A. Pembagian Ibadah
Dengan melihat beberapa definisi ibadah yang telah disebutkan di atas,
maka ibadah itu sendiri dapat dikelompokkan ke dalam beberapa bagian.
Menurut Yazid bin Abdul Qadir Jawaz, ibadah dapat dikelompokkan ke dalam
tiga bagian, yaitu : ibadah hati, ibadah lisan, dan ibadah anggota badan. Menurut
beliau, rasa khauf (takut), raja’ (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal
(ketergantungan), raghbah (senang), dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah
(yang berkaitan dengan hati). Tasbih, tahlil, takbir, tahmid dan syukur dengan
lisan dan hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati), sedangkan
shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati).
Disamping itu, beberapa ulama juga berpendapat bahwa ibadah terbagi
dalam lima macam, yaitu :
1. 'Ibaadah I'tiqaadiyyah
Seorang muslim meyakini bahwasanya Allah SWT 'Azza wa Jalla
adalah Pencipta, Pemberi Rizki, Yang Mematikan, Yang Menghidupkan,
Yang Mengatur seluruh urusan hamba-hamba-Nya. Selain itu, 'Ibaadah
I'tiqaadiyyah juga meyakini bahwasanya Dia adalah Dzat yang berhak
diibadahi satu-satunya yang tidak ada sekutu bagi-Nya, dari do'a,
menyembelih, nadzar dan sebagainya, serta Dia adalah Dzat yang disifati
dengan sifat-sifat kemuliaan, kesempurnaan, kesombongan, keagungan, dan
yang lainnya dari macam-macam keyakinan tentang Allah SWT,
agama-Nya, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari
akhir dan taqdir yang baik maupun yang buruk.
2. 'Ibaadah Lafzhiyyah
'Ibaadah Lafzhiyyah adalah ibadah yang berkaitan dengan ucapan
lisan, seperti melafazhkan/mengucapkan dua kalimat syahadat, membaca
Al-Qur`an, berdo'a, membaca dzikir-dzikir Nabawiyyah dan lain-lainnya
dari jenis-jenis ibadah lafzhiyyah.
3. 'Ibaadah Badaniyyah
'Ibaadah Badaniyyah merupakan ibadah yang berkaitan dengan
badan, seperti berdiri, ruku' dan sujud di dalam shalat, shaum, amalan-
amalan haji, hijrah, jihad dan yang lainnya dari ibadah-ibadah badaniyyah.
4. 'Ibaadah Maaliyyah
'Ibaadah Maaliyyah adalah ibadah yang berkaitan dengan harta,
seperti zakat, shadaqah dan lainnya.
5. 'Ibaadah Tarkiyyah
Pengertian dari ibadah ini adalah seorang muslim meninggalkan
seluruh hal-hal yang haram, kesyirikan dan bid'ah dalam rangka
melaksanakan syari'at Allah SWT, sehingga menurut ibadah ini diri seorang
muslim akan mendapatkan pahala jika ia meninggalkan sesuatu yang haram
jika dalam pelaksanaannya dalam rangka mengharapkan ridha Allah SWT.
A. Pilar-Pilar Ubudiyyah
Sesungguhnya ibadah itu berlandaskan pada tiga pilar pokok, yaitu :
hubb (cinta), khauf (takut), raja’ (harapan). Rasa cinta harus disertai dengan rasa
rendah diri, sedangkan khauf harus diimbangi dengan raja’. Dalam setiap ibadah
harus terkumpul ketiga unsur ini. Allah SWT berfirman tentang sifat hamba-
hamba-Nya yang mukmin:
Artinya :
“ Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu
yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan
suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun
mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang
mu'min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang
berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang
suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang
dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha
Mengetahui.” [QS. Al-Maa-idah: 54]
Artinya :
“ Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah
tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana
mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat
sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang
berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari
kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa
Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).”
[QS. Al-Baqarah: 165]
Artinya :
“ Maka Kami memperkenankan do'anya, dan Kami anugerahkan
kepada nya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung.
Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera
dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka
berdo'a kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah
orang-orang yang khusyu' kepada Kami.” [QS. Al-Anbiya’: 90]
Artinya :
“ Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku ” [QS. Adz-Zariyat: 56]
Artinya :
“ Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghen-daki rizki
sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka
memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah SWT Dia-lah
Maha Pemberi rizki Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.”
[QS. Adz-Dzaariyaat : 56-58]
orang shalat bisa celaka salah satu penyebabnya adalah َ ن ُهْم ُيَراُئْو
ن َ َاّلِذْي,
yaitu orang yang sholat tapi masih memiliki penyakit hati yang bernama
riya’ (sombong).
Didalam kitab At-Targhib wat-Tarhib karya Al – Imam Zakiyyuddin
al-Mundziri, terdapat sebuah hadits qudsi yang menerangkan bahwa salah
satu ciri orang yang shalatnya diterima oleh Allah SWT :
خْلِقي
َ ي
َ عل
َ ل ِبَها
ْطِ سَت
ْ َوَلْم َي
Artinya :
“ Mereka tidak menyombongkan diri kepada Makhluq-Ku “
Artinya :
“ Pada hari dimana tidak lagi berguna harta kekayaan, tidak
lagi bermanfaat anak keturunan, kecuali mereka yang datang
keharibaan Allah SWT dengan membawa hati yang bersih “.
[QS. Assyu’ara : 88 – 89]
2. Tahliyyah
Tujuan dari pelaksanaan ibadah kita adalah hiasan. Ibadah yang kita
lakukan harus mampu menumbuh kembangkan sikap dan perilaku yang baik
dalam kehidupan. Dengan sering dan rajinnya kita shalat, maka muncullah
ketawadhu’an dalam pergaulan, dengan seringnya kita puasa, maka
tumbuhlah sifat pemaaf kita, tambah sayang kepada fakir miskin, dan
sebagainya.
Dalam sebuah hadits diriwayatkan, bahwa yang menyebabkan
manusia masuk kedalam surga itu bukan karena amal yang banyak, karena
‘amal kita sebanyak apapun tidak sebanding dengan keni’matan surga yang
Allah SWT sediakan. Rasulullah SAW melanjutkan bahwa berhak atau
tidaknya seseorang masuk kedalam surga adalah karena semata mata rahmat
dan kasih sayang dari Allah SWT. Rahmat Allah SWT itu hanya akan bisa
kita dapatkan, ketika kita memiliki nilai nilai akhlaqul karimah, kualitas
moral dan kasih sayang kepada sesama.
A. Syarat-syarat Ibadah
Ibadah adalah perkara tauqifiyah yaitu tidak ada suatu bentuk ibadah
yang disyari’atkan kecuali berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah. Apa yang
tidak disyari’atkan berarti bid’ah mardudah (bid’ah yang ditolak) sebagaimana
sabda Nabi Muhammad SAW yang artinya :
“ Barangsiapa yang beramal tanpa adanya tuntunan dari kami,
maka amalan tersebut tertolak.” [HR. Muslim dan Ahmad]
b. Pelaksanaan
Perlaksanaan ibadah harus mengikuti peraturan supaya kita benar-benar
mengikuti syariat. Dalam pelaksanaannya harus mengikuti landasan yang telah
Allah SWT tetapkan. Allah SWT memberi peringatan melalui firman-Nya :
Artinya :
“ Dan jika mereka berjuang pada jalan Kami (ikut peraturan Kami)
sesungguhnya Kami akan tunjukkan jalan Kami (jalan keselamatan)
bahwasanya Allah SWT beserta orang-orang yang berbuat baik.”
[QS. Al Ankabut: 69]
Artinya :
“ Katakanlah: "Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu,
sesungguhnya aku akan bekerja (pula), maka kelak kamu akan
mengetahui ” [QS. Az Zumar: 39]
Muamalat adalah tukar menukar barang, jasa atau sesuatu yang memberi
manfaat dengan tata cara yang ditentukan. Beberapa kategori yang termasuk
dalam muamalat yakni : jual beli, hutang piutang, pemberian upah, serikat
usaha, urunan atau patungan, dan lain-lain. Dalam pembahasan kali ini akan
dijelaskan sedikit mengenai muamalat jual beli.
MAKALAH AGAMA
IBADAH DAN MUAMALAH
Oleh :
R. Ahmad Imanullah Zakariya
Tingkat III Teknik Kripto
NPM. 0706100739