah perintah Allah SWT. Firman Allah :

Artinya : Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan saudara mereka, Syuaib. Ia berkata: Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman. [QS. Al Araf : 85] Sikap jujur pedagang dapat dicontohkan seperti dengan menjelaskan cacat barang dagangan, baik yang diketahui maupun yang tidak diketahui. Lawan sifat jujur adalah menipu atau curang, seperti mengurangi takaran, timbangan, kualitas, kuantitas, atau menonjolkan keunggulan barang tetapi menyembunyikan cacatnya. Hadis lain meriwayatkan dari Umar bin Khattab r.a berkata seorang lelaki mengadu kepada rasulullah SAW sebagai berikut Katakanlah kepada si penjual, jangan menipu! Maka sejak itu apabila dia melakukan jual beli, selalu diingatkannya jangan menipu.(HR Muslim) 4. Khiar Khiar artunya boleh memilih satu diantara dua yaitu meneruskan kesepakatan (akad) jual beli atau mengurungkannya (menarik kembali atau tidak jadi melakukan transaksi jual beli). Khiar ada tiga macam yaitu : a. Khiar Majelis Khiar majelis adalah si pembeli dan penjual boleh memilih antara meneruskan akad jual beli atau mengurungkannya selama keduanya masih tetap ditempat jual beli. Khiar majelis ini berlaku pada semua macam jual beli. b. Khiar Syarat Khiar syarat adalah suatu pilihan antara meneruskan atau mengurungkan jual beli setelah mempertimbangkan satu atau dua hari. Setelah hari yang ditentukan tiba, maka jual beli harus ditegaskan untuk

dilanjutkan atau diurungkan. Masa khiar syarat selambat-lambatnya tiga hari c. Khiar Aib (cacat) Khiar aib (cacat) adalah si pembeli boleh mengembalikan barang yang dibelinya, apabila barang tersebut diketahui ada cacatnya. Kecacatan itu sudah ada sebelumnya, namun tidak diketahui oleh si penjual maupun si pembeli. Hadis Nabi Muhammad SAW, yang artinya : Jika dua orang laki-laki mengadakan jual beli, maka masing-masing boleh melakukan khiar selama mereka belum berpisah dan mereka masih berkumpul, atau salah satu melakukan khiar, kemudian mereka sepakat dengan khiar tersebut, maka jual beli yang demikian itu sah. (HR Mutafaqun alaih)

E. Hukum Jual Beli 1. Haram Jual beli haram hukumnya jika tidak memenuhi syarat/rukun jual beli atau melakukan larangan jual beli. 2. Mubah Jual beli secara umum hukumnya adalah mubah. 3. Wajib Jual beli menjadi wajib hukumnya tergantung situasi dan kondisi, yaitu seperti menjual harta anak yatim dalam keadaaan terpaksa.

F. Larangan dalam Jual Beli a. Membeli barang di atas harga pasaran b. Membeli barang yang sudah dibeli atau dipesan orang lain. c. Memjual atau membeli barang dengan cara mengecoh/menipu (bohong). d. Menimbun barang yang dijual agar harga naik karena dibutuhkan masyarakat. e. Menghambat orang lain mengetahui harga pasar agar membeli barangnya. f. Menyakiti penjual atau pembeli untuk melakukan transaksi. g. Menyembunyikan cacat barang kepada pembeli.

h. Menjual barang dengan cara kredit dengan imbalan bunga yang ditetapkan i. Menjual atau membeli barang haram. j. Jual beli tujuan buruk, seperti : untuk merusak ketentraman umum, menyempitkan gerakan pasar, mencelakai para pesaing dan lain-lain.

G. Jual Beli Barang Tidak Terlihat (Salam) Definisi/pengertian salam adalah penjual menjual sesuatu yang tidal terlihat atau tidak di tempat, hanya ditentukan dengan sifat dan barang dalam tanggungan penjual. Rukun Salam sama seperti jual beli pada umumnya. Syarat Salam : 1. Pembayaran dilakukan di muka pada majelis akad. 2. Penjual hutang barang pada si pembeli sesuai dengan kesepakatan. 3. Barang yang disalam jelas spesifikasinya, baik bentuk, takaran, jumlah, dan sebagainya Hikmah Ibadah dan Muamalah Di dalam Agama Islam, terdapat istilah ibadah dan muamalah, namun apa arti kedua istilah tersebut? Apa hukumnya dalam Agama Islam dan apakah yang bias kita dapatkan, sebagai penganut Agama Islam, apabila kita melakukan kegiatan yang terkategorikan ke dalam Ibadah dan Muamalah? Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan menurut syara (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah: 1. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para Rasul- Nya. 2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi. 3. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin.

Yang ketiga ini adalah definisi yang paling lengkap. Ibadah terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Rasa khauf (takut), raja (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang), dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan tasbih, tahlil, takbir, tahmid dan syukur dengan lisan dan hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati). Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan amalan hati, lisan dan badan. Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah berfirman: Artinya : Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghen-daki rizki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha Pemberi rizki Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh. [AdzDzaariyaat : 56-58] Allah Azza wa Jalla memberitahukan bahwa hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka melaksanakan ibadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla. Dan Allah Mahakaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkan-Nya, karena ketergantungan mereka kepada Allah, maka barangsiapa yang menolak beribadah kepada Allah, ia adalah sombong. Siapa yang beribadah kepada-Nya tetapi dengan selain apa yang disyariatkan-Nya, maka ia adalah mubtadi (pelaku bidah). Dan barangsiapa yang beribadah kepada-Nya hanya dengan apa yang disyariatkan-Nya, maka ia adalah mukmin muwahhid (yang mengesakan Allah). Kemudian, apakah yang dimaksud dengan muamalah? Muamalah adalah hal-hal yg termasuk urusan kemasyarakatan (pergaulan, perdata, dsb). Pada dasarnya, manusia merupakan makhluk social yang berinteraksi dengan sesamanya dan berhubungan satu sama lain. Maka dari itu, terciptalah suatu bentuk kemasyarakatan yang digunakan untuk memperjelas batas dan aturan dalam lingkup sosial tersebut. Hukum muamalat Islam mempunyai prinsip yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

Pada dasarnya segala bentuk muamalat adalah mubah, kecuali yang ditentukanlain oleh Al quran dan sunah Rasul. Muamalat dilakukan atas dasar sukarela, tanpa mengandung unsur- unsur paksaan. Muamalat dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan manfaat danmenghindari madharat dalam hidup masyarakat. Muamalat dilaksanakan dengan memelihara nilai keadilan, menghindariunsur-unsur penganiayaan unsur-unsur pengambilan kesempatan dalam kesempitan. Dari penjelasan kedua istilah tersebut (ibadah dan muamalah), terlihat jelas perbedaan ruang lingkup antara ibadah dan muamalah, karena memang pada dasarnya kedua istilah tersebut merupakan istilah untuk dua ruang lingkup yang berbeda. Namun, kedua istilah tersebut memiliki hikmah apabila kita melaksanakannya sesuai dengan aturan Islam yang telah ada. Hikmah beribadah tentu saja yang paling utama adalah mendapatkan pahala dari Allah SWT. Selain itu, dengan beribadah, sesungguhnya membuat kita jauh dari perbuatan keji dan mungkar. Beribadah juga melatih hawa nafsu kita, untuk senantiasa menyadari bahwa kita sebagai manusia tidak ada apa-apa nya dibandingkan dengan Allah SWT. Beribadah disini tidak hanya beribadah dalam hal shalat, membaca Al-Quran, ataupun bersedekah saja. Pada dasarnya ,segala sesuatu yang baik dan berguna, apabila dijalani atas nama Allah SWT merupakan ibadah juga. Dari hal ini kemudian bias kita kaitkan kepada muamalah. Dalam hal bersyerikat dan bersosialisasi, tentu saja akan terdapat perbedaan pendapat dan terjadi tegangan. Namun, apabila semua dijalankan dengan kepala dingin dan tidak berdasarkan hawa nafsu saja, setelah dilatih oleh ibadah, tentu proses muamalah akan semakin afdol dan mengarah menuju kebaikan. Sikap jujur, tawaddu, ramah, pemaaf, dan pemikiran yang rasional sudah sepatutnya menjadi tolak ukur kita dalam mengamalkan nilai-nilai muamalah kedalam kehidupan sosial kita sehari-hari. Dengan muamalah yang saling tenggang rasa, saling menghargai, dan saling membantu satu sama lain, secara tidak langsung kita sudah melaksanakan ibadah karena kita melaksanakan sesuatu yang baik, dan berdasarkan nama Allah SWT. Namun perlu diingat bahwa ibadah wajib tetap wajib hukumnya dilaksanakan. Karena dengan menegakkan tiang agama dengan menunaikan shalat, bertilawah Al-Quran, menunaikan

zakat dan bersedekah, sesungguhnya hikmah utama yang kita akan raih adalah hati yang bersih dan jauh dari perbuatan keji dan mungkar.

Anda mungkin juga menyukai