A. Dasar Hukum
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 49 TAHUN 2009
TENTANG
PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986
TENTANG PERADILAN UMUM
Sesuai dengan UU no 49 tahun 2009 yang menyatakan bahwa Peradilan Umum memiliki
lingkup kekuasaan hukum, diantaranya adalah pengadilan negeri, pengadilan tinggi serta
pengadilan khusus.
Jangkauan pengadilan negeri mencakup wilayah Kota dan Kabupaten suatu tempat saja.
Meskipun lingkupnya kecil, akan tetapi mereka memiliki kewenangan yang hampir sama dengan
pengadilan tinggi. Adapun struktur anggotanya berisikan Ketua, Hakim Anggota, Sekretaris,
Jurusita dan Panitera.
Pengadilan Khusus
Pengadilan khusus juga bagian dari peradilan umum. Perbedaan dengan pengadilan lainnya
adalah bahwa pengadilan khusus memiliki lingkungan khusus dalam penanganan kasusnya atau
dapat disebut memiliki sifat chamber. Hingga saat ini pengadilan khusus sudah menangani
lingkup sebagai berikut :
1. Pengadilan Niaga sesuai dengan UU no 37 tahun 2004 – Pengadilan Niaga semata mata tidak
hanya mengatasi perkara kepailitan dan PKPU, akan tetapi juga menangani sengketa dalam
bidang hak kekayaan intelektual serta penyelesaian sengketa dalam proses perbankan oleh
lembaga penjamin simpanan.
2. Pengadilan HAM dalam UU no 26 tahun 2000 – Lembaga perlindungan HAMmerupakan
pengadilan yang posisinya berada dalam tingkat II si masing-masing daerah hukumnya sesuai
dengan pengadilan negeri yang bersangkutan. Dalam hal ini pengadilan HAM berhak untuk
memerika bagi mereka yang melakukan pelanggaran HAM, mulai dari tingkatan yang ringan
hingga berat.
3. Pengadilan Tindak Pidana Korupsi sesuai dengan UU no 30 tahun 2002 – Dalam pasal
tersebut, dinyatakan bahwa terdapat suatu lembaga khusus untuk menangani tindak pidana
korupsi, yang sering kita kenal sebagai KPK. Dalam hal ini KPK berhak mengkoordinasikan,
melakukan penyelidikan serta memutuskan tuntutan tindak pidana korupsi sesuai yang telah
diatur dalam Undang-Undang.
4. Pengadilan Hubungan Industrial sesuai dengan UU no 2 tahun 2004 – Adapun inti tugas dari
pengadilan khusus bagian industrial, yaitu menyelesaikan perselisihan yang terjadi dalam
industri tanah air. Adapun bentuk penyelesaiannya terdiri atas biparit, mediasi, konsulisasi serta
arbitrase tergantung dari kasus yang masuk.
5. Pengadilan Pajak dalam UU no 14 tahun 2002 – Dalam pengadilan pajak, mereka berhak
memeriksa dokumen-dokumen penting yang berhubungan dengan pajak, seperti laporan
keuangan, jumlah tabungan, transaksi yang dilakukan, penghasilan yang didapatkan dan lain
sebagainya. Setelah pemeriksaan selesai, maka perseorangan atau lembaga tersebut wajib
membayar pajak sesuai yang telah ditetapkan.
6. Pengadilan Anak dalam pasal 1 UU no 3 tahun 1997 – Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa
seorang anak yang melakukan tindak pidana, aktivitas yang dilarang secara hukum serta
melanggar norma dalam masyarakatmaka anak tersebut akan diberikan hukuman yang sudah
diatur dalam Undang-Undang. Adapun anak yang dimaksud dalam pasal tersebut adalah mereka
yang berusia mencapai 8 tahun, akan tetapi belum mencapai usia 18 tahun dan belum menika.
1. Pengadilan Tinggi
Pengadilan Tinggi Kuatkan Vonis Miranda
[JAKARTA] Pengadilan Tinggi (PT) DKI Jakarta, dalam putusan bandingnya menguatkan
putusan Pengadilan Tipikor, Jakarta, terkait kasus suap cek pelawat dengan terdakwa eks
Deputi Gubernur Senior (DGS) Bank Indonesia (BI) Miranda Swaray Goeltom.
Dalam pertimbangannya, Majelis hakim yang memutus banding perkara Miranda menilai
bahwa Majelis hakim tingkat pertama telah melakukan penilaian terhadap fakta-fakta hukum
dengan cermat atau berdasarkan bukti yang cukup sah.
Selain itu, Hakim yang terdiri dari Achmad Sobari sebagai ketua, Asnahwati, Moch. Hatta,
HM As'adi Al Ma'ruf dan Sudiro sebagai hakim anggota menilai bahwa tidak ada hal baru
dalam memori banding yang diajukan kubu Miranda. Sehingga, tidak dapat membatalkan
putusan Pengadilan Tipikor, Jakarta.
Atas dasar tersebut, vonis Miranda tetap tiga tahun penjara dan denda Rp 100 juta subsider
tiga bulan kurungan.
Seperti diketahui, setelah mendengar vonis Majelis Hakim tiga tahun penjara dan denda Rp
100 juta atas kasus cek pelawat, Miranda Swaray Goeltom mengaku kaget, dan dengan tegas
langsung menyatakan akan naik banding.
"Saya kaget. Saya tidak menyangka. Saya tahu, saya tidak berbuat apa-apa. Dan Tuhan tahu,
saya tidak berbuat apa-apa. Maka saya akan naik banding," tegas Miranda dalam sidang di
Pengadilan Tipikor, Jakarta, Kamis (27/9).
Dalam sidang pada Kamis (27/9/2012), Miranda Swaray Goeltom divonis dengan pidana
penjara selama tiga tahun dan denda Rp 100 juta. Sebab, dinyatakan terbukti bersalah
melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sama.
"Menurut keterangan Agus Condro, Tjahjo Kumolo sebelum pemilihan DGS BI telah
dilakukan pertemuan antara terdakwa dengan fraksi PDI-P di Hotel Dharmawangsa. Dan
terdakwa juga bertemu dengan fraksi Tni/Polri di kantornya Graha Niaga," kata hakim
anggota Anwar saat membacakan pertimbangan.
Kemudian, lanjut Anwar, tanggal 8 Juni 2004 telah dilakukan fit and proper test di Komisi
IX DPR RI. Dan saat uji kelayakan tersebut, saksi Dhudie Makmun Murod, Endin J
Soefihara, Udju Djuhaerie dan Hamka Yandhu menerima amplop berisi cek pelawat.
Setelah proses penerimaan cek pelawat tersebut, menurut Anwar, terdakwa memenangkan
pemilihan suara di Komisi IX DPR RI dan terpilih sebagai DGS BI tahun 2004.
"Jika dihubungkan dengan locus delicti (tempat perkara) dan tempus delicti (waktu kejadian
perkara) maka terbukti adanya rangkaian bahwa saksi yang dihadrikan di persidangan sudah
terbukti menerima dan sudah divonis. Dengan demikian unsur memberikan sesuatu telah
terbukti dilakukan terdakwa Miranda," ungkap Anwar. (N-8)
Sumber :(http://yukiadimahaini.blogspot.co.id/2015/01/contoh-kasus-tindak-pidana.html)
2. Pengadilan Negeri
Dua Pembunuh Sisca Divonis Penjara Seumur Hidup
BANDUNG, KOMPAS.com — Dua terdakwa pembunuhan Fransisca Yofie, yakni Wawan
(39) dan Ade Ismayadi (24), menjalani sidang vonis, Senin (24/3/2014). Dalam sidang yang
digelar bergantian di Pengadilan Negeri Bandung, Jalan RE Martadinata, Bandung, Jawa
Barat, majelis hakim yang dipimpin oleh Parulian Lumban Toruan menjatuhkan vonis
penjara seumur hidup untuk kedua terdakwa.
"Menjatuhkan pidana kepada terdakwa Wawan alias Awing, dengan pidana penjara seumur
hidup," kata hakim dalam sidang pertama untuk Wawan.
Wawan dijerat dengan Pasal 365 Ayat (2) dan (4) KUHP tentang pencurian dengan
kekerasan dan menyebabkan nyawa orang melayang. Vonis hukuman seumur hidup kepada
Wawan ini lebih ringan dibandingkan tuntutan jaksa yang menuntut hukuman mati, Kamis
lalu.
Majelis hakim menilai hal yang memberatkan Wawan adalah telah melakukan pembunuhan
secara sadis. Majelis hakim menilai bahwa Wawan bersikap sopan selama persidangan.
Namun, itu tidak dijadikan sebagai pertimbangan yang meringankan untuk menjatuhkan
vonis tersebut.
"Tindakan mereka sangat sadis, tidak dibenarkan menghilangkan nyawa seseorang dengan
alasan apa pun, apalagi dengan cara yang sadis," katanya.
Seusai sidang, Wawan langsung digiring ke mobil tahanan untuk dikembalikan ke sel. Pada
sidang selanjutnya, Ade menerima vonis serupa dari majelis hakim.
"Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 365 Ayat (2) dan (4) KUHP
tentang pencurian dengan kekerasan hingga mengakibatkan matinya seseorang. Menjatuhkan
pidana terhadap terdakwa dengan hukuman seumur hidup," kata hakim.
Hukuman seumur hidup ini sama dengan tuntutan jaksa yang diajukan untuk Ade, Kamis
lalu. Hal yang memberatkan bagi Ade adalah telah terbukti terlibat melakukan pencurian
dengan kekerasan yang menyebabkan seseorang terbunuh secara sadis. Sementara itu, hal
yang meringankan adalah Ade belum pernah dipenjara dan bersikap sopan selama proses
persidangan.
Menanggapi vonis untuk kedua terdakwa, jaksa penuntut umum masih akan
mempertimbangkan putusan hakim.