Anda di halaman 1dari 6

PEMBAHASAN

PERADILAN DALAM ISLAM

1. Pengertian Peradilan Islam

Peradilan berasal dari kata dasar “adil” yang mendapat imbuhan “per” dan akhiran
“an”. Adil dapat diartikan meletakkan sesuatu pada tempatnya. Dalam Bahasa Arab
peradilan dikenal dengan istilah “Al-Qadha”. Kata Al-Qadha ini sendiri dapat dilihat dari
dua pengertian, yaitu:

a. Pengertian Al-Qadha menurut bahasa :


1). Al-Qadha berarti putus/selesai
2). Al-Qadha berarti membayar/menunaikan
3). Al-Qadha berarti mencegah/menghalang-halangi. (Salam Madkur,1969:19)
4). Al-Qadha berarti perintah.

b. Pengertian Qadha menurut istilah ;


1). Menurut ulama mazhab syafi’I , al-qadha adalah penyelesaian persengketaan
antara dua orang atau lebih berdasarkan hukum Allah SWT. (Abd al-Rahman,39)
2). Menurut jumhur ulama, al-qadha
a). kekuasaan yang terkenal yakni kekuasaan mengadili perkara
b). menyelesaikan perkara pertengkaran untuk melenyapkan gugat menggugat dan
untuk memotong pertengkaran dengan hokum syara’ yang dipetik dari al-quran dan
hadist
c). peraturan yang merupakan ketetapan yang harus diikuti yang terbit dari
penguasa yang mempunyai kekuasaan yang umum. (Hasbi as-Shiddiqie,1970:7)

c. Ulama mazhab Hanafi mendefinisikan Al-qadha dengan suatu keputusan mengikat


yang bersumber dari pemerintahan umum guna menyelesaikan dan memutuskan
persengketaan.

1
Sekalipun ulama berbeda dalam menyampaikan pengertian al-qadha, namun maksud
dan tuuan mereka sama. Dapat disimpulakan, al-qadha adalah menyelesaikan suatu
perkara oleh orang yang berwenang untuk menetapkan hokum terhadap dua orang yang
bersengketa atau ebih berdasarkan hokum yang diturunkan oleh Allah SWT. (Abdul Aziz
Dahlan, 1997:1943)

Adapun secara terminology, peradilan adalah suatu lembaga pemerintahan atau Negara
yang ditugaskan untuk menyelesaikan atau menetapkan keputusan perkara dengan adil
berdasarkan hukum yang berlaku.

Lembaga penegakan hokum di indnesia disebut dengan pengadilan ataupun badan


peradilan. Alat perlengkapan Negara yang diberi ugas mempertahankan tetap tegaknya
hokum dengan menjalankannya dengan seadil-adilnya ini merupakan tugas pengadilan.
Menerima, memeriksa, dan mengadili, serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan
kepadanya adalah tugas pokok badan-badang peradilan. (Sangkono,2015)

2. Hikmah Pensyariatan Peradilan

Adapun hikmah diselenggarakannya peradilan yaitu:

a. Terwujudnya masyarakat yang bersih, karena dsetiap orang terlindungi haknya


dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini sejalan dengan
nabi Muhammad Saw yang mana beliau menjalankan bahwa satu masyarakat
tidak dinilai bersih, jika hak orang-orang lemah diambil haknya oleh orang-
orang kuat.
b. Terciptanya aparatur pemerintahan yang bersih dan beribawa, karena
masyarakat telah menjelma mnjadi masyarakat bersih
c. Terwujudnya keadilan bagi seluruh rakyat. Artinya setiap hak orang dihargai
dan dilindungi.
d. Terciptanya ketentraman, kedamaian dan keianan dalam masyarakat
e. Dapat mewujudkan suasana yang mendorong untuk meningkatkan ketaqwan
kepada Allah SWT.

2
Pada pasal 22 Undang-Undang Dasar 1945 berbunyi:

1). Segala warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hokum dan


pemerintahan dan wajib menjunjung hokum dan pemerintahan itu dnegan tidak ada
kecualinya

2) . tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan. Aparatur pemerintah yang bersih dan berwibawa dapat terwujud di
tengah-tengah masyarakat yang bersih.

Dengaan demikian pada akhirnya Negara akan semakin kuat sejalan dnegan
tegaknya hukm,. Terwujudnya keadilan bagi seluruh rakyat. Artinya hak-hak setiap orang
dihargai dan tidak teraniaya. Firman Allah dalam Q.S An-Nisa:58 berbunyi: “dan menyuruh
kamu apabila menetapkan hokum di antara manusia supaya menetapkannya dengan adil”

Dengan masyarakat yang bersih kemudia pemerintahnya bersih dngan ditegakkan


nya keadilan, maka akan terwujudnya keentraman, kedamaian, dan keadilan bagi
masyarakat.

Dan setelah fungsi peradilan memiliki peranan yang sangat penting, maka sunnah
nabi SAW. Menampilkan hadist-hadist yang banyak memaligkan oranng dari Qadha dan
menjauhkan dari padanya dengan tujuan menjauhkan orang-orang yang menginginkan
ikut mencampuri urusan ini padahal dia bukan ahlinya, baik itu orang alim yang
menyelewengkan ataupun orang bodoh yang tidak memiliki kemampuan secara baik dalam
menerapkan keputusan-keputusan hukumnya atas kasus-kasus yang terjadi.

Dalam kitab Nihayatul Arab olrh Annuwari, bahwa Aisyah ra berkata : “ pada hari
kiamat nanti , Qadhi (hakim) yang adil akan dibawa, kemudian karena beratnya
pemeriksaan, ia menghayal (alangkah baiknya kalau seandainya) ia tidak pernah
memuuskan hokum diantara dua orang 9yang berselisih) tentang sebiji buah sama sekali”

Oleh karena itu peradilan merupakan perbuatan yang agung nilainya, dank arena
kekuasaan peradilan itu luas bidangnya menyangkut jiwa manusia, barang-barabf dan
harta benda mereka, sedang orang yang tergesa-gesa menduduki fungsi ini. Maka

3
Rasulullah mengarahkan pandangan, kepada akibat yan akan terjadi, manakala hakim
menyimpang atau menyeleweng dari garis yang seharusnya lurus

3. Urgensi dan Signifikasi Peradilan

Sejarah adanya peradilan dikenal sejak masa islam, kaena didorong oleh kebutuhan
kemakmuran hidup manusia itu sendiri. Menegakkan peradilan berarti:

a. menegakkan keadilan dan menjauhkan dari kezhaliman,


b. menyampaikan haknya kepada yang punya hak,
c. mengusahakan islah diantara manusia,
d. menyelamatkan sebagian mereka dari kesewenang-wenangan dari orang lain,
karena manusia tidak mungkin memperoleh kestabilan urusan mereka tanpa adnya
peradilan.

Dengan adanya peradilan maka,

a. darah manusia dilindungi, dan pada suatu saat terpaksa ditumpahkan.


b. dan dengan peradilan manusia diperjodohkan, dan perzinaan pun diharamkan,
c. harta benda ditetapkan pemiliknya, dan juga suatu saat ketika dicabut hak
pemilikan itu,
d. dan dalam muamalah dapat diketahui mana yang boleh, mana yang dilarang, yang
dimakruhkan ataupun yang disunnahkan. (Salam Madkur, 1993:32)

kehidupan manusia pada setiap masanya pasti perlu menggunakan peradilan, sebab
kalau tidak maka kehidupan mereka menjadi liar, dan itulah perlunya undang-undang bagi
masyarakat. Sedang menetapkan undang-undang saja tidaklah cukup untuk
menyelamatkan kehidupan social dan menertibkannya.

Mengingat pentingnya kedudukan peradilan dalam masyarakat dan bernegara, Allah


SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah:251 :

4
Artinya :…. Seandinya Allah tidak menolak keganasan sebahagian umat manusia
dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. tetapi Allah mempunyai
karniayang dicurahkan atas semesta alam.

Allah menegaskan bahwa menolak keganasan dan kezhaliman si zhalim dengan


kejam. Dengan kekuatan yang ada pada hakim, dengan undang-undang dilaksanakan
dengan seksama oleh penguasa yang adil, supaya ketentaraman hidup dan kesentosaan
masyarakat dapat diwujudkan. Oleh karena itu syariat islam memandang tugas peradilan
adalah suatu tugas yang pokok dan mempunyai kedudukan yang tinggi. (Hasbi as-
Shiddiqie, cet-3 1970)

Fungsi peradilan sebagai lembaga Negara yang ditugasi untuk menyelesaikan dan
memutuskan setiap perkara dengan adil maka perdilan berfungsi untuk menciptakan
ketertiban dan ketentraman masyarakat yang dibina melalui ditegakkannya hukum.
Peradilan islam bertujuan untuk menciptakan kemaslahaan umat dengan tetap tegaknya
hukum islam. Karena itu peradilan islam mempunyai tugas pokok

a. Mendamaikan kedua belah pihak yng bersengketa


b. Menetapkan sanksi dan menerapkan kepada para pelaku prbuaan yang
melanggar hukum

5
KESIMPULAN

Peradilan islam adalah suatu lembaga pemerintahan atau Negara yang ditugaskan
untuk menyelesaikan atau menetapkan keputusan perkara dengan adil berdasarkan
hukum yang berasal dari Al-Quran dan Hadist.

Fungsi peradilan menyangkut hokum taklifi, sedangkan kedudukannya adalah


dipandang suci dan agung nilainya, karena dalam peradilan terdapat kekuasaan yang
sangat luas bidangnya, yang mana menyangkut jiwa manusia, barang-barang dan harta
benda mereka.

Karena kedudukan peradilan ini yang dianggap tugas yang pokok maka orang-orang
berlomba untuk menduduki tugas ini. Maka Rasulullah bermaksud untuk mengarahkan
umat manusia agar tidak terjadinya penyelewengan dan penyimpangan yang mana kala
merugikan umat manusia itu sendiri. Maka dari itu peradilan haruslah tidak menyimpang
dari yang sudah digariskan oleh Allah berdasarkan Al-Quran dan Hadist

Anda mungkin juga menyukai