Anda di halaman 1dari 5

Filosofi Tahlilan

A. Pendahuluan
Sebagian besar masyarakat Indonesia memeluk agama Islam, mayoritasnya adalah
penganut Islam bermadzhab ahlussunnah wal jama’ah. Dari total sekitar 85% umat Islam
Indonesia, 80% diantaranya adalah penganut paham sunni, yang acuan keagamaannya
adalah para generasi al-salaf al-shalih (salafusshalih) yakni generasi zaman Nabi sampai
generasi abad ke-3 Hijriyah. Lebih dari separuh dari 80% penganut sunni adalah mereka
yang mereka yang bermadzhab sunni tradisionalis, dimana ia lebih longgar akomodatif
dalam aplikasi tradisi keagamaan dikaitkan dengan tradisi ke-Indonesiaan.1
Kalimat tahlil dalam masyarakat muslim Indonesia sering dibaca bersama-sama baik
di masjid, di rumah, di mushola, serta dipelataran kuburan sekalipun. Bahkan umumnya
didirikan juga jama’ah tahlil, yakni sekelompok orang yang selalu mengadakan zikir dengan
membaca kalimat tahlil dengan berkala (harian, mingguan, bulanan, dan tahunan) dari
tempat ke tempat. Kegiatan yang membaca tahlil itulah yang kemudian disebut sebagai
tahlilan. Yang dibaca didalam tahlilan bukan hanya kalimat tahlil, melainkan juga surat
yasin, kalimat tasbih, shalawat, dan pada umumnya ditutup dengan do’a-do’a tertentu.2

B. Pembahasan
1. Pengertian Tahlilan
Kalau kita membuka kamus-kamus bahasa arab, misalnya al- mu’jam al wasah al-
munawir, akan ditemukan bahwa tahlilan itu berasal dari kata bahasa arab: hallala-
yuhallilu-tahliilan, yang artinya: membaca kalimat Laa ilaaha illallah. Kalimat tauhid
adalah kalimat persaksian yang menegaskan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah
subhanahu wa ta’ala, dan ia termasuk ke dalam salah satu bentuk zikir kepada Allah,
bahkan dikatakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai zikir yang afdhal.3 Kata
"Tahlil" sendiri secara harfiah berarti berdzikir dengan mengucap kalimat tauhid "Laa
ilaaha illallah" (tiada yang patut disembah kecuali Allah), yang sesungguhnya bukan
dzikir yang dikhususkan bagi acara memperingati kematian seseorang. Dilihat dari
segi makna kata Tahlil, yakni meniadakan sesuatu apapun kecuali selain Allah,
memberihkan hati atau rasa dari apapun kecuali Allah.
Dalam filsafat manusianya Ibnu Arobi, Allah itu dzat yang wujud, Allah
menciptakan alam semesta membuktikan Allah itu wujud, Allah ada. Yang dapat
mengenali Wujud adalah manusia sempurna (al insan al kamil). Namun Wujud tidak
dapat dikenali oleh siapapun kecuali Wujud itu ingin dikenali, maka dari itu Wujud
untuk dapat dikenali maka Ia mewujudkan diri dalam tiga hal yang fundamental, yaitu
melalui alam semesta, melalui diri, dan melalui kitab suci. Kitab suci khususnya Al
Quran adalah kunci untuk membuka pintu ke alam semesta (cosmos) dan Wujud itu
sendiri. Sementara itu, manusia sempurna dihubungkan dengan dua aspek
bertentangan, dari Realita Ilahi yang unik, yakni antara sifat binatang atau malaikat,
dalam kata lain manusia berada diantara dunia yang penuh dengan kefanaan dan
kekekalan. Dalam posisi tengah tersebut manusia menjadi kenyataan mikrokosmik

1
Muhammad Sholihin, Ritual kematian Islam Jawa, (Yogyakarta: Narasi, 2010), Cet. Ke- 1,hlm.12
2
Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Dzikir, (Bogor: Cahaya Salam, 2008), Cet. Ke- 1, h. 105.
3
Abiza el Rinaldi, Haramkah Tahlilan, Yasinan dan Kenduri Arwah?, (Klaten: Pustaka Wasilah,
2002), hlm. 1.
dimana Allah mewujudkan diriNya dalam bentuk yang paling memadai. Manusia
sempurna adalah manusia yang benar benar menyadari bahwa dalam dirinya dipenuhi
oleh potensi spiritual dan masuk ke dalam pengalaman tentang ke Esa an Tuhan yang
menjadi dasar dari segala keberadaan.4
Tahlilan adalah acara selamatan yang dilakukan sebagian umat Islam, kebanyakan
di Indonesia, untuk memperingati dan mendoakan orang yang telah meninggal yang
biasanya dilakukan pada hari pertama kematian hingga hari ketujuh, dan selanjutnya
dilakukan pada hari ke-40, ke-100, kesatu tahun pertama, dan seterusnya. Ada pula
yang melakukan tahlilan pada hari ke-1000.
Acara tersebut umumnya dilaksanakan dalam forum Majelis Tarhim (suatu majelis
atau acara yang dilaksanakan untuk memintakan rahmat Allah terhadap orang yang
meninggal) dengan membaca kalimat tahlil. Sebelum pembacaan tahlil sebagai inti
dari acara, terlebih dahulu dibacakan ayat Al Quran dan kalimat Thoyyibah untuk
menambah menambah rasa pendekatan diri kepada Allah sebelum berdoa dan
bertawajjuh dengan bacaan tahlil. Pada umumnya, bacaan-bacaan surat Al-Quran
dipilih beberapa surat dengan menyandarkan keutamaan surat-surat tersebut.5
Menurut pengertian terminologinya bahwa tahlil yang didasarkan dengan praktek
yang terjadi dikalangan masyarakat yaitu sekumpulan bacaan yang terdiri dari
beberapa zikir yang berisi ucapan tahlil (laa ilaaha illallah), tasbih (subhanallah),
membaca shalawat (Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad),
membaca ayat-ayat Al-Qur’an tertentu dan bacaan-bacaan lain yang dianjurkan oleh
ajaran Islam.6 Dengan kata lain tahlilan juga dapat menjadi media pembersih jiwa
dengan melantunkan kalimat kalimat thoyyibah untuk lebih memfokuskan hati kepada
Dzat yang Wujud. Jika pembersihan jiwa dilakukan secara terus menerus, maka
manusia akan menjadi manusia yang al insan al kamil.
2. Pelaksanaan Tahlilan
Pada awalnya, acara tahlilan ditengarai merupakan praktik pada masa transisi yang
dilakukan oleh masyarakat yang baru memeluk Islam pada zaman Wali Songo, dan tidak
meninggalkan kebiasaan mereka yang lama. Berkumpul di rumah orang yang
meninggal, acara seperti itu tidak hanya terjadi pada masyarakat pra Islam di Indonesia
saja, tetapi di berbagai belahan dunia, termasuk di jazirah Arab. Oleh para da'i pada
waktu itu, acara yang sebelumnya diubah menjadi kegiatan yang bernafaskan Islam. Di
Indonesia, tahlilan masih membudaya, sehingga istilah "tahlilan" dikonotasikan sebagai
memperingati orang yang meninggal.
Hal yang pertama-tama dilakukan, yang mempunyai hajat menentukan hari
pelaksanaan, kemudian mengundang sanak saudara dan masyarakat sekitar untuk
menghadiri acara tahlilan untuk mendoakan orang yang meninggal. Waktunya
biasanya ditentukan setelah maghrib atau setelah isya. Tahlilan dipimpin oleh tokoh
agama setempat atau ulama atas permintaan tuan rumah Tahlilan dimulai dengan
membaca Surat Al-Fatihah yang dihadiahkan kepada orang yang meninggal, kaum
muslimin dan muslimah, serta warga yang hadir dalam acara tahlilan tersebut.
Dilanjutkan dengan membaca Surat Yasin sebanyak 83 ayat, dan dilanjutkan dengan

4
Happy Susanto, Filsafat Manusia Ibnu Arabi, Universitas Muhammadiyah Ponorogo, Mei 2014
5
Muhammad Sholihin, Ritual Kematian Islam Jawa, (Jogjakarta Narasi:2010)
6
A. Syigabuddin, Problematika Zikir dan Tahlil Pada Masyarakat Islam, (Bandar Lampung: Gunung Pesagi,
1994), hlm. 15.
membaca beberapa ayat Al-Qur'an (surat muawidzatain, al ikhlas,alfatihah, awal surat
Al Baqoroh, akhir surat al Baqoroh), dzikir-dzikir, dan disertai dengan do'a-do'a tertentu
untuk dikirimkan kepada orang yang meninggal. Setelah selesai pembacaan tahlil, tamu
undangan dijamu dengan makanan ringan, ketika akan pulang diberikan sedekah
berupa makanan yang biasa disebut berkat. Tidak ada kelas kelas dalam mengikuti
tahlilan. Semua orang boleh untuk mengikutinya, tanpa pandang bulu entah kaya atau
miskin, entah berpendidikan atau tidak, semua melebur menjadi satu dalam ritual
tahlilan.
Merujuk Pada tokoh filsafat materialisme, Karl Marx dalam bukunya Das Kapital.
Pada dasarnya Das Kapital mejelaskan tentang filosofi keadilan sosial dengan
mengambil kasus ketidak adilan ekonomi. Pemikiran Marx dan analisis ekonomi
tersebut didasarkan pada pemikiran epistimologi yang sangat terkenal yakni dialectical
and historis materialisme. Imajinasi sosialisme Marx untuk mewujudkan masyarakat
tanpa kelas, tanpa penindasan, dan tanpa alienasi masih selalu diperdebatkan. Menurut
Marx, sosialisme adalah produk materialisme dialektis dan materialisme historis.
3. Manfaat Pelaksanaan Tahlilan
Salah satu aliran filsafat adalah intuisionisme, yakni aliran filsafat yang beranggapan
bahwa adanya satu kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki manusia yaitu intuisi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, intuisi diartikan sebagai bisikan hati, gerak batin
atau daya batin untuk mengerti atau mengetahui sesuatu tidak dengan berpikir atau
belajar. Seseorang yang melakukan ritual Tahlilan secara terus menerus hati akan bersih,
dan memiliki insting yang kuat, serta memiliki jiwa sosial yang tinggi karena bergesekan
dengan sesama manusia.
Tahlilan sangat banyak hikmahnya yang bisa diambil baik untuk diri pribadi maupun
untuk umumnya, salah satu zikir yang paling utama adalah kalimat Laa ilaaha illallah
yang artinya tiada Tuhan yang pantas disembah kecuali Allah swt. Begitulah pesan
Rasulullah saw kepada Sayyidina Ali Karramallahuwajhah, ketika beliau secara pribadi
memohon agar diberikan zikir khusus yang lebih berat dari dunia seisinya, dan lebih
mudah mendekatkan diri kepada Allah swt. Maka Rasulullah saw pun menjawab,
“Jangan begitu saudaraku Ali, bahwa ucapan yang paling utama yang aku ucapkan dan
juga diucapkan nabi- nabi sebelumku adalah Laa ilaaha illallah.7
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Malik yang artinya: “telah cerita
kepadaku dari Malik dari Ziad bin Abi Ziad, dari Thalah bin Ubaidillah bin Kariz
sesungguhnya Rasulullah saw bersabda “do’a yang paling utama adalah do’a dihari
arafah, dan sebaik-baik ucapan yang aku dan Nabi-nabi sebelumku ucapkan adalah
kalimah Laa ilaaha illallah wahdahulasyariikalah” (HR. Imam Malik)
Demikianlah Rasulullah saw memberikan ijazah Laa ilaaha illallah kepada
sayyidina Ali yang kemudian diturunkan kepada para sahabat, tabi’in dan tabiut tabi’in
hingga kepada kita semua. Karena kalimat Laa ilaaha illallah menyimpan begitu
banyak hikmah, bahkan himahnya sampai dunia seisinya. Diantara hikmahnya antara
lain ialah:

7
Arif Rahman, Skripsi Pendidikan Agama Islam, Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Pelaksanaan Tahlilan,
(Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung:2018), hlm 38.
a. Sebagai ikhtiar (usaha) bertaubat kepada Allah SWT untuk diri sendiri maupun
saudara yang telah meninggal dunia.
b. Merekatkan tali persaudaraan antar sesama, karena majlis zikir dalam bentuk
tahlilan ini mengandung nilai kebersamaan dan silaturahmi.
c. Jika tahlilan disajikan dalam acara takziah, manfaat bagi yang datang untuk
bertahlil adalah untuk mengingat bahwa akhir hidup di dunia ini adalah kematian,
hal ini sesuai dengan Al-Qur’an surat Ali-Imran ayat 185 yang setiap jiwa tidak
akan terlewati ‫ذاﺋﻘﺔ اﻟﻤﻮت ﻛﻞ اﻟﻨﻔﺲ‬. Dan dengan adanya tradisi tahlilan seorang
muslim akan sering mengingat kematian, dengan begitu seorang muslim tersebut
termasuk golongan orang yang cerdas, karena Nabi saw pernah bersabda “bahwa
orang yang cerdas adalah orang yang sering mengingat kematian”.
d. Ditengah hiruk pikuk dunia, manusia yang selalu bergelut dengan materi tentu
memerlukan kesejukan rohani. Salah satu caranya dengan zikir (mengingat Allah).
Bukankah tahlil itu sendiri terdiri dari zikir-zikir, bacaan Al-Qur’an, shalawat dan
lain sebagainya.
e. Tahlil merupakan salah satu bentuk media yang efektif untuk dakwah Islamiyah.
Bukankah dengan membaca Laa ilaaha illallah seseorang telah menjadi muslim?
Walaupun dia masih perlu pembinaan untuk kesempurnaan imannya, akan tetapi
dengan cara kultural ini, tanpa terasa saudara kita umat Islam semakin bertambah.
f. Sebagai manifestasi dari rasa cinta sekaligus penenang hati bagi keluarga almarhum
yang sedang dirundung duka.
g. Dan juga sebagai realisasi birrul walidain seorang anak kepada kedua orangtuanya
yang sudah meninggal dunia.

C. Penutup
Tradisi tahlilan seharusnya dilakukan dengan khusuk, agar tujuan dari ber tahlil
dapat tercapai. Selain itu jika tahlil tercapai akan membersihkan hati dan memperkuat intuisi
manusia, serta di imbangi dengan bersosial dengan baik.
Ritual tahlilan dilakukan orang-orang islam sunni Indonesia sejak islam masuk dan
hingga kini masih lestari di berbagai pelosok negeri. Menjadi wadah silaturahmi antar
tetangga sanak saudara, memberikan efek yang positif terhadap sosiokultur masyarakat
Indonesia. Kita selayaknya bersukur atas nikmat Allah yang berupa hidup tenteram dan
damai, karena masih banyak saudara-saudara kita kesulitan untuk hidup tenteram, dihadang
konflik perang yang berkepanjangan.
Daftar Pustaka

el Rinaldi, Abiza. Haramkah Tahlilan, Yasinan dan Kenduri Arwah?. Klaten:


Pustaka Wasilah, 2002.
Rahman, Arif, Skripsi Pendidikan Agama Islam, Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam
Pelaksanaan Tahlilan, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung:2018.
Rijal Hamid, Syamsul. Buku Pintar Dzikir Bogor: Cahaya Salam, Cet. Ke- 1, 2008 .
Sholihin, Muhammad. Ritual kematian Islam Jawa. Yogyakarta: Narasi, Cet. Ke- 1. 2010.
Syigabuddin, A. . Problematika Zikir dan Tahlil Pada Masyarakat Islam. Bandar
Lampung: Gunung Pesagi. 1994.

Anda mungkin juga menyukai